metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta juga mempunyai sisi-sisi yang sarat dengan kehidupan homoseksual, di samping itu Surabaya
merupakan kota tempat dimana GAYa Nusantara GN sebagai organisasi yang mewadahi gay di Indonesia tumbuh untuk pertama
kalinya.
4.1.2 Penyajian Data
Dalam bab ini, dipaparkan penggambaran data hasil temuan di lapangan. Data diperoleh dengan menggunakan kamera
handphone untuk merekam wawancara. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dari informan, data tersebut
disajikan dalam bentuk deskripsi tentang profil masing-masing informan yang telah dipilih untuk menjadi subyek dalam penelitian
ini. Dengan mendeskripsikan profil mereka, diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu
bagaimanakah self-disclosure gay dalam menyampaikan
homoseksualitasnya kepada keluarga. Penelitian ini dilakukan di Surabaya selama 4 minggu.
Sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya, subjek penelitian yang dijadikan informan hanya tiga orang gay saja, yaitu gay anggota
GAYa Nusantara. Profil dari gay dalam penelitian ini digambarkan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dari hasil in-depth interview yang dilakukan peneliti terhadap tiga orang informan dalam penelitian ini. Mereka adalah : 1 Yogi yang
berusia 27 tahun dan bekerja sebagai Media Publikasi di GAYa Nusantara; 2 Erick yang berusia 32 tahun dan bekerja sebagai
Pengembangan Organisasi dan Kelembagaan di GAYa Nusantara; 3 Adi yang berusia 33 tahun dan bekerja sebagai Koordinator
Kesehatan di GAYa Nusantara.
4.1.3 Identitas Informan 1. Informan 1 Yogi
Informan pertama dalam penelitian ini adalah Yogi. Laki-laki ini lahir di Blitar 27 tahun yang lalu. Yogi merupakan anak
pertama dari dua bersaudara. Saudaranya seorang perempuan yang saat ini bertempat tinggal di Blitar. Status tempat tinggal
Yogi di Surabaya adalah indekost, mulai dari dia pertama tinggal di Surabaya hingga dia bekerja sampai saat ini. Sebelum Yogi
bergabung dan bekerja di GAYa Nusantara sebagai media publikasi, dia pernah bekerja sebagai karyawan swasta di salah
satu showroom mobil di Surabaya. Ayahnya telah lama bercerai dengan ibunya ketika dia masih berumur 12 tahun, dan adiknya
saat itu berumur 10 tahun ibunya sampai sekarang memutuskan tidak mau menikah lagi, beliau memilih mengambil alih tugas
sebagai kepala keluarga dan menghidupi anak-anaknya bekerja
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sebagai penjahit baju. Ayah Yogi tidak pernah memberikan nafkah kepada kedua anaknya, oleh karena itu Yogi sangat
membenci ayahnya. Menurut pengakuan Yogi kepada peneliti Yogi tidak pernah merasakan kasih sayang ayahnya, sebab
ayahnya adalah seorang yang temperamental, kasar dan otoriter. Yogi dan ibunya selalu dipukul dan diperlakukan kasar oleh
ayahnya.
2. Profil Adik Informan Yogi
Nama adik perempuannya Berlin bukan nama sebenarnya, yang berusia dua puluh lima tahun. Berlin merupakan adik Yogi
satu-satunya, dia sudah menikah dan telah dikaruniai satu orang anak perempuan yang berusia 1 tahun, sehari-harinya Berlin
hanya sebagai ibu rumah tangga saja, mengurus anak dan suaminya. Sejak kecil Berlin sangat dekat sekali dengan Yogi dan
sering bercerita tentang masalah-masalah pribadinya kepada Yogi begitupun sebaliknya. Berlin saat ini tinggal bersama suami, ibu
kandung serta nenek mereka Yogi dan Berlin di Blitar, setiap satu bulan sekali Berlin dan Ibunya ke Surabaya untuk bertemu
Yogi.
3. Profil Ibu Informan Yogi
Ibu Yiyin bukan nama sebenarnya adalah wanita berusia 45 tahun asli Blitar, mempunyai dua orang anak, yaitu satu putra dan
satu putri. Dia menikah pada tahun 1984 dengan teman semasa
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.