Analisis Kinerja UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi Dalam Meningkatkan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor Pada Kantor Bersama Samsat Cimahi

(1)

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian...1

1.2 Identifikasidan Rumusan Masalah...8

1.2.1 Identifikasi Masalah...8

1.2.2 Rumusan Masalah………...8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...10

1.3.1 Maksud Penelitian...10

1.3.2 Tujuan Penelitian...10


(2)

1.4.2 Kegunaan Praktis...12

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian...13

1.5.1 Lokasi Penelitian...13

1.5.2 Waktu Penelitian...13

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka...14

2.1.1 Kinerja...14

2.1.1.1 Pengertian Kinerja...14

2.1.1.2 Ukuran kinerja...15

2.1.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja...16

2.1.1.4 Penilaian Kinerja...18

2.1.1.5 Manfaat Penilaian Kinerja...19

2.1.2 Pelayanan publik... ...19

2.1.2.1 Pengertian Pelayanan Publik... ...19

2.1.2.2 Hakekat pelayanan publik... ...20

2.1.2.3 Asas Pelayanan Publik... ...21

2.1.3 Pajak...22

2.1.3.1 Pengertian pajak...22

2.1.3.2 Pajak daerah...24

2.1.3.3 Dasar Hukum Pajak Daerah...25


(3)

2.1.4.1 Pengertian pajak Kendaraan Bermotor...26

2.1.4.2 Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor...29

2.1.4.3 Obyek Pengenaan Pajak kendaraan Bermotor...29

2.1.4.4 Subyek Pajak Kendaraan Bermotor...30

2.1.4.5 Wajib Pajak Kendaraan Bermotor...31

2.2 Kerangka Pemikiran...31

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Oyek Penelitian...36

. 3.2 Metode Penelitian...37

3.2.1 Desain Penelitian…………...38

3.2.2 Operasionalisasi Variabel…...…...41

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data…...42

3.2.3.1 Sumber Data…………...……….….…...…42

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data…...………43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian……….………...………45

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan…………...….………45

4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan………...45

4.1.1.1.1 Dasar Hukum Kelembagaan...47


(4)

XXXI Cimahi...49

4.1.1.2 Struktur Oraganisasi Perusahaan...50

4.1.1.3 Uraian Tugas Perusahaan...50

4.1.1.4 Aspek Kegiatan Perusahaan...62

4.1.2 Kinerja dan Hambatan dalam Meningkatkan Pendapatan Pajak Kendaraan Bemotor pada kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Ciamhi...64

4.2 Pembahasan...66

4.2.1 Analisis Kinerja Pada Kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi...66

4.2.2 Hambatan...70

4.2.3 Analisis Strategi yang Dilakukan Dalam Upaya Meningkatkan Pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor UPPD Provinsi Wilayah XXX Cimahi...70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...72

5.2 Saran...73

DAFTAR PUSTAKA...74

LAMPIRAN-LAMPIRAN...75


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 Pasal 1 Ayat (1), Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional menggariskan bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur merata baik materiil dan spirituil berdasarkan UUD 1945, dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib, dan dinamis.

Untuk merealisasikan tujuan tersebut negara memerlukan sumber dana yang cukup besar, sumber dana tersebut memegang peranan penting guna mendukung kelangsungan pemerintahan dan masyarakat itu sendiri. Sumber dana tersebut dapat diperoleh melalui peran serta masyarakat secara bersama dalam berbagai bentuk satu diantaranya adalah pajak, karena pajak merupakan pendapatan yang besar di dalam suatu negara. dengan berkembangnya suatu negara semakin banyak masyarakat yang maju dan meningkat dalam taraf hidup. disamping meningkatnya taraf hidup masyarakat semakin banyak masyarakat untuk membayar pajak kepada negara dan semakin banyak juga pendapatan yang diperoleh negara dari pembayaran pajak.

Maka pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan


(6)

dan pembangunan didaerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karenanya penyelenggaraan otonomi daerah akan lebih berdaya guna dan berhasil, dengan kemampuan yang kuat dari daerah dalam mengembangkan atau meningkatkan potensi sumber-sumber keuangan secara optimal. Hal itu berarti, pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam membiayai kegitan operasional di daerahnya. Mengingat tidak semua sumber pembiayaan diberikan kepada daerah, maka daerah diwajibkan untuk menggali sumber-sumber keuangannya sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Persoalan keuangan daerah merupakan suatu hal yang sangat potensi dan sentral bagi setiap daerah. Potensi karena segenap aspek penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah amat ditentukan atas factor keuangan ini. Sentral karena bisa mempengaruhi bidang-bidang yang lain. Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dalam rangka memberikan pelayanan dan pembangunan kepada masyarakat secara efisien dan efektif tanpa tersedianya dana yang memadai.

Untuk itu, pemerintah daerah berupaya semaksimal mungkin dalam mengembangkan atau meningkatkan potensi sumber-sumber keuangan daerah yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, seperti yang tercantum dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan pemerintah daerah. Sementara, sejauh ini dana perimbangan yang merupakan transfer keuangan oleh pusat kepada daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah, meskipun jumlahnya relatif memadai yakni sekurang-kurangnya sebesar 25 persen dari Penerimaan Dalam Negeri dalam APBN, maka dari itu daerah harus lebih kreatif dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli


(7)

Daerah (PAD) merupakan indikator penting untuk menilai tingkat kemandirian pemerintah daerah di bidang keuangan. Semakin tinggi peran Pendapatan Asli Daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), mencerminkan keberhasilan usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan dan penyelenggaraan pembangunan dalam pemerintah. Dengan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), akan mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap subsidi atau bantuan dari pemerintah pusat. Selain itu pemerintah daerah akan lebih leluasa membelanjakan penerimaannya sesuai dengan prioritas pembangunan yang sedang dilaksanakan di daerahnya.

Dari sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang paling dominan memberikan kontribusi terbesar dalam struktur Pendapatan Asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang berasal dari hasil pajak daerah. karena pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Dan salah satu pajak yang merupakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pajak kendaraan bermotor, karena pajak kendaraan bermotor (PKB) merupakan salah satu primadona dalam membiayai pembangunan daerah. Karena di sektor pajak kendaraan bermotor pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) memberikan kontribusi terbesar dalam pembangunan daerah.

Pada daerah Provinsi wilayah Cimahi pajak kendaraan bermotor juga merupakan pendapatan yang paling besar dan memberikan kontribusi yang besar dalam


(8)

perkembangan daerah. Dari pajak kendaraan bermotor pendapatan tersebut dikelola oleh pemerintah melalui Kantor Unit Pelayanan Pedapatan Daerah Provinsi Wilayah XXXI Cimahi, Kantor Unit Pelayanan Pedapatan Daerah tersebut bertugas sebagai Pengelola dan Pelaksanaan administrasi di bidang Pendapatan Daerah serta penyelenggara pelayanan umum di bidang Pendapatan Daerah.

Menurut Kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi, pendapatan yang terbesar dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu dari pajak kendaraan bermotor, dikarenakan banyak masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor, sehingga pendapatan yang diterima dari pajak kendaraan bermotor memberikan kontribusi terbesar dalam Pendapatan Asli daerah yang dapat memberikan kemajuan daerah kota Cimahi baik dari segi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat .

Dan kinerja dalam UPPD khususnya para staf dan pegawai pada Unit Pelayanan Pajak Daerah sangatlah penting guna menjalankan dalam pengelolaan pajak atau pendapatan daerah. maka dari itu kinerja dalam kantor UPPD baik dari strategi atau pelayanan harus ditingkatkan untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam pembayaran pajak. Dari kinerja UPPD tersebut Untuk meningkatkan pendapatan dalam pajak kendaraan bermotor Di antaranya dengan membenahi ruang pelayanan untuk wajib pajak. Selain ruang full AC dan bebas rokok, interior ruang pelayanan ditata seperti sebuah bank. Beberapa kursi busa disusun dengan rapi untuk kenyamanan wajib pajak. Dan dari situlah kinerja


(9)

Pimpinan dan Staf karyawan dapat berjalan sesuai dengan tujuan dalam meningkatakan pendapatan pajak kendaraan bermotor.

Berikut ini adalah tanggapan Karyawan atau Staf berdasakan hasil wawancara mengenai Kinerja pada Kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi dalam meningkatkan Pendapatan pajak kendaraan bermotor.

Tabel 1.1

Analisis Kinerja UPPD Provinsi XXXI Cimahi Dalam meningkatkan Pendapatan pajak Kendaraan bermotor

Pada Kantor Bersama Samsat Cimahi No. Aktifitas kinerja staf UPPD % Keterangan 1.

Tingkat inovasi, proaktif, ataupun pasif

(partisipatif) karyawan dalam bekerja. 85 % Sebagian besar merasa puas atas kinerja dalam organisasi. 2.

Tingkat penerapan kedisiplinan

75 %

Karyawan menganggap bahwa tingkat penerapan peraturan dalam kinerja dirasa cukup baik, namun masih ada yang melanggar. 3.

Tingkat kooperatif, ataupun individualisme dalam bekerja

75 %

Sebagian besar merasa puas karena hubungan baik dapat terjalin antar karyawan.

4.

Tingkat komitmen dalam menjalankan Kinerja organisasi / reaksi terhadap

tugas. 65 %

Reaksi karyawan cukup baik dalam menjalankan misi atau tugas organisasi, namun ditemukan masih ada target yang belum bisa dicapai. Sumber : karyawan atau staf kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi.

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa kinerja karyawan pada Kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi adalah baik, sehingga penulis dapat disimpulkan kinerja Staf dan Karyawan pada kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi sangat


(10)

baik dan dapat dipertanggung jawabkan, hal ini dilihat dari kemampuan Kinerja organisasi dalam mengatur setiap tugasnya.

1. Berdasarkan tabel 1 mengenai Aktifitas kinerja staf atau karyawan UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi berdasarkan tingkat inovasi, proaktif, ataupun pasif (partisipatif) karyawan dalam bekerja sebagian besar merasa puas atas kinerja dalam organisasi. Sehingga penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa kinerja staf atau karyawan UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi mengenai inovasi, proaktif, ataupun pasif (partisipatif) karyawan dalam bekerja sangatlah baik.

2. Berdasarkan tingkat kedisiplinan dari tabel 1 Karyawan menganggap bahwa tingkat penerapan peraturan dalam kinerja dirasa cukup baik, namun masih ada yang melanggar, sehingga penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa tingkat kedisiplinan karyawan kurang baik masih perlu peningkatan kedisiplinan dalam bekerja.

3. Berdasarkan tingkat kooperatif, ataupun individualisme dalam bekerja Sebagian besar merasa puas karena hubungan baik dapat terjalin antar karyawan, sehingga penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa tingkat kooperatif, ataupun individualisme dalam bekerja sangatlahlah baik dilihat dari kerjasama yang baik antara karyawan.

4. Berdasarkan tingkat komitmen dalam menjalankan Kinerja organisasi / reaksi terhadap tugas Reaksi karyawan cukup baik dalam menjalankan misi atau tugas organisasi, namun ditemukan masih ada target yang belum bisa dicapai, sehingga penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa tingkat komitmen dalam menjalankan Kinerja organisasi/reaksi terhadap tugas cukup baik tapi masih kurang sehingga masih ada target yang belum bisa dicapai.


(11)

Berikut ini adalah tanggapan Masyarakat atau Wajib Pajak berdasakan hasil wawancara mengenai Kinerja pada Kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi dalam meningkatkan Pendapatan pajak kendaraan bermotor.

Tabel 1.2

Pendapat masyarakat Tentang kinerja UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi Dalam Meningkatkan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor

Pada Kantor Bersama Samsat Cimahi

No.

Pendapat Masyarakat/wajib Pajak Tentang kinerja UPPD XXXI Cimahi

% Keterangan

1.

Pelayanan

Tingkat Pelayanan dan Kenyaman dalam Pembayaran pajak Kendaraan bermotor.

85 % Hal ini bisa dilihat dari hasil Kinerja dan Pelayanan.

2.

Sosialisasi

Pemberian Informasi Pada wajib pajak mengenai pembayaran pajak.

60 %

Kurangnya Partisipasi

masyarakat dalam

Pembayaran pajak.

3.

Pengetahuan kerja

Mampu dan mengetahui dalam penggunaan alat – alat kerja 70%

Sebagian besar dapat menggunakan walaupun masih memerlukan bantuan orang lain.

4.

Kedisiplinan

Ketepatan karyawan dalam menjalankan Pekerjaanya. 60 %

Kurangya ketepatan Karyawan atau staf dalam bekerja.

5.

Kehadiran

Kedisiplinan dalam kehadiran maupun terhadap waktu 60 %

Sebagian karyawan masih menganggap kurang karena masih banyaknya pelanggaran dalam waktu kerja.

6.

Kerjasama

Kemampuan bekerja sama dengan rekan kerja

80 %

Kerja sama antar karyawan atau staf sangat Kompak dalam menjalankan tugasnya.


(12)

Berdasarkan tabel 2 dan pengamatan penulis, fenomena yang terjadi di lapangan kenyataannya pendapatan pajak kendaraan bermotor pada UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi belum mencapai hasil yang maksimal dibuktikan dengan tabel 2 dikarenakan masih banyak masyarakat yang belum mau dalam partisipasi pembayaran pajak kendaraan bermotor , hal tersebut terjadi dan disebabkan karena :

Kurangnya Informasi dan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam membayar pajak kendaraan bermotor. Hal ini menimbulkan kurangnya optimal dalam Pendapatan pajak Kendaraan bermotor pada Kantor Bersama Samsat Cimahi. (Sumber : Esti Buana, Sub Bagian Tata Usaha UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi).

Mengingat setiap perusahaan/instansi memiliki kinerja yang merupakan peranan penting dalam menjalankan operasional perusahaan atau Instansi, kinerja karyawan atau staf juga harus segera ditangani pimpinan karena menyangkut citra kantor UPPD di mata masyarakat. Dan Sistem informasi dalam Organisasi Perusahaan atau Instansi sangatlah penting. Menurut Robert A. Leitch dan K. Roscoe davis, Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan yang diperlukan. Maka dari itu sistem informasi sangat penting pada kantor UPPD Propinsi Wilayah XXXI Cimahi Untung memberikan Informasi yang jelas bagi masyarakat untuk mempermudah dalam pembayaran pajak. (Kristianti ST. 2006. Diklat Kuliah Perancangan Sistem Informasi).


(13)

Berdasarkan fenomena di atas, serta mengingat pentingnya Kinerja dalam Instansi yang merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatakan pendapatan pajak kendaraan bermotor , maka diperlukan penelitian lebih jauh mengenai :

Analisis Kinerja UPPD Wilayah XXXI Cimahi Dalam meningkatkan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor Bersama Samsat Cimahi”.

1.2 Identifikasi dan Rumusam Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah, maka dapat di Identifikasikan penelitian ini sebagai berikut :

1. Kurangnya informasi atau pengetahuan masyarakat atau wajib pajak dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor.

2. Kurangnya partisipasi masyarakat atau wajib pajak dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor.

3. Kurangnya optimal dalam pendapatan pajak kendaraan bermotor pada kantor UPPD provinsi Wilayah XXXI Cimahi.

1.2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kinerja Pada kantor UPPD XXXI Cimahi.

2. Bagaimana hambatan pada kinerja atau pelayanan dalam meningkatkan pajak kendaraan bermotor.


(14)

3. Bagaimana Strategi Kinerja yang dilakukan dalam meningkatkan pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor pada kantor UPPD Provinsi wilayah XXXI Cimahi.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna diolah, dianalisis, tentang Kinerja UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi dalam meningkatkan Pendapatan Pajak kendaraan Bermotor pada Dinas Pendapatan Kota Cimahi.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :

1. Mengetahui Kinerja UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi dalam meningkatkan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Kota Cimahi.

2. Mengetahui hambatan pada kinerja atau pelayanan dalam meningkatkan pajak kendaraan bermotor.


(15)

3. Mengetahui Strategi Kinerja yang dilakukan dalam meningkatkan pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor pada kantor UPPD XXXI Cimahi.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis

1. Bagi Pengembangan Ilmu Akuntansi Sektor Publik.

Hasil penelitian ini dapat menjadi inspirasi ilmu Akuntansi Sektor Publik dalam bidang ilmu peningkatan pendapatan, terutama mengenai Kinerja yang dilakukan dalam meningkatkan pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor pada kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi. 2. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk dilakukan kajian lebih dalam mengenai variabel penelitian yang sama.

3. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya mengenai kinerja dalam meningkatkan pendapatan pajak daerah serta sebagai bahan pembanding antara teori yang didapat dalam bangku kuliah dengan pelaksanaan dilapangan.

4. Bagi program studi yang bersangkutan

Manfaat bagi program studi yaitu dapat menjadikan pertimbangan atau penilaian apakah mahasiswa sudah menguasai teori dalam kuliah dan mampu untuk diterapkan dalam dunia kerja.


(16)

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait :

1. Bagi Pimpinan UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi Inspirasi pemikiran kepada UPPD XXXI Cimahi dalam pengambilan keputusan terkait dengan peningkatan kinerja karyawan dengan memperhitungkan kualitas dan kesuksesan dalam kinerja.

2. Bagi karyawan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi wawasan atau pengetahuan tentang pentingnya kinerja dalam meningkatkan suatu pendapatan dan memberikan motifasi bagi karyawan atau staf untuk lebih meningkatkan cara pemikirannya dalam bekerja.


(17)

1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Dalam penyusunan Tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian pada UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi yang berlokasi di Jl. Raya Cibabat No.331A Cimahi.

1.5.1 Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini di mulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2010.

Tabel 1.3

Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian N

o

Jadwal Maret 2010 April 2010 Mei 2010 Juni 2010 Juli 2010 Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Proposal

2 Pelaksanaan Penelitian

3 Pengumpulan Data

4

Pengolahan dan Analisis data

5 Penyusunan


(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kinerja

2.I.I.1 Pengertian Kinerja

Menurut Veithzal Rival bahwa :

”Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya”.

(2008:309)

Kinerja menurut Anwar Prabu mangku Negara menyatakan bahwa :

’’Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang di berikan kepadanya’’.

(2003:67)

Kinerja menurut Manthis dan Jakson menyatakan bahwa :

’’Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan’’.

(2003:78)

Dari ketiga pendapat beberapa ahli mengenai pengertian kinerja maka dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai karyawan dalam menjalankan tugasnya maupun peranannya dalam perusahaan


(19)

dan keberasilannya dalam menjalankan tugasnya dalam perusahaan atau instansi.

2.1.1.2 Ukuran Kinerja

Ukuran kinerja dalam kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi dapat dilihat dan diukur berdasarkan pendapatan pajak kendaraan bermotor, dimana pendapatan dapat dicapai sesuai target maka menunjukan bahwa kinerja pada kantor UPPD Provinsi wilayah XXXI Cimahi menunjukan kinerja yang baik, dan sebaliknya jika pendapatan tidak sesuai target maka kinerja pada kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi menunjukan kinerja yang kurang baik. Dalam ukuran kinerja pada kantor UPPD Provnsi Wilayah XXXI Cimahi dapat dilihat dalam pendapatan pajak kendaran bermotor ditunjukan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1

Tabel Pendapatan Pajak kendaraan Bermotor Pada Kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi

Sumber: Sub Bag Tata Usaha kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi 2010

Dalam tabel diatas menunjukan ukuran kinerja yang baik dalam kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi, dapat dilihat dari pendapatan pajak

Penerimaan Tahun Target Realisasi % PKB 2006 Rp 26,540,000,000 Rp 28,554,536,150 124,18% PKB 2007 Rp 28,000,000,000 Rp 31,651,029,250 113,04% PKB 2008 Rp 32,000,000,000 Rp 35,776,000,000 110,24% PKB 2009 Rp 38,300,000,000 Rp 39,771,491,850 103,84%


(20)

kendaraan bermotor dari tahun 2006 – 2009 menunjukan peningkatan dari tahun ketahun dan pendapatan yang diperoleh melebihi target yang sudah ditetukan dari pemerintah pusat.

2.1.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Menurut Robert L. Manthis dan John H. Jackson (Terjemahan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira). Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja yaitu :

1. Kemampuan mereka 2. Motivasi

3. Dukungan yang diterima

4. Keberadaan pekerjaan yang dilakukan 5. Hubungan mereka dengan organisasi

(2001:82)

Menurut Gibson mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut :

1. Atribut Individu

Dengan adanya berbagai atribut yang melekat pada individu dan dapat membedakan individu yang satu dengan yang lainnya. Faktor ini merupakan kecakapan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditentukan terdiri dari :


(21)

a. Karakteristik demografi, misalnya : umur, jenis kelamin, dan lain-lain b. Karakteristik kompetensi, misalnya : bakat, kecerdasan, kemampuan,

Keterampilan, dan sebagainya

c. Karakteristik psikologi, misalnya : nilai-nilai yang dianut seperti sikap dan perilaku

2. Kemauan untuk bekerja

Dengan berbagai atribut yang melekat pada individu untuk menunjukan adanya kesempatan yang sama untuk mencapai suatu prestasi un tuk mencapai kinerja yang baik diperlukan usaha dan kemauan untuk bekerja keras, karena kemauan merupakan suatu kekuatan pada individu yang dapat memicu usaha kerja yang lebih terarah sdalam melakukan suatu pekerjaan.

3. Dukungan organisasi

Dalam mencapai tujuan karyawan yang tinggi diperlukan adanya dukungan atas kesempatan dari organisasi atau perusahaan, hal ini untuk mengantisipasi keterbatasan baik dari karyawan maupun dari perusahaan.misalnya : perlengkapan, peralatan dan kelengkapan kejelasan dalam memberikan informasi.

(2002:56) Dari beberapa pendapat ahli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja maka dapat disimpulkan bahwa motivasi, kecerdasan


(22)

dan dukungan organisasi merupakan faktor-faktor yang penting dalam mempengaruhi kinerja agar mendapatkan hasil kerja yang baik.

2.1.1.4 Penilaian Kinerja

Penilain kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.

Penilaian kinerja menurut Bambang Wahyudi menyatakan bahwa : ”Penilaian Kinerja adalah suatu evaluasi yang dilakukan secara

periodik dan sistematis tentang prestasi kerja atau jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya”.

(2002:101)

Penilaian kinerja menurut Henry Simamora menyatakan bahwa :

”Penilaian Kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan”.

(2004:338)

Dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja individual sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka deapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja pegawai.


(23)

2.1.1.5 Manfaat Penilaian Kinerja

Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu yang sangat bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi adapun secara terperinci penilaian kinerja bagi organisasi adalah :

1. Penyesuaian – penyesuaian kompensasi 2. Perbaikan kinerja

3. Kebutuhan latihan dan pengembangan

4. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan, promosi, mutasi pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja

5. Untuk kepentingan penelitian pegawai

6. membantu diagnosis terhadap kesalahan pegawai

2.1.2 Pelayanan Publik

2.1.2.1 Pengertian Pelayanan Publik

Menurut UU No 25 Tahun 2009 menyatakan bahwa pelayanan publik adalah :

Pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik, Penyelenggara pelayanan publik atau Penyelenggara merupakan setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik, Atasan satuan kerja Penyelenggara merupakan pimpinan satuan kerja yang membawahi secara langsung satu atau lebih satuan kerja yang melaksanakan pelayanan publik,


(24)

pelayanan publik atau Organisasi Penyelenggara merupakan satuan kerja penyelenggara pelayanan publik yang berada di lingkungan institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik, Pelaksana pelayanan publik atau Pelaksana merupakan pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam Organisasi Penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik, Masyarakat merupakan seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung, Standar pelayanan merupakan penilaian yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji Penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur, Maklumat pelayanan

merupakan pernyataan tertulis yang berisi keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang terdapat dalam standar pelayanan, Sistem informasi pelayanan publik atau Sistem Informasi”.

Menurut KEPMENPAN No.63/KEP/M.PAN/7/2003 menyatakan bahwa pelayanan publik adalah :

”segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh

penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Dari pengertian pelayanan publik di atas menurut undang-undang Dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik merupakan suatu kerja atau segala kegiatan un tuk mendapatkan hasil kerja atau pelayanan yang baik atau memuaskan kepada publik.


(25)

2.1.2.2 Hakekat Pelayanan Publik

 Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah di bidang pelayanan publik.

 Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga pelayanan publik dapat diselenggarakan lebih berdaya guna dan berhasil guna.

 Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakasa, dan peran serta masyarakat dalam derap langkah pembangunan serta dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

2.1.2.3 Asas Pelayanan Publik

Pelayanan Publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar dan terjangkau. Karena itu harus mengandung unsur-unsur dasar sebagai berikut :

Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun penerima pelayanan publik harus jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak.

Pengaturan setiap bentuk pelayanan publik harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap berpegang pada efisiensi dan efektifitas.


(26)

Mutu proses dan hasil pelayanan publik harus diupayakan agar dapat memberi keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hokum yang dapat dipertanggung jawabkan.

Apabila pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Instansi Pemerintah terpaksa harus mahal, maka Instansi Pemerintah yang bersangkutan berkewajiban memberi peluang kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya sesuai perundang-undangan yang berlaku.

2.1.3 Pajak

Pajak merupakan iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

2.1.3.1 Pengertian pajak

Pengertianpajak menurut Waluyo menyatakan bahwa :

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukkan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan langsung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.


(27)

Pengertianpajak menurut Rochmat Soemitro menyakan bahwa :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

(2007:1)

Pengertianpajak menurut P.J.A Andriani menyatakan bahwa:

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk yang kegunaannya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran mum berhubungan langsung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

(2007:3)

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah :

1. Pajak dipungut berdasarkan UU serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontra prestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh Negara baik Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.


(28)

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

2.1.3.2 Pajak Daerah

Pajak yang diterima pemerintah daerah dari berbagai pajak yang dibayar dari masyarakat yang digunakan atau berfungsi sebagai pembangunan daerah. Pajak daerah menurut Mardiasmo menyatakan bahwa:

“Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.

(2003 : 98)

Pajak daerah menurut Marihot P. Siahaan menyatakan bahwa :

“Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.

(2005 : 10)

Dari beberapa pengertian diatas tentang pajak daerah dapat disimpulkan bahwa pajak daerah dipungut berdasarkan Undang-undang yang berlaku beserta aturan pelaksanaannya. Dalam pemungutannya pajak daerah dapat dipaksakan yang berdasarkan Undang-undang yang berlaku dan Pajak dipungut oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.


(29)

2.1.3.3 Dasar Hukum Pajak Daerah

1.Undang-undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu 23 Mei 1997.

2. Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang No. 18 Tahun1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang diundangkan du Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan yaitu 20 Desember 2000.

3. Peraturan Daerah No. 19 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan yaitu 4 Juli 1997.

4. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah, yang diundangkam di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan yaitu 4 Juli 1997.

5. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah yang diundangkam di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan yaitu 13 September 2001.

6. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah yang diundangkam di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan yaitu 13 September 2001.


(30)

7. Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri Keuangan, peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah kabupaten/kota di bidang pajak daerah.

2.1.3.4 Fungsi Pajak Daerah

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa pajak daerah merupakan salah satu faktor dalam pendapatan daerah, berikut fungsi dari pajak daerah antara lain :

a. Sebagai tiang utama pertumbuhan otonomi terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah.

b. Sebagai sumber penerimaan atau dana yang sangat berarti dalam rangka pembiayaan pembangunan daerah.

2.1.4 Pajak Kendaraan Bermotor

2.1.4.1 Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan salah satu Pajak Propinsi yang sejak tahun 1976 telah dipungut dengan menggunakan sistem administrasi manunggal di bawah satu atap yang menggabungkan pelayanan administrasi kendaraan bermotor dan pembayaran pajak. Penerimaan PKB tergantung pada perkembangan jumlah dan peningkatan nilai jual kendaraan bermotor tersebut. Pada wilayah Kota Cimahi, terdapat peningkatan jumlah dan nilai jual kendaraan bermotor secara terus-menerus, hal ini harusnya menjadikan PKB menjadi pajak yang potensial, akan tetapi sepertinya potensi pajak ini belum tergali dengan baik,


(31)

hal ini terlihat dari kurangnya dana untuk membiayai berbagai sarana dan prasarana umum yang diperlukan berkaitan dengan pertambahan jumlah kendaraan sehingga terjadi kemacetan yang sangat mengganggu kenyamanan berkendaraan. Berdasarkan fenomena ini maka ingin diketahui efektifitas pelaksanaan administrasi pemungutan PKB pada wilayah Kota Cimahi dengan kurun waktu penelitian tahun 2003 sampai 2005. Efesiensi administrasi pemungutan PKB Membandingkan biaya yang dikeluarkan untuk memungut pajak tersebut dengan hasil yang diperoleh, akan tetapi tidak dapat digunakan pada administrasi pemungutan PKB karena tidak terdapat jumlah biaya pemungutan pajak yang khusus untuk pemungutan PKB. Dari segi jumlah wajib pajak memberikan gambaran tentang kemampuan menjaring wajib pajak, akan tetapi tidak digunakan pada administrasi pemungutan PKB. dari segi objek pajak memberikan gambaran rasio dari objek pajak yang telah dijaring oleh instansi pajak dan diukur dengan membandingkan realisasi penerimaan pajak dengan rencana penerimaan pajak. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diketahui telah semakin efektifnya pelaksanaan administrasi pemungutan PKB di Samsat Wilayah Kota Cimahi. Akan tetapi masih terdapat beberapa kendala yaitu ketiadaan pengarsipan SPPKB oleh Dispenda dan ketidak teraturan administrasi PKB yang mengakibatkan pendataan objek pajak kendaraan bermotor belum dapat dilaksanakan secara optimal, dan ketiadaan informasi yang berkaitan dengan pengeluaran formulir SPPKB sehingga kinerja fungsi pendataan objek pajak tidak dapat dinilai secara tepat. Bagi Samsat Kota Cimahi, perlu dipertimbangkan perluasan/penyebaran tempat pembayaran pajak dan pengiriman


(32)

SPPT/SKPD kepada setiap wajib pajak serta pengesahan STNK tidak perlu dilakukan setiap tahun sehingga biaya yang ditanggung oleh.wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dapat dikurangi. Selain itu juga diperlukan adanya suatu sistem yang sederhana, cepat dan memanfaatkan tehnologi informasi sehingga dapat memberikan kemudahan, kecepatan dan kenyamanan bagi wajib pajak dalam membayar PKB. Faktor-faktor yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan basis pajak juga harus dihitung dalam penentuan rencana penerimaan PKB sehingga rencana penerimaan akan lebih realitis. (UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi).

Pengertian pajak Kendaraan Bermotor menurut Drs.M.Suparmoko, Ph, D., M.A. menyatakan bahwa :

”Yang menjadi obyek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan

atas penguasaan kendaran bermotor sebagai alat angkut orang atau barang. Kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, perwakilan lembaga internasional, dikecualikan dari pengenaan pajak kendaraan bermotor adalahoarang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor. Selanjutnya wajib pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan

bermotor”. (2007:63)

2.1.4.2 Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor adalah nilai jual kendaraan bermotor dan bobot yang mencerminkan kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaran bermotor tersebut. Nilai kendaran bermotor sesuai dengan harga pasar kendaran bermotor, ataudiperkirakan atas dasar isi silinder dan atau satuan daya, penggunaan kendaran bermotor, jenis kendaraan bermotor, berat total kendaraan bermotor, dokumen impor untuk jenis


(33)

kendaraan tertentu. Bobot kendaraan yang mencerminkan kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan didasarkan pada tekanan gandar kendaraan, jenis bahan bakar kendaraan bermotor, tahun pembuatan, serta ciri-ciri mesin kendaraan bermotor. Tarif pajak kendaraan bermotor ditetapkan sebesar 1,5%

(satu setengah persen)dari nilai jual kendaraan bermotor.( M.Suparmoko.) (2007:64)

2.1.4.3 Obyek Pajak Kendaraan Bermotor

1. Setiap penyerahan kendaraan bermotor di daerah akibat perjanjian dua pihak atau lebih atau perbuatan sepihak yang berakibat pemindahan hak milik atau penguasaan yang dilakukan melalui jual beli, warisan, hibah, lelang, dan sebagainya.

2. Penguasaan kendaraan bermotor yang dikuasai untuk jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan oleh pribadi atau badan yang bukan pemiliknya dihitung sejak saat penguasaan itu adalah akibat dari perjanjian dan sewa menyewa termasuk leasing.

3. Pemasukan kedaraan bermotor yang dimasukkan oleh kontraktor asing ke wilayah Provinsi Jawa Barat yang tidak di Re-eksport setelah proyek selesai.


(34)

4. Penyerahan kendaraan bermotor dari penasukan luar negeri untuk dipakai secara tetap di Indonesia, kecuali :

a. Untuk dipakai sendiri oleh orang yang bersangkutan sepanjang di negara asalnya telah didaftarkan atas nama sendiri dengan menunjukkan bukti-bukti sah;

b. Untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia;

c. Untuk diperdagangkan dengan tujuan pameran, penelitian dan kegiatan olahraga bertaraf internasional.

5. Perubahan bentuk kendaraan bermotor yang mengakibatkan bertambahnya nilai jual kendaraan bermotor yang bersangkutan;

6. Penggantian mesin kendaraan bermotor, baik mesin baru maupun mesin lama. (Esti Buana, Sub Bag Tata Usaha)

2.1.4.4 Subyek Pajak Kendaraan Bermotor 1. Subyek pajak adalah :


(35)

b. Untuk merubah bentuk dang anti mesin subyek pajaknya adalah yang memiliki kendaraan bermotor.

2. Yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak yang dimaksud adalah : a. Untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan, kuasanya atau ahli

warisnya dan orang yamg menerima hibah. b. Untuk badan adalah pengurus atau kuasanya

2.1.4.5 Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah setiap orang pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor atau pada saat pembelian kendaraan bermotor.

2.2 Kerangka Pemikiran

Tujuan pemerintah daerah merupakan tujuan yang berpusat pada pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, dan dalam tujuan daerah tersebut sangat erat kaitannya dengan kegiatan pemerintah yang difokuskan kepada pelayanan masyarakat. Untuk dapat mewujudkan tujuan diatas, maka pemerintah daerah harus memiliki sumber keuangan yang cukup memadai, karena untuk dapat mewujudkan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

Disamping pemerintah daerah harus mempunyai dana atau modal yang besar pemrintah daerah harus mampu mengelola dana atau modal itu dengan baik sehingga dapat terealisasi dengan baik dalam pemakaiannnya.


(36)

Dan pendapatan yang diterima pemerintah daerah yaitu merupakan pendapatan asli daearah yang didalamnya terdapat beberapa pajak yaitu, dari pajak daerah itu sendiri misalnya pajak kendaraan bermotor, pajak air, pajak BBNKB, dll. Dan dari pendapatan pajak yang menjadi pendapatan terbesar pemerintah daerah yaitu pajak kendaraan bermotor dikarenakan semakin banyak masyarakat menggunakan kendaraan bermotor semakin banyak juga pendapatan pajak yang diterima pemerintah dari pajak kendaraan bermotor. Dan pendapatan pajak lainnya yang merupakan pendapatan daerah yaitu Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.

Erly Suandi menyatakan bahwa :

“Pajak daerah adalah iuran yang wajib dilakukan oleh pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dipaksakan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.

(2005 :236)

Ely Suhayati dan Siti kurnia Rahayu menyatakan bahwa :

“Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.


(37)

H. Rozali Abdullah menyatakan bahwa ;

“Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan antara lain berupa bagian laba dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), hasil kerja sama dengan pihak ketiga”,

(2005 : 144) H. Rozali Abdullah menyatakan bahwa ;

“Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah antara lain penerimaan daerah diluar pajak dan retribusi daerah seperti jasa giro, hasil penjualan aset daerah”,

(2005 : 144)

Dalam menunjang kelancarannya penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan, salah satu sumber pendapatan daerah diantaranya berasal dari penerimaan pajak daerah. Dan dari sumber pendapatan dari penerimaan pajak tersebut harus disertai dengan kinerja dan pengelolaan yang baik. Maka dari itu pemerintah daerah harus mampu melaksanakan dan mengatur kinerja pegawai yang baik, misalnya dalam kantor pembayaran pajak kendaraan bermotor atau kantor samsat sebagai pegawai atau karyawan harus mampu menjalankan pekerjaannya dengan baik dan memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembayaran pajak sehinnga penadapatan pajak yang diterima akan semakin meningkat. partisispasi masyarakat dalam pembayaran pajak akan mempercepat pertumbuhan pembangunan dan ekonomi dalam suatu daerah.


(38)

Pembangunan adalah titik perhatian bagi pemerintah dengan segala kegiatan dan berbgai tujuan. Pembangunan yang dilakukan secara menyeluruh dan merata terhadap berbagai aspek kehidupan bernegara yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan dan diharapkan mampu pula dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat, dimana aspek-aspek tersebut sebagai mata rantai yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan dalam kelangsungan hidup bernegara.

Sedangkan pembangunan nasional yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat yang adil dan makmur juga merata material dan spiritual.

Sedangkan yang paling dominan sebagai sumber dana adalah sektor perpajakan dimana yang turut menentukan berlangsungnya pembangunan yang akan tercapai. Sedemikian pentingnya sehingga pihak pemerintah menaruh perhatian terhadap sektor perpajakan ini dengan adanya peraturan-peraturan yang diperbaharuiataupun adanya perundang-undangan yang baru.

Dan salah satu pajak yang merupakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pajak kendaraan bermotor, karena pajak kendaraan bermotor (PKB) merupakan salah satu primadona dalam membiayai pembangunan daerah. Karena di sektor pajak kendaraan bermotor pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) memberikan kontribusi terbesar dalam pembangunan daerah.


(39)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Tujuan Daerah

Kinerja yang Baik

PAD

Pajak Daerah Retribusi

Daerah

Kekayaan Daerah

Lain-lain PAD yang sah sah

Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak BBNKB

Pajak Air

Semakin Tinggi Penerimaan Pajak Daerah Mencerminkan

Kinerja yang baik

Penerimaan dan Pendapatan daerah

Pembangunan Daearah


(40)

36

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Sugiyono menyatakan bahwa ;

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif dan reliable

tentang suatu hal (variable tertentu).

(2004 : 13) Husein Umar menyatakan bahwa :

“Objek Penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi obyek penelitian. Juga di mana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika di anggap perlu”.

(2005:303)

Jadi dapat disimpulkan bahwa objek penelitian adalah sasaran tentang apa atau siapa yang menjadi objek peneliti untuk mendapatkan suatu data.

Berdasarkan penjelasan di atas dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah penerimaan pajak kendaraan bermotor, Adapun subjek penelitian ini adalah Unit Pelayanan Pendapatan Daerah (UPPD) Provinsi Wilayah XXXI Cimahi di Jalan Raya Cibabat No.331A Cimahi.


(41)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif.

Sugiyono menyatakan bahwa:

”Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” .

(2009:2)

Sugiyono menyatakan bahwa:

“Metode deskriptif adalah metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum”. (2009:29)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan secara sistematis tentang fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data atau sampel sebagaimana adanya.


(42)

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah, dalam melakukan penelitian mengaju kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Moh. Nazir menyatakan bahwa :

“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

(2008:84)

Menurut Sugiyono (2008:18), menjelaskan proses penelitian dapat disimpulakan sebagai berikut:

1. Sumber Masalah 2. Rumusan Masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan Hipotesis

5. Metode Penelitian 6. Kesimpulan

Berdasarkan proses penelitian yang dijaskan diatas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:


(43)

Peneliti menentukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar penelitian.

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu :

a. Bagaimana Kinerja Pada kantor UPPD XXXI Cimahi.

b. Bagaimana hambatan pada kinerja atau pelayanan dalam meningkatkan pajak kendaraan bermotor.

c. Bagaimana Strategi Kinerja yang dilakukan dalam meningkatkan pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor pada kantor UPPD XXXI Cimahi.

2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabanya melalui pengumpulan data. Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian akan mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya didalam tahap penelitian. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan di uji dengan cara menguiji hipotesis.

3. Konsep dan teori yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (hipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban smentara terhadap masalah penelitian (hipotesis).


(44)

4. Pengujian Hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yanag baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah Analisis Kinerja UPPD XXXI Cimahi dalam meningkatkan Pendapatan Pajak Kendaran Bermotor pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi.

5. Metode Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan statistik deskriptif dan kuantitatif.

6. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.


(45)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai pengaruh kredit bermasalah terhadap pendapatan, maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen (X).

Variabel independen adalah variabel yang tidak terikat oleh faktor-faktor lain, tetapi mempunyai peranan terhadap variabel lain. Variabel independen ini adalah pajak kendaraan bermotor.

Sugiyono menyatakan bahwa:

“Variabel independen (bebas) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).”

(2009 :39)

Variabel, indikator, skala pengukuran yang digunakan untuk variabel X dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:


(46)

Operasionalisasi Variabel

3.2.3 Sumber Dan Teknik Penentuan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, di mana penulis memperoleh data yang disajikan oleh instansi. Misalnya; pajak kendaraan bermotor diperoleh dari kantor UPPD Wilayah XXXI Cimahi.

3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data merupakan data yang kita peroleh dari tempat pada saat peneliti melakukan penelitian.

Nur Indriantoro menyatakan bahwa ;

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala Kinerja UPPD Provinsi wilayah XXXI Cimahi (X)

Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

(Menurut : Anwar Parabu Mangku Negara 2003:67) 1).Kemampuan 2).Motivasi 3).Dukungan yang diterima 4).Keberadaan Pekerjaan yang dilakukan 5).Hubungan dengan Organisasi. (Menurut: Robert L. Manthis dan John H. Jackson 2001:82)

Rasio


(47)

“Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip

(data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan”. (2002:147)

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

1. Penelitian kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari berbagai bahan pustaka yang relevan, seperti : buku-buku (seperti : Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Ekonomi Publik, dan sebagainya), dan referensi lain yang berhubungan dengan materi yang akan dikaji. Penelitian ini berguna untuk memperoleh data sekunder sebagai landasan teoritis dalam membandingkan, membahas dan menganalisis data yang diperoleh dari penelitian lapangan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini melakukan pengumpulan data dengan :

a. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan masalah penerimaan pajak kendaraan bermotor. Penulis melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait di UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi. (Sumber untuk memperoleh data dari Sub Bagian PKB/BBNKB)


(48)

b. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pencatatan terhadap data-data yang dibutuhkan dan melakukan pengamatan terhadap situasi serta kondisi yang dihadapi oleh perusahaan pada waktu penelitian berhubungan dengan masalah penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah serta air permukaan. (Sumber untuk memperoleh data tersebut dari Esti Buana, Sub Bagian Tata Usaha)


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian pada UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi penulis memperoleh data dan mengetahui Kinerja UPPD Wilayah XXXI Cimahi dalam meningkatkan pajak kendaraan bermotor.

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Berdasarkan perkembangan Kota Cimahi Mulai dikenal sejak tahun 1811, pada saat Gubernur Jenderal Williem Deandels membuat jalan Anyer – Panarukan, dengan dibuatnya pos penjagaan (loji) di Alun-alun Cimahi sekarang. Perkembangan ini kemudian berlanjut pada tahun 1874 – 1893 ketika dilaksanakan pembuatan jalan Kereta Api Bandung – Cianjur sekaligus pembuatan Stasiun Kereta Api Cimahi dan tahun 1886 dimulai pembangunan Pusat Pendidikan Militer dan fasilitas lainnya. Pada tahun 1935, Cimahi menjadi Kecamatan. Sejak kemerdekaan Kota Cimahi berkembang terus, pada tahun 1962 dibentuk setingkat kedewanan, meliputi 4 kecamatan, yaitu : Cimahi, Padalarang, Batujajar dan Cipatat. Dengan perkembangan tersebut Kota Cimahi pada tahun 1975 ditingkatkan statusnya menjadi Kota


(50)

Administratif melalui peraturan Pemerintahan Nomor 29 Tahun 1975, yang diresmikan pada tanggal 29 januari 1976. Kota Cimahi merupakan Kotip pertama di Jawa Barat dan ketiga di Indonesia. Sesuai dengan kondisi Kota Cimahi yang semakin berkembang, Kota Cimahi ditingkatkan statusnya menjadi Kota Otonom seiring dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 9 Tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001 tentang Pembentukan Kota Cimahi dan diresmikan pada tanggal 17 Oktober 2001. Batas Administratif Kota Cimahi, Wilayah Kota Cimahi berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 2001 tentang pembentukan Kota Cimahi Meliputi 3 Kecamatan, yaitu : Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Cimahi Tengah, dan Kecamatan Cimahi Selatan dengan luas wilayah 4036 Ha.

Adapun batas-batas Kota Cimahi adalah :

- Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten Bandung Khususnya Kecamatan Parongpong, Cisarua dan Ngamprah.

- Sebelah Timur : Wilayah Kota Bandung khusunya Kecamatan Sukahaji, Kecamatan Cicendo, dan kecamatan Andir.

- Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Padalarang dan Batujajar.

Wilayah Kota Cimahi merupakan wilayah yang pertumbuhannya pesat, karena memiliki sistem ekonomi yang saling berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan sosial yang terintegrasi antara Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. berkaitan dengan itu perlu dilihat dari sejarah masa lalu yang tidak terlepas dari peran militer yang cukup kuat sebagai “Kawah Candradimuka” (Pusat Pendidikan Militer). Dan


(51)

untuk jumlah penduduk di Wilayah Kota Cimahi menurut data dari Dinas Kependudukan Kota Cimahi sampai dengan bulan September 2009 terdiri dari :

- Perempuan : 293.641 Jiwa - Laki-laki : 299.699 Jiwa Total : 593.340 Jiwa

Dengan laju pertumbuhan penduduk kira-kira 2.66%

Dengan perkembangan pemerintah Kotip Cimahi menjadi Kota Cimahi dan sektor pajak merupakan salah satu Pendapatan Asli Daerah dalam pelaksanaan pembangunan maka dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2002, tanggal 12 April 2002 maka terbentuklah Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah XXXI Cimahi.

4.1.1.1.1 Dasar Hukum Kelembagaan

1) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2000 tanggal 12 Desember 2003 tentang Dinas Daerah provinsi Jawa Barat . Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2002 tanggal 12 april 2002 tentang perubahan atas peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 15 tahun 2000 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat.

2) Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 53 Tahun 2001 tanggal 4 Desember 2001tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Unit dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat.

3) Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 63 Tahun 2002 tanggal 2 Desember 2002 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas pada Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat.


(52)

4.1.1.1.2 Dasar Hukum Pungutan

1) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2001 tanggal 18 Juni 2001tentang Pajak Pengambilan dan pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

2) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2001 tanggal 18 Juli 2001 tentang Pajak Kendaraan Bermotor.

3) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2001 tanggal 18 Juli 2001 tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2001 tanggal 18 Juli 2001 tentang Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

5) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2004 tanggal 4 Maret 2004 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (RPKD).

6) Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2002 tanggal 13 Mei 2002 tentang Petunjuk Pelaksana Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2001.

7) Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2002 tanggal 13 Mei 2002 tentang Petunjuk Pelaksana Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2001.

8) Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2002 tanggal 13 Mei 2002 tentang Petunjuk Pelaksana Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2001.


(53)

9) Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2002 tanggal 13 Mei 2002 tentang Petunjuk Pelaksana Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2001.

10) Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2002 tanggal 2 Juli 2002 tentang Petunjuk Pelaksana Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2001.

4.1.1.I.3 Visi dan Misi UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi

Adapun Visi dari UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi yaitu “Menjadi pengelola Pendapatan Daerah yang amanah dengan berorientasi kepada kepuasan pelayanan publik”. Dan untuk Misi dari UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi yaitu sebagai berikut :

1. Meningkatkan penerimaan Pendapatan Daerah. 2. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. 3. Memantapkan kinerja sumber daya manusia dan organisasi.

4. Menjalin jaringan kerja (networking) dan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah.


(54)

4.1.1.2 Stuktur Organisasi Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah XXXI (Cimahi).

Gambar 4.1 Stuktur Organisasi

4.1.1.3 Uraian Tugas perusahaan

Kepala UPPD

1) Kepala UPPD mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan pelayanan pendapatan daerah.

SUBBAGIAN TATA USAHA

SEKSI PKB /

BBNKB

SEKSI NON PAJAK SEKSI PAJAK NON

PKB / BBNKB KEPALA UPPD

INSTALASI KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL


(55)

2) Dalam melaksanakan tugas pokok, kepala UPPD mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan teknis operasioanal di bidang pendapatan daerah. b. Penyelenggaraan pelayanan umumdi bidang pendapatan daerah. 3) Rincian tugas Kepala UPPD adalah sebagai berikut :

a. Memimpin, mengatur, mengendalikan seluruh pelaksanaan kegiatan UPPD

b. Menetapkan rencana kerja operasional tahunan sesuai dengan kebijakan teknis operasional dinas.

c. Memberikan saran, pertimbangan dan atau informasi kepada kepala dinas sebagai bahan kebijakan.

d. Menyelenggarakan pengaturan pelayanan umum bidang PKB/BBNKB Pajak Non PKB/BBNKB dan Non pajak serta pendapatan lain yang menjadi kewenangan Propinsi.

e. Melaksanakan koordinasi dengan instasi terkait.

f. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan kegiatan UPPD.  Subbagian Tata Usaha

1) Subbagian tata usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan rencana kerja, pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan umum dan pelaporan.

2) Dalam melaksanakan tugas pokok, Subbagian tata usaha mempunyai fungsi: a. Pelaksanaan penyusunan remcana kerja UPPD;


(56)

b. Pelaksanaan administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan umum.

3) Rincian tugas Subbagian Tata Usaha adalah sebagai berikut : a. Melaksanakan kegiatan dalam bidang ketatausahaan. b. Menyiapkan dan menyusun rencana anggaran;

c. Melaksanakan pengolahan di bidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan umum di lingkungan UPPD;

d. Memberikan saran atau pertimbangan kepada Kepala UPPD mengenai hal-hal berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas kedinasan;

e. Mengumpulkan dan mengolah bahan /laporan di bidang administrasi serta maengajukan pemecahan masalah dan pertimbangan kepada Kepala UPPD untuk menjadikan bahan pertimbangan lebih lanjut;

f. Melaksanakan pengurusan rumah tangga UPPD. g. Melaksanakan koordinasi dengan instasi terkait.  Kelompok Jabatan Fungsional

Rincian tugas Kelompok Jabatan Funsional ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional dikoordinasikan oleh seseorang tenaga fungsional profesional yang ditunjuk di antara tenaga fungsional yang berada dilingkungan UPPD dan Kepala UPPD.


(57)

a. Pembantu Pemegang Kas Rutin (Kasir BAU)

1. Menerima, membukukan, mengeluarkan dan mempertanggung jawabkab anggaran Kas Rutin sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Melaksanakan kegiatan belanja barang kebutuhan kantor.

3. menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan Bend 10, 11, 12, 15, 24, 25.

4. Menyusun dan membuat laporan bulanan keuangan kas rutin yang menjadi tanggung jawabnya.

5. Menerima dan mendistribusikan Gaji Pegawai Gol II, Tunda

6. Menerima dan menyetorkan PPH Pasal 21 yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Pemegang Kas Pembantu (Pentor) UPPD

1. Menerima setoran penerima Pajak Non PKB/BBNKB dan Non Pajak dari wajib pajak.

2. Menyetorkan hasil penerimaan Pajak Non PKB/BBNKB dan Non Pajak ke kas daerah melalui Bank jabar.

3. Menyelenggarakan pembukuan Bend 10, 16, 17 dan pembukuan lainnya yang menjadi tanggung jawab.

4. Membuat rekap setoran penerimaan Pajak Non PKB/BBNKB dan Non Pajak.


(58)

5. Menyusun dan membuat laporan mingguan dan bulanan PAD Non PKB dan Non Pajak yang menjadi tanggung jawabnya.

c. Pembantu Pemegang Kas Bendahara wan Pentor PKB/BBNKB

1. Menerima setoran penerimaan PKB/BBNKB dan Kasir.

2. Menyetorkan penerimaan PKB dan BBNKB dari Kasir ke Kas Daerah melaui Bank Jabar.

3. Menyelenggarakan pembukuan Bend 10, 16, 17, sampai III-2 dan pembukuan lainnya yang menjadi tanggung jawabnya.

4. Menghimpun dan membuat rekap setoran penerimaan PKB/BBNKB. 5. Membuat laporan Mingguan dan bulanan hasil pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya.

d. Pengelola DPP BO

1. Menerima, membukukan dan mendistribusika DPP BO

2. Menerima dan menyetorkan PPh pasal 21 yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Menyusun Laporan bulanan Penerimaan dan Pendiatribusian DPP BO.

e. Pelaksanaan Dinas Luar pada Seksi Pajak Non PKB/BBNKB

1. Mendata, mencatat, memeriksa pemakaian dan pemanfaatan air oleh WP.


(59)

3. Melaksanakan penagihan Pajak Air ke perusahaan.

4. Membantu mengerjakan Administrasi Pembukuan Pajak Air.

f. Pelaksana Seksi Non Pajak

1. Melaksanakan tugas Dinas luar RKPD dan,

2. Melaksanakan Administrasi Pembukuan Non Pajak.

g. Petugas Loket Pendaftaran Merangkap Penaggung Jawab TUUP

1. Memberiakn SPT dan penerangan kepada Wajib Pajak yang akan menyelesaikan pembayaran PKB/BBNKB.

2. Menerima, meneliti dan memriksa kelengkapan berkas dari Wajib Pajak.

3. Mencatat dan membukukan pengeluaran SPT sesuai Nomor Polisi. 4. Membuat Laporan bulanan Penerimaan dan penggunaan SPT yang

dikelolanya.

5. Mengkoordinir Administrasi dan pembuatan FAD serta pelaksanaan Administrasi Samsat Lainnya (TUPP).

6. Membantu Kasi Pajak mengkoordinir pembuatan Laporan bulanan PAD Samsat.

h. Penanggung jawab Supervisor Ruang Kontrol

1. Melaksanakan dan menggunakan Operasional Sistem komputer Samsat.


(60)

2. Mengerjakan perbaikan dan memelihara data masukan, dan data KB dan pasword.

3. Mengkoordinir pencetakan laporan yang dilaksanakan petugas operator (Sam II-2, Sam III-2).

4. Membuat Back Up Data.

5. Membantu menyusun Laporan bulanan PAD Samsat.

6. Melaksanakan tugas lainnya yang berkaitan dengan sistem komputer Samsat.

i. Pengurus barang Merangkap

1. Mengelola barang Dinas (Barang Investasi Kantor).

2. Mengerjakan pembukuan/Administrasi pengurusan Barang Dinas. 3. Menyusun Laporan Pengeluaran/Penggunaan Barang Investor Kantor. 4. Membantu tugas lainnya di Sub Bagian TU.

j. Pelaksana UPPD

1. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait.

2. Membantu tugas dinas lapangan pajak Non PKB/BBNKB. 3. Staf Ahli penyusunan program UPPD.

k. Petugas Penetapan

1. Menerima, meneliti dan memeriksa kelengkapan berkas dari loket pendaftaran.


(61)

2. Menetapkan besarnya PKB/BBNKB Loksus dalam SKPD dan Denda Kas.

3. Meneruskan berkas yag telah disahkan PKB/BBNKB dan Dendanya kepada penetapan SWDKLLJ.

4. Membuat Laporan harian penetapan PKB/BBNKB.

5. Menyusun laporan penggunaan SKPD dan membuat BAP SKPD BATAL.

6. Melaksanakan pembukuan produksi penetapan (SAM II-2) harian sebagai bahan laporan bulanan .

7. Membantu Kasi Pajak menyusun Laporan bulanan Samsat.

l. Petugas Penerimaan Pembayaran Kasir Samsat

1. Menerima pembayaran PKB/BBNKB sesuai SKPD dari WP.

2. Menerima/validasi SKPD yang telah dibayar oleh WP.

3. Meneruskan berkas dan tindasan SKPD kepada petugas pencetakkan STNK/pengesahan STNK.

4. Menyetorkan hasil penerimaan PKB/BBNKB ke Pemegang Kas Pembantu/Bendaharawan Pentor melalui SAM II-3.

5. Mengerjakan Administrasi/Pembukuan yang menjadi tanggung jawabnya.


(1)

keliling atau samsat online yang sudah disediakan oleh pemerintah, sehingga usaha pemerintah dalam meningkatkan pendapatan pajak kendaraan bermotor akan tercapai dengan baik. Apalagi setiap tahun mengalami peningkatan dalam pemakaian kendaraan bermotor semakin banyak juga peningkatan pendapatan yang diterima pemerintah dalam kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi. Dan untuk kurangnya informasi masyarakat dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor pemerintah memberikan informasi atau pembelajaran kepada masyarakat atau wajib pajak sehingga dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor tidak mengalami kesalahan dan masyarakat atau wajib pajak akan lebih berpartisipasi dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor sehingga kinerja dalam meningkatkan pajak kendaraan bermotor pada kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi akan tercapai dengan baik.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kinerja pada kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi menunjukan kinerja yang sangat baik karena pendapatan yang dicapai sesuai dengan target yang ditentukan atau ditetapkan dan pelayanan kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi dikatakan sangat baik karena dapat memberikan pelayanan pada masyarakat atau wajib pajak dalam mempermudah pembayaran pajak kendaraan bermotor.

2. Kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi mampu mengatasi hambatan atau masalah yang menghambat dalam meningkatkan pajak kendaraan bermotor dan Strategi yang dilakukan oleh kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi dalam meningkatkan pajak kendaraan bermotor dikatakan berhasil karena dapat mempermudah masyarakat atau wajib pajak dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor melalui samsat keliling dan samsat online yang diberikan pemerintah sehingga pendapatan akan semakin meningkat.

3. Upaya yang dilakukan Pada kantor UPPD Provinsi Wialayah XXXI Cimahi dalam mengatasi hambatan untuk meningkatakan pendapatan pajak kendaraan bermotor dapat dikatakan berasil, hal ini ditunjukkan masyrakat atau wajib pajak dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor semakin meningkat.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Kinerja dan Pelayanan kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi harus mampu memberikan kepuasaan pada masyarakat atau wajib pajak dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor baik dalam kinerjanya misalnya memberikan Kinerja yang baik ramah kepada wajib pajak dan dalam segi pelayanan misalnya ruang tunggu yang nyaman gedung yang baru, menambah loket pembayaran. Dan kinerja pada kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi sudah menunjukkan kinerja yang sangat baik dilihat dari penerimaan pendapatan dari pajak kendaraan bermotor yang melebihi target yang ditentukan, maka kinerjanya perlu dipertahankan dan ditingkatkan baik dari pihak perusahaan, sehingga pendapatan dari pajak kendaraan bermotor semakin meningkat.


(2)

2. Hambatan yang terjadi pada kantor UPPD Provinsi wilayah XXXI Cimahi disebabkan dari faktor Intern dan Ekstern, maka dari itu baik pihak pemerintah atau wajib pajak diberikan pengarahan secara jelas dan terperinci mengenai pembayaran pajak kendaraan bermotor sehingga tidak akan terjadi hambatan dalam meningkatan pendapatan pajak kendaraan bermotor.

3. Strategi yang digunakan oleh kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi harus benar-benar dilaksanakan sehingga dalam meningkatkan pajak kendaraan bermotor dapat terealisasi dengan baik.

BAB VI DAFTAR PUSTAKA

Husein Umar, 2005, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat. 2004. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pungutan Pajak Kendaraan Bermotor

Marihot P. Siahaan, 2005, “Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah”,Divisi Buku Perguruan Tinggi

PT. Raja Grafindo, Jakarta

Mulyadi. 2005 , Perpajakan . Jakarta salemba Empat. M. Suparmoko, 2002, “Ekonomi Publik”, Andi , Yogyakarta

Perda. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2004 tentang Pajak Kendaraan Bermotor.

Perda Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2004 tanggal 4 maret 2004 tentang RetribusiPemakaian Kekayaan Daerah (RPKD).

P.J.A. Andriani, 2007, “Akuntansi Perpajakan”, Salemba Empat, Jakarta.

Rochmat Soemitro,2007, “Dasar-dasar Hukum Pajak Pendapatan”, Eresco Lembaga Pendidikan,

Bandung.

Sugiyono, 2009, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan RD”, Alfabeta, Bandung.

Ely Suhayati dan Siti Kurnia Rahayu, 2010, “Perpajakan Teori dan Teknis Perhitungan”, Graha

Ilmu, Yogyakarta.

UU Nomor 7 Tahun 2001, “tentang Pajak Kendaraan Bermotor”.

Waluyo. 2004 . Perpajakan Indonesia . Jakarta Salemba Empat. Tabel 1.1

Analisis Kinerja UPPD Provinsi XXXI Cimahi Dalam meningkatkan Pendapatan pajak Kendaraan bermotor

Pada Kantor Bersama Samsat Cimahi

No. Aktifitas kinerja staf UPPD % Keterangan

1.

Tingkat inovasi, proaktif, ataupun pasif (partisipatif) karyawan dalam bekerja. 85 %

Sebagian besar merasa puas atas kinerja dalam organisasi.

2.

Tingkat penerapan kedisiplinan

75 %

Karyawan menganggap bahwa tingkat penerapan peraturan dalam kinerja dirasa cukup baik, namun masih ada yang melanggar.


(3)

3.

Tingkat kooperatif, ataupun individualisme dalam bekerja

75 %

Sebagian besar merasa puas karena hubungan baik dapat terjalin antar karyawan.

4.

Tingkat komitmen dalam menjalankan Kinerja organisasi / reaksi terhadap tugas.

65 %

Reaksi karyawan cukup baik dalam menjalankan misi atau tugas organisasi, namun ditemukan masih ada target yang belum bisa dicapai. Sumber : karyawan atau staf kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi.

Tbel ini Terdapat dalam Teks Pada bagian 1 Pendahuluan Tentang Analisis Kinerja UPPD Provinsi XXXI Cimahi Dalam meningkatkan Pendapatan pajak Kendaraan bermotor Pada Kantor Bersama Samsat Cimahi

Tabel 1.2

Pendapat masyarakat Tentang kinerja UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi Dalam Meningkatkan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor

Pada Kantor Bersama Samsat Cimahi

No.

Pendapat Masyarakat/wajib Pajak Tentang kinerja UPPD XXXI Cimahi

% Keterangan

1.

Pelayanan

Tingkat Pelayanan dan Kenyaman dalam Pembayaran pajak Kendaraan bermotor.

85 % Hal ini bisa dilihat dari hasil Kinerja dan Pelayanan.

2.

Sosialisasi

Pemberian Informasi Pada wajib pajak mengenai pembayaran pajak.

60 %

Kurangnya Partisipasi

masyarakat dalam

Pembayaran pajak. 3.

Pengetahuan kerja

Mampu dan mengetahui dalam penggunaan alat – alat kerja 70%

Sebagian besar dapat menggunakan walaupun masih memerlukan bantuan orang lain.

4.

Kedisiplinan

Ketepatan karyawan dalam menjalankan Pekerjaanya. 60 %

Kurangya ketepatan Karyawan atau staf dalam bekerja.


(4)

5.

Kehadiran

Kedisiplinan dalam kehadiran

maupun terhadap waktu 60 %

Sebagian karyawan masih menganggap kurang karena

masih banyaknya

pelanggaran dalam waktu kerja.

6.

Kerjasama

Kemampuan bekerja sama dengan

rekan kerja 80 %

Kerja sama antar karyawan atau staf sangat Kompak dalam menjalankan tugasnya.

Sumber : Wajib Pajak yang membayar pajak kendaraan bermotor pada UPPD XXXI Cimahi

Tabel ini Terdapat dalam Teks Pada bagian 1 Pendahuluan Tentang Pendapat masyarakat

Tentang kinerja UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi Dalam Meningkatkan Pendapatan

Pajak Kendaraan BermotorPada Kantor Bersama Samsat Cimahi.

Tabel 2.1

Tabel Pendapatan Pajak kendaraan Bermotor Pada Kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi

Sumber: Sub Bag Tata Usaha kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi 2010

Tabel ini Terdapat dalam Teks Pada bagian 2 dan 4 ,Kajian Pustaka dan PembahasanTentang Pendapatan Pajak kendaraan Bermotor Pada Kantor UPPD Provinsi Wilayah XXXI Cimahi

Penerimaan Tahun Target Realisasi %

PKB 2006 Rp 26,540,000,000 Rp 28,554,536,150 124,18% PKB 2007 Rp 28,000,000,000 Rp 31,651,029,250 113,04% PKB 2008 Rp 32,000,000,000 Rp 35,776,000,000 110,24% PKB 2009 Rp 38,300,000,000 Rp 39,771,491,850 103,84%


(5)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Gambar Ini Terdapat dalan Teks bagian 2 Tentang Kerangka Pemikiran.

Tujuan

Daerah

Kinerja yang

Baik

PAD

Pajak Daerah

Retribusi

Daerah

Kekayaan

Daerah

Lain-lain PAD

yang sah sah

Pajak Kendaraan

Bermotor

Pajak BBNKB

Pajak Air

Semakin Tinggi

Penerimaan Pajak

Daerah Mencerminkan

Kinerja yang baik

Penerimaan dan

Pendapatan daerah

Pembangunan

Daearah


(6)

Gambar 4.1 Stuktur Organisasi

Gambar ini Terdapat Dalam Teks bagian IV Tentang Stuktur Organisasi Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah XXXI (Cimahi).

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SEKSI PKB

/

BBNKB

SEKSI NON

PAJAK

SEKSI PAJAK

NON

PKB / BBNKB

KEPALA UPPD

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL