Karakterisasi 20 Genotipe Bawang Merah (Allium cepa L.)

i

KARAKTERISASI 20 GENOTIPE BAWANG MERAH
(Allium cepa L.)

MOHAMMAD IZZAT MUIZZUDDIN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

i

ABSTRACT
Shallot is one of the most important vegetables of Indonesia productivity of
the shallot in Indonesia must be impove to meen the demand of the consumers. The
objective of this research is to characterize 20 genotypes of shallot from Indonesia
as sources for further breeding process. This research was done in a Randomize
Complete Block Design Group with one factor, namely genotype. The plant

material tested consisted of 20 genotypes of onion crop (BM15, BM16, BM35,
BM46, BM21, BM17, BM37, BMAS, BM42, BM22L, BM43, BM17B, BM02, BM03,
BM04, BM05, BMAC, BM ABT, BM41, BM44) exploration results of Center for
Tropical Horticulture Studies. The results indicate that the 20 genotypes of shallot
both posses varied qualitative and quantitative characters and can be grouped as
several cluster based on those characters.
Keywords: Allium cepa L., yield, exploration, collection, germplasm

ABSTRAK
Bawang merah merupakan salah satu sayuran utama nasional yang
mempunyai peran cukup penting sehingga perlu dibudidayakan secara intensif.
Kebutuhan akan bawang merah penduduk Indonesia sangat tinggi dibandingkan
ketersediaannya. Produktivitas bawang merah dalam negeri harus ditingkatkan
diantaranya dengan menggunakan varietas bawang merah baik. Tujuan dari
penelitian ini adalah melakukan karakterisasi 20 genotipe bawang merah di
Indonesia sebagai tahapan awal dari kegiatan pemuliaan bawang merah. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu
faktor yaitu genotipe. Bahan tanaman yang diuji terdiri dari 20 genotipe tanaman
bawang merah (BM15, BM16, BM35, BM46, BM21, BM17, BM37, BMAS,
BM42, BM22L, BM43, BM17B, BM02, BM03, BM04, BM05, BMAC, BM ABT,

BM41, BM44) hasil eksplorasi Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB. Hasil
pengujian tanaman pada karakter kuantitatif menunjukkan adanya keragaman.
Kata kunci: Allium cepa L., daya hasil, eksplorasi, karakterisasi, plasma nutfah

ii

i

Judul Skripsi : Karakterisasi 20 Genotipe Bawang Merah (Allium cepa L.)
Nama
: Mohammad Izzat Muizzuddin
NIM
: A24118004

Disetujui oleh

Dr. Awang Maharijaya, SP MSi
Dosen Pemimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

ii

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah subhanahu wa ta`ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Penelitian
ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Pertanian Judul
penelitian yang penulis lakukan adalah Karakterisasi 20 Genotipe Bawang Merah
(Allium cepa L.) Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur, Bogor
pada bulan Februari-April 2015.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Awang Maharijaya, SP Msi
selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran serta bimbingan. Tidak lupa
juga ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga, teman-teman
yang terdekat dan seluruh pihak yang mendukung dan memberikan dorongan yang
tulus baik dalam materil dan perhatian dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Bogor, Agustus 2015
Mohammad Izzat Muizzuddin

ii

DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani Bawang Merah (Allium cepa L.)

2

Pembentukan Umbi Bawang Merah

3

Karakterisasi

3

METODE PENELITIAN


3

Bahan dan Alat

3

Waktu dan Tempat

3

Pelaksanaan Penelitian

4

Pengamatan

5

Analisis Data


6

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Kondisi Umum Percobaan

7

Karakter Kualitatif

8

Karakter Kuantitatif

13

Analisis Korelasi


15

Analisis Gerombol

16

SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA


18

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

21

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Keragaman karakter pada tajuk dan intensitas warana pada daun
Keragaman karakter umbi bawang merah
Analisis ragam
Nilai pengamatan panjang daun, diameter daun, panjang batang semu,

diameter batang semu, diamter jumlah daun pada batang semu
5 Nilai pengamatan tinggi umbi, diameter umbi, lebar leher umbi, bobot
umbi pertanaman
6 Korelasi linear antar karakter kuantitatif pada tanaman bawang merah
7 Pengelompokkan genotipe bawang merah berdasarkan analisis gerombol

9
11
12
13
14
15
15

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5


Curah hujan di Kebun Percobaan, Tajur
Keragaan intensitas warna pada daun
Keragaan perilaku tajuk
Keragaan umbi membentuk secara membujur
Gambar pengelompokan 20 genotipe bawang merah

7
8
8
10
16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Deskripsi genotipe bawang merah BM15
Deskripsi genotipe bawang merah BM16
Deskripsi gentotipe bawang merah BM35
Deskripsi gentotipe bawang merah BM46
Deskripsi gentotipe bawang merah BM21
Deskripsi gentotipe bawang merah BM17
Deskripsi gentotipe bawang merah BM37
Deskripsi gentotipe bawang merah BMAS
Deskripsi gentotipe bawang merah BM42
Deskripsi gentotipe bawang merah BM22L
Deskripsi gentotipe bawang merah BM43
Deskripsi gentotipe bawang merah BM17B
Deskripsi gentotipe bawang merah BM02
Deskripsi gentotipe bawang merah BM03
Deskripsi gentotipe bawang merah BM04
Deskripsi gentotipe bawang merah BM05
Deskripsi gentotipe bawang merah BMAC
Deskripsi gentotipe bawang merah BMABT
Deskripsi gentotipe bawang merah BM41
Deskripsi gentotipe bawang merah BM44

21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bawang Merah (Allium cepa L.) yang berasal dari Asia Tengah merupakan
sayuran penting di Indonesia. Menurut BPS (2014), bawang merah termasuk jenis
sayuran yang persentase produksinya mencapai 7.21% dari seluruh total produksi
sayuran di Indonesia dan menempati urutan ketiga setelah kubis dan kentang.
Bawang merah dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau sebagai bahan untuk
mengobati penyakit tertentu sebagai obat tradisional karena mengandung senyawa
antiseptic seperti aillin yang memiliki sifat anti mikroba termasuk bakteri sehingga
berfungsi untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Berkaitan dengan nilai penting di atas, kebutuhan bawang merah di
Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sekitar 5% sementara
produksi bawang merah tidak stabil seperti sering mengalami penurunan seperti
pada tahun 2010 dari 1 048 934 ton menjadi 893 124 ton. Selain itu, meskipun
secara umum produksi tahunan bawang merah Indonesia mengalami surplus,
namun produksi per bulannya berfluktuasi sementara kebutuhan masyarakat adalah
tetap. Akibatnya selalu terjadi kekurangan pasokan bawang merah pada periode
tertentu. Untuk mengatasi hal ini, diberlakukan harga referensi untuk masuknya
impor bawang merah. Sebagai contoh tahun 2010 impor bawang merah di
Indonesia tercatat sebesar 73 864 ton dan dalam tiga bulan pertama tahun 2011,
impor bawang merah di Indonesia mencapai 85 730 ton. Dengan demikian produksi
bawang merah di Indonesia perlu ditingkatkan melalui peningkatan produktivitas
dan penyebaran lahan produksi. Produktivitas bawang merah di Indonesia masih
relatif rendah sekitar 8 – 12 ton per ha (BPS 2013).
Rendahnya produktivitas bawang merah di Indonesia diduga karena
serangan OPT yang tinggi serta belum banyaknya varietas unggul yang cocok
dengan lingkungan setempat (Rukmana 1994). Hal ini diduga menjadi penyebab
rendahnya produktivitas bawang merah di sentra – sentra produksi bawang merah
terutama di luar pulau Jawa. Satu masalah yang dihadapi dalam produksi bawang
merah adalah keterbatasan bibit yang tersedia pada setiap saat tanam belum sesuai
dengan mutu bibit dan kesesuaian varietas (Putrasamedja dan Permadi 2011).
Dengan demikian peningkatan produktivitas yang cepat dapat dicapai melalui
perbaikan varietas bawang merah yang adaptif pada sentra produksi.
Tahap pertama dalam kegiatan pemuliaan tanaman adalah koleksi. Tahap
selanjutnya adalah karakterisasi untuk mengidentifikasi karakter-karakter dan sifat
unggul pada genotipe bawang merah. Tersedianya varietas lokal yang beragam
memberikan banyak pilihan kepada petani, di samping dapat mengurangi
penggunaan benih impor. Penggunaan benih bawang merah impor untuk konsumsi
oleh petani sangat berpotensi menularkan patogen yang terbawa benih ke wilayah
Indonesia, karena bawang tersebut tidak dihasilkan lewat proses sertifikasi benih.
Dalam negeri tersedia cukup banyak varietas lokal dengan karakter berumbi besar
dan berdaya hasil tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakter
morfologi 20 genotipe bawang merah sebagai informasi awal bagi program
pemuliaan bawang merah ke depan.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi karakteristik morfologi
dan daya hasil dari genotipe tanaman bawang merah (Allium cepa L.) yang diuji.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.)
Bawang merah dibagi ke dalam dua kelompok yaitu Common Onion
(termasuk di dalamnya: Allim cepa var. cepa; Allium cepa L. ssp. Cepa dan ssp.
Austral Trofim) dan Aggregatum Group (termasuk di dalamnya Allium
ascalonicum auct non Strard; Allium cepa ssp. Ortentale Kazak; Allium cepa var.
ascalonicum Baker). Bawang merah dinamakan Allium cepa. Var aggregatum
group yang berada dalam spesies yang sama dengan bawang Bombay karena
kemampuannya untuk disilangkan dengan bawang Bombay dan menghasilkan
anakan yang fertile (Brewster 1994; Rabinowitch dan Kamenetsky 2002). Bawang
merah diklasifikasikan ke dalam kelas monocotiledoneae, superdo Liliiflorae, ordo
Asparagales, genus Allium dan family Alliaceae (Brewster 1994).
Tanaman bawang merah merupakan terna yang tingginya mencapai 15-50
cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim (Wibowo 1999).
Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang, sehingga system
perakarannya dangkal, bercabang terpencar pada kedalaman 15-30 cm dalam tanah
dan tidak tahan kekeringan (Rukmana 1994).
Umbi bawang merah merupakan umbi lapis. Umbi mempunyai pelbagai
bentuk yang bervariasi mulai dari bentuk bulat hingga bentuk gepeng. Jumlah umbi
per rumpun bervariasi antara 4 sampai 8 umbi (Putrasamedja dan Suwandi 1996)
bahkan dapat mencapai 35 umbi (Rabinowitch dan Kamenetsky 2002). Umbi
tersebut terbentuk dalam tanah dengan posisi yang rapat serta dikelilingi suatu
seludang (Brewster 1994).
Bawang merah memiliki bunga majemuk sempurna berbentuk tandan yang
bertangkai dengan 50 sampai 200 kuntum bunga. Bunga ini berasal dari
perkembangan tunas apical yang merupakan tunas utama yang akan muncul dari
dasar umbi (Brewster 1994).
Pembentukan Umbi Bawang Merah
Pembentukan umbi dapat terjadi bergantung pada fotoperiodisme dan suhu.
Suhu yang tinggi, fotoperiodisme yang berlangsung lama (hari panjang), dan rasio
cahaya Red (R): Far Red (FR) yang rendah dapat menyebabkan terjadinya
pembentukan umbi, sedangkan pada kondisi sebaliknya, pertumbuhan daun yang
akan terjadi (Brewster 1994). Pembentukan umbi berlangsung sebagai akibat dari
respon terhadap lamanya fotoperiodisme, temperatur yang relatif tinggi, dan
perbedaan varietas yang dapat dibedakan dari panjang hari minimal yang

3
dibutuhkan untuk menginduksi setiap varietas dalam membentuk umbi
(Rabinowitch dan Kamenetsky 2002).
Proses pembentukan umbi pada bawang Bombay yang dimulai dari
penebalan pada leher tanaman dan pembengkakkan pada daun pelepah pertama.
Penebalan ini terjadi karena ada perluasan sel dan tidak melibatkan pembelahan sel.
Ketika daun pelepah mulai gugur, daun pipa mengalami sense sementara daun-daun
baru mulai bermunculan hingga akhirnya mengering dan digantikan daun pelepah
dan daun pipa yang baru.
Umbi mulai membengkak ketika mencapai bobot maksimum tanaman. Pada
tahap ini, daun-daun mengering dan umbi mulai membengkak dalam waktu yang
cepat, kulit terluar yang kering pada umbi mulai terbentuk. Pematangan umbi
tercapai setelah jaringan leher tanaman mulai melunak dan kehilangan dan
kehilangan turgiditasnya, akibatnya tanaman rebah dan umbi mencapai ukuran
maksimal (Brewster 1994).
Karakterisasi
Tahapan dalam pemuliaan tanaman yaitu koleksi plasma nutfah, karakterisasi,
seleksi setelah perluasan keragaman genetik, evaluasi dan pengujian, dan pelepasan
varietas dan perbanyakan (Syukur et al. 2012). Tanaman yang telah diuji dari hasil
koleksi perlu diketahui dan diadakan pencatatan asal, sifat adaptasi dan juga sifat
penting lainnya (Poespodarsono 1998). Tahap seterusnya adalah karakterisasi
tanaman bawang merah yang telah memenuhi syarat. Karakterisasi merupakan
proses identifikasi karakter-karakter pada tanaman bawang merah yang telah
ditanam.

METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan utama dalam percobaan ini adalah 20 genotipe tanaman Bawang
Merah (Allium cepa L.) yaitu BM15, BM16, BM35, BM46, BM21, BM17, BM37,
BMAS, BM42, BM22L, BM43, BM17B, BM02, BM03, BM04, BM05, BMAC,
BMABT, BM41, BM44. Bahan lain yang digunakan adalah. Bahan lain yang
digunakan adalah kapur dolomit, pupuk kandang sapi, urea, KCl dan pestisida.
Alat–alat yang digunakan terdiri atas alat budidaya pertanian dan alat bantu.
Alat budidaya pertanian yang digunakan adalah cangkul, arit, kored, gembor. Alat
peneliti adalah penggaris dan jangka sorong dan alat tulis.
Tempat dan Waktu
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur, Kabupaten
Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan
April 2015.

4
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menanam 20 genotipe koleksi plasma
nutfah bawang merah. Penanaman dilaksanankan pada lahan bebrbentuk datar.
Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu
faktor yaitu genotipe dengan 3 ulangan, sehingga terdapat 60 satuan percobaan.
Bawang merah di tanam dalam bedengan dengan ukuran 120 cm x 200 cm.
Jarak tanam yang digunakan 20 cm x 20 cm satu umbi untuk setiap lubang tanam.
Persiapan lahan dilakukan dengan penggemburan tanah menggunakan cangkul dan
pengaplikasikan kapur dolomit dengan dosis 100g/m2. Sebelum proses penanaman,
bagian ujung umbi dipotong 1/3 bagian dan dilakukan perendaman pada larutan
bakterisida dan cendawan dan bakteri. Pemupukan pertama dilakukan pada 2
minggu setelah tanam (MST) dengan pupuk kandang sapi susulan pupuk urea dan
KCl. Pemupukan kedua diaplikasikan pada 4 minggu setelah tanam (MST) dengan
pupuk urea dan KCl.
Pemanenan dilakukan pada umur 65–75 hari setelah tanam dengan ciri-ciri
tanaman (1) tanaman sudah cukup tua dengan hampir 60-90 persen batang telah
lemas dan daun menguning, (2) umbi lapis terlihat penuh padat berisi dan sebagian
tersembul dipermukaan tanah, (3) warna kulit telah mengkilap atau memerah,
tergantung varietasnya, (3) cara panen dengan mencabut tanaman bersama daunnya,
diusahakan tanah yang menempel dibersihan. Saat panen harus pada kondisi kering.
Pengamatan dilakukan setelah panen terhadap karakter pertumbuhan
generatif pada setiap lima tanaman contoh dalam satuan percobaan. Pengamatan
dilakukan terhadap 23 karakter sesuai dengan Naktuinbow Calibration Book of
Onion and Shallot (2010) yang meliputi, karakter kuantitatif dan kualitatif.
Karakter kuantitatif yang diamati meliputi:
1. Jumlah daun pada batang semu,
2. Panjang daun (cm), diukur dari pangkal hingga ujung daun saat panen dengan
menggunakan penggaris,
3. Diameter daun (cm), diukur dari sisi pada saat panen menggunakan jangka
sorong,
4. Panjang batang semu (cm), diukur sampai daun hijau paling atas menggunakan
penggaris,
5. Diamater batang semu (cm), diukur pada pertengahan titik panjang
menggunakan penggaris,
6. Bobot umbi pertanaman,
7. Tinggi umbi (cm), diukur dari pangkal hingga ujung umbi saat panen
menggunakan penggaris,

5
8. Diameter umbi (cm), diukur diameter umbi menggunakan jangka sorong,

9. Lebar leher umbi (cm), diukur lebar leher umbi menggunakan penggaris.

Karakter kualitatif yang diamati meliputi:
1. Perilaku tajuk,
2. Kelunakan tajuk,
3. Kelengkungan tajuk,

4. Warna daun (Yellow, Light green, Green, Dark green, Light purple, Purple,
atau Variegated,) diamati waktu saat panen,
5. Posisi pada diameter terluas (ke arah ujung batang, pertengahan, ke arah ujung
akar),

6. Ukuran umbi dominan,

6
7. Umbi membentuk secara membujur (Elips, Ovate medium, Broad elips,
Circular, Broad ovate, Broad obavate, Rhombic, Transerver medium ellips,
Transerve narrow ellips),

8. Bentuk pada ujung batang diamati pada saat panen,

9. Bentuk pada ujung akar diamati pada saat panen,

10. Umbi: tingkat membelah menjadi bagian-bagian umbi (kulit umbi kering),

11. Warna dasar pada kulit umbi kering (White, Grey, Green, Yellow, Brown, Pink,
Red) diamati pada saat panen,
12. Intensitas warna dasar kulit umbi kering (Light, Medium, Dark) diamati pada
saat panen.

7
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan 3 ulangan dengan menggunakan 20 genotipe
bawang merah sehingga terdapat 60 satuan percobaan. Model linier aditif yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = μ+ τi + βj + εij
Model linier dari rancangan di atas yaitu :
Yij = μ + αi + βj + Ɛij
Yij = Pengamatan pada perlakuan genotipe ke-I dan ulangan ke-j
μ = Nilai rataan umum
αi = Pengaruh perlakuan genotipe ke-i (i = 1,2,3,…20)
βj = Pengaruh kelompok ke-j (i = 1,2,3)
Ɛij = Pengaruh galat yang acak dari perlakuan genotipe ke-i dan ke-j
Uji F dilakukan pada karakter kuantitatif untuk mengetahui adanya pengaruh nyata
antara genotipe yang diteliti. Jika analisis ragam menunjukkan nilai berbeda nyata
maka dilakukan pengujian dengan menggunakan Uji Duncan pada taraf nyata 5%.
Analisis data dilakukan dengan bantuan Software SAS 9.1 dan Microsoft Excel
2010. Untuk karakter kualitatif, dilakukan uji Friedman untuk mengetahui
perbedaan hasil antar genotipe yang diuji dengan menggunakan software minitab.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Kondisi Umum Percobaan
Hasil analisis di awal penelitian kebun percobaan IPB Tajur memiliki pH
tanah sebesar 5,0. Kondisi pH tanah yang sesuai untuk pertumbuhan bawang merah
adalah sekitar 5,5-6,5 ( Ashari 1995), oleh karena itu dilakukan pengapuran dengan
menggunakan dolomit. Temperatur saat penelitian cukup sesuai untuk bawang
merah yaitu sekitar 25-32ºC. Tanaman bawang merah membutuhkan suhu antara
20-26ºC dan lama penyinaran 11 jam, tetapi biasanya tanaman bawang merah
menyukai temperatur yang lebih rendah (Siemonsma and Pileuk 1994).
Selama waktu pertumbuhan beberapa daun tanaman bawang merah
diserang penyakit moler atau layu Fusarium (Twisting Disease) yang disebabkan
oleh cendawan Fusarium oxyporum (Hanz.) dengan gejala visual adalah daun
menguning dan cenderung terpelintir (terputar). Munculnya penyakit tersebut
karena selama waktu pertumbuhan tanaman bawang merah di wilayah penelitian
memiliki kelembaban yang tinggi dan intensitas cahaya matahari rendah. Menurut
data BPS, curah hujan pada bulan Februari sangat tinggi dibandngkan bulan Maret

8
dan April dengan ukuran 406mm (Gambar 1). Hama yang menyerang tanaman
antara lain larva Liriomyza sp, ulat bawang (S. exigua) dan belalang. Pencegahan
hama dan penyakit dilakuan secara kimiawi menggunakan pestisida dan fungisida.
Tanaman yang sudah terserang dikendalikan secara mekanis. Selain hama dan
penyakit, organisme pengganggu tanaman yang muncul di pertanaman bawang
merah yaitu gulma Axonapus Compressus (Swartz), pengendalian gulma dilakukan
secara manual dengan penyiangan setiap minggu.

Gambar 1 curah hujan di Kebun Percobaan IPB, Tajur
Karakter Kualitatif
Karakter Tajuk dan Daun tanaman bawang merah (Allium cepa L.)
Karakter tajuk dan instensitas warna daun menunjukkan adanya keragaman
(Tabel 1). Keragaman tajuk meliputi perilaku tajuk, tajuk melengkung, kelunakan
tajuk dan intensitas warna daun bawang merah. Keragaman perilaku tajuk antara
lain tegak, semi tegak dan tegak semi tegak. Keragaman terhadap tajuk melengkung
beberapa genotipe tidak ada dan sedang. Keragaman karakter kelunakan tajuk kuat
ditemukan pada genotipe BM 15 dan BM ABT sedangkan genotipe lainnya sedang
dan lemah. Karakter intensitas warna hijau daun menunjukkan keragaman terang,
sedang, dan gelap.
Penelitian ini lingkungan di pertanaman bawang merah seragam, sehingga
variasi yang terjadi disebabkan oleh variasi genotipe. Sebagai contoh unsur nitrogen
merupakan faktor utama pertumbuhan vegetatif. Tanaman yang mendapatkan
pasokan unsur N yang cukup pertumbuhan vegetatifnya baik dengan ciri warna
daun hijau tua ( Munawar 2011). Dengan demikian dapat diduga bahwa kebutuhan
N setiap genotipe bawang merah berbeda-beda.

9

(A)
(B)
(C)
(D)
(E)
Gambar 2 Keragaan intensitas warna pada daun
A= sangat terang, B= terang, C= sedang, D= gelap, E= sangat gelap

(A)

(B)
Gambar 3 Keragaan perilaku tajuk
A= semi tegak, B= tegak

10
Tabel 1 Keragaman karakter pada tajuk dan intensitas warna pada daun
Genotipe Perilaku Tajuk

BM15
BM16
BM35
BM46
BM21
BM17
BM37
BMAS
BM42
BM22L
BM43
BM17B
BM02
BM03
BM04
BM05
BMAC
BM ABT
BM41
BM44

Tegak
Tegak
Semi tegak
Semi tegak
Semi tegak
Semi tegak
Semi tegak
Semi tegak
Semi tegak
Semi tegak
Semi tegak
Tegak
Tegak
Tegak
Tegak
Tegak
Tegak
Semi tegak
Semi tegak
Semi tegak

Kelengkungan
Tajuk
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sedang
Tidak ada
Sedang
Sedang
Sedang
Tidak ada
Sedang
Sedang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sedang
Sedang
Tidak ada
Tidak ada

Kelunakan
Tajuk

Intensitas warna
hijau daun

Kuat
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Lemah
Lemah
Lemah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Kuat
Sedang
Sedang

Gelap
Sedang
Terang
Terang
Gelap
Terang
Terang
Terang
Gelap
Gelap
Gelap
Terang
Gelap
Sedang
Sedang
Gelap
Gelap
Gelap
Sedang
Sedang

Karakter umbi bawang merah, bentuk dan intensitas warna dasar kulit umbi
kering
Karakter pada umbi pada beberapa genotipe yang ditanam (ukuran, bentuk
dan warna ) menunjukkan adanya keragaman (Tabel 2). Keragaman ukuran umbi
antara lain besar, sedang dan kecil. Berdasarkan peubah ukuran umbi, hasil
penelitian ini telah dapat memperlihatkan komponen hasil yang diamati dari ukuran
umbi yang besar faktor dari kualitas bibit yang baik dan juga genetik. Keragaman
tingkat membelah umbi menjadi bagian-bagian umbi (kulit umbi mengering)
sedang, kuat dan ditemukan lemah pada genotipe BM ABT dan BM 46. Pada
karakter umbi: posisi diameter terluas umumnya ke arah ujung akar, pertengahan
dan ditemukan pada genotipe BM 17 ke arah ujung batang. Keragaman umbi bentuk
secara membujur antara lain, elips melintang sedang, bulat, belah ketupat, oval
lebar, elips lebar dan oval sedang.
Keragaman umbi bentuk pada ujung batang pada umumnya agak naik dan
agak miring. Keragaman umbi bentuk pada ujung akar diantara lain rata, bulat, agak
miring, agak naik dan ditemukan melengkung pada genotipe BM 05. Keragaman
umbi: warna dasar pada kulit umbi kering umumnya merah, merah muda dan
ditemukan warna abu-abu pada genotipe BM 17 dan BM AS. Karakter intensitas
warna dasar kulit umbi kering menunjukkan keragaman terang, sedang dan gelap.

11

A

D

G

C

B

F

E

H

Gambar 4 Keragaan umbi membentuk secara membujur
A = Elips, B = Oval sedang, C = Elips lebar, D = Membulat, E = Belah ketupat,
F= Oval lebar, G = Elips melintang sedang, H = elips melintang sempit

12

7
7
7
3
7
1
7
7
7
7
3
7
7
7
3
7
7
3
3
7

8
4
7
7
5
3
2
8
5
4
4
5
7
7
9
3
7
4
4
5

3
5
3
3
5
5
3
3
3
5
3
3
3
3
3
5
3
3
3
3

4
5
2
2
4
3
2
2
4
4
2
4
4
4
5
1
4
4
2
2

Umbi: warna dasar
pada kulit umbi
kering
Intensitas warna
dasar kulit umbi
kering

Umbi: bentuk pada
ujung akar

5
7
5
3
5
5
5
7
5
5
5
5
5
7
7
5
5
3
5
5

Umbi: bentuk pada
ujung batang

7
5
5
5
5
3
5
7
5
5
5
5
5
5
3
5
3
7
5
5

Umbi: bentuk secara
membujur

Ukuran umbi
dominan

BM15
BM16
BM35
BM46
BM21
BM17
BM37
BMAS
BM42
BM22L
BM43
BM17B
BM02
BM03
BM04
BM05
BMAC
BMABT
BM41
BM44

Umbi: tingkat
membelah menjadi
bagian-bagian umbi
(kulit umbi
Umbi: posisi pada
diameter terluas

Genotipe

Tabel 2 Keragaman genotipe karakter umbi bawang merah

7
7
7
6
6
2
6
2
7
7
7
6
7
7
6
6
7
6
7
7

7
5
3
3
7
3
7
7
7
7
7
7
7
7
5
3
3
3
7
7

(a) Ukuran umbi= kecil, sedang, besar, 3,5,7. (b) Umbi tingkat membelah menjadi bagian-bagian
umbi( kulit umbi mengering)= tidak ada, lemah, sedang, kuat, sangat kuat, 1,3,5,7,9. (c) Umbi: posisi
pada diameter terluas= ke arah ujung batang, pertengahan, ke arah ujung akar 1,3,7. (d) Umbi:
bentuk secara membujur= Elips, oval edang, elips lebar, bulat, oval lebar, oval terbalik lebar, belah
ketupat, elips melintang sedang, elips melintang sempit, 1,2,3,4,5,6,7,8,9. (e) Umbi: bentuk pada
ujung batang= melengkung, rata, agak naik, membulat, agak miring, sangat miring, 1,2,3,4,5,6. (f)
Umbi: bentuk pada ujung akar= melengkung, rata, agak naik, membulat, agak miring, sangat miring,
1,2,3,4,5,6. (g) Umbi: warna dasar pada kulit umbi= putih, abu-abu, hijau, kuning, coklat, merah
muda, merah, 1,2,3,4,5,6,7. (h) Intensitas warna dasar kulit umbi kering= terang, sedang, gelap, 3,5,7.

Karakter Kuantitatif
Analisis Ragam
Analisis ragam pada peubah-peubah kuantitatif menunjukkan bahwa
perbedaan genotipe memberikan pengaruh yang sangat nyata (Tabel 3). Pengaruh
yang sangat nyata tersebut menunjukkan bahwa dua puluh genotipe bawang merah
yang diuji memiliki karakter kuantitatif yang beragam. Nilai koefisien keragaman
pada peubah-peubah yang diamati berkisar 5.61 – 14.47 %.

13
Tabel 3 Analisis ragam
No
Peubah
1
Panjang daun (cm)
2
Diameter daun (cm)
3
Diameter batang semu (cm)
4
Panjang batang semu (cm)
5
Jumlah daun pada batang semu
6
Tinggi umbi (cm)
7
Diameter umbi (cm)
8
Lebar leher umbi (cm)
9
Bobot umbi pertanam

KK (%)
11.27
8.96
14.08
14.47
13.24
7.21
5.61
10.13
6.4

F hitung
10.18**
8.64**
8.11**
20.41**
11.05**
13.51**
68.86**
48.43**
45.49**

PR>F
0.0001
0.0001
0.0001
0.0001
0.0001
0.0001
0.0001
0.0001
0.0001

**Berpengaruh nyata pada taraf uji 1%

Panjang daun, diameter daun, panjang batang semu, diameter batang semu,
jumlah daun batang semu
Nilai tengah pengamatan panjang daun tanaman berkisar 19.50 – 36.24 cm
(Tabel 4). Bawang merupakan tanaman tumbuh tegak dengan tinggi dapat
mencapai 15 – 50 cm (Wibowo 1999), genotipe BM ABT memiliki nilai tengah
tinggi panjang daun yaitu 36.24 cm. Beberapa genotipe bawang diantara termasuk
BM 15, BM 16, BM 46, BM 21, BM 17, BM 37, BM AS, BM 42, BM 22 L, BM
43, BM 17B, BM 02, BM 03, BM04, BM 05, BM AC, BM 41 dan BM 44 memiliki
panjang daun yaitu berkisar 21 – 35 cm. Rendahnya tinggi tanaman bawang merah
disebabkan populasi tanaman bawang merah tinggi sehingga terjadi persaingan
dalam memperebutkan unsur hara, air dan cahaya. Sesuai dengan pendapat Efendi
(1985) bahwa kompetisi antara tanaman terhadap radiasi surya dan ruangan tumbuh
sehingga mempengaruhi morfologi seperti tinggi tanaman.
Genotipe bawang BM 35 memiliki nilai tengah panjang daun paling rendah
yaitu 19.50 cm. Hasil pengujian panjang daun dan diameter daun menunjukkan
keragaman. Panjang daun dan diameter daun berkontribusi terhadap luas daun.
Tanaman bawang merah pada umumnya memiliki tipe panjang daun 30 cm ke atas.
Hal ini rata-rata nilai tengah panjang daun kecil karena adanya faktor curah hujan
yang tinggi yang menghambat perkembangan panjang daun. Selain dari faktor iklim
ada juga yang memiliki panjang daun yang pendek karena faktor genetik yang
ditemukan BM 35 rata – rata panjang daun yang pendek.
Nilai tengah diameter daun dari dua puluh genotipe bawang merah yang di
uji berkisar 0.56 – 0.82 cm (Tabel 4). Genotipe bawang yang memiliki nilai tengah
diameter daun paling tinggi yaitu 0.82 cm ditemukan pada dua genotipe yaitu BM
17B dan BM ABT. Genotipe bawang BM AS dan BM 41 memiliki nilai tengah
diameter daun terendah yaitu masing-masing 0.56 cm. Nilai tengah panjang batang
semu yang diuji berkisar 2.70 – 7 cm. Nilai tengah panjang batang semu tertinggi
pada genotipe BM 15 yaitu 7 cm. Nilai tengah panjang batang semu terendah pada
genotipe BM 37 yaitu 2.70 cm. Nilai tengah diameter batang semu yang diuji
berkisar 0.58 – 1 cm. Nilai tengah diameter batang semu yang tertinggi yaitu 1 cm
ditemukan pada genotipe BM ABT dan BM 04. Nilai tengah diameter batang semu
yang terendah ditemukan pada genotipe BM 21, BM 17, BM 05 dan BM AC
masing-masing 0.58 cm. Nilai tengah jumlah daun pada batang semu yang diuji
berkisar yaitu 5 - 11. Nilai tengah jumlah daun pada batang semu yang tertinggi
yaitu 11 ditemukan pada genotipe BM ABT. Nilai tengah jumlah daun yang

14
terendah yaitu 5 ditemukan pada dua genotipe BM 16 dan BM 04. Menurut Koplod
dan Kriedmeb (1978) cit Gusviari (1989) menyatakan tanaman yang lebih tinggi
dapat menyebabkan kecepatan fotosintesis pada masing – masing daun cenderung
menurun karena terjadi penaungan diantara daun yang terdekat sehingga cahaya
pada bagian sebelah bawah lebih sedikit.
Tabel 4 Nilai pengamatan panjang daun, diameter daun, panjang batang semu,
diameter batang semu, jumlah daun pada batang semu
Jumlah
daun pada
Panjang
Diameter
Panjang
Diameter
batang
batang semu batang
Genotipe
daun (cm) daun (cm)
semu
semu (cm) (cm)
BM15
BM16
BM35
BM46
BM21
BM17
BM37
BMAS
BM42
BM22L
BM43
BM17B
BM02
BM03
BM04
BM05
BMAC
BM ABT
BM41
BM44

29.06cde
28.06def
19.50i
23.50ghi
22.60hi
26.20efgh
28.10def
21.80hi
32.72abc
29.70cde
24.50ghij
35.12ab
29.80cde
27.48defg
27.62defg
31.08bcd
27.60defg
36.24a
22.50hi
24.54fgh

0.78ab
0.74abc
0.64defg
0.64defg
0.62efg
0.66cdef
0.72bcd
0.56g
0.76ab
0.70bcde
0.62efg
0.82a
0.74abc
0.70bcde
0.76ab
0.78ab
0.72bcd
0.82a
0.56g
0.58fg

7.00a
5.72b
3.44efg
2.90fg
3.10fg
2.82g
2.70g
3.10fg
5.20bc
4.54cd
4.00de
3.70ef
4.12de
3.00fg
3.00fg
4.80cd
4.00de
4.70cd
2.94fg
3.20fg

0.80bcd
0.72bcdefg
0.86b
0.82bc
0.58gh
0.58gh
0.62efgh
0.72bcdefg
0.74bcdef
0.76bcde
0.60fgh
0.64efgh
0.64efgh
0.68cdefg
1.00a
0.58gh
0.58gh
1.00a
0.66defgh
0.70cdefg

8.0cd
5.0f
7.0de
8.0cd
7.0de
9.0bc
9.0bc
8.0cd
9.0bc
9.0bc
7.0de
9.0bc
7.0de
7.0de
5.0f
10.0ab
7.0de
11.0a
6.0ef
7.0de

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Tinggi umbi, diameter umbi, lebar leher umbi, bobot umbi pertanaman
Nilai tengah pengamatan tinggi umbi berkisar 2.18 – 3.58 cm (Tabel 5).
Genotipe BM 15 memiliki nilai tengah tinggi umbi yang paling tinggi yaitu 3.58
cm. Genotipe BM 04 memiliki nilai tengah tinggi umbi paling rendah yaitu 2.18
cm. Nilai tengah pengamatan diameter umbi berkisar 2.00 – 4.76 cm. Genotipe BM
15 memiliki nilai tengah diameter umbi yang paling tinggi yaitu 4.76 cm. Genotipe
BM 35 memiliki nilai tengah diameter umbi yang paling rendah yaitu 2.00 cm.
Nilai tengah pengamatan lebar leher umbi berkisar 0.70 – 2.62 cm. Genotipe BM
15 memiliki nilai tengah lebar leher umbi yang paling tinggi yaitu 2.62 cm.
Genotipe BM 43 memiliki nilai tengah lebar leher umbi yang paling kecil. Nilai
pengamatan bobot umbi pertanaman berkisar 10.55 – 97.4 gram. Genotipe BM43
memiliki nilai tengah bobot umbi pertanaman yang paling kecil yaitu 10.55 gram.

15
Genotipe BM ABT yang memiliki nilai tengah bobot umbi pertanaman yang paling
tinggi yaitu 97.4 gram. Tanaman bawang merah yang ditanam dalam kondisi hujan
dan tidak cukup mendapat sinar matahari, maka pembentukkan umbinya tidak
sempurna sehingga mengakibatkan ukuran umbinya kecil (Tim Bina Karya Tani
2008).

Tabel 5 Nilai pengamatan tinggi umbi, diameter umbi, lebar leher umbi
Genotipe Tinggi umbi Diameter
Lebar leher
Bobot umbi
(cm)
umbi (cm)
umbi (cm)
pertanam (g)
BM15
3.58a
4.76a
2.62a
42.20
cde
fgh
b
BM16
2.74
2.44
1.28
24.85
gh
j
b
BM35
2.32
2.00
1.12
23.70
gh
ghi
b
BM46
2.42
2.30
1.20
24.63
defg
ef
b
BM21
2.54
2.54
1.28
73.50
fg
i
c
BM17
2.46
2.22
0.96
38.40
efg
fg
b
BM37
2.48
2.48
1.18
32.40
BMAS
2.46fg
2.86c
1.22b
18.10
cdef
c
b
BM42
2.72
2.90
1.26
42.90
bc
fg
c
BM22L
2.92
2.48
0.90
24.35
bc
def
d
BM43
2.86
2.60
0.70
10.55
bc
cde
b
BM17B
2.88
2.70
1.26
26.50
bc
cd
b
BM02
2.88
2.80
1.30
33.88
bc
b
b
BM03
2.98
3.14
1.26
26.90
gh
hi
c
BM04
2.18
2.24
0.94
14.90
bc
b
b
BM05
2.90
3.10
1.20
32.60
BMAC
2.40gh
2.80cd
0.90c
18.50
b
b
b
BMABT
3.10
3.26
1.20
97.40
cd
b
b
BM41
2.80
3.14
1.16
29.55
cd
c
c
BM44
2.80
2.82
0.92
21.95
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Analisis Korelasi
Hasil pengujian analisis korelasi antar karakter kuantitatif pada buah tersaji
dalam (Tabel 6). Karakter jumlah daun batang semu berkorelasi positif sangat nyata
terhadap panjang daun dan diameter batang semu, namun berkorelasi tidak nyata
terhadap panjang batang semu. Tinggi umbi berkorelasi positif sangat nyata
terhadap panjang daun, panjang batang semu, diameter batang semu dan jumlah
daun batang semu. Hal tersebut menunjukkan bahwa genotipe tanaman dengan nilai
tinggi umbi yang besar memiliki kecenderungan nilai panjang daun, panjang batang
semu dan jumlah daun batang semu yang tinggi.
Diameter umbi berkorelasi positif sangat nyata terhadap panjang daun,
panjang batang semu, diameter batang semu dan tinggi umbi, tetapi bekorelasi tidak
nyata terhadap jumlah daun batang semu. Lebar leher umbi berkorelasi positif
sangat nyata terhadap panjang batang semu, diameter batang semu, tinggi umbi dan

16
diameter umbi, tetapi berkorelasi tidak nyata terhadap panjang daun dan jumlah
daun batang semu. Diameter daun berkorelasi positif sangat nyata terhadap panjang
daun, panjang batang semu, diameter batang semu, tinggi daun, lebar leher umbi,
namun berkorelasi nyata terhadap jumlah daun batang semu dan diameter umbi.
Bobot umbi pertanaman berkorelasi positif sangat nyata terhadap panjang daun,
diameter batang semu, jumlah daun batang semu, diamter umbi, lebar leher umbi
dan diameter daun, berkorelasi positif nyata terhadap panjang batang semu dan
tinggi umbi.

Tabel 6 Korelasi linear antar karakter kuantitatif pada tanaman bawang merah
PD
PBS
0.431**
DBS 0.367**
JDBS 0.414**
TU
0.398**
DU
0.277**
LLU 0.177tn
DD
0.788**
BUP 0.381**

PBS

DBS

JDBS

TU

DU

LLU

DD

0.359**
0.180tn
0.592**
0.579**
0.565**
0.431**
0.202*

0.470**
0.364**
0.265**
0.266**
0.316**
0.321**

0.341**
0.179tn
0.079tn
0.237*
0.521**

0.728**
0.553** 0.755**
0.299** 0.246* 0.309**
0.240* 0.275** 0.272** 0.301**

**=berkorelasi sangat nyata *=berkorelasi nyata tn=tidak nyata PD=panjang daun PBS=panjang
batang semu DBS=diameter batang semu JDBS=jumlah daun batang semu TU=tinggi umbi
DU=Diameter umbi LLU= Lebar leher umbi DD=Diameter daun BUP=Bobot umbi pertanaman

Analisis Gerombol
Analisis gerombol (Gambar 5) berdasarkan karaker-karakter kualitatif dan
kuantitif. Karakter kuantitatif yang digunakan antara lain panjang daun, diameter
daun, panjang batang semu, diameter batang semu, jumlah daun pada batang semu,
tinggi umbi, diameter umbi dan lebar leher umbi. Karakter kuantitatif menggunakan
data scoring berdasarkan panduan pengujian individual PPU (2013). Analisis
gerombol sebagian besar menggunakan nilai karakater kualitatif.
Analisis gerombol membagi 20 genotipe yang diuji kedalam beberapa
kelompok berdasarkan tingkat kemiripan atau kedekatan genetik. Hasil analisis
gerombol pada tingkat kemiripan 50 % membagi genotipe bawang merah menjadi
6 kelompok. Sebagian besar genotipe bawang merah mengelompok pada kelompok
II.
Tabel 7 Pengelompokan genotipe bawang merah berdasarkan analisis gerombol
Kelompok
Genotipe
I
BM15
II
BM16, BM03, BM42, BM02, BM17B, BM22L,
BM43, BM43, BM35, BM46
BM21, BM41, BM44, BM37
III
BM04, BM AC
IV
BM AS
V
BM17
VI
BM05, BM ABT

17
Kelompok I merupakan genotipe bawang merah yang memiliki perilaku
tajuk yang tegak, tajuk melengkung tidak ada, kelunakan tajuknya kuat, intensitas
warna hijau daun yang gelap, ukuran umbi yang besar, tingkat membelah menjadi
bagian-bagian umbi sedang, bentuk umbi membujur elips melintang sedang.
Kelompok II merupakan genotipe bawang merah yang memiliki perilaku tajuk
tegak dan semi tegak pada umumnya, perilaku tajuk umumnya tidak ada, kelunakan
tajuk umumnya sedang, ukuran umbi rata-rata kecil dan sedang, memiliki
keragaman umbi bentuk secara membujur. Kelompok III memiliki perilaku tajuk
tegak, kelunakan tajuk sedang, berukuran umbi yang kecil dan bentuk pada ujung
batang umbi agak naik. Kelompok IV merupakan genotipe bawang merah yang
memiliki perilaku tajuk semi tegak, tajuk melengkung sedang, kelunakan tajuk
sedang, intensitas warna hijau daun yang terang, ukuran umbi yang besar dan
tingkat membelah menjadi bagian-bagian umbi kuat dan bentuk umbi membujur
elips melintang sedang. Kelompok V merupakan genotipe bawang merah yang
memiliki tajuk tumbuh semi tegak, tajuk melengkung sedang, kelunakan tajuk
sedang, intensitas warna hijau daun yang terang dan ukuran umbi yang kecil.
Kelompok VI merupakan genotipe bawang merah yang memiliki perilaku tajuk
memiliki intensitas warna daun yang gelap, dan ukuran umbi yang besar.

Gambar 5 Pengelompokan berdasarkan analisis gerombol

Gambar 5 Pengelompokan berdasarkan analisis gerombol

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil pengujian karakter kualitatif pada fase pertumbuhan tanaman, batang,
daun dan umbi menunjukkan keragaman. Hasil pengujian karakter kuantitatif juga
menunjukkan adanya keragaman. Hasil analisis gerombol pada tingkat kemiripan
50% membagi genotipe tanaman bawang merah yang diuji kedalam enam
kelompok. Kelompok I merupakan genotipe bawang merah ukuran umbi yang besar

18
dan berbentuk elips melintang sedang. Kelompok II memiliki genotipe bawang
merah yang paling banyak. Kelompok III merupakan genotipe bawang merah yang
berukuran agak kecil. Kelompok IV dan V masing – masing mempunyai satu
genotipe BMAS dan BM17. Kelompok VI BM05 dan BM ABT merupakan jenis
genotipe bawang merah memiliki kemiripan ukuran umbi agak besar yang sama.

Saran
Beberapa genotipe tanaman bawang merah yang diuji menunjukkan hasil
yang agak kecil dan banyak yang layu. Disarankan untuk melakukan penelitian
bawang merah pada musim kemarau dan lama penyinaran yang cukup dalam waktu
pertumbuhan bawang merah.

DAFTAR PUSTAKA
Ashari 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UI press: Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2013. Tabel Produksi Hoikultura/Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Bawang Merah 2010-2013. http//www.bps.go.id [diakses tgl 16
Juni 2015].
Badan Pusat Statistik. 2013. Data Perkembangan Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Bawang Merah di Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2015. Data curah hujan
selama bulan Februari sampai April. Bogor (ID): BMKG.
Brewster Jl. 1994. Crop Production Science in Horticulture 3: Onions and Other
Vegetable Allium 2. CAB International. 227p.
Brewster JL. Salter PJ. Darby RJ. 1977. Analysis of the growth and yield of
overwintered onions. J Hort.Sci. 52:3335-346.
Direktorat Jenderal Hortikultura 2008. Data ekspor dan impro tanaman
hortikultura: Bawang Merah. www.deptan.go.id [diakses tgl 20 Januari 2015].
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2009. Produksi Tanaman Hortikultura: Bawang
Merah. www.deptan.go.id (diakses tgl 20 Januari 2015).
Direktorat Jendral Hortikultura. 2011. Berita Hortikultura. www.deptan.go.id
[diakses tgl 22 Januari 2015].
Hartmann H T D E, Kester F T Davies and R L Geneve. 1997. Plant Propagation:
Principal and Practices 6th ed. Prentice Hall. New Jersey. 770p.
Le Guen-Le Saos F, A Hourtman, F Esnault, and J E Chauvin. 2002. In vitro bulb
development in shallot (Allium cepa L. Aggregatum Group): effect of anticibberellins, sucrose and light. Ann. Bot. 89: 419-425.
Munawar Ali. 2011. Kesuburan Tanah Dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor.
130 hal.
Naktuinbouw. 2010. Naktuinbouw calibration book, Onion and Shallot.
Siemonsma J S and K Pileuk, 1994. Plant Resources of South-East Asia. Porsea,
Bogor.
Poespodarsono S. 1998. Dasar-Dasar Pemulian Tanaman. IPB Press, Bogor.

19
Putrasamedja S. 1995. Cara memproduksi benih bawang merah melalui biji (TSS).
Prosiding Semina Ilmiah Nasional Komoditas Sayuran 24-10-1995.
Rahayu E, Berlian N V A 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya: Jakarta.
Rabinowitch HD, Kamenetsky R. 2002. Shallot (Allium cepa var. aggregatum
group), P409-430
Rabinowitch HD, Currah L (eds.) Allium Crops Science: Recent Advances. CABI
Warwick
Rukmana R. 1999. Bawang Merah: Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Penebar
Swadaya. Jakarta. 47hal.
Syukur M, S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Yrama Widya,
Bandung.
Wibowo S. 1999. Budidaya Bawang. Penebar Swadaya. Jakarta. 194 hal.
Wibowo S. 2007. Budidadaya bawang: Bawang putih bawang merah. Bawang
Bombay. Penebar Swadaya, Jakarta.

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sabah, Malaysia, 22 September 1993, merupakan anak
pertama dari pasangan Ishak dan Jaerah@Manja. Pendidikan dari SD-SMA penulis
menempuh di ibu Kota Kinabalu, Sabah. Penulis menempuh pendidikan sekolah
dasar di SK Bahang pada tahun 1999-2015. Tahun 2006 melanjutkan pendidikan
ke SMK Bahang dan lulus pada tahun 2010.
Tahun 2011 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Masuk
(UTM). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) Catur selama 2012-2013. Penulis pernah menjadi wakil catur untuk warga
FAPERTA OMI. Penulis juga aktif dalam kegiatan olahraga.

21
Lampiran 1 Deskripsi genotipe bawang merah BM15

Genotipe
Jumlah daun pada batang semu
Panjang daun
Diameter daun
Panjang batang semu
Diamater batang semu
Tinggi umbi
Diameter umbi
Lebar leher umbi
Bobot umbi pertanaman
Perilaku tajuk
Kelunakan tajuk
Kelengkungan tajuk
Warna daun
Posisi pada diameter terluas
Ukuran umbi dominan
Umbi membentuk secara membujur
Bentuk pada ujung batang
Bentuk pada ujung akar
Tingkat membelah menjadi bagian-bagian umbi
Warna dasar pada kulit umbi kering
Intensitas warna dasar kulit umbi kering

: BM15
:8
: 29.06 cm
: 0.78 cm
: 7 cm
: 0.80 cm
: 3.58 cm
: 4.76 cm
: 2.62 cm
: 42.2 g
: Tegak
: Kuat
: Tidak Ada
: Gelap
: Ke arah ujung akar
: Besar
: Elips melintang
sedang
: Agak Naik
: Membulat
: Sedang
: Merah
: Gelap

22
Lampiran 2 DESKRIPSI GENOTIPE BAWANG MERAH BM 16

Genotipe
Jumlah daun pada batang semu
Panjang daun
Diameter daun
Panjang batang semu
Diamater batang semu
Tinggi umbi
Diameter umbi
Lebar leher umbi
Bobot umbi pertanaman
Perilaku tajuk
Kelunakan tajuk
Kelengkungan tajuk
Warna daun
Posisi pada diameter terluas
Ukuran umbi dominan
Umbi membentuk secara membujur
Bentuk pada ujung batang
Bentuk pada ujung akar
Tingkat membelah menjadi bagian-bagian umbi
Warna dasar pada kulit umbi kering
Intensitas warna dasar kulit umbi kering

: BM16
:5
: 28.06 cm
: 0.74 cm
: 5.72 cm
: 0.72 cm
: 2.74 cm
: 2.44 cm
: 1.28 cm
: 24.85 g
: Tegak
: Sedang
: Tidak Ada
: Sedang
: Arah Ujung Akar
: Sedang
: Bulat
: Agak Miring
: Agak Miring
: Kuat
: Merah
: Sedang

23
Lampiran 3 Deskripsi genotipe bawang merah BM35

Genotipe
Jumlah daun pada batang semu
Panjang daun
Diameter daun
Panjang batang semu
Diamater batang semu
Tinggi umbi
Diameter umbi
Lebar leher umbi
Bobot umbi pertanaman
Perilaku tajuk
Kelunakan tajuk
Kelengkungan tajuk
Warna daun
Posisi pada diameter terluas
Ukuran umbi dominan
Umbi membentuk secara membujur
Bentuk pada ujung batang
Bentuk pada ujung akar
Tingkat membelah menjadi bagian-bagian umbi
Warna dasar pada kulit umbi kering
Intensitas warna dasar kulit umbi kering

: BM35
:7
: 19.50 cm
: 0.64 cm
: 3.44 cm
: 0.86 cm
: 2.32 cm
: 2 cm
: 1.12 cm
: 23.7 g
: Tegak
: Sedang
: Tidak Ada
: Terang
: Arah Ujung Akar
: Sedang
: Belah Ketupat
: Agak Naik
: Rata
: Sedang
: Merah
: Terang

24
Lampiran 4 Deskripsi genotipe bawang merah BM46

Genotipe
Jumlah daun pada batang semu
Panjang daun
Diameter daun
Panjang batang semu
Diamater batang semu
Tinggi umbi
Diameter umbi
Lebar leher umbi
Bobot umbi pertanaman
Perilaku tajuk
Kelunakan tajuk
Kelengkungan tajuk
Warna daun
Posisi pada diameter terluas
Ukuran umbi dominan
Umbi membentuk secara membujur
Bentuk pada ujung batang
Bentuk pada ujung akar
Tingkat membelah menjadi bagian-bagian umbi
Warna dasar pada kulit umbi kering
Intensitas warna dasar kulit umbi kering

: BM46
:8
: 23.50 cm
: 0.64 cm
: 2.90 cm
: 0.82 cm
: 2.42 cm
: 2.30 cm
: 1.20 cm
: 24.63 g
: Semi Tegak
: Sedang
: Sedang
: Terang
: Pertengahan
: Sedang
: Belah Ketupat
: Agak Naik
: Rata
: Lemah
: Merah Muda
: Terang

25
Lampiran 5 Deskripsi genotipe bawang merah BM21

Genotipe
Jumlah daun pada batang semu
Panjang daun
Diameter daun
Panjang batang semu
Diamater batang semu
Tinggi umbi
Diameter umbi
Lebar leher umbi
Bobot umbi pertanaman
Perilaku tajuk
Kelunakan tajuk
Kelengkungan tajuk
Warna daun
Posisi pada diameter terluas
Ukuran umbi dominan
Umbi membentuk secara membujur
Bentuk pada ujung batang
Bentuk pada ujung akar
Tingkat membelah menjadi bagian-bagian umbi
Warna dasar pada kulit umbi kering
Intensitas warna dasar kulit umbi kering

: BM21
:7
: 22.60 cm
: 0.62 cm
: 3.10 cm
: 0.58 cm
: 2.54 cm
: 2.54 cm
: 1.28 cm
: 73.5 g
: Semi Tegak
: Sedang
: Tidak Ada
: Gelap
: Ke Arah Ujung Akar
: Sedang
: Oval Lebar
: Agak Miring
: Membulat
: Sedang
: Merah Muda
: Gelap

26
Lampiran 6 Deskripsi genotipe bawang merah BM17

Genotipe
Jumlah daun pada batang semu
Panjang daun
Diameter daun
Panjang batang semu
Diamater batang semu
Tinggi umbi
Diameter umbi
Lebar leher umbi
Bobot umbi pertanaman
Perilaku tajuk
Kelunakan tajuk
Kelengkungan tajuk
Warna daun
Posisi pada diameter terluas
Ukuran umbi dominan
Umbi membentuk secara membujur
Bentuk pada ujung batang
Bentuk pada ujung akar
Tingkat membelah menjadi bagian-bagian umbi
Warna dasar pada kulit umbi kering
Intensitas warna dasar kulit umbi kering

: BM17
:9
: 26.20 cm
: 0.66 cm
: 2.82 cm
: 0.58 cm
: 2.46 cm
: 2.22 cm
: 0.96 cm
: 38.4 g
: Semi Tegak
: Sedang
: Sedang
: Terang
: Ke Arah Ujung Akar
: Kecil
: Elips Lebar
: Agak Miring
: Agak Naik
: Sangat Kuat
: Abu-abu
: Terang

27
Lampiran 7 Deskripsi genotipe bawang merah BM37

Genotipe
Jumlah daun pada batang semu
Panjang daun
Diameter daun
Panjang batang semu
Diamater batang semu
Tinggi umbi
Diameter umbi
Lebar leher umbi
Bobot umbi pertanaman
Perilaku tajuk
Kelunakan tajuk
Kelengkungan tajuk
Warna daun
Posisi pada diameter terluas
Ukuran umbi dominan
Umbi membentuk secara membujur
Bentuk pada ujung batang
Bentuk pada ujung akar
Tingkat membelah menjadi bagian-bagian umbi
Warna dasar pada kulit umbi kering
Intensitas warna dasar kulit umbi kering

: BM37
:9
: 28.10 cm
: 0.72 cm
: 2.70 cm
: 0.62 cm
: 2.48 cm
: 2.48 cm
: 1.18 cm
: 32.4 g
: Semi Tegak
: Sedang
: Sedang
: Terang
: Ke Arah Ujung Akar
: Sedang
: Oval Sedang
: Agak Naik
: Rata
: Sedang
: Merah Muda
: Gelap

28
Lampiran 8 Deskripsi genotipe bawang merah BMAS

Genotipe
Tinggi tanaman
Jumlah daun pada batang semu
Panjang daun
Diameter daun
Panjang batang semu
Diamater batang semu
Tinggi umbi
Diameter umbi
Lebar leher umbi
Bobot umbi pertanaman
Perilaku tajuk
Kelunakan tajuk
Kelengkungan tajuk
Warna daun
Posisi pada diameter terluas
Ukuran umbi dominan
Umbi membentuk secara membujur
Bentuk pada ujung batang
Bentuk pada ujung akar
Tingkat membelah menjadi bagian-bagian umbi
Warna dasar pada kulit umbi kering
Intensitas warna dasar kulit umbi kering

: BMAS
:
:8
: 21.80 cm
: 0.56 cm
: 3.10 cm
: 0.72 cm
: 2.46 cm
: 2.86 cm
: 1.22 cm
: 18.1 g
: Semi tegak
: Sedang
: Sedang
: Terang
: Ke arah ujung akar
: Besar
: Elips melintang
sedang
: Agak naik
: Rata
: Kuat
: Abu-abu
: Gelap

29
Lampiran 9 Deskripsi genotipe bawang merah BM42

Genotipe
Jumlah daun pada batang semu
Panjang daun
Diameter daun
Panjang batang semu
Diamater batang semu
Tinggi umbi
Diameter umbi
Lebar leher umbi
Bobot umbi pertanaman
Perilaku tajuk
Kelunakan tajuk
Kelengkungan tajuk
Warna daun
Posisi pada diameter terluas
Ukuran umbi dominan
Umbi membentuk secara membujur
Bentuk pada ujung batang
Bentuk pada ujung akar
Tingkat membelah menjadi bagian-bagian umbi
Warna dasar pada kulit umbi kering
Intensitas warna dasar kulit umbi kering

: BM42
:9
: 32.72 cm
: 0.76 cm
: 5.20 cm
: 0.74 cm
: 2.72 cm
: 2.90 cm
: 1.26 cm
: 42.9 g
: Semi Tegak
: Lemah
: Tidak Ada
: Gelap
: Ke Arah Ujung Akar
: Sedang
: Oval Lebar
: Agak Naik
: Membulat
: Sedang
: Merah
: Gelap

30
Lampiran 10 Deskripsi genotipe bawang merah BM22L

Genotipe
Jumlah daun pada batang semu
Panjang daun
Diameter daun
Panjang batang semu
Diamater batang semu
Tinggi umbi
Diameter umbi
Lebar leher umbi
Bobot umbi pertanaman
Perilaku tajuk
Kelunakan tajuk
Kelengkungan tajuk
Warna daun
Posisi pada diameter terluas
Ukuran umbi dominan
Umbi membentuk secara membujur
Bentuk pada ujung batang
Bentuk pada ujung akar
Tingkat membelah menjadi bagian-bagian umbi
Warna dasar pada kulit umbi kering
Intensitas warna dasar kulit umbi kering

: BM22L
:9
: 29.70 cm
: 0.70 cm
: 4.54 cm
: 0.76 cm
: 2.92 cm
: 2.48 cm
: 0.9 cm
: 24.35 g
: Semi Tegak
: Lemah
: Sedang
: Gelap
: Ke Arah Ujung Akar
: Sedang
: Bulat
: Agak Miring
: Membulat
: Sedang
: Merah
: Gelap

31
Lampiran 11 Deskripsi genotipe bawang merah BM43

Genotipe
Jumlah daun pada batang semu
Panjang daun
Diameter daun
Panjang batang semu
Diamater batang semu
Tinggi umbi
Diameter umbi
Lebar leher umbi
Bobot umbi pertanaman
Perilaku tajuk
Kelunakan tajuk
Kelengkungan tajuk
Warna daun
Posisi pada diameter terluas
Ukuran umbi dominan
Umbi membentuk secara membujur
Bentuk pada ujung batang
Bentuk pada ujung akar
Tingkat membelah menjadi bagian-bagian umbi
Warna dasar pada kulit umbi kering
Intensitas warna dasar kulit umbi kering

: BM43
:7
: 24.50 cm
: 0.62 cm
: 4 cm
: 0.60 cm
: 2.86 cm
: 2.60 cm
: 0.70 cm
: 10.55 g
: Semi Tegak
: Lemah
: Sedang
: Gelap
: Ke arah ujung batang
: Sedang
: Bulat
: Agak Naik
: Rata
: Sedang
: Merah
: Gelap

32
Lampiran 12 Deskripsi genotipe bawang merah BM17B

Genotipe
Jumlah daun pada batang semu
Panjang daun
Diameter daun
Panjang batang semu
Diamater batang semu
Tinggi umbi
Diameter umbi
Lebar leher umbi
Bobot umbi pertanaman
Perilaku tajuk
Kelunakan tajuk
Kelengkungan tajuk
Warna daun
Posisi pada diameter terluas
Ukuran umbi dominan
Umbi membentuk secara membujur
Bentuk pada ujung batang
Bentuk pada ujung akar
Tingkat membelah menjadi bagian-bagian umbi
Warna dasar pada kulit umbi kering
Intensitas warna dasar kulit umbi kering

: BM17B
:9
: 35.12 cm
: 0.82 cm
: 3.70 cm
: 0.64 cm
: 2.