Dampak Jatuh Pada Lansia Pencegahan Jatuh Pada Lansia

2.1.3 Dampak Jatuh Pada Lansia

Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah fraktur collum femur. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis yang terjadi antara lain syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri, pembatasan dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh meskipun kejadian jatuh yang dialami tidak menimbulkan cedera fisik Stanley Beare, 2006. Selain dampak diatas, kejadian jatuh pada lansia juga bisa mennyebabkan komplikasi antara lain a. Perlukaan injury Perlukaan injury mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arterivena, patah tulang atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur, humerus, lengan bawah, tungkai atas. b. Disabilitas Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak. c. Kematian

2.1.4 Pencegahan Jatuh Pada Lansia

Menurut Tinetti 1992, yang dikutip dari Darmojo, 2004, ada 3 usaha pokok untuk pencegahan jatuh yaitu : a. Identifikasi faktor risiko Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assessment keadaan sensorik, neurologis, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering menyebabkan jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat, peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman lapuk, dapat bergerser sendiri sebaiknya diganti, peralatan rumah ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalantempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding. b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan gait Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Evaluasi yang dapat dilakukan salah satunya dengan TUG Test untuk menilai mobilitas, keseimbanan dan risiko jatuh. Bila badan tidak stabil saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medis, latihan yang bias di lakukan antara lain Otago Home Exercise Programme yang menitikberatkan pada pelatihan berdasarkan kemampuan fungsional dan Balance Strategy Exercise yang menitikberatkan pada mengaturan postur selama melakukan gerakan. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah kakinya menapak dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainanpenurunan. c. Mengatur mengatasi faktor situasional. Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut usia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan , faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Maka di anjurkan lanjut usia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.

2.2 Otago Home Exercise Programme

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Pengaruh Core Stability Exercise Dan Ankle Balance Strategy Exercise Terhadap Keseimbangan Statis.

0 2 4

PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE TERHADAP PENURUNAN RISIKO JATUH LANSIA Pengaruh Core Stability Exersice Terhadap Penurunan Risiko Jatuh Lansia.

0 1 9

PELATIHAN 12 BALANCE EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA LANSIA DI BANJAR BUMI SHANTI, DESA DAUH PURI KELOD, KECAMATAN DENPASAR BARAT.

0 0 12

Deep Breathing Exercise Lebih Efektif Daripada Diaphragmatic Breathing Exercise dalam Meningkatkan Kapasitas Vital Paru Pada Lansia di Banjar Kedaton, Desa Tonja, Kecamatan Denpasar Timur.

8 39 55

INTERVENSI BALANCE STRATEGY EXERCISE LEBIH BAIK DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA ISOTONIC QUADRICEPS EXERCISE DENGAN BEBAN 1 KILOGRAM PADA LANSIA.

11 36 44

ZIG-ZAG RUN EXERCISE LEBIH EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN KELINCAHAN DARIPADA SHUTTLE RUN EXERCISE PADA PEMAIN BASKET SISWA SMA.

0 1 59

Pemberian pelatihan balance strategy exercise lebih baik daripada pelatihan core stability exercise dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pada Lansia di Banjar Bumi Santi Denpasar Barat.

0 6 12

PENGARUH PENAMBAHAN CORE STABILITY EXERCISE PADA 12 BALANCE EXERCISE MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS LANSIA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PENAMBAHAN CORE STABILITY EXERCISE PADA 12 BALANCE EXERCISE MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS LANSIA - DIGILIB UNISAY

1 3 15

Perbedaan Pengaruh Pemberian Balance Strategy Exercise Dan Resistance Band Exercise Terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis Pada Atlet Taekwondo - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 16

Perbedaan Pengaruh Pemberian Theraband Exercise Dan 12 Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Dinamis Lansia - DIGILIB UNISAYOGYA

0 1 13