Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan membahas tujuh hal, yakni: latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional penelitian. Latar belakang penelitian berisi alasan-alasan peneliti untuk melakukan penelitian ini. Identifikasi masalah penelitian merupakan pengenalan terhadap masalah yang ada dalam penelitian. Pembatasan masalah penelitian adalah ruang lingkup masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah penelitian merupakan pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti. Tujuan penelitian memuat keinginan atau harapan yang ingin dicapai oleh peneliti. Manfaat penelitian berisi kegunaan atau hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian akhir, peneliti akan menguraikan definisi operasional penelitian yang berisi beberapa pengertian atau istilah yang digunakan untuk mempermudah pembaca memahami tujuan penelitian.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Berdasar amanat Undang-Undang Dasar 1945, pengertian pendidikan di Sekolah Dasar merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertaqwa, terampil, kreatif dan mampu menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkungannya. Pendidikan Sekolah Dasar merupakan pendidikan bagi anak yang berusia 6-13 tahun. Siswa Sekolah Dasar ditempa melalui berbagai bidang studi, khususnya lima bidang ke SD an, yaitu IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PKn dan Matematika. Dalam penelitian ini, peneliti akan mendalami secara lanjut 2 mengenai proses belajar matematika. Hudoyo 1988 : 3 mengungkapkan bahwa matematika berkenaan dengan ide, aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena matematika selalu digunakan dalam segi kehidupan, semua bidang kehidupan di antaranya sebagai sarana berpikir yang jelas dan logis, memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, serta mengembangkan kreativitas, dan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya Cornellius Abdurrahman, 2009 : 3 Berdasarkan pengalaman peneliti saat PPL, peneliti mendapat informasi bahwa ada beberapa pandangan yang menyatakan matematika adalah pelajaran yang sangat penting yang harus dipelajari, dan jika siswa tidak mampu mengikuti pembelajaran matematika, siswa akan dicap anak yang bodoh dan akan mendapat ejekan dari teman-temannya. Bidang studi matematika juga, menjadi salah satu pelajaran yang akan menentukan kelulusan untuk tahap selanjutnya. Pengalaman bahwa matematika itu merupakan pelajaran yang sulit, juga dialami oleh peneliti. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, mata pelajaran matematika merupakan pelajaran yang tidak disukai oleh peneliti. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, pikiran peneliti sudah terisi oleh pandangan bahwa matematika adalah pelajaran yang paling utama, dan karena itu, setiap hari siswa mempelajari matematika. Beberapa guru di SD Maju juga berpandangan bahwa matematika merupakan pelajaran yang paling penting dan utama membuat siswa, guru maupun orangtua harus berusaha keras agar matematika mendapat nilai yang lebih tinggi dibanding mata pelajaran yang lain. Orangtua tidak akan merasa puas jika 3 putra atau putrinya memenangkan perlombaan dalam mata pelajaran yang lain, akan tetapi jika orangtua mendengar bahwa putra-putrinya memenangkan perlombaan matematika, rasa kegembiraan akan sangat besar. Sampai saat ini juga sangat jarang dijumpai adanya orangtua yang meminta putra-putrinya mengikuti les Bahasa, IPS ataupun mata pelajaran lainnya, melainkan orangtua akan mencari berbagai cara supaya anaknya mengikuti les matematika. Hal ini menunjukkan bahwa matematika masih dianggap sebagai alat ukur bagi prestasi siswa. Adanya anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dapat menimbulkan kecemasan dalam diri siswa. Freud Alwisol, 2005:28 mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Dalam hal ini, kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan. Sedangkan menurut Musfir 2005:512, kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Kecemasan yang dialami siswa pada mata pelajaran matematika sering disebut sebagai kecemasan matematika mathematics Anxiety. Aschcraft, 2002 : 1 mendefinisikan kecemasan matematika sebagai perasaan ketegangan, cemas atau ketakutan yang mengganggu kinerja matematika. Siswa yang mengalami kecemasan terhadap matematika merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak bisa mempelajari materi matematika dan mengerjakan soal-soal matematika. 4 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di salah satu SD Swasta di Yogyakarta, peneliti menemukan ada seorang siswa yakni Ian Pseudonyum, yang beradsarkan pengisian kuesioner dan juga menurut penuturannya mengalami kecemasan dalam belajar matematika. kuesioner yang dibagikan oleh peneliti berisi tentang indikator kecemasan. Selain dari pengisisan kuesioner dan pengakuan Ian sendiri, peneliti juga melakukan pengamatan saat proses belajar matematika. Ian menunjukkan kecemasan dengan membolak-balik buku catatan dan buku paket saat guru meminta ia mengerjakan soal. Ian berulangkali meminta izin kepada guru untuk minum dengan alasan tenggorokan kering, dan ketika diminta guru mengerjakan soal di papan tulis, Ian menolak dengan alasan belum selesai mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Ketika maju ke depan kelas, Ian berulangkali melirik guru matematika yang sedang berdiri di belakang. Ian terlihat tidak percaya diri dengan jawaban yang dituliskannya. Hal ini terbukti Ian berulangkali menghapus jawaban yang telah dituliskannya. Saat guru memintanya menjelaskan hasil pekerjaannya, suara Ian terdengar bergetar dan bibirnya terlihat pucat. Hal-hal diatas merupakan indikator dari kecemasan matematika. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, hasil wawancara maupun hasil observasi, Ian mengalami kecemasan saat belajar matematika. Peneliti tertarik untuk meneliti Ian lebih dalam lagi karena peneliti mendapat informasi bahwa Ian adalah termasuk siswa yang cerdas di dalam kelas dan selalu memperoleh nilai yang memuaskan dalam semua mata pelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan penjelasan yang diperoleh peneliti terhadap partisipan, peneliti tertarik untuk lebih mendalami apa yang menyebabkan Ian cemas dalam belajar matematika. 5

1.2 Identifikasi Masalah