1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inflamasi adalah reaksi tubuh terhadap jejas yang terjadi dalam tubuh manusia. Inflamasi, bila terjadi terus menerus dalam waktu lama maka
merupakan salah satu faktor risiko timbulnya kanker. Inflamasi kronik yang terjadi akan menimbulkan stimulus berulang dan mengakibatkan kerusakan
DNA ireversibel, diikuti dengan mutasi onkogen, gen supresor tumor, gen pengatur proliferasi dan apoptosis sel. Hubungan antara inflamasi kronik
dengan kanker erat, hal tersebut tampak jelas pada pasien kanker kolorektal yang sebelumnya menderita inflammatory bowel disease IBD. IBD
merupakan suatu penyakit akibat inflamasi kronik dan dapat dibedakan menjadi ulcerative colitis UC dan Crohns disease CD. IBD merupakan
faktor risiko kanker kolorektal, IBD akan meningkatkan risiko kanker kolorektal 19 kali lebih sering dibandingkan orang normal dan rata-rata 5
pasien IBD akan menderita kanker kolorektal dalam waktu 10-15 tahun kemudian Lisiane, 2008.
Prevalensi kanker kolorektal per tahun secara global hampir satu juta kasus dan 50 kasus berakhir dengan kematian. Prevalensi kanker kolorektal
pada tahun 2000 diperkirakan ada 994.717 kasus, pria 498.754 kasus dan wanita 445.973 kasus. Peneliti di Amerika Serikat melaporkan bahwa kanker
kolorektal merupakan kanker tersering pada kelompok usia di atas 75 tahun, walaupun telah ditemukan beberapa metode pengobatan tetapi belum
menunjukkan hasil yang memuaskan. Angka kematian akibat kanker kolorektal sejak tahun 1983 hingga 2003 menunjukkan peningkatan, di Jepang lima kali
lipat dan di Korea empat kali lipat Boyle dan Leon, 2006. Prevalensi kanker kolorektal tinggi di negara Amerika Utara, Argentina,
dan Australia, diduga berhubungan dengan western life style. Pola diet merupakan faktor risiko timbulnya kanker kolorektal. Radikal bebas yang
terbentuk pada proses inflamasi kronik dan terdapat dalam diet sehari-hari
berperan dalam patogenesis kanker kolorektal Tanaka, 2009. Peneliti selanjutnya melaporkan bahwa kanker kolorektal sering diakibatkan mutasi
protoonkogen K-RAS, hipometilasi DNA, loss of heterozygocity pada gen supresor tumor APC adenomatous polyposis coli pada kromosom 5 5q21,
atau hilangnya alel kromosom 18q dan 17p Gommeaux, 2007. Kerusakan DNA sendiri tidak terlepas dari akibat pembentukan dan
pelepasan sitokin proinflamasi untuk jangka waktu lama. Pelepasan sitokin proinflamasi seperti IL-1 dan TNF-
α akan meningkat akibat stimulasi NF-κB. Peningkatan ekspresi IL-1 dan TNF-
α akan menstimulasi proliferasi sel-sel sistem imun dan menghasilkan IL-6 yang memicu ke arah keganasan Burstein
dan Fearon, 2008 Interleukin-1 adalah sitokin polipeptida yang dihasilkan pada proses
inflamasi dengan spektrum aktivitas imunologik luas. Beberapa penelitian menunjukkan peranan IL-1 sebagai mediator inflamasi penyakit dengan onset
akut dan kronik. IL-1 juga berperan mengontrol limfosit, sedangkan peran IL-1 dalam proses peradangan secara umum bersifat tidak spesifik. Kelompok IL-1
IL-1 gene family terdiri dari 3 jenis yaitu IL-l α, IL-1 , dan IL-1 receptor
antagonist IL-1Ra. Interleukin- 1α dan IL-1 bersifat agonis menimbulkan
reaksi radang atau disebut sitokin proinflamasi. Interleukin-1 receptor antagonist bersifat menghambat efek biologis IL-1 atau disebut sitokin
antiinflamasi. Peningkatan produksi IL-1 oleh sel mononuklear sudah dikemukakan pada beberapa kondisi patologis seperti kolitis dan kanker
kolorektal. Interleukin-1 juga merupakan mediator penting dalam proses keganasan Akagi, 1999.
Indonesia adalah negara yang kaya akan tanaman-tanaman yang memiliki berbagai macam potensi bahan aktif untuk dijadikan obat. Salah satu tanaman
yang digunakan sebagai terapi alternatif kanker di masyarakat adalah buah merah. Buah merah yang terdapat di dataran tinggi Papua, pada beberapa tahun
terakhir ini banyak digunakan sebagai obat alternatif dan telah dipercaya oleh masyarakat luas sebagai obat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap berbagai penyakit. Buah merah telah diketahui memiliki kandungan
antioksidan tinggi, yakni beta karoten, tokoferol, dan asam lemak I Made Budi, 2005.
Antioksidan dalam tubuh manusia mampu menangkal reaksi destruksi dari
radikal bebas yang dapat mengakibatkan mutasi genetik dan timbulnya keganasan.
Buah merah
juga diduga
memiliki aktivitas
sebagai imunomodulator. Imunomodulator merupakan senyawa yang mampu
mempengaruhi secara positif reaksi biologis tubuh terhadap tumor. Senyawa ini dapat menstimulasi berbagai sel-sel yang berperan dalam respons imun,
antara lain limfosit T, sel NK, dan makrofag I Made Budi, 2005. Aktivitas antiinflamasi sari buah merah telah terbukti karena mengandung kadar
-karoten dan α-tokoferol tinggi Elin, 2005.
Penggunaan sari buah merah secara empiris untuk menyembuhkan kanker telah banyak dilakukan oleh masyarakat di berbagai tempat di Indonesia
I Made Budi, 2005. Karena alasan tersebut, penulis melakukan penelitian in vivo untuk mengetahui bagaimana efek sari Buah merah terhadap kadar sitokin
IL-1 dalam serum mencit yang diinduksi kanker kolorektal dengan senyawa azoxymethane AOM dan dextran sulfate sodium DSS.
1.2 Identifikasi Masalah