melakukan perubahan arah pengamplasan, maka arah yang baru adalah 450 atau 900 terhadap arah sebelumnya.
2.9.4. Polishing Pemolesan
Setelah diamplas sampai halus, sampel harus dilakukan pemolesan. Pemolesan bertujuan untuk memperoleh permukaan sampel yang halus
bebas goresan dan mengkilap seperti cermin dan menghilangkan ketidak teraturan sampel. Permukaan sampel yang akan diamati di bawah
mikroskop harus benar-benar rata. Apabila permukaan sampel kasar atau bergelombang, maka pengamatan struktur mikro akan sulit untuk
dilakukan karena cahaya yang datang dari mikroskop dipantulkan secara acak oleh permukaan sampel. Tahap pemolesan dimulai dengan
pemolesan kasar terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pemolesan halus
2.9.5. Etching Etsa
Etsa merupakan proses penyerangan atau pengikisan batas butir secara selektif dan terkendali dengan pencelupan ke dalam larutan pengetsa baik
menggunakan listrik maupun tidak ke permukaan sampel sehingga detil struktur yang akan diamati akan terlihat dengan jelas dan tajam. Untuk
beberapa material, mikrostruktur baru muncul jika diberikan zat etsa. Sehingga perlu pengetahuan yang tepat untuk memilih zat etsa yang tepat,
yaitu: a. Etsa Kimia
Universitas Sumatera Utara
Merupakan proses pengetsaan dengan menggunakan larutan kimia dimana zat etsa yang digunakan ini memiliki karakteristik
tersendiri sehingga pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Contohnya antara lain : nitrid acid nital asam nitrit
+ alkohol 95, picral asam picric + alkohol, ferric chloride, hydroflouric acid, dan lain-lain. Perlu diingat bahwa waktu etsa
jangan terlalu lama umumnya sekitar 4 – 30 detik, dan setelah dietsa, segera dicuci dengan air mengalir lalu dengan alkohol
kemudian dikeringkan dengan alat pengering. b. Elektro Etsa Etsa Elektrolitik
Merupakan proses etsa dengan menggunakan reaksi elektro etsa. Cara ini dilakukan dengan pengaturan tegangan dan kuat arus
listrik serta waktu pengetsaan. Etsa jenis ini biasanya khusus untuk stainless steel karena dengan etsa kimia susah untuk mendapatkan
detil strukturnya. Mikrostruktur hampir semua paduan alumunium terdiri dari kristal utama
padatan alumunium biasanya berbentuk dendritik ditambah dengan produk hasil reaksi dengan paduan. Elemen paduan yang tidak berada dalam keadaan padat
biasanya membentuk fasa campuran pada eutectic, kecuali silikon yang muncul sebagai produk utama. Paduan alumunium-silikon, eutektik terjadi pada sekitar 12
Si http:www.blog.ub.ac.id
.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.25 : Mikrostruktur Aluminium
Alloy biasanya bergabung bersama-sama dengan elemen lainya seperti silikon, copper, magnesium, mangan, zin dan besi. Kelarutan dari seluruh elemen
ini biasanya meningkat dengan peningkatan temperatur. Hal ini menurun dari temperatur tinggi ke konsentrasi yang relatif rendah selama proses pembekuan
dan proses heat treatment akan menghasilkan pembentukan fasa intermetallic. Sebagai contoh pengendapan Si, Mn, dan Fe akan membentuk fasa Al
12
FeMn
3
Si Ye.H, 2002.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di bengkel peleburan aluminium di jalan krakatau dan Loboratorium Ilmu Logam Fisik, Teknik Mesin, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilakukan dengan pertama kali melebur bahan baku aluminium di Laboratorium Proses Produksi Departemen
Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya proses pengujian dan pengamatan dilakukan di Laboratorium Ilmu Logam Fisik, Teknik Mesin,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal pengesahan usulan oleh Ketua Jurusan Departemen Teknik Mesin sampai
dinyatakan selesai yang direncanakan berlangsung selama +4 bulan. Sehingga nantinya dapat menghasilkan sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.
3.2. Bahan, PeralatandanMetode
3.2.1. Bahan
Bahan yang digunakandalampenelitianini antara lain :
a. Aluminium
Padapenelitianinidigunakanaluminium yang berasaldarialuminium ingot, kemudian dilebur.
Universitas Sumatera Utara