Pemasaran dan Evaluasi Produk Oriza (Pemulen Nasi) menggunakan Metode Quality Function Deployment

PEMASARAN DAN EVALUASI PRODUK ORIZA
(PEMULEN NASI) MENGGUNAKAN METODE QUALITY
FUNCTION DEPLOYMENT

KARDINAH

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemasaran dan evaluasi
produk Oriza (pemulen nasi) menggunakan metode Quality Function Deployment
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Kardinah
NIM F34100124

ABSTRAK
KARDINAH. Pemasaran dan Evaluasi Produk Oriza (Pemulen Nasi) menggunakan
Metode Quality Function Deployment. Dibimbing oleh HARTRISARI
HARDJOMIDJOJO.
Pemasaran produk dilakukan untuk memenuhi kebutuhan individu atau
kelompok, dari proses tersebut perusahaan akan mendapatkan timbal balik.
Sedangkan evaluasi produk penting dilakukan untuk mengetahui apakah produk
sudah sesuai dengan kebutuhan konsumen. Tujuan dari penelitian ini untuk
menentukan pasar produk Oriza dan mengevaluasi produk dengan menggunakan
metode QFD (Quality Function Deployment). Hasil penelitian menunjukan bahwa
produk Oriza berpotensi untuk dikembangkan sebagai solusi untuk meningkatkan
citarasa nasi merah. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara yaitu terdapat 74%
responden yang minat terhadap produk yang dapat meningkatkan citarasa nasi
merah. Adapun segmentasi pasar produk Oriza ditentukan dari faktor psikografis,

yaitu konsumen nasi merah yang menginginkan citarasa nasi merah lebih baik lagi.
Evaluasi produk dengan metode QFD (Quality Function Deployment) menunjukan
hasil bahwa diperlukan adanya perbaikan atribut rasa nasi lebih lezat, desain
kemasan yang menarik, serta ulasan produk dalam artikel kesehatan. Untuk
memperbaiki tiga atribut tersebut maka perlu ditingkatkan kinerja teknis seleksi
bahan baku, formulasi produk, desain kemasan, perhitungan harga pokok produksi,
dan pengenalan produk. Masukan serta saran responden dari hasil evaluasi tersebut
kemudian menjadi acuan untuk perbaikan rancangan produk.
Kata kunci: pemasaran, QFD, Oriza, pemulen nasi merah.

ABSTRACT
KARDINAH. Marketing and Evaluation of Oriza Product using QFD Method (a
Fluffier Rice). Supervised by HARTRISARI HARDJOMIDJOJO.
Product marketing is conducted to satisfy the needs of individual or group,
the company will obtain the reciprocity from that process. Meanwhile, the product
evaluation is an important thing to make sure that the feature products have suitable
with the needs of consumer. The objectives of this research are to determine the
market of Oriza products and to evaluate the product using QFD (Quality Function
Deployment). The result of this research showed that Oriza potentially to be
developed as a solution to improve the flavor of brown rice. This is supported by

the results of the interview that there were 74% respondents who interested with the
products which can improve the taste of brown rice. Market segmentation of Oriza
product was determined from psychographic factors, namely consumers who want
a better taste of brown rice. The result of evaluating products using QFD (Quality
Function Deployment) method showed that Oriza need an attributes repair. Those
attribute are, the better taste of rice, the attractiveness of packaging design, and the

review product in the healty articles. To fix those attribute, it needs to be improved
further technical performance of the raw materials selection, the products
formulation, the package's design, the calculation of cost of goods sold, and the
product promotion. All of the criticism and suggestions from respondents would be
a reference for the product improvements.
Keyword: marketing, QFD, Oriza, a fluffier brown rice.

PEMASARAN DAN EVALUASI PRODUK ORIZA
(PEMULEN NASI) MENGGUNAKAN METODE QUALITY
FUNCTION DEPLOYMENT

KARDINAH


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPERTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULATAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Pemasaran dan Evaluasi Produk Oriza (Pemulen Nasi)
menggunakan Metode Quality Function Deployment
Nama
: Kardinah
NIM
: F34100124

Disetujui oleh


Dr Ir Hartrisari Hardjomidjojo, DEA
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari - Juni 2014 ini ialah
Pemasaran dan Evaluasi Produk Oriza (Pemulen Nasi) menggunakan Metode
Quality Function Deployment.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Hartrisari Hardjomidjojo,
DEA selaku pembimbing, Bapak Dr. Eng. Tufik Djatna STP, MSi. dan Bapak Prof.
Dr. Ono Suparno, STP, MT. selaku dosen penguji, Bapak Ir Sutrisno Koswara,

MSi selaku pemilik hak cipta produk Oriza, Bapak Dr. Ir. Aji Hermawan, MM dan
Ibu Dr Ir Titi Candra Sunarti, MSi yang telah banyak memberi saran. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Recognation and Mentoring Program
(RAMP) IPB sebagai pihak yang mendanai penelitian ini serta Rayza Pranadipa
sebagai mitra penelitian. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
orang tua serta keluarga atas segala doa dan dukungannya. Tidak lupa ungkapan
terima kasih kepada teman- teman satu dosen bimbingan (Anisa HA, Devi UP,
Hadiwijoyo), sahabat (Hanisa P, Brilliant M, Khairunnisa, Suci EA, Yati HH,
Riantika P, Elok P, Ginanjar UP, Wahyu W, Fitrian RH, M Auwalin R, Feri J, Aini),
mahasiswa TIN angkatan 47 khususnya P4, dan responden yang selalu membantu
dan memberikan semangat selama penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015
Kardinah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

ABSTRAK

i

ABSTRACT

i

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

METODE

2


Pengumpulan Data

2

Prosedur Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Produk Pemulen Nasi Oriza

6

Peluang Pasar Produk Oriza

7


Segmentasi Pasar

10

Evaluasi Produk

12

Perbaikan rancangan produk

22

Pemasaran Produk

25

SIMPULAN DAN SARAN

26


Simpulan

26

Saran

26

DAFTAR PUSTAKA

27

LAMPIRAN

28

RIWAYAT HIDUP

43

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Rekapitulasi identitas responden wawancara I
Rekapitulasi jawaban pertanyaan umum
Rekapitulasi identitas responden potensial
Rekapitulasi jawaban pertanyaan umum dari responden potensial
Harapan konsumen terhadap kemasan produk
Matriks demand quality
Hasil rekapitulasi bobot atribut dan nilai produk
Kegiatan teknis pembuatan produk Oriza
Hasil rekapitulasi penilaian produk dan target

8
9
10
11
15
18
19
20
21

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Diagram alir penelitian
Matriks rumah kualitas
Rumusan hipotesis potensi pasar produk Oriza
Permasalahan responden mengenasi nasi merah
Saluran distribusi produk Oriza
Sumber informasi kesehatan yang didapatkan konsumen
Harga yang disarankan konsumen untuk produk Oriza
Rancangan rumah kualitas
Desain awal kemasan Oriza
Perbaikan desain kemasan Oriza

3
4
7
14
16
16
17
23
24
25

DAFTAR LAMPIRAN
Form wawancara I
Perhitungan biaya pokok produksi
Form wawancara tahap II
Hasil rekapitulasi tingkat kepentingan atribut dan kepuasan konsumen

28
30
32
38

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari
tingginya konsumsi rata-rata masyarakat Indonesia per kapita per tahun pada
komoditi beras, yaitu 87.235 kg. Jumlah konsumsi rata- rata tersebut jauh lebih
tinggi jika dibandingkan dengan komoditas panganan pokok lainnya, antara lain
ketela pohon 3.598 kg, dan jagung basah berkulit 0.574 kg (Deptan 2013).
Beras berdasarkan warnanya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu beras putih
(Oryza sativa), beras merah (Oriza nivara), dan beras hitam (Oriza sativa L. Indica)
(Setyoharini 2012). Nasi yang umumnya dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah
nasi dari beras putih, namun sejak beberapa tahun terakhir ini konsumsi nasi merah
mulai populer dan menjadi bagian dari pola hidup sehat. Jika dibandingkan dengan
beras putih, beras merah mengandung lebih banyak serat yakni sebesar 349%,
vitamin E 203%, vitamin B6 185%, dan magnesium 219% (Subroto 2008).
Beras merah tidak mengalami proses penggilingan atau pengelupasan kulit
seutuhnya, sehingga masih terselimuti oleh kulit ari yang tinggi nutrisi dan serat.
Lapisan kulit ari (aleuron) yang menyelimuti biji beras tidak hanya mempengaruhi
kandungan nutrisi beras merah, tapi juga membuat tekstur nasi yang dihasilkan
menjadi lebih pera, padat, dan kering. Tekstur nasi merah seperti itu relatif tidak
disukai oleh sebagian masyarakat, terutama masyarakat yang sudah terbiasa dengan
rasa dan tekstur nasi putih. Menti (2011) juga menyatakan bahwa kesukaan
masyarakat terhadap nasi dipengaruhi oleh faktor tingkat kepulenan, kemekaran,
warna, rasa, dan aroma nasi
Di sisi lain, IPB memiliki produk inovasi yang dapat meningkatkan citarasa
nasi, yaitu pemulen nasi Oriza. Produk ini merupakan inovasi dari Bapak Ir.
Sutrisno Kuswara, MSi. Pemulen nasi Oriza berbentuk tepung, diaplikasikan
dengan cara dicampurkan kedalam beras yang akan dimasak. Nasi yang dihasilkan
akan menjadi lebih pulen, beraroma pandan, dan bertambah nilai gizinya. Produk
Oriza sudah dipatenkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2002 dengan
nomor paten S00200200006 (Sutejo dan Kuswara 2002), namun belum
dikomersialkan secara luas.
Faktanya, beras merah kaya akan vitamin dan serat sehingga lebih
menyehatkan jika dibandingkan dengan beras putih, akan tetapi tekstur nasi merah
yang tidak pulen dan rasanya yang hambar menjadi kendala bagi sebagian
masyarakat. Produk Oriza dapat menjadi solusi untuk memperbaiki citarasa nasi
merah. Meskipun produk inovasi ini potensial untuk dikomersialkan, namun produk
ini belum menemukan pasar yang tepat sehingga belum dapat dikomersialkan
secara luas. Agar produk inovasi ini dapat bertemu dengan pasarnya maka perlu
dilakukan analisis pemasaran. Menurut Kotler dan Armstong (2007) pemasaran
adalah proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan
pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Selain itu perlu juga
dilakukan evaluasi produk untuk memastikan apakah atribut produk sudah sesuai
dengan kebutuhan konsumen. Karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk

2

menentukan pasar yang tepat bagi produk Oriza dan mengevaluasi fitur produk agar
sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan potensi pasar produk Oriza dan
mengevaluasi produk dengan menggunakan metode QFD (Quality Function
Deployment).
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menjembatani produk
inovasi dosen (pemulen nasi) dengan pasar atau masyarakat. Masyarakat yang
dimaksud adalah masyarakat yang membutuhkan pemulen nasi.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki ruang lingkup dan dibatasi pada hal- hal berikut ini:
1 Responden yang dipilih menggunakan purposive sampling dengan kriteria
orang yang mengonsumsi nasi merah secara rutin atau pernah mengonsumsi
nasi merah secara rutin tidak lebih dari setahun lalu. Responden tersebut
berlokasi di kota Bogor, Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
2 Evaluasi produk menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD)
yang fokus membahas produk pemulen nasi Oriza, tanpa membandingkannya
dengan produk pesaing.
3 Produk yang dibahas merupakan produk yang telah ada formulasinya sehingga
perancangan produk sebatas ide mengenai bentuk fisik atau prototipe produk
yang layak dikomersialkan.

METODE
Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan pada 1 Februari – 6 Juni 2014. Data yang
digunakan dalam penelitian ini data primer dan data sekunder. Data primer
didapatkan dengan cara wawancara (terstruktur dan semi terstruktur) kepada
sejumlah responden. Penelitian ini menggunakan metode wawancara agar peneliti
dapat mengidentifikasi secara mendalam keinginan konsumen mengenai karakter
produk yang diinginkan. Teknik wawancara dapat digunakan apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dengan jumlah responden
yang sedikit/kecil (Sugiyono 2007). Sementara itu data sekunder didapatkan dari
tinjauan pustaka.
Responden yang diwawancarai dipilih menggunakan metode purposive
sampling dengan kriteria seseorang yang sedang atau pernah mengonsumsi nasi
merah secara rutin. Kriteria tersebut diasumsikan dapat mewakili karakter dari

3

populasi konsumen nasi merah. Purposive sampling merupakan metode
pengambilan sampel non probabilitas (non probability method) dengan
pertimbangan tertentu yang sumber datanya merupakan orang ahli atau
berpengalaman di bidangnya. Teknik ini cocok untuk penelitian kualitatif
(Sugiyono 2007). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang
dikuantitatifkan, khususnya pada pengolahan QFD. Responden yang digunakan
dalam penelitian ini sejumlah 50 orang. Jumlah tersebut dipilih karena menurut
Blank dan Dorf (2012), untuk startup produk baru dapat dimulai dengan menggali
masalah dari 50 konsumen potensial. Apabila dari 50 orang ada sejumlah responden
yang tidak potensial maka dicari penggantinya sehingga genap menjadi 50
responden. Responden yang potensial ini akan menjadi responden tetap, yaitu
responden yang juga akan diwawancara untuk voice of the customer dan wawancara
evaluasi produk. Secara umum, tahapan pengerjaan penelitian dapat dilihat pada
Gambar 1.

Mulai

Identifikasi produk
Mencari peluang pasar
Menentukan segmentasi konsumen
Pegumpulan voice of the customer
Menyusun matriks rumah kualitas

Evaluasi QFD

Belum
sesuai

perbaikan rancangan
produk

Ok
Perencanaan penjualan
Penentuan harga jual

Selesai
Gambar 1 Diagram alir penelitian

4

Prosedur Analisis Data
Penyusunan matriks rumah kualitas
Analisis Quality Function Deployment direpresentasikan dalam matriks
rumah kualitas. Matriks rumah kualitas menggambarkan hubungan antar keinginan
konsumen (demand quality) dengan kegiatan teknis (technic quality). Atribut
harapan konsumen dikembangkan berdasarkan hasil voice of customer, sedangkan
kegiatan teknis disusun berdasarkan hasil diskusi dengan pihak internal perusahaan.
Gambar matriks rumah kualitas dapat dilihat pada Gambar 2. Kolom sebelah kiri
menggambarkan atribut mutu produk yang diharapkan konsumen (what),
sedangkan kolom bagian atas merupakan atribut teknis yang berhubungan dengan
kinerja perusahaan (how), kolom bagian kanan merupakan kolom perencanaan
(planning matrix/ why), bagian atap rumah menunjukan korelasi teknis (trade off/
roof), dan kolom pengukuran kinerja teknik (technical requirement) pada bagian
dasar.

CORRELATION
MATRIX

HOW
W
H
A
T

RELATIONSHIP MATRIX

CUSTOMER
COMPETITIVE
ASSASSEMENT

BENCHMARK
SERVICE REPAIR/ COST DATA
LEGAL/ SAVETY CONTROL
ITEM
TECHNICAL
IMPORTANCE
RATING

Gambar 2 Matriks rumah kualitas (Marimin 2004)

1.
2.
3.
4.

Langkah- langkah dalam menyusun rumah kualitas menurut Marimin (2004):
Mendengarkan suara konsumen untuk menentukan harapan pelanggan.
Membuat karakteristik proses yang ada dalam perusahaan.
Menentukan hubungan keterkaitan antara atribut dengan karakteristik proses
dengan nilai yang sudah ditetapkan.
Menentukan kepuasan konsumen dan juga perbandingan kinerja perusahaan.
Untuk kepuasan konsumen dengan perhitungan sebagai berikut:
Perhitungan total nilai:
(N1x1) + (N2x2) + (N3x3) + (N4x4) + (N5x5)
Keterangan:
N1 = jumlah responden dengan jawaban “sangat tidak memuaskan”
N2 = jumlah responden dengan jawaban “tidak memuaskan”
N3 = jumlah responden dengan jawaban “cukup”

5

5.

6.

N4 = jumlah responden dengan jawaban “memuaskan”
N5 = jumlah responden dengan jawaban “sangat memuaskan”
Total nilai yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah interval kelas dan
diperoleh nilai indeks.
Menentukan trade roof atau keterkaitan antara karakteristik proses yang satu
dengan yang lainnya. Hubungan ini dapat dinyatakan dengan hubungan kuat
positif (++) apabila salah satu karakteristik proses naik maka akan berdampak
kuat pada kenaikan proses yang berkaitan tersebut. Hubungan kuat (+)
pengaruhnya akan sama dengan hubungan kuat positif hanya saja dampak yang
dihasilkan tidak sekuat hubungan kuat positif. Hubungan negatif (-) apabila
hubungan berjalan tidak searah. Hal ini terjadi apabila suatu karakteristik
mengalami penurunan tapi karakteristik lainnya akan mengalami kenaikan.
Hubungan kuat negatif (--) apabila dampak yang dihasilkan lebih kuat dari
hubungan negatif.
Menentukan tingkat kepentingan dan nilai relatif. Nilai tingkat kepentingan
karakteristik proses ke-Y = (bobot konversi tiap atribut x karakteristik proses
ke-Y).

Analisis kuantitatif
Pada kolom bagian kanan dan bawah matriks rumah kualitas dibutuhkan
analisis kuantitatif untuk mengatui atribut kritis yang harus dikembangkan.
Perhitungan dilakukan dengan formula sebagai berikut:
t
r = �⁄ nilai kepuasan konsumen



, i = 1,2,3, ..., n

ab = (nilai kepentingan atribut)i × ri , i = 1,2,3, ..., n
rw =

ab�
⁄∑� ab
�=1

, i = 1,2,3, ..., n , i = 1,2,3, ..., n

at = ∑��[ nilai � � �
i = 1,2,3, ..., n
rt =

ℎ�

� ��

at �
⁄∑� at , i = 1,2,3, ..., n
�=1

Keterangan :
r = rasio
t = target
ab = Absolute weight demand quality
rw = Relative weight demand quality
at = Absolute weight technic quality
rt = Relative weight demand quality



× nilai kepentingan atribut � ] ,

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk Pemulen Nasi Oriza
Pemulen nasi Oriza merupakan produk berbentuk tepung yang digunakan
dengan cara mencampurkannya dengan beras saat memasak nasi. Nasi yang
dihasilkan akan mendapat tambahan citarasa yaitu menjadi lebih pulen, beraroma
pandan, dan menambah zat gizi (kalsium) pada nasi. Produk ini merupakan inovasi
Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan, Bapak Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Produk ini
juga terdaftar dalam paten Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2002 dengan
nomor paten S00200200006 (Sutejo dan Kuswara 2002). Penambahan produk
Oriza dalam beras yang dimasak tidak akan mengubah rasa asli dari nasi, sehingga
dapat diterima masyarakat. Bahkan untuk aroma, akan meningkat karena beras
yang ditambah Oriza akan beraroma pandan yang lebih disukai masyarakat.
Kenaikan harga akibat penggunaan produk Oriza masih terjangkau oleh masyarakat
yang membutuhkannya (Kuswara 2006).
Tujuan awal dikembangkannya produk Oriza ini adalah untuk menghasilkan
bahan suplemen yang dapat digunakan pada saat beras dimasak sehingga
menghasilkan nasi dengan sifat pulen, wangi dan mengandung zat gizi dalam
jumlah yang berarti untuk kesehatan konsumennya (Kuswara 2006). Zat gizi yang
terkandung dalam produk Oriza adalah kalsium. Fortifikasi kalsium ini turut
membantu program pemerintah untuk mengatasi kekurangan kalsium pada ibu dan
anak. Produk Oriza ini dikemas dalam kemasan sachet, 10 g produk digunakan
untuk dicampur dengan 1 L (800 kg) beras.
Komposisi produk Oriza adalah pati termodifikasi, essen pandan, kalsium,
dan asam sitrat. Bahan dasar produk Oriza yang dapat meningkatkan kepulenan
adalah pati. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, yaitu amilosa dan
amilopektin. Molekul amilosa memiliki ukuran yang lebih kecil dengan stuktur
tidak bercabang. Sementara amilopektin memiliki ukuran molekul yang lebih besar
dengan struktur bercabang banyak dan membentuk double helix. Saat pati
dipanaskan, beberapa double helix akan merenggang dan terelepas saat ikatan
hidrogennya terputus. Semakin tinggi suhu yang diberikan maka akan semakin
banyak ikatan yang terputus dan menyebabkan air masuk kedalam granula pati.
Pada proses ini, molekul amilosa akan terlepas ke air, membuat granula pati
menjadi lebih terbuka dan banyak menyerap air (Imaningsih 2012). Struktur
amilosa yang larut dengan air cenderung memberikan sifat keras, sedangkan
amilopektin memberikan sifat lengket/ pulen.
Jenis pati yang digunakan dalam produk Oriza adalah pati termodifikasi
yang memiliki fraksi amilopektin lebih banyak dibandingkan amilosanya dan
mudah larut dalam air. Selain itu, modifikasi pada pati dapat menanggulangi
kelemahan-kelemahan dari pati dan membuat pati memiliki sifat yang sesuai
dengan spesifikasi produk. Dengan menggunakan pati termodifikasi, maka produk
oriza dapat meningkatkan kepulenan nasi hanya dengan penambahan jumlah yang
sedikit yaitu 1 gram produk Oriza untuk 50 gram beras. Selain pati termodifikasi,
terdapat beberapa bahan lainnya yang berfungsi untuk meningkatkan citarasa nasi.
Fungsi essen pandan untuk menghasilkan nasi yang beraroma wangi pandan
sehingga dapat menyamarkan bau gabah pada beras merah. Asam sitrat yang

7

digunakan untuk membantu menghidrolisis pati pada beras. Kalsium yang
ditambahkan dalam produk sebesar 1% dalam 10 g produk, sehingga dapat
memenuhi 40% kebutuhan kalsium rata-rata per hari.

Peluang Pasar Produk Oriza
Produk Oriza memiliki hipotesis awal yakni bepeluang dikembangkan untuk
konsumen yang memiliki gaya hidup sehat dengan mengonsumsi nasi merah,
namun tidak menyukai sifat organoleptik dari nasi merah tersebut. Hipotesis ini
didapatkan dari hasil analisis potensi dan permasalahan yang ada. Rumusan
hipotesis tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Potensi yang dimaksud adalah
fungsi produk oriza yaitu dapat meningkatkan citarasa nasi dengan cara
meningkatkan kepulenan, menambah aroma pandan, dan dengan fortifikasi kalsium
(Kuswara 2006). Menurut Menti (2011) kesukaan masyarakat terhadap nasi
dipengaruhi oleh faktor tingkat kepulenan, kemekaran, warna, rasa, dan aroma nasi.
Tekstur nasi merah
(Masalah)

Fungsi produk Oriza
(Potensi)

Produk Oriza dibutuhkan konsumen nasi merah

Gambar 3 Rumusan hipotesis potensi pasar produk Oriza
Sementara itu, permasalahan yang ada adalah citarasa nasi merah yang
berbeda dengan nasi putih, sehingga masyarakat yang tidak terbiasa mengonsumsi
nasi merah akan terkendala. Beras putih dari segi rasanya dapat dikatakan lebih
enak dibandingkan beras merah karena beras merah cenderung tidak ada rasa atau
hambar. Hal ini disebabkan karena beras merah tidak melalui proses penggilingan
atau pengelupasan kulit seutuhnya sehingga masih ada lapisan kulit ari yang
menyelimuti biji. Lapisan kulit ari atau aleuron tersebut kaya akan nutrisi dan serat
yang khasiatnya dicari oleh konsumen, namun kulit ari tersebut memengaruhi
tekstur dari nasi merah. Kulit ari membuat nasi merah menjadi lebih kasar dan
kesat serta tidak pulen atau pera (Didi 2005). Hanya beberapa jenis beras merah
lokal yang rasanya pulen dan beraroma (Gosehat 2013). Upaya yang dilakukan
masyarakat untuk membiasakan diri mengonsumsi nasi merah adalah dengan cara
mencampur beras merah dan beras putih saat memasak (Didi 2005). Produk Oriza
dapat memulenkan nasi merah tanpa perlu memasak beras merah dengan campuran
beras putih.

8

Selanjutnya dilakukan survei untuk memastikan hipotesis, apakah produk
pemulen nasi benar-benar dibutuhkan oleh konsumen nasi merah. Form wawancara
I dapat dilihat pada Lampiran 1. Survei ini dilakukan dengan cara wawancara semi
terstruktur kepada 50 orang responden. Responden dipilih menggunakan purposive
sampling dengan kriteria orang yang rutin mengonsumsi nasi merah. Identitas 50
responden yang didapatkan sangat beragam, mulai dari usia 19 tahun hingga 74
tahun. Mayoritas responden yang didapatkan berjenis kelamin perempuan.
Responden tersebut berdomisili di kota Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi.
Responden yang didapatkan memiliki profesi mahasiswa, karyawan (karyawan
negri dan karyawan swasta), dan ada pula yang tidak bekerja seperti ibu rumah
tangga dan pensiunan. Hasil rekapitulasi identitas responden dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Rekapitulasi identitas responden wawancara I
Variabel
Data
Frekuensi Persentase
Usia
19- 30
25
50%
31-40
5
10%
41-50
9
18%
51-60
8
16%
61-70
2
4%
>70
1
2%
Total
50
100%
Jenis
Laki-laki
9
18%
kelamin
Perempuan
41
82%
Total
50
100%
Alamat
Jakarta
16
32%
Bogor
28
56%
Tangerang
5
10%
Bekasi
1
2%
Total
50
100%
Profesi
Mahasiswa
22
44%
Karyawan
15
30%
Tidak bekerja
13
26%
Total
50
100%
Mayoritas responden (42% responden) mengonsumsi nasi merah karena ingin
memulai pola hidup sehat. Responden mengetahui bahwa beras merah memiliki
vitamin dan serat yang lebih banyak dibandingkan beras putih, serta memiliki kadar
gula yang lebih rendah sehingga tidak menyebabkan resiko kelebihan kadar gula.
Oleh sebab itu responden mulai mengganti makanan pokoknya dari beras putih
menjadi beras merah. Alasan responden lainnya mengonsumsi nasi merah karena
kendala kesehatan atau menderita diabetes (24% responden), mengikuti menu
masakan yang ada di dalam keluarga (10% responden), dan diet untuk mengurangi
berat badan (24% responden). Rangkuman jawaban responden mengenai
pertanyaan umum lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.

9

Tabel 2 Rekapitulasi jawaban pertanyaan umum
Variabel
Data
Frekuensi Persentase
Alasan mengonsumsi nasi Pola hidup sehat
21
42%
merah
Kesehatan
12
24%
Mengikuti keluarga
5
10%
Diet
12
24%
Total
50
100%
Lama konsumsi (th)
3
21
42%
Total
50
100%
Intensitas konsumsi/ bulan < 20
5
10%
20-40
6
12%
41-60
35
70%
61-90
4
8%
Total
50
100%
Ada tidaknya kendala
Ya
48
96%
tidak
2
4%
Total
50
100%
Minat terhadap produk Minat
37
74%
oriza
Tidak minat
13
26%
Total
50
100%
Selektif memilih makanan Ya
30
60%
Tidak
20
40%
Total
50
100%
Pada Tabel 2, jawaban responden mengenai ada tidaknya kendala dalam
mengonsumsi nasi merah, serta minat terhadap produk pemulen nasi, Oriza,
menjadi poin utama yang menunjukan ada tidaknya peluang pasar bagi produk
Oriza. Pada pertanyaan wawancara nomor tiga, responden ditanya apakah selama
mengonsumsi nasi merah terdapat kendala mulai dari saat membeli beras merah,
proses memasaknya, maupun saat mengonsumsinya. Sebanyak 96% responden
menjawab bahwa mereka mengalami kendala, dan 4% responden menyatakan sama
sekali tidak ada kendala. Kendala atau masalah yang umumnya dialami responden
adalah mereka sulit membiasakan diri dengan tektur dan rasa nasi merah yang tidak
seenak nasi putih. Adanya permasalahan tersebut menjadi sinyal bahwa produk
Oriza berpeluang menjadi solusi citarasa nasi merah.
Kemudian, pada wawancara I pertanyaan nomor empat, ditanyakan kepada
responden apakah diperlukan bahan tambahan pangan yang dapat meningkatkan
citarasa nasi merah. Hasilnya menunjukan bahwa tidak semua responden yang
memiliki permasalahan dengan nasi merah menginginkan pemulen nasi (Oriza)
sebagai solusi permasalahannya. Sebanyak 37 responden (74%) berminat mencoba
produk Oriza dan 13 responden (26%) menyatakan tidak butuh produk tambahan
untuk mengubah citarasa nasi merah. Menurut Blank dan Dorf (2012), dari

10

responden yang menunjukan respon positif (berminat mencoba produk) maka dapat
dipelajari lebih lanjut bagaimana karakter responden tersebut sebagai representatif
konsumen produk di pasar.
Responden yang menunjukan minatnya terhadap produk Oriza bervariasi
yaitu pria dan wanita usia dewasa hingga orang tua, dengan domisili di kota Jakarta,
Bogor, Tangerang, Bekasi. Profesi responden tersebut beragam mulai dari
mahasiswa, karyawan, maupun yang tidak bekerja. Perlu dilakukan segmentasi
pasar untuk menspesifikan konsumen yang dituju. Sebanyak 37 responden yang
menunjukan minatnya terhadap produk Oriza (responden potensial) akan menjadi
responden tetap untuk tahap penelitian selanjutnya, kemudian dicari kembali 13
responden dengan karakter serupa (memiliki kendala dalam mengonsumsi nasi
merah serta minat terhadap produk Oriza) untuk menggenapi menjadi 50 responden
potensial.

Segmentasi Pasar
Kotler dan Armstrong (2007) menyatakan bahwa segmentasi pasar adalah
kegiatan membagi pasar yang besar dan heterogen menjadi segmen yang lebih kecil
yang dapat dicapai secara lebih efisien dan efektif dengan produk dan jasa yang
sesuai dengan kebutuhan unik mereka. Kotler dan Armstrong mensegmentasikan
pasar kedalam empat karakteristik konsumen, yaitu geografis, demografis,
psikografis, dan prilaku. Dalam penelitian ini, segmentasi pasar ditentukan dengan
mengidentifikasi karakter responden kemudian menyamakan hasilnya dengan teori
segmentasi pasar. Identifikasi karakter responden dilakukan dengan cara
wawancara kepada 50 responden potensial. Form wawancara I dapat dilihat di
Lampiran 1, dengan fokus pertanyaan pada identitas responden dan pertanyaan
umum nomor satu hingga lima. Hasil rekapitulasi identitas responden potensial
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Rekapitulasi identitas responden potensial
Variabel
Data
Frekuensi Persentase
Usia
19- 30
27
54%
31-40
3
6%
41-50
10
20%
51-60
7
14%
61-70
2
4%
>70
1
2%
Total
50
100%
Jenis
Laki-laki
14
28%
kelamin
Perempuan
36
72%
Total
50
100%
Alamat
Jakarta
9
18%
Bogor
34
68%
Depok
1
2%
Tangerang
5
10%
Bekasi
1
2%
Total
50
100%

11

Tabel 3 Rekapitulasi identitas responden potensial (lanjutan)
Variabel
Data
Frekuensi Persentase
Profesi
Mahasiswa
25
50%
Karyawan
13
26%
Tidak bekerja
12
24%
Total
50
100%
Segmentasi demografis membagi kelompok berdasarkan variabel usia, jenis
kelamin, ukuran keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi,
dan kebangsaan (Kotler dan Armstrong 2007). Pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa
responden potensial produk Oriza yaitu pria dan wanita yang berusia dewasa hingga
orang tua dengan profesi mahasiswa, karyawan, dan yang tidak bekerja (ibu rumah
tangga dan pensiunan), dengan domisili di kota Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang,
Bekasi Untuk segmentasi demografis, data tersebut kurang spesifik, karena hasil
pengelompokan konsumen masih sangat luas. Oleh karena itu identifikasi
dilakukan juga pada pertanyaan umum untuk mendapatkan data segmentasi
psikografis.
Tabel 4 Rekapitulasi jawaban pertanyaan umum dari responden potensial
Variabel
Data
Frekuensi Persentase
Alasan
mengonsumsi Pola hidup sehat
19
38%
Diet
12
24%
nasi merah
Kesehatan
10
20%
Mengikuti keluarga
9
18%
Total
50
100%
Lama konsumsi (th)
3
17
34%
Total
50
100%
Intensitas
konsumsi/ < 20
5
10%
bulan
20-40
3
6%
41-60
40
80%
61-90
2
4%
Total
50
100%
Ada tidaknya kendala
Ya
50
100%
Tidak
0
0%
Total
50
100%
Minat terhadap produk Minat
50
100%
Tidak minat
0
0%
Oriza
Total
50
100%
Selektif
memilih Selektif
31
62%
makanan
Tidak
19
38%
Total
50
100%

12

Segmentasi psikografis adalah pengelompokan konsumen berdasarkan kelas
sosial, gaya hidup, atau karakteristik kepribadian. Produk yang dibeli seseorang
dapat mencerminkan gaya hidupnya (Kotler dan Armstrong 2007). Oleh karena itu
responden yang minat terhadap produk oriza dapat diidentifikasi gaya hidupnya
untuk kemudian diketahui segmentasi psikografis dari konsumen nasi merah.
Pengukuran gaya hidup dapat dilihat dari aktivitas, minat, dan opini (Kotler dan
Armstrong 2007).
Aktivitas konsumen yang dimaksud adalah aktivitas yang berhubungan
dengan konsumsi nasi merah, karena itu dapat diidentifikasi dari berapa lama
konsumen mengonsumsi nasi merah dan intensitas konsumsi/ bulan. Berdasarkan
hasil penelitian (Tabel 4), mayoritas responden yang minat terhadap produk Oriza
adalah konsumen yang belum lama mengonsumsi nasi merah yaitu kurang dari tiga
tahun. Selain mengonsumsi kurang dari tiga tahun, responden juga memiliki
intensitas konsumsi yang tinggi, yaitu 41-60 kali per bulan atau setara dengan 1014 kali tiap minggu. Kurun waktu tiga tahun dengan intensitas mengonsumsi nasi
merah 10-14 kali seminggu membuat konsumen belum terbiasa dengan citarasa
(tekstur, aroma, dan rasa) nasi merah, karena itu responden merespon positif adanya
produk Oriza yang dapat memulenkan dan menambah aroma pandan pada nasi
merah.
Minat konsumen dapat diidentifikasi dari pernyataan ada tidaknya kendala
selama mengonsumsi nasi merah, dan bagaimana minat responden menanggapi
Oriza sebagai solusi permasalahan yang ada. Berdasarkan hasil penilitian, semua
responden memiliki kendala dalam mengonsumsi nasi merah. Para responden
menyatakan bahwa mereka ingin mendapatkan manfaat nasi merah, namun
terkendala karena citarasa nasi merah yang kurang enak.
Opini atau pikiran atau motivasi responden dalam mengonsumsi nasi merah
adalah untuk hidup sehat. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 bahwa alasan
orang mengonsumsi nasi merah adalah karena alasan kesehatan, baik karena diet
karbohidrat, menjaga kesehatan karena mengidap diabetes, dan karena ingin
memulai pola hidup sehat dengan memilih asupan makanan yang lebih kaya akan
vitamin dan serat. Selain itu, sebagian besar responden adalah orang yang selektif
dalam memilih makanan. Mereka memperhatikan dengan cermat komposisi
makanan tersebut, nilai gizi, sertifikasi keamanan pangan, dan tanggal kadaluarsa
produk. Ada pula yang selektif karena harus mengurangi asupan gula dan
kolesterolnya.
Dengan demikian, segmentasi psikografis dari produk Oriza adalah orangorang dengan gaya hidup sehat, selektif dalam memilih makanan, belum lama
mengonsumsi nasi merah (kurang dari tiga tahun), kurang menyukai citarasa nasi
merah dan menginginkan citarasa nasi merah yang lebih baik lagi. Segmentasi
psikografis ini dapat mengelompokan konsumen secara lebih spesifik jika
dibandingkan segmentasi demografis, karena itu produk Oriza menggunakan
segmentasi psikografis dalam pengelompokan pasar.
Evaluasi Produk
Evaluasi penting dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam mencapai kepuasan konsumen. Dalam penelitian ini, metode
yang digunakan untuk evaluasi produk adalah Quality Function Deployment

13

(QFD). Representasi QFD digambarkan dalam Matriks House of Quality (HOQ),
atau rumah kualitas. Rumah kualitas dapat menggambarkan hubungan antara
keinginan konsumen dengan kegiatan teknis serta mengevaluasi pencapaian
perusahaan (Marimin 2004). Matriks rumah kualitas tersusun atas keinginan
konsumen (demand quality/ what) dan kegiatan teknis (how). Atribut keinginan
konsumen disusun berdasarkan suara konsumen, sedangkan kegiatan teknis disusun
berdasarkan hasil diskusi dengan pihak internal perusahaan.
Suara Konsumen (voice of the customer)
Dalam mendengarkan suara konsumen, informasi yang digali fokus kepada
keinginan, kebutuhan, dan ekspektasi konsumen. Delapan kata kunci yang harus
diselidiki dalam suara konsumen yaitu Performance (kinerja), Features (fitur),
Reliability (ketahanan uji), Conformance (kesesuaian), Durability (daya tahan),
Service ability (tingkat pelayanan), Aesthetics (estetika), Perceived quality (kualitas
yang diterima) (Summer 2009). Dalam penelitian ini, delapan kata kunci tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan evaluasi produk Oriza sehingga terdapat lima kata
kunci yang digunakan yaitu nilai produk, kemasan, saluran distribusi, pengenalan
produk, dan kesesuaian harga.
Nilai produk merupakan representasi dari kata kunci Performance (kinerja),
Features (fitur), Reliability (ketahanan uji), dan Perceived quality (kualitas yang
diterima). Kemasan merupan representasi dari Aesthetics (estetika), Perceived
quality (kualitas yang diterima), Conformance (kesesuaian), Durability (daya
tahan). Saluran distribusi dan cara pengenalan produk merupakan representasi dari
Service ability (tingkat pelayanan). Pengenalan produk merupakan representasi dari
kata kunci Service ability (tingkat pelayanan) dan Aesthetics (estetika). Harga
merupakan representasi dari Conformance (kesesuaian).
Pengumpulan suara konsumen dilakukan dengan cara wawancara semi
terstruktur kepada 50 responden potensial. Dengan wawancara jenis ini, maka dapat
ditemukan permasalahan secara lebih mendalam. Form wawancara dapat dilihat
pada Lampiran 1, bagian suara konsumen, pertanyaan nomor enam sampai tiga
belas. Jawaban yang dihasilkan akan sangat beragam, karena itu hasil wawancara
dikategorisasi dan dipilih yang memungkinkan untuk direalisasikan. Berikut ini
pembahasan dari hasil wawancara berdasarkan lima kata kunci pertanyaan.
a.

Nilai produk
Nilai produk Oriza dirancang untuk menjawab permasalahan yang ada dari
konsumen. Berdasarkan hasil wawancara suara konsumen, terdapat sepuluh
permasalahan yang kerap dialami konsumen nasi merah. Hasil jawaban responden
dapat dilihat pada Gambar 4. Tiga permasalahan yang paling banyak dikeluhkan
adalah masalah tekstur yang pera, rasa yang hambar dan aroma yang tidak disukai.
Ketiga permasalahan ini telah sesuai dengan fungsi produk Oriza, karena itu nilai
produk Oriza dapat memulenkan, menambah aroma pandan, serta meningkatkan
citarasa nasi merah harus ditonjolkan pada kemasan.

14

Cara yang biasa dilakukan konsumen untuk mengatasi masalah beras merah
antara lain yaitu; mencampur beras merah dengan beras putih (27% jawaban),
menambahkan air yang lebih banyak saat proses pemasakan (20% jawaban),
merendam beras merah sebelum di masak (7% jawaban), memasak beras merah
merah dengan daun pandan (5% jawaban), memilih lauk yang enak untuk teman
makan nasi merah (14% jawaban), dan menambah bumbu saat memasak nasi merah
(6% jawaban). Sebagian konsumen menjawab tidak melakukan apa-apa untuk
mengatasi kekurangan beras merah (21% jawaban), walaupun mereka kurang
menyukai rasanya. Cara-cara tersebut menunjukan bahwa belum ada produk
pemulen nasi yang biasa digunakan konsumen sebelumnya.
1% 1% 1% 1%
1%
3%

tekstur

5%

rasa tidak enak
aroma
mahal

13%
48%

rice cooker mudah berkerak
seret
mudah berkutu
mudah basi

26%

susah dikunyah
ketersediaan jarang

Gambar 4 Permasalahan responden mengenasi nasi merah
Selanjutnya, ditanyakan mengenai kualitas produk seperti apa yang
diharapan responden untuk produk pemulen nasi, Oriza. Sebagian besar konsumen
menginginkan fungsi produk yang berkualitas tinggi sehingga dapat membuat nasi
merah pulen dan memiliki rasa seperti nasi putih serta harum pandan (61%
jawaban). Konsumen juga menginginkan adanya nilai plus lainnya dalam produk,
seperti mengandung tambahan zat gizi (16% jawaban), serat dan protein (8%
jawaban). Harapan konsumen lainnya mengenai kualitas produk yaitu harga yang
murah, membuat nasi tidak mudah basi, rendah kalori, dan mudah digunakan.
Masing-masing jawaban memiliki persentase yang kecil.
Informasi lain yang didapatkan dari hasil wawancara adalah, masyarakat yang
mengonsumsi nasi merah pada umumnya mengurangi konsumsi gula. Mereka
menyarankan agar produk pemulen nasi yang dihasilkan tidak merusak khasiat nasi
merah, seperti tidak menambah kadar glukosa dalam nasi. Semua informasi harapan
konsumen akan menjadi pertimbangan dalam perancangan produk.
b.

Kemasan
Perancangan desain kemasan disesuaikan dengan harapan dan kebutuhan
responden. Form wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan hasil
wawancara, sebanyak 64% responden menginginkan kemasan produk berupa

15

sachet, 20% responden memilih kemasan botol, dan 16 % responden menyukai
bentuk kemasan sachet dan juga botol.
Hasil dari wawancara menunjukan bahwa hal yang menjadi pertimbangan
konsumen dalam memilih produk bahan tambahan pangan adalah kualitas produk
yang baik, rekomendasi dari banyak orang, serta harga yang terjangkau. Selain itu,
terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada desain kemasan, agar
mempengaruhi pertimbangan konsumen untuk memilih produk bahan tambahan
pangan, seperti produk Oriza. Jawaban dari responden sangatlah bervariasi, oleh
karena itu rekapitulasi jawaban responden dibuat kategori seperti yang ditunjukan
pada Tabel 5. Keinginan konsumen dengan frekuensi tinggi akan diprioritaskan
untuk direalisasikan dalam prototipe produk.
Tabel 5 Harapan konsumen terhadap kemasan produk
Keinginan konsumen
Ragam
Persentase
jawaban
Desain menarik
10%
Desain kemasan
Kemasan praktis
6%
Merek yang meyakinkan
1%
Komposisi produk
16%
Informasi produk
Cara penggunaan
11%
Informasi gizi
7%
Rendah Indeks Glikemik
7%
Tanggal kadaluarsa
6%
Keterangan produk
4%
Tanpa bahan pengawet
2%
Informasi produk
1%
Sertifikasi BPOM
16%
Jaminan produk
Sertifikasi halal MUI
13%
Total
100%
c.

Saluran distribusi
Penjualan produk Oriza akan didistirbusikan di tempat penjualan yang mudah
terjangkau oleh konsumen, karena itu responden ditanyai dimana sebaiknya tempat
penjualan produk Oriza. Persentase hasil jawaban responden dapat dilihat pada
Gambar 5. Jawaban responden dengan persentase tertinggi adalah pasar swalayan
(67% jawaban). Responden yang menjawab pasar swalayan menyatakan bahwa di
pasar swalayan mereka dapat bebas memilih- milih dan mengamati sebuah produk,
termasuk membaca informasi kemasan pada produk baru, dengan demikian
konsumen dapat mempertimbangkan dengan baik keputusan untuk membeli.
Selajutnya jika pasar produk Oriza sudah berkembang luas, responden
menyarankan agar produk dapat dijual di tempat-tempat yang lebih banyak lagi,
seperti di pasar tradisional, tempat menjual beras merah, dan warung.

16

1% 2%
11%
19%

67%

swalayan
pasar
penjual beras merah
online
apotek

Gambar 5 Saluran distribusi produk Oriza

d.

Pengenalan produk
Bagi produk baru, pengenalan produk kepada konsumen sangatlah penting
guna menginformasikan fungsi dan keunggulan produk. Untuk produk pemulen
nasi Oriza, karena disegmentasikan kepada orang yang mengonsumsi nasi merah
yang identik dengan gaya hidup sehat, maka pengenalan produk dilakukan melalui
info seputar kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara, informasi kesehatan yang
didapatkan responden sebagian besar bersumber dari artikel di internet. Persentase
jawaban responden dapat dilihat pada Gambar 6. Berita atau artikel kesehatan yang
paling banyak diunduh adalah seputar gaya hidup dan tips kesehatan.
3% 1%1%
2%
4%

artikel internet

4%

majalah
tv
koran

16%

49%

brosur kesehatan
teman
tabliod
poliklinik

20%

materi kuliah

Gambar 6 Sumber informasi kesehatan yang didapatkan konsumen

17

e.

Kesesuaian Harga
Harga jual produk yang ditetapkan untuk produk Oriza akan
mempertimbangkan dari daya beli konsumen terhadap produk bahan tambahan
pangan. Kepada responden ditanyakan berapa harga yang sesuai untuk produk
Oriza jika dijual di pasaran dengan kemasan produk seperti yang konsumen
harapkan. Hasil rekapitulasi jawaban responden dapat dilihat pada Gambar 7.
Jawaban dengan persentase tertinggi untuk kemasan sachet, yaitu seharga 1.0001.500 rupiah. Kemasan sachet yang diinginkan yaitu ukuran kemasan seperti
produk penyedap rasa pada umumnya (kemasan 8 g). Konsumen yang
menginginkan kemasan botol, memiliki jawaban tertinggi untuk penawaran harga
5.000-10.000 rupiah. Kemasan botol yang dimaksud yaitu botol plastik seperti pada
bumbu cabai bubuk isi 40 g. Kisaran harga yang disarankan oleh responden akan
menjadi pertimbangan dalam perancangan harga jual produk dan perhitungan
Harga Pokok Produksi (HPP).

22%

1000-1500/sachet
37%

2000-2500/sachet
3000/sachet

2%

5000-10000/botol

6%

15000-20000/botol
disesuaikan

13%
20%

Gambar 7 Harga yang disarankan konsumen untuk produk Oriza
Matriks Rumah Kualitas
Tujuan yang ingin dicapai dari evaluasi produk ini yaitu membuat produk
pemulen nasi yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Selanjutnya dilakukan
pengisian matriks rumah kualitas yang terdiri dari kolom keinginan konsumen
(demand quality/ what), kegiatan teknis (technic quality/ how) di bagian atas,
hubungan keinginan konsumen dengan kegiatan teknis (relationship matrix) pada
bangian tengah, perencanaan (planning matrix/ why) pada bagian paling kanan,
korelasi teknis (trade off/ roof) pada bagian atap, dan kolom pengukuran kinerja
teknik (technical requirement) pada bagian dasar. Berikut akan dibahas pengisian
masing-masing bagian kolom.
a.

Penyusunan matriks keinginan konsumen
Kolom keinginan konsumen (demand quality/ what) diisi berdasarkan voice
of the customer. Hasil rumusan matriks keinginan konsumen dapat dilihat pada
Tabel 6. Kolom variabel berisi faktor utama yang akan dievaluasi. Kolom atribut
berisikan daftar keinginan konsumen (voice of the customer) dengan frekuensi
jawaban yang tertinggi dan atau yang memungkinkan untuk dikembangkan dalam
produk.
Pada variabel nilai produk, atribut memulenkan, aroma pandan, dan rasa nasi
lebih lezat merupakan integrasi jawaban keinginan konsumen terhadap kualitas

18

produk. Atribut tambahan kalsium merupakan trasformasi harapan konsumen
mengenai tambahan zat gizi pada produk, karena produk Oriza mengandung
kalsium maka zat gizi dispesifikan kepada kalsium. Atribut indeks glikemik rendah,
tanpa bahan pengawet, dan bebas MSG merupakan transformasi harapan responden
dari pertanyaan faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih bahan tambahan
pangan. Ketiga harapan responden tersebut ditransformasi kedalam nilai produk
karena harapan tersebut menjadi lebih tepat masuk kedalam variabel nilai produk
dibandingkan variabel kemasan.
Artibut kemasan yang disusun dalam matriks rumah kualitas yaitu bentuk
kemasan, desain kemasan menarik, komposisi tertera jelas, informasi gizi, cara
penggunaan tertera jelas, dan jaminan produk. Keenam atribut tersebut diintegrasi
dari jawaban responden mengenai bentuk kemasan yang diinginkan dan harapan
konsumen yang memiliki frekuensi jawaban tertinggi. Atribut bentuk kemasan
mengintepretasikan kesukaan responden terhadap bentuk kemasan dan kepraktisan
kemasan. Atribut desain kemasan menarik, komposisi tertera jelas, informasi gizi,
dan cara penggunaan tertera jelas merupakan harapan responden yang memiliki
frekuensi tinggi dan penting untuk direalisasikan. Atribut Jaminan produk
mengintepretasikan jawaban responden mengenaai sertifikasi BPOM, dan halal
MUI.
Untuk variable saluran distribusi, pengenalan produk, dan harga hanya
memiliki satu atribut karena dari masing-masing responden hanya diambil satu
jawaban. Hal tersebut bertujuan agar produk Oriza memiliki satu fokus pada saluran
distribusi, pengenalan produk, dan harga.
Tabel 6 Matriks demand quality
Variabel
Atribut
Nilai produk
Memulenkan
Aroma pandan
Rasa nasi lebih lezat
Tambahan kalsium
Indeks Glikemik rendah
Tanpa bahan pengawet
Bebas MSG
Kemasan
Bentuk kemasan
Desain kemasan menarik
Komposisi tertera jelas
Informasi gizi
Cara penggunaan tertera jelas
Jaminan produk
Saluran distribusi
Produk tersedia di toko swalayan
terdekat
Pengenalan produk
Ulasan produk dalam artikel kesehatan
online
Harga
Kesesuaian harga

19

Setelah demand quality tersusun, selanjutnya dilakukan wawancara untuk
memperoleh tingkat kepentingan atribut dan nilai kepuasan konsumen. Wawancara
yang dilakukan merupakan wawancara tersetruktur, form wawancara tingkat
kepentingan atribut dapat dilihat pada Lampiran 3. Wawancara dilakukan kepada
50 responden. Responden tersebut merupakan responden potensial yang sama pada
wawancara tahap satu. Jika ada responden yang tidak dapat ditemui untuk
wawancara, maka dicari responden baru dengan karakter yang serupa, yaitu
konsumen nasi merah yang tidak menyukai rasa nasi merah dan minat terhadap
produk pemulen nasi.
Data hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran 4. Data pada Lampiran 4
dihitung rata-ratanya kemudian dirangkum seperti yang ada pada Tabel 7. Tingkat
kepentingan yang bernilai satu menunjukan bahwa atribut merupakan faktor
pertimbangan sangat tidak penting atau sama sekali tidak berpengaruh dalam
mengambil keputusan membeli produk bahan tambahan pangan. Nilai kepentingan
meningkat sampai angka lima yang berarti atribut merupakan faktor paling utama
atau sangat penting dalam pertimbangan memilih produk pemulen nasi.
Tabel 7 Hasil rekapitulasi tingkat kepentingan atribut dan nilai produk
Tingkat
Variable
Atribut
kepentingan
Nilai produk
Memulenkan
4
Aroma pandan
3
Tambahan kalsium
3
Rasa nasi lebih lezat
4
Indeks Glikemik rendah
4
Tanpa bahan pengawet
4
Bebas MSG
4
Kemasan
Cara penggunaan tertera
4
jelas
Komposisi tertera jelas
4
Informasi gizi
4
Desain kemasan menarik
4
Bentuk kemasan
3
Jaminan produk
5
Saluran distribusi
Produk tersedia di toko
4
swalayan terdekat
Pengenalan produk
Ulasan produk dalam artikel
5
kesehatan
Harga
Kesesuaian harga
3

b.

Penyusunan kegiatan teknis
Langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu mengidentifikasi kegiatan teknis.
Dalam mengevaluasi produk, keinginan konsumen diterjemahkan kedalam
parameter teknis yang relevan dan terukur, sehingga perusahaan mengetahui
kegiatan teknis apa yang perlu ditingkatkan untuk mencapai target perusahaan.
Kegiatan teknis ini disusun berdasarkan diskusi dengan pihak internal perusahaan

20

yang membuat produk Oriza. Hasil penyusunan kegiatan teknis dapat dilihat pada
Tabel 8. Kegiatan teknis primer merupakan teknis utama dalam pembuatan produk,
sedangkan kegiatan teknis sekunder merupakan rincian dari kegiatan utama.
Tabel 8 Kegiatan teknis pembuatan produk Oriza
Kegiatan teknis primer
Kegiatan teknis sekunder
Persiapan
Seleksi bahan baku
Formulasi produk
Pencampuran
Pengeringan essen pandan
Mixing produk
Pengeringan produk
Pengemasan
Desain kemasan
Pengisian produk
Sealing
Uji produk
Uji kualitas produk
Perencanaan penjualan
Perhitungan HPP
Distribusi
Pengenalan produk
c.

Hubungan antara atribut harapan konsumen dengan kegiatan teknis
Matriks ini menggambarkan persepsi pihak internal mengenai keterkaitan
antara kegiatan teknis dan harapan konsumen. Derajat keeratan hubungan antara
teknis dengan harapan konsumen digambarkan dengan skala satu hingga lima. Nilai
satu menunjukan bahwa kegiatan teknis berpengaruh sangat lemah terhadap atribut.
Derajat keeratan semakin kuat seiring dengan meningkatnya nilai skala. Nilai lima
artinya kegiatan teknis memiliki hubungan sangat kuat dengan harapan konsumen.
d.

Matriks perencanaan
Matriks ini menggambarkan penilaian konsumen terhadap produk dan target
pencapaian perusahaan terhadap suatu atribut. Penilaian produk menunjukan
kepuasan responden terhadap atribut produk. Nilai satu men

Dokumen yang terkait

Aplikasi Integrasi Metode Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD) Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan (Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

10 125 85

Perbaikan Rancangan Produk dengan Metode Concurrent Function Deployment dan TRIZ

3 100 53

Integrasi Metode QFD (Quality Function Deployment) dan AHP (Analytic Hierarchy Process) untuk Meningkatkan Kualitas Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik (Studi Kasus : di PT. Oleochem and Soap Industri)

9 100 164

Integrasi Metode QFD (Quality Function Deployment) dan AHP (Analytic Hierarchy Process) untuk Meningkatkan Kualitas Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik (Studi Kasus : Di PT. Oleochem and Soap Industri)

18 109 164

Penerapan Metode Kano, Quality Function Deployment Dan Value Engineering Untuk Peningkatan Mutu Produk Sarung Tangan Karet

11 73 101

Aplikasi Kansei Engineering Dan Quality Function Deployment (QFD) Serta Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Pada Instalasi Hemodialisis

9 92 70

Strategi Perbaikan Kualitas Pelayanan Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Pendekatan Blue Ocean Strategy di LotteMart Wholesale Medan

13 167 189

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

15 91 169

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Metode QFD (Quality Function Deployment) Dengan Pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process) Dan Memperhatikan Prinsip Ergonomi Di PT. Carsurindo

7 83 212

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

10 99 227