Komunikasi Politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Dalam Pemilihan Kepala Daerah

  

KOMUNIKASI POLITIK FORUM KOMUNIKASI PONDOK

PESANTREN (FKPP) DALAM PEMILIHAN KEPALA

DAERAH LANGSUNG

(Studi Kasus Komunikasi Politik Forum Komunikasi Pondok

  

Pesantren (FKPP) dalam Pemilihan Bupati Kuningan

tahun 2009)

SKRIPSI

  

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana S1 Pada

Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

  

Muhajir Affandi

NIM . 41805868

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

  

2011

  

ABSTRAK

KOMUNIKASI POLITIK FORUM KOMUNIKASI PONDOKPESANTREN

(FKPP) DALAM PEMILIHAN KEPALA

DAERAH LANGSUNG

  

O eh:

Muhajir Affandi

NIM. 41805868

Pembimbing:

Drs. Manap Solihat, M.Si

  Penelitian ini mengangkat kasus mengenai komunikasi politik pengurus

besar Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan, hal ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi politik Forum Komunikasi

Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam Pemilihan Bupati

Kuningan tahun 2009.

  Metode yang dianggap sesuai dengan penelitian ini adalah kualitatif

dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam, dokumentasi, studi

pustaka dan Observasi. Subjek dari penelitian ini yaitu beberapa pengurus FKPP

Kabupaten Kuningan. Teknik penentuan informan yang digunakan adalah

purposive sampling adalah seseorang atau sesuatu diambil sebagai sempel karena

peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi

yang diperlukan bagi penelitian, lalu dilanjutkan dengan wawancara, observasi

dan dokumen , lalu hasil wawancara dideskripsikan berdasarkan interprestasi

peneliti yang didasarkan oleh hasil wawancara tersebut.

  Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses komunikasi politiknya

adalah pengurus FKPP membentuk tim Ting Teng yang kemudian membentuk

Tim Khusus Ulama (TKU) yang bertugas untuk mensosialisasikan keputusan

politik nya kepada pengurus-pengurus FKPP di tingkatan Kecamatan dan Desa.

Budaya yang terbangun adalah budaya kumaha ceuk kiai. Keputusan politiknya

ditentukan oleh kiai-kiai tertentu, sehingga terkesan kiai lainnya hanya mengikuti

keputusan politik yang sudah di tentukan.

  Kesimpulan dari hasil penelitian, bahwa FKPP melakukan komunikasi

politik pada pemilihan Bupati Kuningan tahun 2009, meskipun secara organisasi

tidak terbuka, namun secara individu-individu terlihat adanya keterlibatan FKPP.

  Saran peneliti bagi FKPP Kabupaten Kuningan setelah melaksanakan

penelitian ini bahwa penelitian ini bisa menjadi pemetaan politik bagi FKPP pada

momen-momen politik berikutnya di Kabupaten Kuningan.

  

ABSTRACT

POLITICAL COMMUNICATION FORUM PONDOK PESANTREN (FKPP)

  

By:

Muhajir Affandi

NIM. 41805868

  

This Essay Guided under:

Drs. Manap Solihat, M. Si

  This study raised the case of political communication board of the

Communication Forum of Pondok Pesantren (FKPP) Kuningan District, it aims

to find out how political communication Communication Forum Pondok

Pesantren (FKPP) Kuningan district in Election District Brass 2009.

  This type of study is a qualitative approach, the analysis used are the type of

case study analysis. Techniques of data collection is done using in-depth

interviews, documentation, literature and internet searching. The subject of this

research is a great board FKPP Regency Brass. Sampling technique used was

purposive sampling is someone or something is taken as sempel because

researchers assume that someone or something has the information necessary for

research, then followed by interview, observation and documents, and interviews

based on the interpretations of researchers that described by the theory-based

existing theories.

  These results indicate that the process of political communication is the

caretaker FKPP form a team "Teng Ting" which later formed the "Special Team

Ulama (TKU)" which served to disseminate his political decisions to managers,

administrators FKPP at District and Village levels. Culture is a culture that is

built up kumaha ceuk kiai. Political decisions are determined by certain kiai, so

impressed the other kiai just follow the political decisions that have been

specified.

Conclusions from the study,thats FKPP use political communication in election year 2009, not use organization but individualis show in election year 2009

  Suggestions for FKPP Regency Brass researchers after conducting this

study that this research can be a political mapping for FKPP on subsequent

political moments in the district of Kuningan.

  ✁ ✂✄✂ ☎ ✆✝✞ ✂✝✄ ✂ ✟

  

Bismillahhirrahmannirrahim

Assallamualaikum Wr. Wb

  ✕ ✖ ✗ ✘ ✖ ✙ ✖ ✕ ✗ ✖ ✗ ✠✡☛ ☞✌✍ ✎✡✏✡✡ ☞ ☛ ✑ ✒ ✓✔ ☞ ✡ ☞ ✏ ✍ ☞ ✎ ✎ ✓ ✎ ✡✏ ☞ ☞ ☞ ✓ ☛ ☞ ✍ ✏ ☞ ✠✡✡ ☞ ☛

  p u sy p s t r t

  ✚

  

WT, karena atas ridho dan karunia-Nya serta berkah dan rahmat-Nya segala

jalan dan upaya peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini tepat pada

waktu yang telah ditentukan. Penelitian skripsi ini peneliti lakukan dalam rangka

memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Komunikasi pada Program Studi

Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas di Universitas Komputer Indonesia

Bandung.

  Penulis menyadari bahwa penelitian skripsi ini bukan merupakan suatu

  ✛✜✢ ✣✤ ✜ ✣

  

yang . Ini merupakan buah dari proses yang relatif panjang, menyita

segenap tenaga dan fikiran. Tidak sedikit penulis menghadapi kesulitan serta

hambatan baik teknis maupun non tekhnis. Namun atas izin Allah SWT, juga

berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang penulis

terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya

penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Penulis menerima kritik dan

saran tentang penelitian ini agar penelitian ini menjadi lebih baik. Namun penulis

yakin bagaimanapun wujudnya, penelitian skripsi ini adalah salah satu

kebanggaan tersendiri bagi penulis.

  Selanjutnya dengan segala kerendahan serta ketulusan hati,

perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang tercinta

dan terkasih Apa dan Umi, serta Adikku, yang selalu membantu dan memberikan

dukungan baik moral, spiritual, dan material serta doa kepada penulis hingga detik

ini. Doa ananda, semoga ananda dapat membahagiakan Apa dan Umi, serta

mampu menjadi seperti apa yang Apa dan Umi harapkan untuk menjadi manusia

yang berguna setidaknya untuk hidup ananda sendiri. Amiien.

  Pada kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati penulis ingin

menyampaikan rasa hormat, terimakasih, serta penghargaan yang sebesar-

besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu, sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik. Tentu, tanpa dukungan dan partisipasi mereka,

kesuksesan ini tidak dapat diraih. Secara khusus, perkenankan penulis

menyampaikan ucapan terimakasih itu dengan sepenuh rasa hormat kepada:

  1. Yang Terhormat Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo. Drs., M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer

Indonesia Bandung, yang telah menandatangani skripsi ini.

  2. Yang Terhormat Drs. Manap Solihat., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung, dan juga selaku dosen wali dan dosen pembimbing peneliti yang telah membimbing peneliti dari semester awal sampai sekarang dan banyak sekali meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk, bimbingan, arahan serta nasehat-nasehat dan ilmu yang sangat berguna bagi penulis semoga jasa Bapak selama ini mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Amiien

  

3. Yang Terhormat Melly Maulin, S.Sos., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan

Program Studi Ilmu Komunikasi sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna bagi penulis dalam perkuliahan.

  

4. Yang Terhormat Rismawaty S.Sos., M.Si., selaku Dosen Program

Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis baik saat penulis melakukan kegiatan perkuliahan maupun dalam menyelesaikan penelitian.

  

5. Yang Terhormat Desayu Eka Surya S.Sos., M.Si., selaku Dosen

Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis khususnya melalui pengetahuan dan wawasan yang ibu berikan kepada penulis pada saat penulis mengikuti perkuliahan.

  

6. Yang Terhormat Tine Wulandari M.Si., selaku Dosen Program Studi

Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis baik saat kegiatan perkuliahan maupun dalam pembuatan surat perizinan yang berkaitan dengan penelitian yang penulis laksanakan.

  

7. Yang Terhormat Arie Prasetio M.Si., selaku Dosen Program Studi

Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis baik saat kegiatan perkuliahan maupun motivasi dalam menyelesaikan penelitian.

  

8. Yang Terhormat Adiyana Slamet S.IP., M.Si., selaku Dosen Program

Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan motivasi untuk terus berjuang dalam menyelesaikan penelitian.

  

9. Yang Terhormat Astri Ikawati A.Md.Kom., selaku Staff Kesekretarian

Program Studi Ilmu Komunikasi atas segala bantuannya dalam mengurus perizinan yang berkaitan dengan penelitian yang penulis laksanakan serta telah membantu penulis dalam hal administrasi perkuliahan.

  

10. Yang Terhormat Dosen-dosen dan seluruh Staff Sekretariat Program

Studi Ilmu Komunikasi yang telah ikut membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi.

  

11. Yang Terhormat Staff Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia

Bandung, yang telah membantu penulis dalam melancarkan segala administrasi keperpustakaan.

  

12. Yang Terhormat Bapak KH. Abdul Aziz AN selaku Ketua Umum

Dewan Pengurus Harian Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan yang telah banyak sekali membantu peneliti dalam memperoleh data serta membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.

  

13. Yang Terhormat Bapak KH. Aman Syamsyul Falah, S.,Pd.I. selaku

Ketua III Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan yang telah banyak sekali membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.

  

14. Yang Terhormat Bapak KH. Dodo Murtadlo, Lc. selaku Dewan

Pembina Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan yang telah membantu peneliti dalam memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.

  

15. Yang Terhormat Bapak KH.Drs. N. Abdullah Dunun selaku Dewan

Pembina Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan yang telah membantu peneliti dalam memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.

  

16. Yang Terhormat Bapak Dadang selaku anggota tim kampanye yang

telah membantu peneliti dalam memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.

  

17. Terima kasih juga untuk adiku tersayang, Ia Hisnika Zakiyah yang

selalu memberikan motivasi serta doanya dan menjadi tujuan serta penyemangat hidup saya.

  

18. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk rekan-rekan seperjuangan

di MAY band : Rizky MAY, Arif MAY, Iwan MAY dan Aan MAY, terima kasih atas kepercayaannya. Crew MAY band (Topan MAY Familly , Yandi MAY Familly , Rema MAY Familly dan Orin

  MAY Familly ) yang selalu membantu dan mensuport peneliti. Fans MAY Friends yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada peneliti khususnya dalam menyelesaikan skripsi ini.

  19. Terima kasih juga untuk Bang Iruveldi selaku Presiden Trinalarmusic dan juga Eksekutif Produser yang selalu memberikan toleransi waktu agar peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.

  20. Untuk a Umar M-three dan a Ipey Music Director yang selalu bilang Ayo beresin kuliahnya . Terima kasih saran, masukan dan motivasinya.

  21. Untuk Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik Universitas Komputer Indonesia Bandung, khususnya Kelas IK Humas angkatan 2006 dam 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini

semoga ketulusan serta bantuan dari semua pihak tersebut diatas kiranya mndapat

berkah dan anugrah dari Allah SWT, amiien. Serta semoga skripsi ini kiranya

dapat memberikan manfaat bagi peneliti sendiri dan khususnya bagi pembaca

lainnya umumnya.

  Amien. Wassalamualaikum Wr. Wb.

  Bandung, Juli 2011 Peneliti

  ✦ ✧ ✦ ★ ✩✪✫✬ ✧ ✭ ✮✯ ✮ ✧ ✫

  ✯ ✰ ✱✰ ✲ ✦ ✳✴ ✰ ✵✰ ✶✷ ✸✰ ✹ ✰ ✴ ✰ ✺ 1.1.

  ❊ ❋ ❋ ❋ ● ❍ ❍ ❍ ❋ ✻✼✽✾ ✿✾ ❀✿ ✼❁❂ ❃❄❃ ❅ ✾ ✽ ✾ ❆ ✽❇ ❁❈❉ ❁✼ ❃❈ ❃ ❅ ❂ ✿ ✼ ❈❃ ❅ ✾ ❁❅ ❃❈❃ ❆ ❇❈❆ ❀ ✿ ❂ ❃ ❅ ❁❅❃ ❅

  ● ● ❍ ❍ ● ● ❋ ❆ ■❅ ✽ ❅ ✿✾ ❆❃ ❉✿❈ ❃❄ ✿ ❅❏❃ ❃❄ ✾ ✿❉❆❃❀ ✾ ❁ ❁ ❉ ❇ ✿❄ ❆ ❁❀❃ ❅❑ ✻ ✿✾ ❃ ❅❉✼✿ ❅▲ ✾ ✿❂❃ ❃❆ ✾ ❃❈❃❄ ✾ ❃❉ ❁

  ❊ ❋ ❋ ● ❋ ❍ ❋ ● ● ● ✾ ❁ ❂ ❇❁❈❉ ❁✼ ✾ ✽ ✾ ❆❃❈ ❃ ❅ ✾ ✿ ✼❆ ❅ ❇❃❈❆ ❆✾ ✿❂ ❁❉ ✽ ✼ ❃ ❅ ❈✿ ❂ ❃ ❃ ❉✼❃ ❆✾ ❆ ✽❅❃❈ ❆ ■❅ ✽ ❅ ✿✾ ❆❃ ▲ ❉❆ ● ❃ ❇ ❈ ❁❀ ❁❉ ● ❃ ✼ ❆ ❏❃ ❅ ❋ ❇❃ ❁ ❃ ❅ ❀ ✼ ✽ ✾ ✿✾ ❉ ✿ ✼✾ ✿❂ ❁ ❉❑ ▼ ❇ ✾ ❆✾ ❉✿ ❅✾ ❆ ❅ ❊ ❃ ❃ ❇❃ ❅ ✾ ✿❈❃❈ ❁ ● ❆❉❃ ❅❉❃ ❅ ❋ ✽❈✿❄ ❀ ✿ ✼❁ ❂ ❃❄ ❃ ❅ ✾ ✿❂ ❃ ❋ ❃❆ ✾ ✿❂ ❁ ❃❄ ❇ ✿❂ ❁ ❉ ❁❄❃ ❅ ❊ ❃ ❅ ❋ ❍ ✿ ❅ ❋ ❃❈❃ ❍ ❆ ❀✿ ✼ ❋ ✿✾ ✿ ✼ ❃ ❅ ❅❆❈❃❆ ❑ ◆ ✿ ❍ ❃ ❍ ❀ ❁ ❃ ❅ ❀ ✿✾ ❃ ❅ ❉ ✼ ✿ ❅ ❍ ✿ ❍ ✿ ❅❁❄❆ ❉ ❁❅❉❁❉❃ ❅ ❀✿ ❅ ● ❁ ❇❁ ❅ ❋ ❅ ❊ ❃ ❍ ✿ ❅ ❏❃ ● ❆ ❂ ❃❉ ❁ ❁❏❆❃ ❅ ❂❃ ❋ ❆ ❇✿❈❃ ❅ ❋ ✾ ❁ ❅ ❋ ❃ ❅ ✿ ❇ ✾ ❆✾ ❉✿ ❅ ✾ ❆ ❅ ❊ ❃ ✾ ✿❄❆ ❅ ❋❋ ❃ ❉ ✼ ❃ ❅✾ ❖ ✽ ✼ ❍ ❃✾ ❆ ✾ ✽✾ ❆ ✽ P ❇❁❈ ❉ ❁ ✼ ❃❈ ❊ ❃ ❅ ❋ ● ❍ ❊ ❍ ❍ ❊ ❋ ● ●

  ❆❉✿ ❀ ❁ ❄ ❅ ❃ ❄❃ ✼ ❁ ✾ ✾ ✿ ❅ ❃ ❅❉❆❃✾ ❃ ✿ ❀✿ ✼ ❄ ❃❉❆ ❇ ❃ ❅ ❀ ✿ ✼❁❂❃❄ ❃ ❅ ❃ ❅ ❉✿ ✼ ❏ ❃ ❆ ❀❃ ❃ ❈❆ ❅ ❋ ❇❁ ❅ ❋ ❃ ❅❅ ❊ ❃❑

  ● ❍ ❊ ● ❍ ● ❊ ◗ ✿ ❅ ❁✼ ❁ ❉ ▼ ❆ ◆❁ ✾ ❃ ❃ ❆ ❘ ❙❚ ✥❚ ❯ ▲ ❱❆ ❀✿✾ ❃ ❅❉ ✼ ✿ ❅ ❉✿❈❃❄ ❉✿ ✼ ❉❃ ❅❃ ❂ ❁ ❃ ❃

  ❍ ● ❍ ❍ ❋ ❊ ❋ ● ❉❃ ❅❀❃ ❀ ❃ ✼❆❄ ❃❈❃ ✿ ❅ ✿ ✼ ❏❃ ❇❃ ❅ ❃❀❃ ✾ ❃ ❏ ❃ ❃ ❅ ❆ ❀ ✿ ✼ ❆ ❅❉❃❄ ❇❃ ❅ ❇❆❃❆ ▲ ❃✾ ❃❈ ❀✿ ❇ ✿ ✼ ❏❃❃ ❅

  1

  ● ❍ ❖ ❍ ● ❋ ❊ ❆❉ ❁ ❂❃❆ ❇ ❃ ❅ ❂✿ ✼ ❃ ❅ ❃❃❉ ❁❅❉ ❁❇ ❁ ❃❉ ❃ ❅ ✽ ✼ ❃ ❅ ❂ ❃ ❅ ❃ ❇

  . Dalam tradisi pesantren, sikap ini disebut ikhlas dan patuh. Misalnya, kiai mengisyaratkan kepada para santrinya untuk memilih partai politik tertentu, maka mereka mematuhinya dengan dasar bahwa partai politik yang dipilihnya itu akan menegakkan politik moral, bukan hanya politik kekuasaan. Adapun di partai politik, budaya tanpa

  1 www.akhmadsatori.co.cc

  2

pamrih dan politik moral merupakan sesuatu yang kecil kemungkinan terjadi

karena setiap tindakan yang dilakukan anggota partai telah terbentuk beberapa

rumus politik, yaitu, (a) siapa mendapatkan apa?, (b) siapa mengalahkan siapa?,

(c) siapa yang menjadisaingan?, dan (d) siapa yang menjadi teman seiring?. Jadi,

di pesantren telah terbangun citra bahwa partai itu semestinya membangun politik

moral sebagai salah satu basis utamanya dalam meraih dan mempertahankan

kekuasaan. Dengan demikian, politik kekuasaan yang sudah menjadi ciri utama

partai politik harus didampingi dengan politik moral agar kekuasaan yang

diraihnya tidak mengarah pada penghalalan segala cara.

  Sebuah pesantren bisa muncul dan terkenal biasanya karena ketokohan dan

aura keulamaan kiainya. Kiai dalam konteks ini adalah simbol masyarakat santri

yang santun, pandai, dan berwibawa yang sangat dihormati dan dicintai

pengikutnya, bahkan oleh masyarakat luas yang simpati kepadanya. Pada sisi lain,

partai politik pun bisa berkembang menjadi besar, di samping karena sistem

yang dibangunnya baik dan modern juga karena pemimpin partainya pintar dan

memiliki karisma besar yang mampu menyedot perhatian dan simpati masyarakat

luas. Itulah sebabnya pemimpin partai itu harus mampu menjadi magnet yang

dapat merebutsimpati rakyat dan harus berupaya sekuat tenaga untuk

menyejahterakan rakyat pendukungnya.

  Menurut Edi Kusmayadi (2010) tentang politik bagi pesantren adalah : Dalam konteks politik moral bagi Pesantren, politik hanyalah instrumen keduniaan untuk meraih kekuasaan dalam rangka ibadah kepada Allah SWT. Kaidah ini mempunyai konsekuensi bahwa apabila, misalnya, partai politik itu tidak mampu memotivasi dan mengarahkan masyarakat

  3 pendukungnya untuk meraih kekuasaan berdasarkan politik moral, politik 2 itu menjadi tidak berguna sama sekali.

  Bagi para santri di Pesantren, politik harus dijalankan secara santun dan

menurut kaidah politik moral yang kemudian bisa membimbing para pemegang

amanah kekuasaan agar tidak keluar dari rel moral agama. Hal ini perlu

  ❲❳❨ ❩ ❳ ❲ ❬❭❬❪❫

  

ditekankan karena saat ini banyak orang yang tergelincir ke dalam ,

yaitu politik praktis yang selalu mempragmatiskan persoalan yang seharusnya

berada di atas nilai-nilai luhur agama dan susila. Jadi, sebuah pesantren

seharusnya dapat memposisikan dirinya secara tepat dalam arus besar

  ❴❵ ❬ ❛ ❫ ❭❜ ❝ ❵ ❴

  

( ) politik nasional dan politik daerah agar jati dirinya tetap terjaga dan

citranya sebagai lembaga pendidikan tetap terpelihara.

  Hal ini memang sangat sulit karena Pesantren senantiasa berada dalam

arus persaingan kekuatan-kekuatan politik yang mengharapkan dukungan moral

dan kontribusi suara politik dari pesantren ini melalui figur kiainya. Ketika zaman

Orde Baru, tidak sedikit pesantren yang dipandang lebih condong ke sebuah partai

politik besar yang ketika itu menjadi penguasa negeri ini. Akan tetapi pada zaman

reformasi, ketika perundang-undangan politik Indonesia menerapkan sistem

multipartai, tidak sedikit pula pesantren yang menggeser bandul politiknya ke

partai-partai politik baru. Perubahan orientasi dan kontribusi suara kiai ke partai-

partai politik baru diibaratkan sebuah "pasangan pengantin baru" yang sedang

berbulan madu, yang kemungkinan akan mencair kembali setelah "bulan madu"

itu selesai.

  2 www.akhmadsatori.co.cc

  4 Dalam konteks ini, hal yang perlu diperhatikan oleh pesantrten adalah

sistem nilai yang sudah lama dibangun oleh kiai dan masyarakat pesantrennya.

  

Apabila tidak hati-hati menghadapi setiap perubahan sosial politik nasional,

  ❞❡❢ ❡❣ ❣❤✐ ❢❥❦ ❧❦❥♠

  

orientasi pesantren akan bergeser dari (mendalami agama) ke

  ♥ ♥ ♦ ♥ ❞❡❢ ❡❣ ❣❤✐ ❢❥ ❧ ❥ ❡ ❡ ✐

  (mendalami politik) yang lebih kompleks dan berisiko tinggi

  ✐❥♣✐ q ❥ ♥ r

  

( ). Apabila hal ini terjadi, para pengelola pesantren akan berhadapan

dengan nilai-nilai baru yang bisa berdampak positif, tetapi bisa juga berdampak

negatif. Dampak positif yang diperoleh pesantren adalah terbukanya akses yang

lebar terhadap insfrastruktur politik dan ekonomi sehingga akan memudahkan

pesantren dalam memperluas jaringan kerja sama dengan pihak luar, baik dari

dalam maupun luar negeri. Akibatnya, pesantren akan dikenal lebih luas oleh

masyarakat nasional dan internasional. Adapun dampak negatif yang mungkin

dirasakan pesantren adalah kegamangan dan kehilangan pegangan para santri dan

masyarakat pendukungnya apabila sebuah pesantren terlalu jauh terjun dalam

politik praktis.

  Menghadapi peristiwa politik seperti pemilihan Bupati secara langsung akan

sangat dibutuhkan figure individu maupun kelompok yang mampu memberikan

dorongan kepada masyarakat untuk dapat berperan aktif. Hal ini memiliki tujuan

untuk memotivasi pendapat umum atau mewujudkan partisipasi politik,

pendidikan politik, dan perilaku politik serta dapat mengelola pesan politik secara

bijaksana sesuai kebutuhan dalam pemilihan Bupati secara langsung di Kabupaten

Kuningan, seperti peristiwa politik pemilihan Bupati secara langsung yang

mempunyai peranan cukup dominan adalah pada level Infrastruktur.

  5 Oleh sebab itu kiai dan pesantrennya merupakan komunikator infrastruktur

  st✉ ✈✇

  

yang mempunyai fungsi politik ( ) yaitu memberikan respon dari umpan balik

  ① ② ③ ④② ③ ⑤ ④ ✉ ✈ s ✉ s ✈✇ ✉ ✈ ✇

atas kebijakan publik ( ) yang dikeluarkan ( ) oleh suprastruktur.

  

Respon yang diberikan infrastruktur adalah berupa tuntutan dan dukungan yang

  ⑥⑦ ③ ⑧ ④ ⑨ ⑩ ❶ ❷ ❸ ④ ③ ⑦ ⑧ s s t s t ✉

  

akan mempengaruhi proses pembuatan keputusan ( s) di

konversi (diolah dan diracik) menjadi bahan pertimbangan atau alternatif untuk

membuat kebijakan. Dalam proses sistem politik tersebut diungkap oleh G.A.

Almond dan S. Coleman dikualifikasikan ke dalam lima kelompok, yaitu :

  ✉ ④② s✇s ③ ⑩② ✉ ⑩❸ ✇ ⑤

  1) Partai politik ( )

  ⑦❸ ⑦ ⑧ ❷❸ ④ s t ✇ ✇ ✈ ✉

  2) Kelompok kepentingan ( )

  ✉ ❸ ⑦ ⑧ ⑧ ✈ ❸ ⑦ ❷ ❸ ④ ✈ ✉

  3) Kelompok penekan ( )

  ④② ③ ⑩② ❷ ❸ ⑦ ✉ s✇s ❹ s ✈

  4) Tokoh politik ( )

  ④② ③ ⑩② ③④ ⑨⑨ ③ ⑩ ④ ④ ④ ② ⑧

  5) ✉ s✇s ✈ts ✇s t ✇ Alat-alat komunikasi politik ( ) Kelima kelompok komunikator infrastruktur tersebut sangat berpengaruh

terhadap situasi kehidupan politik, karena mereka memiliki kemampuan

menggerakan massa dan mampu untuk memobilisasi pendapat umum agar

berpihak kepada mereka. Karena itu elit suprastruktur sangat berkepentingan

untuk saling berhubungan dan menjalin komunikasi dengan komunikator

infrastruktur terutama dalam kepentingan untuk mempertahankan kekuasaannya.

  

Kelompok komunikator infrastruktur tersebut selalu berusaha untuk mendapatkan

dukungan masyarakat pada waktu terjadi pergeseran atau pergantian elit

kekuasaan seperti pada pemilihan umum dan pemilihan kepala negara dan kepala

daerah.

  6 Dalam mengkaji permasalahan ini maka Forum Komunikasi Pondok

Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan ada pada ranah atau level Infrastruktur

politik yang menarik untuk diteliti dalam pemilihan Bupati secara langsung di

Kabupaten Kuningan. Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) yang

notabene diisi oleh para kiai dan figur-figur pondok pesantren yang ada di

Kabupaten Kuningan serta memiliki budaya partisipatif yang memiliki peranan

penting di Kabupaten Kuningan. Forum Komunikasi Pondok Pesantren ini

mempunyai 225 pesantren yang ada di Kabupaten Kuningan yang bisa

diperkirakan mempunyai santri dan simpatisan yang bisa di jumlahkan secara total

ribuan orang yang terdiri dari santri, simpatisan, ataupun alumni dari pesantren-

pesantren tersebut.

  FKPP Kabupaten Kuningan adalah wadah para kiai pesantren yang konsen

terhadap kebenaran, kejujuran dan keadilan. satu lembaga strategis baik untuk

mengembangkan dakwah atau untuk mengembangkan sumber daya manusia.

Kapasitasnya sebagai pimpinan pesantren merupakan potensi yang sangat

berharga karena mereka merupakan panutan yang dihormati dan ditaati di masing-

masing wilayahnya.

  Visi FKPP adalah terbangunnya keharmonisan yang kokoh antara pondok

pesantren untuk mewujudkan pengembangan dan penyediaan sumber daya

manusia yang berkualitas. Dalam fungsinya FKPP merupakan penggerak gerakan

moral di Kabupaten Kuningan, sehingga untuk menjalankan fungsinya perlu

adanya keselarasan dengan pemerintah dalam hal ini adalah Bupati Kuningan.

  7 Sehingga FKPP bisa menentukan arah hak suara nya pada calon bupati yang dianggap mendukung dan menguntungkan bagi FKPP di Kabupaten Kuningan.

  Dalam memobilisasi masanya, FKPP melakukan komunikasi politik dengan

pesantren-pesantren anggotanya untuk menyamakan suara demi Amar Ma ruf

Nahyi Munkar. Sehingga pada momentum pemilihan kepada daerah FKPP akan menentukan pilihannya

  Pada prinsipnya komunikasi politik menurut dahlan (1999) dalam Cangara (2009) mengatakan : Komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berfikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khlayak yang menjadi target politik (Hafied Cangara, 2009:35). Terdapat beberapa bentuk komunikasi politik yang dilakukan komunikator infrastruktur politik untuk mencapai tujuannya (Arifin, 2003:65-98) yaitu :

  

1. Retorika adalah seni berbicara yang berupa berpidato kepada orang banyak

(khalayak).

  

2. Agitasi Politik adalah proses untuk membangkitkan rakyat kepada suatu

gerakan politik, baik lisan maupun tulisan dengan merangsang dan membangkitkan emosi khlayak.

  

3. Propaganda adalah penanaman sugesti untuk mengontrol sikap kelompok

individu lainnya.

  

4. Public Relations (PR) Politik merupakan suatu upaya alternatif dalam

mengimbangi propaganda yang dianggap membahayakan kehidupan sosial

  8

Ko o r u m m u n

K

Ku n n

K

  ➃➏ ➀➀

  ❻ ❺❽ ➄ ❺➂ ❺➉ ➀ ➅

  n

  ❼

  ❺ ➇ ➅

  u p

  ❺ ➆

  ) K

  tr

   ( n

  ➅

  ❼➂❼➊ ❺❽

  ➄➁❾ ➀ ➅ ❿ ❺ ❽

  o n

  ❼❾ ❺❿ ❼ ➀

  ➃

  ➅ ❿ ❺ ➎

  r u s B

  m

  n

  ❺➇ ❼ ➋

  ❺ ➊

  Berdasarkan dari latar belakang yang terurai diatas peneliti mengambil identifikasi masalah sebagai berikut:

  ❼ ↕ ❼❾ ❺ ❿ ❼ ➙ ❺ ❿ ❺➂ ❺ ➊

  n t

  ➓ ➔ →➣➑ ➣ ↔ ➄ ➅

  9 )

  ➑ ➒ ➒

  u n

  ❻ ❺❽ ➐

  ❺❽ ❻ ❿ ➌

  n

  ❼

  n Ku n

  ❺ ➇ ➅

  u p

  ❺ ➆

  ❻ ➄ ❼

  n

  5. Kampanye Politik adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan orang atau organisasi dalam waktu tertentu untuk memperoleh dan memperkuat dukungan politik dari rakyat atau pemilih.

  ❻ ➌

  ➀❺ ➄ ❺ ➀➅

  ❼❾ ❺

  ➃

   ( n

  ➅

  tr

  ➄➁❾ ➀➅ ❿ ❺ ❽

  o n

  ❼ ➀

  s

  ❼❾ ➃

  ) K

  t

  ❼❾ ❺❿ ❼ ➀➁➂❼

  

Ko m u n

  ❺❽❺

  m

  ❺❻ ❺❼

  Bedasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti mengambil rumusan masalah yaitu: B

  7. Lewat Media Massa sebagai perluasan panca indra manusia dan sebagai media pesan dalam hal ini pesan politik untuk mendapatkan pengaruh, kekuasaan-otoritas, membentuk dan merubah opini publik atau dukungan serta citra politik, untuk khalayak yang lebih luas yang tidak bisa terjangkau oleh bentuk komunikasi yang lain.

  6. Lobi Politik adalah adanya kesepahaman dan kesepakatan bersama yang akan diperkuat melalui pembicaraan formal dalam rapat atau sidang politik yang akan menghasilkan keputusan sikap politik tertentu.

  s

  ➀ ➀

  ❺➆

  ❺ ➊ ➋

  ❺ ❿ ➌

  ➄ ❼

  tu

  ➍

  (

  ❻

  n

  u p

  ❺ ❽ ❻ ❿ ➌

  r

  ❺ ➂ ❺ ➈❺➅

  p

  ➅

  ❼➂❼➊ ❺❽

  m

  ❻ ❺❽ ➈❺➂ ❺➉ ➀ ➅

  n

  ❼

  ❺➇ ➅

K

Ko o r u m m u n

Ku n n

Bu p

K

  9

  1. Bagaimana proses komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan terbentuk dalam pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

  2. Bagaimana budaya komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

  3. Faktor-faktor apa yang mendasari komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

  4. Bagaimana konstruksi realitas komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

  5. Bagaimana komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan terbentuk dalam pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 ?

  ➛ ➜ ➝➞ ➟ ➠ ➠ ➞ ➡ ➢ ➞ ➤➥ ➥ ➦➧ ➧ ➞ ➨

  1. su n u u n n t

  ➩ ➩ ➜➛ ➜ ➜ ➝➞ ➟ ➠ ➤➥ ➥ ➦➧ ➧ ➞ ➨

  su n t Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dan mendalami komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren dalam Pemilihan

  Bupati Kabupaten Kuningan.

  10

  ➫ ➭➫➭ ➯ ➲ ➳➵ ➸➺ ➺➻➼ ➼➳➵

  1. u u n t Sementara, untuk tujuan dari penelitian ini didasarkan pada rincian identifikasi masalah yang telah dikemukakan, yaitu:

  1. Untuk mengetahui proses komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009.

  2. Untuk mengetahui budaya komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009.

  3. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa yang mendasari komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009.

  4. Untuk mengetahui Konstruksi Realitas komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009.

  5. Untuk mengetahui komunikasi politik Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan dalam pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Kuningan Tahun 2009.

  11

  ➽ ➾ ➚➪➶➹ ➘ ➘➴ ➷ ➪ ➪ ➬➮ ➮ ➘ ➴

  1. n n t

  ➽ ➾ ➱ ➾ ➚➪➶➹ ➘ ➘➴ ✃ ➪ ➮ ➮

  1. n r o t s Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan Ilmu Komunikasi secara umum, secara teoritis dapat memberikan masukan bagi perkembangan Ilmu Komunikasi.

  ➽ ➾❐➾ ➚➪➶➹ ➘ ➘➴ ➷❒ ➘❮ ➮

  1. n t s Kegunaan penelitian adalah untuk membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah pada permasalahan yang sedang diteliti.

  ➘➾ ❰ ➘➶➮ Ï ➮ Ð ➪ Ñ ➮ ➘Ñ

  n r t Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dijadikan literatur dalam mendukung materi-materi perkuliahan bagi

  Universitas dan Mahasiswa/i Program Studi Ilmu Komunikasi, juga sebagai literatur bagi yang memerlukan atau melakukan penelitian pada kegiatan yang sama.

  Ò ➾ ➘➶➮ ➷➪ ➪ ➬➮ ➮

B n t

  Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dijadikan literatur sebagai bentuk aplikasi yang diperoleh selama Program Studi Ilmu Komunikasi serta pengetahuan

baik dari segi teoritis ataupun praktisnya bagi peneliti.

  12

B

Ko o r u m m u n

  r

  Õ ßÖ Ù Õ Û Þ

  m

  × Ù ×

  r

  Õ ß ã Ô ä Ô ã Ô

  Þ

  o r

  Õ ßÖ Ù Õ åÞ

  Þ

  ×

  t

  ×

  s Bertolak dari konsep komunikasi dan konsep politik, upaya untuk mendekati pengertian apa yang dimaksud komunikasi politik, menurut

  Dahlan (1999) : pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau symbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berfikit, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik . (Cangara, 2009 : 35) Agar dapat membantu mengindentifikasi unsur unsur yang terjadi ketika pesan-pesan komunikasi politik diarahkan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku khalayak, maka dalam penelitian ini teori yang dapat dijadikan rujukan dari komunikasi politik itu sendiri mengenai perspektif komunikasi pada opini publik yang diadopsi Nimmo dari paradigma komunikasi Lasswel (Nimmo : 2005) dalam buku Komunikasi Politik komunikator, pesan dan media, yaitu :

  r

  ä Ô

  ÓÔ

  Ø à Û Û

  Õ Ö× Ø

  × Ù Õ Ú × Û

  o n

  ÜÝ Ù Û ÞÚ Õ ß

  tr

  Þ

   ( n

  ) K

  ã Ô

  Õ á

  u p

  Õ âÞ

  n Ku n

  ×

  n

  Ö Õ ß

  Penelitian yang dilakukan ini juga diharapkan bermanfaat bagi Pihak Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Kuningan, sebagai suatu pemahaman serta pertimbangan dalam melaksanakan komunikasi politik yang tepat.

K

K

  13 Siapa ? Mengatakan Apa? Dengan Saluran Apa ? Dengan Siapa ? Dengan akibat apa ? (Nimmo, 2005 : 13)

  1. Siapa ? / Komunikator Politik Komunikator politik tidak hanya menyangkut partai politik, melainkan melainkan juga lembaga pemerintahan legislatif dan eksekutif. Dengan demikian, komunikator politik adalah mereka yang dapat memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik. Menurut Sosiolog J.D. Halloran mengungkapkan tentang komunikator massa bahwa : komunikator massa sebagai orang yang menduduki posisi penting yang peka di dalam jaringan sosial, menanggapi berbagai tekanan dengan menolak dan memilih informasi yang semuanya terjadi di dalam sistem sosial yang bersangkutan . (Adiyana, 2008 : 58) Apa yang dikatakan oleh Halloran tentang komunikator massa berlaku juga bagi komunikator politik. Komunikator politik ini memainkan peran sosial yang utama, terutama dalam proses opini publik. Menurut Nimmo (2000:72) : Politisi sebagai komunikator politik memainkan peran sosial yang utama, terutama dalam proses pembentukan opini publik. Politisi atau politikus berkomunikasi sebagai wakil suatu kelompok dan pesan- pesan politikus itu adalah untuk mengajukan dan atau melindungi tujuan kepentingan politik. Artinya, komunikator mewakili kepentingan kelompok, sehingga jika rangkum maka politikus mencari pengaruh lewat komunikasi . (Adiyana, 2008 : 58)

  14

  2. Mengatakan Apa ? / Pesan Politik Pesan politik ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun non-berbal, tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya mengandung bobot politik.

  Fishbein dan Ajzen (Perloff, 1993) mengatakan bahwa pesan akan dapat mempunyai pengaruh yang besar untuk merubah perilaku khalayak jika dikemas sesuai dengan kepercayaan yang ada pada diri khalayak. Karenanya dari tujuan dan tema utama kampanye hendaknya dibuat pesan-pesan yang sesuai dengan kepercayaan khalayak . (Venus, 2004)

  3. Dengan Saluran Apa ? / Media Politik Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Dalam masalah ini lebih tepat menggunakan Saluran komunikasi kelompok, misalnya partai politik, organisasi profesi, ikatan alumnim organisasi sosail keagaamaan, karang taruna, kelompok pengajian, kelompok tani dan nelayan, koperasi, persatuan olahraga, kerukunan keluarga, perhimpunan minat dan semacamnya.

  4. Dengan Siapa ? / SasaranPolitik Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau kandidat dalam pemilihan umum. Mereka adalah pengusaha, pegawai negeri, buruh, pemuda, pedagang, dan lain lain.

  15