4 sehingga didapatkan dosis tertinggi 20 gkgBB berdasarkan volume pemberian
maksimal 5 mL dan bobot tikus tertinggi 250g. Dosis yang digunakan diturunkan sebanyak 2 kali dan 4 kali sehingga pada penelitian ini dibuat 3 peringkat dosis yaitu 5;
10; dan 20 gkgBB. D x BB = C x V
Ket : D = dosis tertinggi gkgBB C = konsentrasi infusa gmL BB = berat badan tikus kg V = volume pemberian maksimal 5 mL
b. Penetapan Dosis Karbon Tetraklorida
Karbon Tetraklorida diinduksikan kepada 5 ekor tikus jantan dengan dosis 2 mLkgBB yang diberikan secara i.p. Janakat dan Al-Merie, 2002.
c. Penetapan Waktu Pencuplikan Darah
Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui tahap orientasi dengan 3 kelompok masing-masing 3 ekor tikus. Darah tikus diambil melalui
sinus orbitalis
menggunakan pipa kapiler pada jam ke-0, 24, dan 48 setelah pemberian karbon tetraklorida. Kemudian dilakukan pengukuran aktivitas ALT dan AST.
Perlakuan Hewan Uji
Sebanyak 30 ekor tikus dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok, masing-masing 5 ekor tikus. Kelompok I kontrol hepatotoksin diberi larutan karbon tetraklorida 2 mLkgBB
secara i.p. dan diambil darahnya pada jam ke-24 setelah pemberian karbon tetraklorida. Kelompok II kontrol negatif diberi
olive oil
2 mLkgBB secara i.p. dan diambil darahnya pada jam ke-24 setelah pemberian
olive oil
. Kelompok III kontrol infusa diberi infusa biji
Parinarium glaberimum Hassk.
dosis 20 gkgBB secara p.o selama 6 hari berturut-turut dan diambil darahnya pada jam ke-24 setelah pemberian infusa. Kelompok IV-VI diberi infusa biji
Parinarium glaberimum Hassk.
dengan dosis berturut-turut 5; 10; 20 gkgBB secara p.o selama 6 hari berturut-turut dan pada hari ke-7 diinduksi karbon tetraklorida 2 mLkgBB.
Pengambilan darah dilakukan 24 jam setelah pemberian karbon tetraklorida melalui
sinus orbitalis
mata untuk diukur aktivitas ALT dan AST.
Pemeriksaan ALT dan AST
Pengambilan darah tikus dilakukan melalui
sinus orbitalis
menggunakan pipa kapiler, darah yang telah didapatkan dimasukkan kedalam tabung
Effendorf
kemudian disentrifuge
5 dengan kecepatan 8000 rpm selama 15 menit lalu diukur aktivitas ALT dan AST
menggunakan alat Microlab 200 Merck dan reagen ALT Diasys® dan AST Diasys®. Pengukuran aktivitas ALT dilakukan dengan cara mengambil bagian jernih
supernatant
yang dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 1000 µL reagen I, divorteks dan ditunggu selama 5 menit, kemudian ditambahkan 250 µL reagen II, divorteks dan ditunggu
selama 1 menit, setelah itu dilakukan pengukuran menggunakan alat Microlab 200 Merck. Cara yang sama dilakukan untuk pengukuran aktivitas AST, namun menggunakan reagen
untuk pengukuran aktivitas AST. Data aktivitas ALT dan AST yang telah didapat dianalisis secara statistik menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov
, dilanjutkan dengan analisis
One Way ANOVA
dan uji
Post Hoc LSD
dengan taraf kepercayaan 95. Setelah itu, dilakukan perhitungan persen efek hepatoprotektif dengan rumus :
{1-
� � ��� � � −
� � ��� � �
� � ��� ℎ �
� − � � ���
� �
}x 100
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa biji
Parinarium glaberimum Hassk.
terhadap efek hepatoprotektif pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Infusa biji
Parinarium glaberimum Hassk.
diberikan selama 6 hari bertujuan untuk memproteksi hati tikus. Efek hepatoprotektif disimpulkan berdasarkan adanya
aktivitas ALT dan AST yang berbeda bermakna antara kelompok perlakuan dosis dengan kelompok karbon tetraklorida.
Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman
Parinarium glaberimum Hassk.
pada penelitian bertujuan untuk membuktikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar tanaman
Parinarium glaberimum Hassk.
Determinasi tanaman
Parinarium glaberimum Hassk.
dilakukan oleh Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Hasil yang diperoleh dari determinasi ini membuktikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian benar
merupakan tanaman
Parinarium glaberimum Hassk.
Lampiran 2.
6
Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air biji
Parinarium glaberimum Hassk.
bertujuan untuk mengetahui kandungan air dalam serbuk biji
Parinarium glaberimum Hassk.
sehingga dapat diketahui apakah serbuk biji yang digunakan memenuhi persyaratan serbuk yang baik atau tidak. Kadar
air yang diperoleh pada serbuk biji
Parinarium glaberimum Hassk.
sebesar 6,522 yang menunjukkan bahwa serbuk yang digunakan memenuhi persyaratan serbuk yang baik karena
kadar air kurang dari 10 Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2010 Lampiran 4.
Uji Pendahuluan a.
Penetapan Dosis Karbon Tetraklorida
Penetapan dosis karbon tetraklorida bertujuan untuk mengetahui dosis karbon tetraklorida yang dapat menyebabkan kerusakan hati tanpa kematian. Dosis yang
digunakan yaitu 2 mLkgBB dengan rute i.p. Janakat dan Al-merie, 2002.
Tabel I. Purata Aktivitas ALT±SE dan AST±SE Jam ke-0, 24, dan 48
Selang Waktu Jam Purata Aktivitas ALT±SE UL
Purata Aktivitas AST±SE UL 0 n=3
47,00 ± 12,01 121,67 ± 18,99
24 n=3 184,00 ± 34,35
285,33 ± 28,06 48 n=3
44,00 ± 7,02 126,33 ± 3,38
Keterangan : SE =
Standar Error
, n = Jumlah Hewan Uji
Tabel II. Hasil Uji
Post Hoc LSD
Aktivitas ALT Jam ke 0, 24, dan 48
Selang Waktu Jam 24
48 BB
BTB 24
BB BB
48 BTB
BB Keterangan : BB = Berbeda Bermakna p0,05 BTB = Berbeda Tidak Bermakna p0,05
7
Tabel III. Hasil Uji
Post Hoc LSD
Aktivitas AST Jam ke 0, 24, dan 48
Selang Waktu Jam 24
48 BB
BTB 24
BB BB
48 BTB
BB Keterangan : BB = Berbeda Bermakna p0,05 BTB = Berbeda Tidak Bermakna p0,05
b. Penentuan Waktu Pencuplikan Darah