Sistem Pendukung Keputusan Perijinan Trayek Kapal Pedalaman Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) Di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengelolaan Laut Dan Angkutan Sungai, Danau Dan Penyebrangan (ASDP) Provinsi Jawa Barat

(1)

PENGELOLAAN LAUT DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN

PENYEBERANGAN (ASDP) PROVINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

ARIEF WARTHAKUSUMA

10104529

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

 

ABSTRAK

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERIJINAN TRAYEK KAPAL PEDALAMAN ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) BALAI PENGELOLAAN LAUT DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN

PENYEBERANGAN (ASDP) PROVINSI JAWA BARAT

Oleh

ARIEF WARTHAKUSUMA 10104529

Kegiatan Pengelolaan perijinan trayek Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) pada dasarnya adalah pengelolaan berbagai komponen yang mempunyai kepentingan dalam pemanfaatan lintasan jalur transportasi pada suatu perijinan trayek AKDP, Tujuan utama dilaksanakan kegiatan pengelolaan perijinan trayek AKDP karena disebabkan adanya permasalahan yang berhubungan dengan penurunan tingkat permohonan pada perijinan trayek AKDP tersebut, dengan demikian maka semua kegiatan mulai dari perencanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi harus disesuaikan dengan penyelesaian permasalahan tersebut.

Kegiatan monitoring dan evaluasi merupakan salah satu kegiatan untuk mengidentifikasi dampak penurunan suatu perijinan trayek AKDP. Proses pengolahan data hasil fisik lapangan untuk kegiatan monev yang dilaksanakan di satuan wilayah yang masih menggunakan Microsoft Excel dan Microsoft Word, dikarenakan proses pengolahan data yang lama, maka sering terjadi keterlambatan dalam pengambilan keputusan dan pembuatan laporan bulanan. Selain itu, keterlambatan ini sangat merugikan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) di Balai Pengelolaan Laut dan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Provinsi Jawa Barat dalam menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk peningkatan pengelolaan penerbitan perijinan trayek dan peningkatan pendapatan asli daerah yaitu retribusi perijinan trayek sesuai dengan PERDA No 22 tahun 2001.

Pembangunan dan penggunaan aplikasi sistem pendukung keputusan perijinan trayek kapal pedalaman AKDP di UPTD Balai Pengelolaan Pelabuhan Laut dan ASDP Provinsi Jawa Barat ini dapat menjadi alternatif lain untuk membantu memudahkan dan mempercepat pengelolaan data hasil kegiatan monitoring dan evaluasi perijinan trayek AKDP, sehingga dapat menghasilkan keputusan secara cepat dan akurat mengenai pengelolaan perijinan trayek.

Kata Kunci :


(3)

ii   

ABSTRACT

DECISION SUPPORT SYSTEM LICENSING ROUTE INLAND TRANSPORT SHIP IN PROVINCIAL CITY (AKDP) IN IMPLEMENTING TECHNICAL REGIONAL UNIT (UPTD) POWERED MANAGEMENT OF MARINE AND RIVER TRANSPORT

LAKE CROSSING (ASDP) WEST JAVA PROVINCE

By

ARIEF WARTHAKUSUMA 10104529

The management of licensing activities of public transportation routes in the Province (AKDP) is basically the management of the various components that have an interest in the use of transportation routes paths on a route permit AKDP, the main purpose of route licensing management activities undertaken AKDP because due to problems associated with lower levels of the petition on AKDP the licensing route, thus all activities from planning to monitoring and evaluation should be tailored to the settlement of these problems.

Monitoring and evaluation activities is one of the activities to identify the impact of a decline in licensing AKDP route. Physical results of the data processing field for monitoring and evaluation activities conducted in the unit area that still use Microsoft Excel and Microsoft Word, because the old data processing, then the frequent delays in making decisions and making monthly reports. In addition, this delay is very detrimental to the Regional Technical Implementation Unit (UPTD) in the Central Management of Sea Ports and River Transport, Lake Crossing (ASDP) of West Java province in determining the steps to be undertaken to improve management of routes and increase the issuance of licenses revenue ie the area of route licensing fees in accordance with Regulation No 22 in 2001.

Development and use of decision support system applications licensing route inland vessels in UPTD Balai AKDP Sea Port Management and ASDP provinces of West Java this could be another alternative to help facilitate and accelerate the results of data management activities of monitoring and evaluation licenses AKDP route, which can lead to rapid decision and accurate information regarding the management of route permits.

Keywords:

Route AKDP Licensing, Monitoring and Evaluation, Decision Support System


(4)

vii    LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xxvi

DAFTAR SIMBOL ... xxxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxxv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan . ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 4

1.5 Metodologi Penelitian ... 5

1.5.1 Teknik pengumpulan data ... 6

1.5.2 Teknik Pengembangan Sistem... 7

1.6 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Konsep Dasar Sistem ... 11

2.1.1. Karakteristik Sistem ... 12


(5)

viii   

2.4 Metode Pengembangan Sistem dengan Incremental ... 20

2.5 Analisis Perancangan Terstruktur ... 20

2.5.1 Diagram Kontek ... 20

2.5.2 Data Flow Diagran (DFD) ... 21

2.5.3 Kamus Data ... 21

2.5.4 Normalisasi ... 21

2.5.5 Entity Relation Diagram (ERD) / Relasi Tabel ... 23

2.6 Konsep Basis Data ... 24

2.6.1 Pengertian Basis Data ... 25

2.6.2 Desain Basis Data ... 25

2.7 Jaringan Komputer ... 26

2.7.1 Jenis-Jenis Jaringan Komputer ... 27

2.7.2 Topologi Jaringan ... 28

2.7.3 Manfaat Jaringan Komputer ... 31

2.8 Pengertian Client Server... 32

2.9 Perangkat Lunak Pendukung ... 32

2.9.1 Borland Delphi 7.0 ... 33

2.9.2 SQL Server ... 34

2.10 Pemodelan Sistem Pendukung Keputusan ... ... 35

2.10.1 Model Keputusan ... 35

2.10.2 Tahapan Pemodelan ... 36

2.11 Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk ... ... 37

2.11.1 Penentuan Kriteria ... 38

2.11.2 Jenis Metode Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk ... 39


(6)

ix   

2.13 Perhitungan Matematis AHP ... ... 46

2.13.1 Contoh Perhitungan AHP ... 47

2.13.2 Perhitungan Konsistensi AHP ... 49

2.13.3 Perhitungan Multi Responden ... 50

2.14 Jaringan Pelayanan Transportasi di Jawa Barat ... ... 51

2.14.1 Dasar Hukum ... 53

2.15 Perkembangan Pelayanan jaringan Trayek Angkutan Kapal Pedalaman ASDP AKDP ... ... 53

2.15.1 Maksud dan Tujuan ... 56

2.15.2 Ruang Lingkup ... 56

2.15.3 Sasaran / Target ... 56

2.15.4 Landasan Kerja ... 56

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 58

3.1 Analisis Sistem ... 58

3.1.1 Prosedur Yang Terlibat ... 58

3.1.2. Analisis Kriteria ... 68

3.1.3 Analisis Pengkodean ... 71

3.1.4 Perhitungan Bobot Dengan Menggunakan Metode AHP ... 73

3.1.4.1 Perhitungan Proses SubKriteria ... 78

3.1.5 Analisis Basis Data ... 125

3.1.6 Kebutuhan Non Fungsional ... 127

3.1.6.1 Analisis Perangkat Keras / Hardware ... 128

3.1.6.2 Analisis Perangkat Lunak / Software ... 129


(7)

x   

3.1.7.2 Data Flow Diagram / DFD ... 131

3.1.7.3 DFD Level 1 ... 132

3.1.7.4 DFD Level 2 ... 134

3.1.7.4.1 DFD Level 2 Untuk Proses 1.0 ... 134

3.1.7.4.2 DFD Level 2 Untuk Proses 2.0 ... 134

3.1.7.4.3 DFD Level 2 Untuk Proses 3.0 ... 135

3.1.7.4.4 DFD Level 2 Untuk Proses 4.0 ... 136

3.1.7.4.5 DFD Level 2 Untuk Proses 5.0 ... 137

3.1.7.4.6 DFD Level 2 Untuk Proses 6.0 ... 138

3.1.7.4.7 DFD Level 2 Untuk Proses 7.0 ... 139

3.1.7.5 DFD Level 3 ... 140

3.1.7.5.1 DFD Level 3 Untuk Proses 2.1 ... 140

3.1.7.5.2 DFD Level 3 Untuk Proses 2.2 ... 141

3.1.7.5.3 DFD Level 3 Untuk Proses 2.3 ... 142

3.1.7.5.4 DFD Level 3 Untuk Proses 2.4 ... 142

3.1.7.5.5 DFD Level 3 Untuk Proses 2.5 ... 143

3.1.7.5.6 DFD Level 3 Untuk Proses 3.1 ... 144

3.1.7.5.7 DFD Level 3 Untuk Proses 3.2 ... 145

3.1.7.5.8 DFD Level 3 Untuk Proses 3.3 ... 146

3.1.7.5.9 DFD Level 3 Untuk Proses 6.1 ... 147

3.1.7.5.10 DFD Level 3 Untuk Proses 6.2 ... 148

3.1.7.5.11 DFD Level 3 Untuk Proses 6.3 ... 149

3.1.7.5.12 DFD Level 3 Untuk Proses 7.1 ... 149

3.1.7.6 Kamus Data ... 150


(8)

xi   

3.2.1.1 Skema Relasi ... 176

3.2.1.2 Struktur Tabel ... 179

3.2.2 Perancangan Struktur Menu ... 183

3.2.3 Perancangan Antar Muka ... 184

3.2.3.1 Perancangan Antar Muka Program Aplikasi ... 184

3.2.3.2 Contoh Penerapan AHP Dalam Analisis ... 197

3.2.3.2.1 Cara Kerja Pada Server (Administrator) ... 198

3.2.3.2.2 Cara Kerja Pada Client (User) ... 200

3.2.3.3 Perancangan Jaringan Semantik ... 200

3.2.4 Perancangan Prosedural Dengan Menggunakan Flowchart ... 202

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ... 207

4.1 Implementasi ... 207

4.1.1 Perangkat Lunak Pendukung ... 207

4.1.2 Kebutuhan Perangkat Keras ... 208

4.1.3 Implementasi Database ... 209

4.1.4 Implementasi Pengguna ... 209

4.1.5 Implementasi Basis Data... 209

4.1.6 Implementasi Antarmuka ... 216

4.1.6.1 Tampilan Form Bagian Administrator... 216

4.1.6.2 Tampilan Form User (Client) ... 228

4.1.6.3 Tampilan Form Pesan ... 231


(9)

xii   

4.2.3 Kesimpulan Hasil Pengujian Alpha ... 260

4.2.4 Kasus Dan Hasil Pengujian Beta ... 260

4.2.5 Kesimpulan Hasil Pengujian Beta ... 262

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 267

5.1 Kesimpulan ... 267

5.2 Saran ... 267 DAFTAR PUSTAKA


(10)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat merupakan pendorong utama terwujudnya pembangunan juga kebutuhan saran, prasarana dan fasilitas yang berdimensi kelancaran dan keselamatan penyelenggaraan melalui koordinasi pembangunan dalam penyelenggaraan perhubungan. Oleh karena itu, Subdinas Angkutan yang dibantu oleh ketiga seksi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yaitu Seksi Angkutan Darat, Seksi Angkutan Laut dan Seksi Angkutan Udara merupakan pusat pelayanan informasi (center of excelent), terutama pada Seksi Angkutan Laut, khususnya dalam Pengelolahan Penerbitan Izin Trayek / Izin Operasi Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), yaitu menyediakan berbagai data dan informasi mengenai penerbitan Surat Perijinan Kartu Pengawas (KP) Trayek Angkutan Umum Kapal Pedalaman AKDP, dan melaksanakan penyusunan inventarisasi dan identifikasi peningkatan dan penurunan Perijinan Trayek Angkutan Umum Kapal Pedalaman AKDP.

Pengolahan Perijinan Trayek Angkutan Umum Kapal Pedalaman KP merupakan salah satu kegiatan untuk mengidentifikasi peningkatan dan penurunan perijinan AKDP di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengelolaan Pelabuhan Laut dan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP). Saat ini, proses rekapitulasi data hasil dari lapangan untuk kegiatan penerbitan yang dilaksanakan di Instansi Pemerintah yaitu


(11)

UPTD Balai ASDP Dinas Perhubungan masih menggunakan Microsoft Excel, untuk pembuatan perijinan hasil dari KP pada trayek AKDP dan laporan bulanan masih menggunakan Microsoft Word. Dikarenakan proses perekapan data yang lama, sehingga sering terjadi keterlambatan dalam pengambilan keputusan dan pembuatan laporan tahunan.

Selain itu, kesalahan dalam hal penerbitan perijinan trayek kapal pedalaman AKDP di UPTD Balai ASDP tentunya akan beresiko negatif terhadap keselamatan operasional armada, dimana setiap armada mempunyai kapasitas baik ditinjau dari apsek kelayakan kapal, perlengkapan keselamatan kapal dan operator kapal (Nakhoda). Oleh karena itu di perlukan metode yang sistematis untuk memutuskan hal tersebut. Jika sumber kerumitan itu adalah beragamnya kriteria, maka Analytical Hierarchy Proses (AHP) merupakan teknik untuk membantu menyelesaikan masalah ini. Dalam perkembangannya, AHP tidak saja digunakan untuk menentukan prioritas pilihan-pilihan dengan banyak kriteria, tetapi penerapannya telah meluas sebagai model alternatif untuk menyelesaikan bermacam-macam masalah, seperti memilih portfolio, analisis manfaat biaya, peramalan dan lain-lain.

Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh Balai ASDP saat ini adalah bagaimana Intansi Pemerintah tersebut mengambil suatu keputusan yang baik dalam pengelolaan penerbitan perijinan trayek AKDP dan menentukan suatu kapal pada lintasan trayek yang telah ada. Dengan ini penulis akan mencoba mengembangkan proses pendukung keputusan, dengan cara membuat perangkat lunak dengan judul “Sistem Pendukung Keputusan Perijinan


(12)

Trayek Kapal Pedalaman AKDP di UPTD Balai Pengelolaan Pelabuhan Laut dan ASDP Provinsi Jawa Barat.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka masalah yang akan diidentifikasi oleh penulis adalah bagaimana cara membuat perangkat lunak untuk sistem pendukung keputusan perijinan trayek kapal pedalaman AKDP di UPTD Balai Pengelolaan Pelabuhan Laut dan ASDP Provinsi Jawa Barat.

1.3 Maksud dan Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk membangun sistem pendukung keputusan perijinan trayek kapal pedalaman AKDP di UPTD balai ASDP Provinsi Jawa Barat.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah :

1. Untuk mempermudah Balai Pengelolaan Pelabuhan Laut dan ASDP khususnya bagian tata operasional dan keselamatan dalam menentukan penerbitan perijinan trayek kapal pedalaman AKDP.

2. Memudahkan dalam menentukan suatu armada pada lintasan trayek yang telah ada.

3. Menghasilkan laporan evaluasi dan monitoring perijinan trayek kapal pedalaman AKDP perbulannya.


(13)

1.4 Batasan Masalah

Karena luasnya masalah yang harus dibahas, maka penelitian ini membatasi materi yang akan dibahas, yaitu :

1. Data yang diolah terdiri dari : data pelabuhan, data lintasan, data pemohon, data permohonan, data survey lapangan, data jenis parameter dan data hasil penilaian parameter yang berupa perbandingan tiap-tiap kriteria, subkriteria dan alternatife dari subkriteria yang diperoleh.

2. Kriteria pada penerbitan perijinan trayek kapal pedalaman diantaranya: kelayakan kapal terdiri dari pengukuran kapal, pemasangan cap bakar/plat samping, perlengkapan kapal, kapasitas/daya angkut muatan kapal dan surat kapal/buku PAS kapal. Keselamatan kapal terdiri dari alat pelampung, life jaket, tabung gas/ pemadam kebakaran, jangkar kapal dan kompas. Operator kapal/Nakhoda terdiri dari sertifikat kesyahbandaran, sertifikat teknis mesin kapal dan surat tanda kecakapan kapal/SIM.

3. Proses yang terlibat dalam aplikasi sistem pendukung keputusan adalah proses pemasukan data pemohon, data pelabuhan, data lintasan, data permohonan, data survey lapangan, data perijinan trayek, data account, data jenis parameter, proses penilaian tiap-tiap jenis parameter dan proses penyajian hasil penialain parameter yang diperoleh dan proses pencetakan pelaporan.

4. Keluaran yang dihasilkan dari aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah laporan data pegawai, laporan data pelabuhan, laporan data


(14)

kriteria, laporan data permohonan, laporan perijinan trayek, dan laporan data hasil penilaian.

5. Sistem pendukung keputusan untuk penerbitan perijinan trayek kapal pedalaman mengunakan Metode Analytical Hierarcy Process (AHP).

6. Software yang akan digunakan dalam pembangunan aplikasi sistem

pendukung keputusan adalah Borland Delphi 7.0, database aplikasi menggunakan MySQL Server, dan sistem operasi yang digunakan adalah Windows XP.

7. Metode pemodelan yang digunakan adalah aliran data terstruktur yaitu DFD (Data Flow Diagram) dalam menggambarkan model fungsionalnya. 8. Sistem yang dibangun adalah berbasis Client-Server.

1.5 Metodologi Penelitian

Metedologi adalah kesatuan metode-metode, prosedur-prosedur, konsep-konsep pekerjaan, aturan-aturan dan postulat-postulat yang digunakan oleh suatu ilmu pengetahuan, seni atau disiplin yang lainnya. Sedangkan metode adalah suatu cara, teknik yang sistematik untuk mengerjakan sesuatu[1].

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu dengan cara mengumpulkan data, menganalisa data, membuat suatu pemecahan masalah dan kemudian disusun untuk ditarik kesimpulan mengenai masalah tersebut. Ada dua teknik dalam metedologi penelitian yaitu teknik pengumpulan data dan teknik pengembangan sistem.


(15)

1.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat diperoleh secara langsung dari objek penelitian dan referensi-referensi yang telah diperoleh. Cara-cara yang mendukung untuk mendapatkan data adalah sebagai berikut:

a. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian langsung ke UPTD Balai Pengelolaan Pelabuhan Laut dan ASDP Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat. Studi lapangan ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

1. Observasi

Selain dengan menggunakan kedua metode diatas, penulis juga melakukan pemantauan langsung di UPTD Balai Pengelolaan Pelabuhan Laut dan ASDP Dinas Perbuhungan Provinsi Jawa Barat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

2. Wawancara

Penulis melakukan tanya jawab langsung dengan pihak terkait (pegawai UPTD Balai Pengelolaan Pelabuhan Laut dan ASDP Dinas Perhubungan). b. Studi Literatur

Studi literatur (library research) adalah mengumpulkan data melalui buku-buku, situs internet, dan catatan kuliah yang erat kaitannya dengan tema dari tugas akhir.


(16)

1.5.2 Teknik Pengembangan Sistem

Teknik pengembangan sistem menggunakan metode Waterfall yang sudah dikembangkan dari metode Incremental, karena metode Incremental ini terdiri dari tahap-tahap yang memberikan kemudahan, jika pada satu tahap tidak sesuai atau mengalami kesalahan maka dapat kembali ke tahap sebelumnya.

Tahapan-tahapan yang terdapat dalam metode Waterfall setelah

mengalami perkembangan dari metode Incremental dapat dilihat pada gambar 1, sebagai berikut :

1. Requirements analysis and definition

Mengumpulkan kebutuhan secara lengkap kemudian kemudian dianalisis dan didefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh program yang akan dibangun. Fase ini harus dikerjakan secara lengkap untuk bisa menghasilkan desain yang lengkap.

2. Sistem and software design

Desain dikerjakan setelah kebutuhan selesai dikumpulkan secara lengkap.

3. Implementation and unit testing

Desain program diterjemahkan ke dalam kode-kode dengan menggunakan bahasa pemrograman yang sudah ditentukan. Program yang dibangun langsung diuji baik secara unit.

4. Integration and sistem testing

Penyatuan unit-unit program kemudian diuji secara keseluruhan (sistem testing).


(17)

5. Operation and maintenance

Mengoperasikan program di lingkungannya dan melakukan pemeliharaan, seperti penyesuaian atau perubahan karena adaptasi dengan situasi sebenarnya.

Metode Incremental dengan pengembangan dari model Waterfall dapat dilihat pada gambar 1.1

Gambar 1.1 Fase-fase Dalam Metode Waterfall [2]

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan ini, pembahasan dibagi kedalam beberapa bab, diantaranya adalah:


(18)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan, batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan mengenai landasan-landasan teori yang menunjang terhadap aplikasi yang akan dibangun, diantaranya pengertian dasar sistem informasi, pengelolaan basisdata (database), dan metode sistem pendukung keputusan yang digunakan dalam pembangunan aplikasi ini, yaitu metode AHP (Analytical Hierarcy Process).

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini menguraikan analisis permasalahan yang ada, yaitu meliputi analisis kriteria, analisis pengguna, kebutuhan perangkat lunak dan kebutuhan perangkat keras dan analisis kebutuhan fungsional, seperti diagram konteks, data flow diagram, kamus data, entity relasional diagram dan tabel data, dalam Bab ini juga menguraikan tentang tahapan perancangan aplikasi yang akan dibangun.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Bab ini membahas mengenai teknik-teknik yang digunakan dan mengimplementasikan aplikasi yang telah dibuat ke perangkat (device) yang akan digunakan, dan pengujian dengan menggunakan pengujian blackbox.


(19)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan seluruh kegiatan yang telah dilakukan dan saran untuk pengembangan sistem yang lebih baik lagi.


(20)

11  

2.1 Konsep Dasar Sistem

Setiap sistem baik sistem dalam skala yang besar maupun dalam skala yang kecil selalu memiliki komponen-komponen atau elemen-elemen sistem. Komponen-komponenen ini dapat berupa subsistem atau bagian-bagian yang memiliki sifat dari sistem. Komponen-komponen sistem ini saling berhubungan dan bekerja sama untuk menciptakan satu kesatuan sehingga sistem dapat mencapai tujuannya.

Beberapa para ahli mengemukakan pengertian sistem seperti dibawah ini: Menurut Susanto Azhar pengertian dari sistem itu sendiri sebagai berikut:

“ Sistem adalah kumpulan atau group dari bagian atau komponen apapun baik fisik maupun nonfisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu”[1].

Sedangkan Menurut Jerry FitzGerald sebagai berikut:

“ Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu “. [Referensi: Jerry FitzGerald, Ardra F. FitzGerald, Warren D. Stallings, Jr.][1].

Dari definisi-definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem merupakan kumpulan dari komponen-komponen yang saling terstruktur dan terpadu serta saling bekerja sama untuk melakukan fungsi dari sistem sehingga adanya ketercapaian tujuan dari sistem.


(21)

2.1.1. Karakteristik Sistem

Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu yaitu sebagai berikut:

1. Komponen-komponen (components)

Setiap sistem baik sistem dalam skala besar maupun sistem dalam skala kecil sekalipun memiliki komponen-komponen atau elemen-elemen. Komponen-komponen ini saling berhubungan dan bekerja sama sehingga tercipta satu kesatuan fungsi dari sistem. Sehingga sistem dapat mencapai tujuannya.

2. Penghubung Sistem (Sistem Interface)

Penghubung sistem merupakan media perantara antara subsistem yang satu dengan subsistem yang lainnya. Melalui penghubung sistem ini, maka subsistem-subsistem dapat saling meberi dan menerima sumber daya sehingga terjalin kerja sama dan dapat membentuk satu kesatuan fungsi dari sistem.

3. Lingkungan luar (Environment)

Lingkungan luar dari sistem adalah segala sesuatu yang berada di luar batas sistem. Lingkungan luar ini bisa juga berupa ekosistem dimana sistem tersebut berada. Walaupun keberadaannya diluar sistem, tapi lingkungan luar dapat mempengaruhi sistem. Adanya ketidakserasian antara lingkungan luar dengan sistem dapat menyebabkan terganggunya fungsi sistem. Oleh karena itu harus senantiasa tercipta keharmonisan antara sistem dengan lingkungan luarnya.


(22)

4. Batas Sistem (Boundary)

Batas sistem merupakan daerah pemisah antara satu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memberikan ruang lingkup yang jelas dari suatu sistem. Dengan adanya ruang lingkup yang jelas dari sistem tersebut, maka kita dapat memisahkan dan membedakan satu sistem dengan sistem yang lainnya maupun sistem dengan lingkungan luar.

5. Masukan Sistem (Sistem Input)

Masukan adalah bahan atau energi yang dimasukkan kedalam sistem. Energi ini dimasukkan kedalam sistem untuk diproses oleh sistem sesuai dengan fungsi dari sistem agar dapat menghasilkan keluaran. 6. Keluaran Sistem (Sistem Output)

Keluaran merupakan hasil dari pengolahan suatu sistem. Keluaran ini tentunya diharapkan dapat berguna sesuai dengan tujuan dari sistem. Selain sebagai hasil akhir, sebagian keluaran bisa juga dijadikan masukan untuk sistem lainnya.

7. Pengolah Sistem (Sistem Processing)

Pengolah sistem adalah mesin atau mekanisme yang digunakan untuk mengubah masukan menjadi keluaran. Pengolah memiliki peranan yang penting, karena disinilah proses perubahan dan pendayagunaan masukan terjadi sehingga menghasilkan keluaran yang sesuai dengan tujuan sistem.

8. Sasaran dan Tujuan (goal objective)

Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Tujuan merupakan hal akhir yang ingin dicapai oleh suatu sistem,


(23)

sedangkan sasaran merupakan hal-hal yang menjadi objek dan titik fokus untuk meraih tujuan. Suatu sistem bisa dikatakan berhasil menjalankan fungsinya bila berhasil mencapai sasaran dan tujuan dari sistem tersebut.

Karakteristik atau sifat-sifat suatu sistem dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Karakteristik Sistem [1]

2.1.2. Klasifikasi Sistem

Sistem dapat diklasifikasikan dari berberapa sudut pandang, diantaranya sebagai berikut:

1. Sistem diklasifikasikan sebagai abstark (abstract system) dan sistem fisik (physical system).

Sistem Abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik. Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik.

2. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah (natural system) dan sistem buatan manusia (human made system).

Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat manusia. Sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang


(24)

oleh manusia. Sistem buatan manusia melibatkan interaksi manusia dengan mesin disebut dengan human-machine system atau ada yang menyebutnya dengan man-machine sytem.

3. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu (deterministic system) dan sistem tak tertentu (probabilistic system).

Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interkasi diantara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti, sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan. Sistem tak tertentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.

4. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (open system)

Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh oleh lingkungan luarnya. Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh oleh lingkungan luarnya.

2.2 Konsep Dasar Informasi

“Informasi merupakan data yang telah diolah menjadi bentuk yang berguna bagi penerimanya dan nyata, berupa nilai yang dapat dipahami di dalam keputusan sekarang maupun masa depan”. Menurut Davis Gordon[1].

Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item. Data adalah kenyataan yang dapat menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian (event) adalah suatu yang terjadi pada saat tertentu.


(25)

Kualitas dari sistem informasi yang harus dihasilkan harus akurat, tepat pada waktunya, relevan. Dan yang menentukan nilai dari informasi adalah manfaat dan biaya untuk mendapatkan Data yang diolah melalui suatu model menjadi informasi, penerima kemudian memberi informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang membuat sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap sebagai input, diproses kembali lewat suatu model dan seterusnya membentuk suatu siklus. Seperti yang terdapat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.2 Sirkulasi Informasi [1]

Informasi mempunyai nilai suatu kejutan atau mengungkapkan sesuatu yang penerimanya tidak tahu, tidak dikira atau tidak disangka. Dalam waktu yang tidak menentu informasi mengurangi ketidakpastian, dan kemungkinan besar hasilnya yang di harapkan dalam sebuah keputusan merupakan nilai dalam proses keputusan. Agar bermanfaat, informasi harus memiliki kualitas sebagai berikut :

a. Relevan, yaitu menambah pengetahuan atau nilai bagi para pembuat keputusan, dengan cara mengurangi ketidakpastian, menaikan kemampuan untuk memprediksi, atau menegaskan ekspetasi semula


(26)

b. Dapat dipercaya, yaitu bebas dari kesalahan atau bisa secara akurat menggambarkan kejadian atau aktivitas organisasi

c. Lengkap, yaitu tidak menghilangkan data penting yang dibutuhkan oleh para pemakai

d. Tepat waktu, yaitu disajikan pada saat yang tepat untuk mempengaruhi proses pembuatan keputusan

e. Mudah dipahami, yaitu disajikan dalam format mudah dimengerti

f. Dapat diuji kebenarannya, yaitu memungkinkan dua orang yang kompeten untuk menghasilkan informasi yang sama secara independent.

Nilai informasi ditentukan dari dua hal yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan mendapatkannya. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa informasi yang digunakan dalam suatu sistem informasi umumnya digunakan untuk beberapa kegunaan. Sebagian informasi tidak dapat ditaksir keuntungannya dengan suatu nilai tetapi dapat ditaksir nilai keefektipannya.

2.3 Konsep Dasar Sistem Informasi

Sistem Informasi (SI) merupakan sistem pembangkit informasi. Dengan integrasi yang dimiliki antar sub-sistemnya, Sistem Informasi akan mampu menyediakan informasi yang berkualitas, tepat, cepat, dan akurat sesuai dengan manajemen yang membutuhkannya.

Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information Sistem-CBIS) mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah Sistem Informasi. Lebih jelasnya, CBIS merupakan sistem


(27)

pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan. Beberapa istilah yang terkait dengan CBIS antara lain adalah data, informasi, sistem, sistem informasi, dan “basis komputer” sebagai kata kuncinya.

Dengan semakin majunya teknologi sekarang saat ini, diperusahaan-perusahaan selau diterapkan suatu sistem informasi yang baru dengan mengikuti perkembangan jaman. Dengan diterapkannya sistem yang dirancang dengan baik akan mempermudah didalam pengoreksian jika terjadi kesalahan-kesalahan atau kendala yang terjadi di dalam perusahaan.

Informasi dihasilkan oleh suatu proses sistem informasi dan bertujuan menyediakan informasi untuk membantu pengambilan keputusan manajemen, operasi perusahaan dari hari ke hari dan informasi yang layak untuk pihak perusahaan.

Menurut Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis di dalam bukunya Accounting Informatioon Systems mendefinisikan sistem informasi sebagai berikut:

“Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategis dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan”[4].

Sedangkan menurut Susanto Azhar:

“ Sistem Informasi adalah kumpulan dari sub-sub sistem komponen baik phisik maupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan


(28)

bekerjasama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berguna “[3].

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi merupakan perpaduan antara manusia, alat teknologi, media, prosedure dan pengendalian yang bertujuan untuk menata jaringan komunikasi sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat. Kegiatan yang terdapat pada sistem informasi antara lain :

a. Input, menggambarkan suatu kegiatan untuk menyediakan data yang akan diproses

b. Proses, menggambarkan bagaimana suatu data diproses untuk menghasilkan suatu informasi yang bernilai tambah

c. Output, suatu kegiatan untuk menghasilkan laporan dari proses diatas d. Penyimpanan, suatu kegiatan untuk memelihara dan menyimpan data e. Kontrol, suatu aktifitas untuk menjamin bahwa sistem informasi

tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan

Kegiatan sistem informasi dapat dilihat pada gambar 2.3.


(29)

2.4 Metode Pengembangan Sistem dengan Incremental

Metodologi yaitu kesatuan metode-metode atau aturan-aturan pekerjaan yang digunakan oleh suatu ilmu pengetahuan. Sedangkan metode adalah suatu cara atau teknik yang sistematik mengerjakan sesuatu.

Secara umum tujuan pengembangan sistem informasi adalah untuk memberikan kemudahan dalam menyampaikan informasi, mengurangi biaya dan menghemat waktu, meningkatkan pengendalian, mendorong pertumbuhan, meningkatkan produktivitas serta profitabilitas organisasi.

Pengembangan sistem dapat berarti penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.

Metode pengembangan sistem menggunakan metode Incremental yang sudah dikembangakan dari Waterfall model, karena metode Incremental ini terdiri dari tahap-tahap yang memberikan kemudahan, jika pada satu tahap tidak sesuai atau mengalami kesalahan maka dapat kembali ke tahap sebelumnya.

2.5 Analisis Perancangan Terstruktur

Dalam tahap perancangan suatu sistem diperlukan adanya teknik-teknik penyusunan sistem untuk menganalisa dan mendokumentasikan data yang mengalir didalam sistem tersebut. Teknik-teknik tersebut adalah diagram kontek, data flow diagram, kamus data, normalisasi, dan Entity Relation Diagram (ERD).

2.5.1 Diagram Kontek

Diagram konteks adalah model atau gambar yang menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungan sistem. Untuk menggambarkan diagram


(30)

konteks, kita deskripsikan data apa saja yang dibutuhkan oleh sistem dan dari mana sumbernya, serta informasi apa saja yang akan dihasilkan oleh sistem tersebut dan kemana informasi tersebut akan diberikan.

2.5.2 Data Flow Diagran (DFD)

Data Flow Diagram (DFD) adalah diagram alir yang dipresentasikan dalam bentuk lambang-lambang tertentu yang menunjukkan proses atau fungsi, aliran data, tempat penyimpanan data, dan entitas eksternal.

Penggunaan DFD sangat berguna untuk mengetahui prosedur suatu program. Keuntungan yang lain adalah mempermudah pemakai atau user yang kurang menguasai komputer, untuk mengerti sistem yang akan dibuat.

2.5.3 Kamus Data

“Kamus data atau data directory adalah katalog fakta tentang data dan kebutuhan-kebutuhan informasi dari suatu sistem informasi”[1].

Dengan menggunakan kamus data, analisis sistem dapat mendefinisikan data yang mengalir di sistem dengan lengkap. Pada tahap perancangan sistem, kamus data dapat digunakan untuk merancang input, output, dan merancang database program. Kamus data dibuat berdasarkan arus data yang ada.

2.5.4 Normalisasi

“Normalisasi Adalah teknik yang digunakan untuk menstrukturkan data sedemikian rupa sehingga mengurangi atau mencegah timbulnya masalah-masalah yang berhubungan dengan pengolahan basis data”[4].


(31)

Proses normalisasi didalam model basis data relasional menitikberatkan pada masalah penentuan struktur data yang paling sederhana untuk tabel-tabelnya. Hasil proses normalisasi adalah data, records atau tabel-tabel yang konsisten secara lojik, mudah dimengerti, dan pemeliharaannya tidak sulit dan murah. Proses normalisasi sering digunakan sebagai salah satu pendekatan yang dilakukan dalam perancangan skema basis data dalam bentuk normal.

Adapun Konsep-konsep yang digunakan pada normalisasi, antara lain : 1. Kunci Atribut (Key Field / Key Attribute)

Suatu kunci field yang mewakili record / tupple. 2. Kunci Kandidat (Candidate Key)

Satu atribut atau satu set atribut yang mengidentifikasikan secara unik dari suatu entiti.

3. Kunci Primer (Primary Key)

Satu atribut atau satu set atribut yang mengidentifikasikan secara unik dan mewakili setiap kejadian pada suatu entiti.

4. Kunci alternatif (Alternate Key)

Kunci kandidat yang dipakai sebagai kunci primer. 5. Kunci Tamu (Foreign Key)

Satu atribut atau satu set atribut dan melengkapi hubungan yang menunjukan ke induknya.

Berikut ini merupakan bentuk-bentuk normalisasi: 1. Bentuk normal pertama (1NF)

Suatu tabel dapat disebut bentuk normal pertama jika semua atributnya memiliki nilai yang atomik (atribut yang bersangkutan


(32)

tidak dapat dibagi lagi menjadi atribut-atribut yang lebih kecil) tetapi masih mengandung redudancy (atribut yang tampil berulang-ulang) 2. Bentuk normal kedua (2NF)

Suatu tabel bentuk normal pertama yang memenuhi syarat tambahan bahwa semua atribut bukan kuncinya hanya bergantung pada kunci primer.

3. Bentuk normal ketiga (3NF)

Suatu tabel bentuk normal kedua yang memenuhi syarat tambahan bahwa semua atribut bukan tidak memiliki ketergantungan transitif terhadap kunci primer.

4. Bentuk normal Boyce-Codd (BCNF)

Suatu tabel yang memiliki semua field penentu yang merupakan candidate key. Bentuk ini merupakan perbaikan bentuk normal ketiga.

2.5.5 Entity Relation Diagram (ERD) / Relasi Tabel

Entity Relationship Diagram (ERD) adalah suatu model diagram yang menyatakan keterhubungan suatu entity dengan entity yang lain. Atau juga dapat dikatakan sebagai sebuah teknik untuk menggambarkan informasi yang dibutuhkan dalam sistem dan hubungan antar data-data tersebut.

Secara terjemahan dalam bahasa Indonesia, Entity Relationship Diagram adalah diagram relasi atau keterhubungan entitas. Dari model Entity Relationship Diagram akan didapatkan data-data yang dibutuhkan sistem. Dengan begitu maka akan didapatkan pula kejelasan aktivitas yang dilakukan dalam sistem.


(33)

Didalam Entity Relationship Diagram (ERD) dikenal beberapa komponen, yaitu sebagai berikut :

a. Entitas (Entity)

Adalah suatu objek yang memiliki hubungan dengan objek lain. Dalam ERD digambarkan dengan bentuk persegi panjang.

b. Hubungan (Relationship)

Dimana entitas dapat berhubungan dengan entitas lain, hubungan ini disebut dengan entity relationship yang digambarkan dengan garis. Ada empat bentuk relasi dasar pada database, yaitu :

a. One-to-One

Artinya satu data memiliki satu data pasangan.

b. One-to-Many

Artinya satu data memiliki beberapa data pasangan.

c. Many-to-One

Artinya beberapa data memiliki satu data pasangan.

d. Many-to-Many

Artinya beberapa data memiliki beberapa data pasangan. c. Atribut

Adalah elemen dari entitas yang berfungsi sebagai deskripsi karakter entitas dan digambarkan dengan bentuk elips.

2.6 Konsep Basis Data

Hampir di semua aspek pemanfaatan perangkat komputer dalam sebuah organisasi atau perusahaan senantiasa berhubungan dengan basis data. Perangkat


(34)

komputer dalam suatu organisasi atau perusahaan biasanya digunakan untuk menjalankan fungsi pengelolaan sistem informasi, yang dewasa ini sudah menjadi suatu keharusan demi untuk meningkatkan efisiensi, daya saing, dan kecepatan operasional perusahaan.

2.6.1 Pengertian Basis Data

Basis Data terdiri dari dua kata, yaitu Basis dan Data. Basis kurang lebih dapat diartikan sebagai markas atau gudang, tempat bersarang atau berkumpul. Sedangkan Data adalah representasi fakta dunia nyata mewakili suatu objek seperti manusia, barang, hewan, peristiwa dan sebagainya.

Basis data merupakan kumpulan dari data-data yang saling terkait dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Basis data adalah kumpulan-kumpulan file yang saling berkaitan.

2.6.2 Desain Basis Data

Penerapan basis data dalam sistem informasi disebut dengan sistem basis data (database sistem). Sistem basis data ini adalah suatu sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan tersedia untuk beberapa aplikasi yang bermacam-macam di dalam suatu organisasi.

Tujuan dari desain basis data ini adalah untuk menentukan data-data yang dibutuhkan dalam sistem, sehingga informasi yang dihasilkan dapat terpenuhi dengan baik. Perancangan database yang digunakan adalah untuk memudahkan dalam mengetahui file-file database yang digunakan dalam


(35)

perancangan sistem, sekaligus untuk mengetahui hubungan antara file dari database tersebut.

Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam database adalah sebagai berikut :

1. Menyimpan seluruh data dan informasi secara terpusat. 2. Mengurangi redudansi data atau duplikasi data.

3. Melakukan perubahan-perubahan data untuk menyelesaikan dan untuk pengembangan yang akan datang.

4. Menjamin keamanan data.

2.7 Jaringan Komputer

Jaringan komputer adalah sebuah kumpulan komputer, printer dan peralatan lainnya yang terhubung. Informasi dan data bergerak melalui kabelkabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling bertukar dokumen dan data, mencetak pada printer yang sama dan bersama sama menggunakan hardware/software yang terhubung dengan jaringan. Tiap komputer, printer atau periferal yang terhubung denganjaringan disebut node. Sebuah jaringan komputer dapat memiliki dua, puluhan, ribuan atau bahkan jutaan node.

Sebuah jaringan biasanya terdiri dari 2 atau lebih komputer yang saling berhubungan diantara satu dengan yang lain, dan saling berbagi sumber daya misalnya CDROM, Printer, pertukaran file, atau memungkinkan untuk saling berkomunikasi secara elektronik. Komputer yang terhubung tersebut, dimungkinkan berhubungan dengan media kabel, saluran telepon, gelombang radio, satelit, atau sinar infra merah.


(36)

2.7.1 Jenis-Jenis Jaringan Komputer

Ada 3 jenis macam jaringan komputer yaitu:

1. Local Area Network (LAN)

Local Area Network (LAN), merupakan jaringan milik pribadi di dalam sebuah gedung atau kampus yang berukuran sampai beberapa kilometer. LAN seringkali digunakan untuk menghubungkan komputer-komputer pribadi dan workstation dalam kantor suatu perusahaan atau pabrik-pabrik untuk memakai bersama sumberdaya (misalnya printer) dan saling bertukar informasi.

2. Metropolitan Area Network (MAN)

Metropolitan Area Network (MAN), pada dasarnya merupakan versi LAN yang berukuran lebih besar dan biasanya menggunakan teknologi yang sama dengan LAN. MAN dapat mencakup kantorkantor perusahaan yang letaknya berdekatan atau juga sebuah kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi (swasta) atau umum. MAN mampu menunjang data dan suara, bahkan dapat berhubungan dengan jaringan televisi kabel.

3. Wide Area Network (WAN)

Wide Area Network (WAN), jangkauannya mencakup daerah geografis yang luas, seringkali mencakup sebuah negara bahkan benua. WAN terdiri dari kumpulan mesin-mesin yang bertujuan untuk menjalankan program-program (aplikasi) pemakai.


(37)

2.7.2 Topologi Jaringan

Topologi adalah suatu cara menghubungkan komputer yang satu dengan komputer lainnya sehingga membentuk jaringan. Cara yang saat ini banyak digunakan adalah bus, token-ring, star dan peer-to-peer network. Masing-masing topologi ini mempunyai ciri khas, dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri.

1. Topologi Bus

Pada topologi ini semua simpul (umumnya computer) dihubungkan melalui kabel yang disebut bus. Kabel yang digunakan adalah kabel koaksial.

Gambar 2.4 Topologi Bus

Dalam topologi bus ini memiliki kekurangan dan kelebihan yaitu :

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Topologi Bus

Kelebihan Kelemahan

• Hemat kabel

• Layout kabel sederhana

• Mudah dikembangkan

• Jika kabel utama putus, maka semua komputer tidak saling terhubung

• Diperlukan repeater untuk jarak jauh

• Deteksi dan isolasi kesalahan sangat kecil


(38)

2. Topologi Ring

Topologi ring mirip dengan topologi bus. Informasi dikirim oleh sebuah komputer akan dilewatkan ke media transmisi, melewati suatu komputer ke komputer berikutnya.

Gambar 2.5 Topologi Ring

Topologi ring terlihat pada gambar di atas. Metode ring (sering disebut ring saja) adalah cara menghubungkan komputer sehingga berbentuk ring (lingkaran). Setiap simpul mempunyai tingkatan yang sama. Jaringan akan disebut sebagai loop, data dikirimkan kesetiap simpul dan setiap informasi yang diterima simpul diperiksa alamatnya apakah data itu untuknya atau bukan. Terdapat kelebihan dan kelemahan dari tipe ini yaitu:

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kelemahan Topologi Ring

Kelebihan Kelemahan

• Hemat kabel

• Peka kesalahan


(39)

3. Topologi Star

Dalam topologi Star, tiap-tiap terminal terhubung ke konsentrator (hub/switch sentral) yang berfungsi sebagai penguat multi-port ("multi-port repeater"). Tiap terminal melakukan "broadcast" ke seluruh terminal yang terhubung ke konsentrator.

Gambar 2.6 Topologi Star

Merupakan kontrol terpusat, semua link harus melewati pusat yang menyalurkan data tersebut kesemua simpul atau client yang dipilihnya. Simpul pusat dinamakan stasium primer atau server dan lainnya dinamakan stasiun sekunder atau client server.

server sewaktu-waktu dapat menggunakan hubungan jaringan tersebut tanpa menunggu perintah dari server. Terdapat kelebihan dan kelemahan dari tipe ini yaitu:

Tabel 2.3 Kelebihan dan Kelemahan Topologi Star

Kelebihan Kelemahan

• Paling fleksible

• Pemasangan atau perubahan stasiun

sangat mudah dan tidak menggangu bagian jaringan lain

• Boros kabel

• Perlu pengangan khusus

• Kontrol terpusat (HUB) jadi elemen kritis


(40)

• Kontrol terpusat

• Kemudahan deteksi dan isolasi

• Kemudahan pengelola jaringan

2.7.3 Manfaat Jaringan Komputer

Secara umum, jaringan mempunyai beberapa manfaat yang lebih

dibandingkan dengan komputer yang berdiri sendiri dan dunia usaha telah pula

mengakui bahwa akses ke teknologi informasi modern selalu memiliki keunggulan

kompetitif dibandingkan pesaing yang terbatas dalam bidang teknologi. Adapun

beberapa manfaat dari penggunaan jaringan adalah sebagai berikut:

1. Jaringan memungkinkan manajemen sumber daya lebih efisien. Misalnya,

banyak pengguna dapat saling berbagi printer tunggal dengan kualitas

tinggi, dibandingkan memakai printer kualitas rendah di masing-masing

meja kerja. Selain itu, lisensi perangkat lunak jaringan dapat lebih murah

dibandingkan lisensi stand-alone terpisah untuk jumlah pengguna sama.

2. Jaringan membantu mempertahankan informasi agar tetap andal dan

up-todate. Sistem penyimpanan data terpusat yang dikelola dengan baik

memungkinkan banyak pengguna mengaskses data dari berbagai lokasi

yang berbeda, dan membatasi akses ke data sewaktu sedang diproses.

3. Jaringan membantu mempercepat proses berbagi data (data sharing).

Transfer data pada jaringan selalu lebih cepat dibandingkan sarana berbagi

data lainnya yang bukan jaringan.

4. Jaringan memungkinkan kelompok-kerja berkomunikasi dengan lebih

efisien. Surat dan penyampaian pesan elektronik merupakan substansi


(41)

pemantauan proyek, konferensi online dan groupware, dimana semuanya

membantu team bekerja lebih produktif.

5. Jaringan membantu usaha dalam melayani klien mereka secara lebih

efektif. Akses jarak-jauh ke data terpusat memungkinkan karyawan dapat

melayani di lapangan dan klien dapat langsung berkomunikasi dengan

pemasok.

2.8 Pengertian Client Server

Server adalah komputer yang mempunyai kemampuan yang lebih dari

komputer client, dimana didalamnya tersimpan program dan data-data yang akan

didistribusikan. Sementara Client adalah komputer dengan kemampuan standar yang

digunakan sebagai tampilan untuk user, didalamnya tersimpan data-data yang dapat

digunakan secara perorangan, mengumpulkan dan menampilkan data, serta

menyimpan data ke server.

Dengan sistem ini akan sangat memudahkan pengaturan dan pengontrolan

sistem, karena dengan sistem ini semua data atupun programprogram disimpan

dipusat dan bilamana ada data yang hendak dipakai maka client dapat mengambilnya

di server.

2.9 Perangkat Lunak Pendukung

Perangkat lunak yang mendukung dalam menyajikan suatu system koperasi ini


(42)

2.9.1 Borland Delphi 7.0

Borland Delphi 7.0. Secara umum Borland Delphi memiliki kemiripan dengan

Visual Basic kecuali bahasa dasarnya adalah Object Pascal (suatu versi Pascal yang

mengadopsi konsep pemrograman berorientasi objek). Delphi juga mengadopsi

teknologi COM+/MTS (Conponent Object Model / Microsoft Transaction Server),

yaitu teknologi Microsoft yang memungkinkan sekumpulan komponen yang

dikembangkan dengan bahasa-bahasa pemrograman yangberbeda digunakan oleh

suatu aplikasi dengan syarat bahasa-bahasa pemrograman itu menggunakan platform

COM[6].

Salah satu kelebihan Delphi adalah aplikasinya bisa dikembangkan diatas

berbagai macam sistem operasi, misalnya UNIX, LINUX dan sebagainya. Kelebihan

lainnya adalah pada umumnya aplikasi yang dikembangkan dengan Delphi akan

berjalan lebih cepat , selain itu tipe data yang dimiliki oleh Delphi lebih lengkap.

Delphi merupakan perangkat pengembangan aplikasi yang sangat terkenal

dilingkungan Window. Dengan menggunkan perangkat lunak ini kita dapat

membangun berbagai aplikasi Windows dengan cepat dan mudah. Dengan

pendekatan visual, kita dapat menciptakan aplikasi yang canggih tanpa banyak

menuliskan kode.

Delphi menggunakan bahasa Objek Pascal sebagai dasar. Jika kita telah

menguasai Pascal, kita dapat lebih mudah memahami program Delphi. Untuk

mempermudah pemograman dalam membuat program aplikasi, Delphi menyediakan

fasilitas pemograman yang sangat lengkap. Khusus untuk pemograman database,

Delphi menyediakan objek yang sangat kuat, canggih dan lengkap, sehingga

memudahkan pemograman dalam merancang, membuat dan menyelesaikan aplikasi


(43)

berbagai format database, misalnya MS.Accses, SyBase, Oracle, FoxPro, Informix,

InterBase, SQL Server dll. Format database yang dianggap asli dari Delphi adalah

Paradox dan dBase.

2.9.2 SQL Server

SQL Server merupakan salah satu dari sejumlah bahasa pemrograman

database (DBMS) yang bersaing merebut popularitas bersama-sama dengan dbase,

Foxpro, FoxBase, QuickSilver dll. SQL Server kini mulai menjauhkan diri dan

melangkah jauh lebih ke depan, terutama dengan munculnya versi SQL Server

2000[6].

Menentukan bahasa mana yang terbaik untuk aplikasi database akan bersifat

sangat subyektif. Namun, biasanya dukungan akan bahasa SQL (structure query

language), kriteria kecepatan, pemakaian memori, mudah tidaknya program, dan daya

tampung data menjadi kriteria utama.

Selain keutamaan SQL Server sebagai penampung database cukup besar dan

dukungannya terhadap bahasa SQL.

SQL Server memiliki banyak kemiripan dengan Microsoft Access dalam hal

fasilitas-faslitas yang dimilikinya tetapi menyediakan fasilitas-fasilitas tambahan

karena SQL Server ditujukan untuk aplikasi-aplikasi berskala besar dimana data-data

dengan jumlah yang sangat banyak perlu diorganisasi dengan seksama.

Fasilitas-fasilitas tambahan itu antara lain :

1. Dukungan penuh terhadap komputasi dimana pada komputasi jaringan

mungkin dijumpai permasalahan konkurensi, yaitu kekonsistenan data saat

terjadi akses oleh banyak pengguna. Komputasi jaringan yang juga didukung


(44)

2. Dukungan penuh terhadap SQL. SQL Server mendukung juga

perintah-perintah bertipe DCL (Data Control Language) yang penting berfungsi

sedemikian sehingga suatu data tidak dapat diakses oleh oknum-oknum yang

tidak bertanggung jawab.

3. Dukungan penuh terhadap arsitektur client-server, SQL Server mendukung

penuh arsitektur ini sehingga dapat digunakan sebagai basis data untuk

aplikasi-aplikasi yang sangat besar.

4. Catatan (log) untuk kegagalan-kegagalan dalam transaksi dengan basis data.

Catatan-catatan ini penting untuk administrator basis data untuk memulihkan

basis data jika terjadi kerusakan pada basis data.

2.10 Pemodelan Sistem Pendukung Keputusan

Seperti telah dijelaskan diatas sistem didefinisikan sebagai kumpulan objek yang memiliki keterkaitan fungsi dan prosedur untuk mencapai tujuan tertentu bersama-sama. Sistem pengambilan keputusan berkaitan dengan elemen-elemen keputusan seperti pengambilan keputusan, tool pengambilan keputusan, aturan dan ide atau prinsip dengan tujuan mencari solusi atas permasalahan keputusan yang dihadapi.

2.10.1 Model Keputusan

Model keputusan relevan dengan model secara umum. Model didefinisikan sebagai representasi sederhana dari suatu keadaan nyata (Ramdhani [2]).


(45)

Id en tifikasi P e rm a sala h an da n T u jua n

P en d efin isian S iste m

F o rm ulasi M od el

P aram e terisasi M od e l

V a lida si M o d el

V a lida si M o d el V a lid N o

Y e s

2.10.2 Tahapan Pemodelan

Pemodelan pada dasarnya merupakan proses membangun atau membentuk sebuah model, dalam bahasa formal tertentu, dari suatu system nyata berdasarkan sudut pandang tertentu menurut Ramdhani [2]. Sistem nyata akan dilihat dan dibaca oleh pemodelan dan membentuk citra atau gambaran tertentu di dalam pikirannya.

Pemodelan dilakukan menurut beberapa tahapan seperti yang ditunjukan oleh gambar 2.7. Tahapan ini menjadi arah bagi pemodel untuk membuat model yang memiliki karakter dengan tingkat generalisasi tinggi, mekanisme transparan, berpotensi untuk dikembangkan peneliti lain, dan peka terhadap perubahan asumsi.

Gambar 2.7 Tahapan Pemodelan Sistem

Tahapan ini mengisyaratkan pemodelan untuk memasukkan komponen pada suatu system nyata yang benar – benar menentukan perilaku system untuk


(46)

suatu persoalan yang sedang diamati dan mengisyaratkan bahwa pengguna model harus tetap mempertahankan validitasnya dan asumsinya.

2.11 Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk

Pengambilan keputusan kriteria majemuk pada prinsipnya menurut Ramdhani adalah sebagai berikut :

“Model pengambilan keputusan untuk penentuan prioritas alternatife dengan menggunakan dua atau lebih kriteria atau atribut, yang satu sama lain terkadang memiliki konflik dan kriteria yang tidak sepadan untuk beberapa kepentingan kelompok”.

Lebih lanjut lagi, menurut Ramdhani menyatakan penggunaan model untuk pengambilan keputusan kriteria majemuk untuk suatu keputusan tertentu tergantung pada saat pemilihan kriteria yang digunakan sebagai kriteria satuan analisis. Pada saat pembuatan kriteria, pengambilan keputusan harus mencoba untuk menggambarkan dalam bentuk kuantifikasi jika hal ini memungkinkan, karena akan selalu ada faktor yang tidak dapat dikuantifikasikan yang juga tidak dapat diabaikan. Bila diabaikan maka hal ini dapat mengakibatkan semakin sulitnya membuat perbandingan kenyataan bahwa kriteria yang baik tidak bisa dikuantifikasikan itu sukar untuk diperkirakan dan diperbandingkan hendaknya tidak dapat menyebabkan pengambilan keputusan untuk tidak menggunakan kriteria tersebut, karena kriteria ini dapat saja relevan dengan masalah utama di dalam setiap analisis. Beberapa kriteria yang kemungkinan sangat penting, tetapi sulit dikuantifikasikan adalah seperti faktor-faktor sosial (seperti gangguan lingkungan), estetika, keadilan, faktor-faktor politis, serta kelayakan pelaksanaan,


(47)

akan tetapi jika suatu kriteria dapat dikuantifikasikan tanpa merubah pengertiannya, maka hal ini dapat dilakukan.

2.11.1 Penentuan Kriteria

Sifat – sifat yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria pada setiap persoalan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut menurut Ramdhani:

1. Lengkap

Kriteria yang dipilih harus dapat mencakup seluruh aspek penting dalam persoalan tersebut. Suatu set kriteria disebut lengkap apabila set ini dapat menunjukkan seberapa jauh seluruh tujuan dapat dicapai. 2. Operasional

Kriteria yang baik harus dapat digunakan dalam analisis. Sifat operasional ini mencakup beberapa pengertian, antara lain bahwa set kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambilan keputusan, sehingga ia dapat benar – benar menghayati implikasinya terhadap alternatif yang ada. Selain itu, jika tujuan pengambilan keputusan ini harus dapat digunakan sebagai sarana untuk meyakinkan pihak lain, maka set kriteria ini harus dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan penjelasan atau untuk berkomunikasi. Operasional ini juga mencakup sifat dapat diukur, tujuannya adalah untuk memperolah distribusi kemungkinan dari tingkat pancapaian kriteria yang mungkin diperoleh (untuk keputusan dalam ketidakpastian) dan mengungkapkan perferensi pengambilan keputusan atas pencapaian kriteria.


(48)

3. Tidak Berlebihan

Kriteria yang dipilih tidak berlebihan untuk menghindari perhitungan yang berulang. Proses menentukan set kriteria diusahakan menghindari kriteria yang mengandung pengertian yang sama.

4. Minimum

Jumlah kriteria harus minimum dengan tujuan agar lebih mengkonprehensifkan persoalan. Semakin banyak kriteria yang dilibatkan maka semakin sukar pula untuk dapat menghayati permasalahan dengan baik, lebih jauh lagi, jumlah perhitungan yang diperlukan dalam analisis akan semakin banyak.

2.11.2 Jenis Metode Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk

Menurut Saaty [2] ada beberapa metode standar yang umum digunakan untuk pengambilan keputusan Kriteria majemuk adalah Multi Attribute Utility Theory (MAUT) (Edward, W, 1997), Simple Multi Attribute Rating Tecnique (SMART) (Edward, W dan Barron, FH, 1994 ) dan Analytic Hierarchy Process (AHP) (Saaty, TL, 1980). Perkembangan ilmu pengambilan keputusan kriteria majemuk juga telah meluas dengan diperkenalkan metode yang lebih kompleks seperti Analytic Network Process (ANP).

Penelitian pada sistem pendukung keputusan perijinan trayek kapal pedalaman AKDP di UPTD Balai Pengelolaan Pelabuhan Laut dan ASDP Provinsi Jawa Barat mengambil basis metode AHP sebagai metode untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam menerbitkan perijinan trayek kapal pedalaman AKDP.


(49)

2.12 Analytic Hierarchy Process (AHP)

Menurut Saaty [2] metode AHP atau Proses Hirarki Analitik merupakan salah satu metode pengambilan keputusan dimana faktor – faktor logika, intuisi, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dicoba untuk dioptimasikan dalam suatu proses yang sistematis. Metode AHP ini mulai dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika University Of Pittsburgh di Amerika Serikat, pada awal tahun 1970 – an.

AHP yang dikembangkan oleh Saaty ini memecahkan yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak kompleksitas ini disebabkan oleh banyak hal diantaranya struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pengambilan keputusan serta ketidakpastian tersedia data statistic yang akurat atau bahkan tidak ada sama sekali. Adakalanya timbul masalah keputusan yang dirasakan dan diamati perlu diambil secepatnya, tetapi variasinya rumit sehingga datanya tidak dapat dicatat secara numeric (kuantitatif), namun secara kualitatif, yaitu berdasarkan persepsi pengalaman dan intuisi. Namun, tidak menutup kemungkinan, bahwa model – model lainnya ikut dipertimbangkan pada saat proses pengambilan keputusan dengan pendeketan AHP, khususnya dalam memahami para keputusan individual pada saat proses penerapan pendekatan ini

2.12.1 Kelebihan dan Kelemahan AHP

Metode AHP telah banyak penggunaannya dalam berbagai skala bidang kehidupan. Kelebihan metode AHP ini dibandingkan dengan pengambilan keputusan kriteria majemuk lainnya adalah :


(50)

1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub – sub kriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitasi sampai dengan batas toleransi inkosistensi berbagai kriteria dan alternative yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

4. Metode AHP memiliki keunggulan dari segi proses pengambilan keputusan dan akomodasi untuk atribut – atribut baik kuantitatif maupun kualitatif.

5. Metode AHP juga mampu menghasilkan hasil yang lebih konsisten dibandingkan dengan metode – metode lainnya.

6. Metode pengambilan keputusan AHP memiliki system yang mudah dipahami dan digunakan.

Kelemahan – kelemahan penggunaan metode AHP yaitu :

1. Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuan yang cukup dalam (expert) mengenai permasalahan dan tentang AHP itu sendiri. 2. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang

sangat tajam atau ekstrim dikalangan responden.

Secara naluriah manusia dapat mengestimasi besaran sederhana melalui inderanya. Proses paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan yang dapat dipertanggungjawabkan, untuk itu Saaty


(51)

menetapkan skala kuantitatif 1 sampai 9 untuk menilai secara perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen dengan elemen lain seperti pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas

Kepentingan

Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lain.

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya.

5 Elemen yang satu sedikit lebih cukup dari pada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan atas elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting

dari pada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.

2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai perbandingan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan. Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan dengan

aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

2.12.2 Langkah-langkah Perhitungan AHP

Untuk mendukung sistem pengambilan keputusan yang akan dibangun ini, maka digunakan model perhitungan bobot dengan metode AHP. Adapun tahap – tahap dalam proses perhitungan bobot antara lain :

a. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum. Dilanjutkan dengan kriteria – kriteria pada tingkat yang paling bawah.


(52)

1. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang bersumber pada tabel 2.5 yang menggambarkan kontibusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing – masing kriteria dengan kriteria lainnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan diskusi dan pendapat dari narasumber yang bergerak dibidang yang berhubungan bagian peminjaman dengan menilai tingkat kepentingan suatu kriteria dibandingkan kriteria lainnya.

2. Menghitung Total Prioritas Value untuk mendapatkan bobot kriteria dengan cara seperti yang terlihat pada tabel 2.5 dan tabel 2.6 berikut.

Tabel 2.5 Penjumlahan Kolom

K1 K2 … Kn

K1 Nilai perbandingan K11 +… … +… K2 Nilai perbandingan K12 +… … +… K3 Nilai perbandingan K13 +… … +…

: : : : :

Kn Nilai perbandingan K1n +… … +… ΣKolom

Tabel 2.6 Penjumlahan Baris

K1 K2 … Kn TPV

K1 Nilai perbandingan K11 / Σkolom

+… … +… Σbaris1

n/n K2 Nilai perbandingan K12 /

Σkolom

+… … +… Σbaris2

n/n K3 Nilai perbandingan K13 /

Σkolom

+… … +… Σbaris3

n/n

: : : : : :

Kn Nilai perbandingan K1n / Σkolom

+… … +… Σbarisn

n/n Keterangan :

K = Kriteria n = Banyaknya kriteria TPV = Total Priority Value


(53)

3. Nilai TPV yang didapat merupakan nilai bobot untuk setiap kriteria. c. Memeriksa konsistensi matriks perbandingan suatu kriteria.

Adapun langkah – langkah dalam memeriksa konsistensi adalah sebagai berikut :

1. Pertama bobot yang didapat dari nilai TPV dikalikan dengan nilai – nilai elemen matriks perbandingan yang telah diubah menjadi bentuk desimal, dan dilanjutkan dengan menjumlahkan entri – entri pada setiap baris, dapat dilihat pada tabel 2.7 dibawah ini :

Tabel 2.7 Perkalian TPV dengan elemen matriks

K TPV K1 TPV K2 TPV Kn

K1 Nilai perbandingan K11 * TPV K1 … Nilai perbandingan K1n * TPV Kn

K2 … … …

K3 … … …

: : : :

Kn Nilai perbandingan Kn1 * TPV Kn … Nilai perbandingan Knn * TPV Knn

2. Kemudian jumlah setiap barisnya, dapat dilihat pada tabel 2.9 berikut : Tabel 2.8 Penjumlahan Baris Setelah Perkalian

K TPV K1 TPV K2 … TPV Kn Σbaris

K1 Nilai perbandingan K11 * TPV K1 +… … +… Σbarisk1

K2 … +… … +… …

K3 … +… … +… …

: : : : : :

Kn Nilai perbandingan Kn1 * TPV Kn +… … +… Σbariskn

3. Kemudian mencari λmaks, pertama – tama mencari nilai rata – rata setiap kriteria atau subkriteria yaitu jumlah hasil pada langkah no.2 diatas yaitu Σbaris dibagi dengan TPV dari setiap kriteria.


(54)

Σbaris K1 TPV K1 λmaks K1 … ÷ … = … Σbaris Kn TPV Kn λmaks Kn Kemudian akan diperoleh λmaks dengan cara sebagai berikut : λmaks = λmaks K1 + … + … + λmaks Kn ÷ n

Keterangan :

λmaks = nilai rata – rata dari keseluruhan criteria n = jumlah matriks perbandingan suatu kriteria

4. Setelah mendapatkan λmaks, kemudian mencari Consistency Index ( CI ), yaitu dengan persamaan :

CI = λmax – n n – 1

5. Kemudian mencari Consistency Ratio (CR) dengan mengacu pada Nilai Indeks Random atau Random Index (RI) yang dapat di ambil dengan ketentuan sesuai dengan jumlah kriteria yang di ambil, dapat di lihat pada tabel 2.10, yaitu dengan persamaan :

Tabel 2.9 Ketentuan Random Index (RI)

Orde Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9

RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45

Orde Matriks 10 11 12 13 14 15

RI 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59

CR = CI RI

6. Matriks perbandingan dapat diterima jika Nilai Rasio Konsistensi ≤ 0.1, jika nilai CR > 0.1 maka pertimbangan yang dibuat perlu diperbaiki.


(55)

7. Perhitungan nilai alternatif subkriteria

Melakukan perhitungan nilai keseluruhan dari alternatif pilihan suatu subkriteria, yaitu dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), seperti pada tabel 2.11 perhitungan Vi, yang mengacu pada persamaan di bawah ini:

Vi = ∑wj * xij Dimana:

Vi = Nilai keseluruhan dari alternatif pilihan suatu subkriteria.

Wj = TPV (bobot prioritas) subkriteria yang di dapat dengan menggunakan metode (AHP).

Xij = Nilai alternatif pilihan sukriteria. i = Alternatif pilihan

j = Subkriteria.

Tabel 2.10 Perhitungan Vi

No Subkriteria wj Alternatif Pilihan xij Wj * xij

1 J1 Wj1 I1 Xij1 Wj1 * xij1

... .... .... .... ... ...

N Jn Wjn in xijn Wjn * xijn

Vi= ∑wj * xij j

2.13 Perhitungan Matematis AHP

Untuk mendukung sistem pengambilan keputusan yang akan dibangun ini, maka digunakan model perhitungan matematis dengan metode AHP.


(56)

2.13.1 Contoh Perhitungan AHP

Masalah pemilihan sekolah dilakukan oleh Prof.T.L Saaty untuk membantu anakanya dalam menentukan perguruan tinggi apa yang akan dimasukinya setelah lulus dari sekolah. Anaknya menemui kesukaran dalam memilih satu dari tiga perguruan tinggi yang menerimanya sebagai mahasiswa. Prof. Saaty memutuskan untuk membuat suatu hirarki yang dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut

Memilih Sekolah

PBM LP KS PK KUA KM

Sekolah A Sekolah B Sekolah C

Gambar 2.8 Struktur Hirarki Dalam Pemilihan Sekolah Keterangan :

PBM = Proses Belajar Mengajar LP = Lingkungan Pergaulan KS = Kehidupan Sekolah PK = Pendidikan Kejurusan

KUA = Kualifikasi yang diminta sekolah KM = Mutu Pendidikan musik

Setelah penyusunan hirarki selesai maka langkah selanjutnya adalah melakukan perbandingan antara elemen – elemen dengan memperhatikan pengaruh elemen pada level diatasnya. Perbandingan dilakukan dengan skala 1 sampai 9. Matriks perbandingan dari level dua dapat dilihat pada table 2.11.


(57)

Table 2.11 Perbandingan Kepentingan Level 2

PBM LP KS PK KUA KM

PBM 1 4 3 1 3 4

LP 1 / 4 1 7 3 1 / 5 1

KS 1 / 3 1 / 7 1 1 / 5 1 / 5 1 / 6

PK 1 1 / 3 5 1 1 1 / 3

KUA 1 / 3 5 5 1 1 3

KM 1 / 4 1 6 3 1 / 3 1

Nilai pada table 2.12 dapat disintesiskan dengan jalan menjumlahkan angka – angka yang terdapat pada setiap kolom, setelah itu angka dalam setiap sel dibagi dengan jumlah pada kolom yang bersangkutan. Proses ini akan menghasilkan matriks yang telah normal seperti pada tabel 2.12.

Table 2.12 Matriks yang dinormalkan

PBM LP KS PK KUA KM Rata – rata

PBM 6 / 19 23 / 66 1 / 9 5 / 46 45 / 86 8 / 19 0.30

LP 3 / 38 2 / 23 7 / 27 15 / 46 3 / 86 2 / 19 0.15

KS 2 / 19 1 / 80 1 / 27 1 / 46 3 / 86 1 / 57 0.04

PK 6 / 19 2 / 69 5 / 27 5 / 46 15 / 86 2 / 57 0.14

KUA 2 / 19 17 / 39 5 / 27 5 / 46 15 / 86 6 / 19 0.22

KM 3 / 38 2 / 23 2 / 9 15 / 46 5 / 86 2 / 19 0.15

Nilai rata – rata dari setiap baris menunjukkan bahwa tingkat kepentingan faktor untuk masing – masing kriteria adalah : 30%, 15%, 4%, 14%, 22%, dan 15%. Setelah matriks level 2 selesai diisi dan dihitung bobot prioritasnya, langkah selanjutnya adalah membuat matriks perbandingan antar elemen level 3 dengan memperhatikan keterkaitannya dengan level 2. Proses ini memiliki langkah yang sama seperti proses yang telah dijelaskan sebelumnya.


(58)

2.13.2 Perhitungan Konsistensi AHP

Langkah pertama untuk menghitung konsistensi adalah dengan melakukan perkalian matriks antara matriks perbandingan pada table 2.12 dan vektor prioritas yang didapat pada table 2.13. Hasil perhitungan ini adalah sebagai berikut :

1 4 3 1 3 4 0.30 2.40

1/4 1 7 3 1/5 1 0.15 1.11

1/3 1/7 1 1/5 1/5 1/1 x 0.04 = 0.26

1 1/3 5 1 1 1/3 0.14 0.96

1/3 5 5 1 1 3 0.22 1.84

1/4 1 6 3 1/3 1 0.15 1.10

Selanjutnya nilai masing – masing sel pada vector hasil perkalian tersebut dibagi dengan nilai masing – masing sel pada vector prioritas sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

2.40 0.30 7.88

1.11 0.15 7.45

0.26 ÷ 0.04 = 6.75

0.96 0.14 6.76

1.84 0.22 8.31

1.10 0.15 7.50

Nilai λmax dapat dicari dengan perhitungan sebagai berikut : λmax = 7.88 + 7.45 + 6.75 + 6.76 + 8.31 + 7.50

6

Nilai Consistency Index ( CI ) didapat dengan perhitungan : CI = λmax – n = 7,44 – 6 = 0,29


(59)

Berdasarkan table 2.2 nilai Random Index ( RI ) untuk jumlah elemen 6 adalah 1,24 maka nilai Consistency Ratio ( CR ) adalah

CR = CI = 0.29 = 0,23 RI 1.24

Nilai 0,23 ini menyatakan bahwa rasio konsistensi dari hasil penelitian perbandingan diatas mempunyai rasio sebesar 23%. Nilai ini menyebabkan penilaian tersebut tidak dapat diterima dan harus diulangi kembali karena lebih besar dari 10% seperti yang telah dikemukakan oleh Saaty.

2.13.3 Perhitungan Multi Responden

Penilaian yang dilakukan oleh banyak responden akan menghasilkan pendapat yang berbeda satu sama lain. AHP hanya membutuhkan satu jawaban untuk satu matriks perbandingan. Jadi semua jawaban dari responden harus dirata – ratakan. Untuk itu Saaty memberikan metode perataan dengan Geometric Mean.

Geometric Mean Theory menyatakan bahwa jika terdapat n responden melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat n jawaban atau nilai numeric untuk setiap pasangan. Untuk mendapat suatu nilai tertentu dari semua nilai tersebut, masing – masing nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil perkalian dipangkatkan dengan 1/n. Secara matematis dapat dituliskan dalam persamaan berikut :

Aij = ( z1, z2, …, zn )1/n

aij adalah nilai rata – rata perbandingan antar kriteria Ai da Aj untuk n responden. Zi adalah nilai perbandingan antara kriteria Ai denagn Aj untuk responden ke – i dengan i = 1, 2, …, n dan n adalah jumlah responden.


(60)

2.14 Jaringan Pelayanan Transportasi di Jawa Barat

Penyelenggaraan transportasi merupakan kegiatan yang sangat penting dan strategis dalm melancarkan roda perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan, karena transportasi merupakan urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan di Jawa Barat.

Transportasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sarana, prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia, membentuk jaringan prasarana dan jaringan pelayanan secara nasional yang dipengaruhi elemen-elemen terkait antara lain kelaikan, sertifikasi, perambuan, kenavigasian, sumber daya manusia, geografi, demografi dll.

Keberhasilan pembangunan di Jawa Barat sangat ditentukan oleh peran sektor transportasi, oleh karena itu sistem transportasi wilayah harus dibina agar mampu menghasilkan jasa yang handal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas manusia barang dan jasa, mendukung pola distribusi serta mendukung pengembangan wilayah.

Dalam pembangunan transportasi di Jawa Barat, diharapkan pemerintah propinsi maupun pemerintah kabupaten/kota mempunyai peran sesuai kewenangan masing-masing yaitu berkewajiban menyusun rencana dan merumuskan kebijakan, mengendalikan dan mengawasi perwujudan transportasi. Salah satu kewajiban dimaksud adalah menetapkan jaringan prasarana transportasi dan jaringan pelayanan berkewajiban melaksanakan tugas pembangunan saranan


(61)

dan prasarana transportasi dengan prioritas daerah-daerah yang kurang berkembang.

Hasil pembangunan transportasi mampu menunjang upayah pemerataan dan penyebaran pembangunan, pertumbuhan ekonomi serta stabilitas nasional dengan jaringan transportasi yang semakin berkembang luas, perlu dimanfaatkan dan dikembangkan sejalan dengan peningkatan tuntutan kualitas pelayanan akibat meningkatnya kebutuhan mobilitas manusia dan barang serta tuntutan peningkatan kualitas pelayanan di masa yang akan dating.

Sejalan dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sektor transportasi dalam memandang daerah sebagai wilayah fungsional untuk melakukan penerapan kebijakan transportasi secara khusus yang berada dalam suatu kerangka nasional yang utuh dalam rangka memperlancar Sistem Jaringan Pelayanan Transportasi yang terpadu di Jawa Barat.

Jaringan Pelayanan Transporasi dimaksudkan untuk terciptanya pelayanan transportasi yang efektif dalam arti aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, tertib, teratur, lancar dan cepat, selamat, aman, mudah, tepat waktu dan nyaman, dan efisiensi dalam satu kesatuan jaringan transportasi lokal, wilayah dan jaringan transportasi nasional.

Tujuan Pelayanan Transportasi di Jawa Barat adalah terwujudnya transportasi yang efektif dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, dan meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa, membantu terciptanya pola distribusi yang mantap dan dinamis, serta mendukung pengembangan wilayah dan lebih memantapkan perkembangan


(62)

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara dan peningkatan hubungan antar wilayah dan nasional.

2.14.1 Dasar Hukum

Penyusunan Rencana Jaringan Pelayanan Trayek Angkutan merupakan bagian dari penyelenggaraan Perijinan Trayek Angkutan Kapal Pedalaman ASDP AKDP yang didasarkan pada :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan; 3. Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan

Pembangunan;

4. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 551.2/sk.102-PEREK/1999, tanggal 16 Pebruari 1999 tentang Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) di Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.

2.15 Perkembangan Pelayanan Jaringan Trayek Angkutan Kapal Pedalaman ASDP AKDP.

Pelayanan Jaringan Trayek adalah salah satu upaya yang dilaksanakan untuk menata kembali trayek – trayek angkutan jalan dalam satu kesatuan jaringan yang terpola dan terencana sesuai dengan karakteristik dan tata guna lahan yang ada, sehingga pada trayek – trayek tersebut selalu terjaga keseimbangan antara penyediaan (Supply) dan kebutuhan (demand).

Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan khususnya pelayanan angkutan orang di wilayah Jawa Barat, telah dilakukan berbagai upaya


(63)

perbaikan dan penataan baik dari segi kualitas maupun kuantitas pelayanan angkutan orang dengan kapal di air.

Pelayanan angkutan orang dengan kapal pedalaman dalam trayek tetap merupakan salah satu sarana yang paling dominant dalam menunjang aktifitas dan pergerakan orang antar wilayah di Jawa Barat. Untuk itu sudah sepantasnya pelayanan kapal pedalaman dapat dikembangkan agar tercipta suatu sistem pelayana angkutan yang lebih baik.

Salah satu upaya untuk melihat kembali keseimbangan antara supply dan demand dimaksud, adalah dengan melakukan evaluasi terhadap trayek – trayek yang telah beroperasi dan telah ditetapkan sebagai jaringan trayek oleh Pemerintah Provinsi di Jawa Barat. Dari 64 trayek angkutan AKDP tersebut pada tahun 2008, telah dilaksanakan evaluasi sebanyak 50 trayek, maka masih terdapat sekitar 14 trayek yang harus dievaluasi dan rencananya akan diusulkan pada tahun anggaran 2009.

Sebagaiman telah diamanatkan dalam Pasal 18 ayat (2) Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Perhubungan bahwa “ Evaluasi terhadap jaringan trayek dilakukan paling lambat 5 (lima) tahun sekali”, jadi evaluasi terhadap 64 trayek tersebut idealnya dilaksanakan serempak dalam waktu yang bersamaan, sehingga selesai kegiatan evaluasi sudah dapat dijadikan sebagai bahan untuk penetapan jaringan trayek. Akan tetapi mengingat keterbatasan waktu dan biaya, maka evaluasi dilaksanakan secara bertahap.

Jaringan prasarana transportasi angkutan ASDP terdiri simpul yang berwujud pelabuhan penumpang dan ruang lalu lintas. Pelabuhan penumpang di Jawa Barat tahun 2008 berjumlah 15 pelabuhan diantaranya memenuhi


(64)

persyaratan (type dan fungsi terminal/pangkalan) yang di atur oleh Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 31 Tahun 1995 tanggal 28 Juli 1995. Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan lalu lintas angkutan sungai an danau di Jawa Barat, maka beberapa lokasi dinilai sudah tidak dapat memenuhi permintaan angkutan.

Perkembangan angkutan umum AKDP selama lima tahun terakhir menunjukkan angka sebesar 2,6 % perkembangan ini sejalan dengan pesatnya pertumbuhan permintaan jasa angkutan.

Disisi lain adanya pengaruh – pengaruh tersebut menjadikan suatu permasalahan semakin kompleks, hal tersebut perlu ditangani secara menyeluruh dan melibatkan berbagai instansi terkait. Salah satu karakteristik angkutan AKDP ini adalah frekuwensi pelayanannya relative cepat, sehingga memudahkan dalam pelayanan pemakai jasa angkutan. Disamping itu tingkat kedisiplinan para operator kapal dinilai masih kurang, sehingga sering dianggap oleh sebagian pihak sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penumpukan armada pada lokasi pelabuhan tertentu. Karakteristik lainnya dari angkutan AKDP ini adalah melayani door to door service sehingga dalam pengaturan trayek sering tumpang tindih pada satu lintasan tertentu, hal ini sering menjadi pemicu aksi mogok para operator kapal.

2.15.1 Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya Sistem Pelayanan Perijinan Trayek Kapal Pedalaman ASDP AKDP secara komputerisasi adalah untuk memberikan


(65)

pelayanan kepada para pemohon (pengusaha jasa angkutan kapal pedalaman) secara tepat guna dan hasil guna.

Sedangkan Tujuannya adalah tertatanya mekanisme dan prosedur proses perijinan trayek kapal pedalaman ASDP AKDP secara efektif dan efisien, guna mempercepat proses pelaporan perijinan trayek kapal pedalaman ASDP AKDP dalam pengambilan keputusan bagi Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat.

2.15.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup Sasaran lokasi Mekanisme dan Prosedur Perijinan adalah kegiatan proses penerbitan ijin trayek (KP) kapal pedalaman ASDP AKDP baik itu daftar baru maupun daftar ulang.

2.15.3 Sasaran / Target

Sasaran lokasi Mekanisme dan Prosedur Perijinan adalah Penerbitan Perijinan Trayek (KP) Kapal Pedalaman ASDP AKDP.

2.15.4 Landasan Kerja

Landasan kerja kegiatan monitoring dan evaluasi pengelolaan Penerbitan Perijinan Kapal Pedalaman ASDP AKDP adalah :

1. Peraturan Daerah (PERDA) 21 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Perhubungan.

2. Peraturan Gubernur (PERGUB) Jawa Barat Nomor 40 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat.


(66)

3. Peratuan Gubernur (PERGUB) Jabar Nomor 113 Tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja UPTD dilingkungan pemerintah Provinsi Jawa Barat.


(67)

58   

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem

Analisis sistem dapat didefinisikan adalah sebagai suatu sistem informasi

yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk

mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan,

kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan,

sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya[1]. Tahap analisis sistem

dilakukan setelah tahap perencanaan sistem dan sebelum tahap perancangan

sistem. Tahap analisis merupakan tahap yang paling kritis dan sangat penting,

karena kesalahan didalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan di tahap

selanjutnya. Analisis sistem ini akan ditemukan beberapa data dan fakta yang

akan dijadikan bahan uji dan analisis menuju pengembangan dan penerapan

sebuah aplikasi sistem yang diusulkan.

3.1.1 Prosedur Yang Terlibat

Prosedur adalah kumpulan dari proses dalam suatu sistem yang

sedang terkait antara satu dengan yang lainnya untuk pencapai tujuan yang telah

ditetapkan[3].

Prosedur yang telah ditetapkan dalam pengambilan keputusan di Unit

Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengelolaan Pelabuhan Laut dan

Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Provinsi Jawa Barat dibagi

menjadi 4 prosedur, yaitu prosedur pengajuan permohonan perijinan, prosedur


(68)

   

Trayek/Kartu Pengawasan (KP) serta prosedur pelaporan perijinan trayek kapal

pedalaman AKDP.

1. Prosedur Pengajuan Permohonan Perijinan.

Prosedur pengajuan perijinan adalah proses perijinan trayek armada kapal

pedalaman AKDP dalam rangka pengambilan keputusan untuk penerbitan

KP. Proses-proses yang ada pada prosedur pengajuan permohonan perijinan

dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut :

a. Pemohon datang ke sub unit pelayanan untuk mendaftar dengan membawa

Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Usaha Perusahaan

(SIUP), dan Surat Ijin Pengusaha Angkutan Umum (SIPA) AKDP kepada

bagian unit pelayanan operasional dan selanjutnya dicatat pada buku surat

masuk, sesudah itu akan diberikan formulir pengisian/registrasi.

b. Pemohon menyerahkan kembali formulir pengisian/registrasi yang telah

diisi dan dilengkapi persyaratan pengajuan perijinan trayek kapal

pedalaman terdiri dari Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat

Izin Usaha Perusahaan (SIUP), dan Surat Ijin Pengusaha Angkutan Umum

(SIPA) AKDP kepada sub unit pelayanan operasional.

c. Sub unit pelayanan operasional melakukan pemeriksaan berkas terhadap

formulir pengisian/registrasi yang telah diisi dan persyaratan pengajuan

perijinan trayek kapal pedalaman. Apabila petugas sub unit pelayanan

operasional mendapatkan formulir pengisian/registrasi dan persyaratan

pengajuan perijinan tidak lengkap maka formulir pengisian/registrasi dan


(1)

   

Tabel 4.24 Pengujian Pencetakan Laporan Permohonan ... 259

Tabel 4.25 Pengujian Pencetakan Laporan Perijinan Trayek ... 259

Tabel 4.26 Pengujian Pencetakan Laporan Detail Hasil Penilaian ... 260

Tabel 4.27 Jawaban Pertanyaan no 1 ... 262

Tabel 4.28 Jawaban Pertanyaan no 2 ... 263

Tabel 4.29 Jawaban Pertanyaan no 3 ... 263

Tabel 4.30 Jawaban Pertanyaan no 4 ... 263

Tabel 4.31 Jawaban Pertanyaan no 5 ... 263

Tabel 4.32 Hasil Pengujian Pertanyaan no 1 ... 264

Tabel 4.33 Hasil Pengujian Pertanyaan no 2 ... 264

Tabel 4.34 Hasil Pengujian Pertanyaan no 3 ... 265

Tabel 4.35 Hasil Pengujian Pertanyaan no 4 ... 265


(2)

DAFTAR SIMBOL


(3)

Data Flow Diagram (DFD)


(4)

Entity Relationship Diagram (ERD)

   


(5)

Simbol Flow Chart

No Simbol Nama Keterangan

1 Terminator Menunjukkan kondisi awal dan akhir

dari suatu proses

2 Data Menunjukkan data untuk suatu proses

3 Proses Menunjukkan kegiatan proses

komputerisasi

4

 

Keputusan Menunjukkan kondisi apakah terpenuhi atau tidak (pengecekan data)

5

 

Garis Alir Untuk menunjukkan arah dari aliran data pada suatu proses


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Tampilan Antar Muka ... A-1 Lampiran B Listing Program ... B-1 Lampiran C Hasil Kuesioner ... C-1 Lampiran D Dokumen Manual dari Sistem Lama ... D-1 Lampiran E Surat Penelitian ... E-1