PENGARUH KONSENTRASI BENZILADENIN (BA)TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS PADA PENYETEKAN DRACAENA (Dracaena compacta)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI BENZILADENIN (BA) TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS PADA PENYETEKAN

DRACAENA (Dracaena compacta)

Oleh

EVIN LISTARINI WINDIARTI

Dracaena merupakan tanaman hias daerah tropis yang selama ini hanya ditanam sebagai tanaman border. Perbanyakan dracaena umumnya dilakukan dari setek batang dengan jumlah tunas yang tumbuh hanya sedikit. Dracaena memiliki potensi sebagai bunga pot. Untuk mendapatkan bunga pot dracaena yang rimbun dan kompak, diperlukan pertumbuhan tunas yang banyak saat penyetekan. Salah satu cara untuk merangsang pertumbuhan tunas adalah dengan mengaplikasikan zat pengatur tumbuh Benziladenin (BA).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi BA yang memberi pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tunas pada penyetekan dracaena. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei sampai Agustus 2014 di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini

menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan tunggal yang diulang tiga kali. Pengelompokan dilakukan berdasarkan diameter setek, yaitu besar, sedang, dan kecil. Perlakuan yang diberikan terdiri dari enam taraf


(2)

EVIN LISTARINI WINDIARTI

konsentrasi, yaitu 0 ppm, 30 ppm, 60 ppm, 90 ppm, 120 ppm, dan150 ppm. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet, aditivitas data diuji dengan uji Tukey, dan perbedaan nilai tengah diuji dengan uji Polinomial Ortogonal pada taraf 5 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian benziladenin (BA) 0-150 ppm tidak berpengaruh nyata terhadap waktu muncul tunas, jumlah mata tunas, jumlah tunas, tinggi tanaman, panjang tunas, diameter tunas, tingkat kehijauan daun, dan kekompakan penampilan tanaman dracaena. Pengelompokan berdasarkan diameter setek berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, jumlah akar, panjang akar, panjang tunas, diameter tunas, tingkat kehijauan daun, dan kekompakan penampilan, namun tidak berpengaruh nyata terhadap waktu muncul tunas dan mata tunas tanaman dracaena.


(3)

PENGARUH KONSENTRASI BENZILADENIN (BA) TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS

PADA PENYETEKAN DRACAENA (Dracaena compacta)

(Skripsi)

Oleh

EVIN LISTARINI WINDIARTI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Bangunsari, Kecamatan Buay Madang Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan pada 22 Juli 1992. Penulis adalah anak bungsu dari lima bersaudara dari Bapak Sugiyono dan Ibu S. Heriyanti.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak“Mas Ton”Sumberharjo, Kecamatan Buay Madang Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur pada 1998. Pada 2004, penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN 1 Sumberharjo, Kecamatan Buay Madang Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Penulis melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMPN 1 Buay Bahuga, Kecamatan Buay Bahuga, Kabupaten Way Kanan dan lulus pada 2007. Penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 7 Bandar Lampung pada 2010.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa reguler Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama di bangku perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan. Pada 2010–2011, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (UKM


(8)

BEM FP). Pada 2010–2013, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian (UKMF LS-MATA).

Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias, Cipanas, Jawa Barat pada Juli-Agustus 2013. Selama menjadi mahasiswa, penulis menjadi asisten praktikum beberapa mata kuliah, yaitu: Pembiakan Tanaman D3 Perkebunan (2013), Bahasa Indonesia (2013/2014), dan Dasar-dasar Budidaya Tanaman (2014/2015). Pada Januari 2014, penulis

mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata Universitas Lampung di Desa Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan.


(9)

Aku persembahkan karya ini kepada:

Kedua orangtuaku

Bapak Sugiyono dan Ibu S. Heriyanti yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang,

perhatian, didikan, nasihat, kesabaran, motivasi, serta doa yang tiada henti;

Bude Satiyem yang telah mencurahkan kasih sayang, pengertian,

perhatian, kesabaran, dan doa selama ini;

Keempat saudara kandungku Mas Anton, Mbak Lilis, Mbak Wiwin, dan Mas Ari,

terima kasih atas segala dukungan, perhatian, kasih sayang selama ini;

Sahabat-sahabat yang selalu setia di saat suka dan duka,

terima kasih atas bantuan, dukungan, motivasi, dan

pengorbanan yang telah kalian berikan selama ini;

Saudara-saudaraku yang selalu memberikan motivasi,

doa, dukungan, dan perhatian selama ini; serta

Almamater tercinta.

Universitas Lampung


(10)

“ When the solution is simple, God is answering” (Albert Einstein)

“Kita bisa karena terbiasa, kita hebat karena terlatih, kita sukses karena berusaha dan berdoa”

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (Q.S. Al-Insyirah: 5)


(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat, karunia, hidayah, dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul“PENGARUH KONSENTRASI BENZILADENIN

(BA) TERHADAP PERTUMBUHAN TUNASDRACAENA (Dracaena compacta)”

Penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, arahan, saran, dan dorongan dari berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Rugayah, M.P., selaku Pembimbing Pertama yang telah memberikan bimbingan, motivasi, nasehat, arahan, dan kritik selama penelitian dan proses penyelesaian skripsi ini;

2. Ir. Setyo Widagdo, M.Si., selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan, motivasi, nasehat, arahan, dan kritik selama penelitian dan proses penyelesaian skripsi ini;

3. Sri Ramadiana, S.P., M.Si., selaku Penguji atas saran selama penelitian dan penyelesaian skripsi;

4. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S., selaku Dekan Fakultas Partanian Universitas Lampung;

5. Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi;


(12)

6. Ir. Sugiyatno, M.P., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingannya;

7. Kedua orang tuaku: Ayahanda dan Ibunda yang tercinta atas segala cinta kasih, semangat, dukungan, dan doa tulus yang diberikan, serta pengorbanan yang tiada pernah putus diberikan;

8. Kakak-kakakku tersayang atas segala cinta kasih, semangat, dan dukungan, serta doa tulus yang diberikan;

9. Sahabat seperjuangan penelitian: Septianing Diah Awalia, Adawiyah Timur, Annisa Edward, Oktariza Permana, Anis Juli Astuti, Fadhillah Asih Fitriyana, Fidya Gustriyana, dan Hafizi Romli. Terima kasih atas kerjasama dan

kebersamaan mereka selama penelitian;

10.Keluarga besar AGT B ’10, terima kasih atas kekeluargaan dan kebersamaan selama ini;

11.Keluarga besar D3 Perkebunan ’12, terima kasih atas bantuan selama penelitian;

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 15 April 2015 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran ... 5

1.5 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena ... 7

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Dracaena ... 8

2.3 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) ... 8

2.4 Perbanyakan Vegetatif Setek Batang ... 10

III. METODE PENELITIAN ... 13

3.1 Tempat dan Waktu ... 13

3.2 Bahan dan Alat ... 13

3.3 Metode Percobaan ... 13

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 14


(14)

ii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Hasil Penelitian ... 21

4.1.1 Gambaran Umum ... 21

4.1.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman ... 24

4.1.2.1 Waktu muncul tunas ... 24

4.1.2.2 Jumlah mata tunas... 25

4.1.2.3 Jumlah tunas ... 26

4.1.2.4 Persentase mata tunas menjadi tunas ... 27

4.1.2.5 Jumlah akar ... 27

4.1.2.6 Panjang akar ... 28

4.1.2.7 Panjang tunas ... 29

4.1.2.8 Diameter tunas ... 31

4.1.2.9 Tingkat kehijauan daun ... 32

4.1.3.0 Kekompakan penampilan ... 33

4.1 Pembahasan ... 35

5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

PUSTAKA ACUAN ... 43

LAMPIRAN ... 47 Tabel 11–54 ... 47–68 Gambar 10–16 ... 69–71


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Koefisien Polinomial Ortogonal. ... 14 2. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi BA dan

kelompok/diameter setek terhadap pertumbuhan setek

dracaena. ... 24 3. Hasil analisis uji polinomial ortogonal pengaruh konsentrasi BA

terhadap pertumbuhan dracaena. ... 25 4. Pengaruh konsentrasi BA terhadap pertumbuhan setek

dracaena. ... 25 5. Pengaruh pengelompokan berdasarkan diameter setek terhadap

pertumbuhan dracaena. ... 26 6. Pengaruh konsentrasi BA terhadap jumlah mata tunas, jumlah

tunas, dan persentase mata tunas menjadi tunas dracaena pada

saat pindah tanam. ... 27 7. Pengaruh konsentrasi BA terhadap panjang tunas dracaena

(cm) pada minggu ke-1 sampai minggu ke-8 setelah pindah

tanam. ... 29 8. Pengaruh kelompok/diameter setek terhadap panjang tunas

dracaena (cm) pada minggu ke-1 sampai minggu ke-8 setelah

pindah tanam. ... 30 9. Pengaruh konsentrasi BA terhadap diameter tunas dracaena

(cm) pada minggu ke-4 sampai minggu ke-8 setelah pindah

tanam. ... 31 10. Pengaruh kelompok/diameter setek terhadap diameter tunas

dracaena (cm) pada minggu ke-4 sampai minggu ke-8 setelah


(16)

iv 11. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi BA terhadap waktu

muncul tunas tanaman dracaena. ... 47 12. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap

waktu muncul tunas tanaman dracaena. ... 47 13. Analisis ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap waktu

muncul tunas tanaman dracaena. ... 48 14. Uji polinomial ortogonal pengaruh konsentrasi BA terhadap

waktu muncul tunas tanaman dracaena. ... 48 15. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi BA terhadap jumlah

mata tunas tanaman dracaena pada saat pindah tanam. ... 49 16. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap

jumlah mata tunas tanaman dracaena pada saat pindah

tanam. ... 49 17. Analisis ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap jumlah mata

tunas tanaman dracaena pada saat pindah tanam. ... 50 18. Uji polinomial ortogonal pengaruh konsentrasi BA terhadap

jumlah mata tunas tanaman dracaena pada saat pindah

tanam. ... 50 19. Hasil transformasi xpengaruh konsentrasi BA terhadap jumlah

mata tunas tanaman dracaena pada saat pindah tanam. ... 51 20. Uji homogenitas transformasi xpengaruh konsentrasi BA

terhadap jumlah mata tunas tanaman dracaena pada saat pindah

tanam. ... 51 21. Analisis ragam transformasi xpengaruh konsentrasi BA

terhadap jumlah mata tunas tanaman dracaena pada saat

pindah tanam. ... 52 22. Uji polinomial ortogonal transformasi xpengaruh konsentrasi

BA terhadap jumlah mata tunas tanaman dracaena pada saat

pindah tanam. ... 52 23. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi BA terhadap jumlah

tunas tanaman dracaena. ... 53 24. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap


(17)

v 25. Analisis ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap jumlah

tunas tanaman dracaena. ... 54 26. Uji polinomial ortogonal pengaruh konsentrasi BA terhadap

jumlah tunas tanaman dracaena. ... 54 27. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi BA terhadap jumlah

akar tanaman dracaena. ... 55 28. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap

jumlah akar tanaman dracaena. ... 55 29. Analisis ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap jumlah akar

tanaman dracaena. ... 56 30. Uji polinomial ortogonal pengaruh konsentrasi BA terhadap

jumlah akar tanaman dracaena. ... 56 31. Hasil transformasi xpengamatan pengaruh konsentrasi BA

terhadap jumlah akar tanaman dracaena. ... 57 32. Hasil transformasi x uji homogenitas ragam pengaruh

konsentrasi BA terhadap jumlah akar tanaman dracaena. ... 57 33. Hasil transformasi xanalisis ragam pengaruh konsentrasi

BA terhadap jumlah akar tanaman dracaena. ... 58 34. Hasil trasformasi xuji polinomial ortogonal pengaruh

konsentrasi BA terhadap jumlah akar tanaman dracaena. ... 58 35. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi BA terhadap panjang

akar tanaman dracaena. ... 59 36. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap

panjang akar tanaman dracaena. ... 59 37. Analisis ragam pengaruh konsentrasi BA ter hadap panjang

akar tanaman dracaena. ... 60 38. Uji polinomial ortogonal pengaruh konsentrasi BA terhadap

panjang akar tanaman dracaena. ... 60 39. Uji Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi BA terhadap

panjang tunas tanaman dracaena pada minggu ke-4 setelah


(18)

vi 40. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap

panjang tunas tanaman dracaena pada minggu ke-4 setelah

pindah tanam. ... 61 41. Analisis ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap panjang

tunas tanaman dracaena pada minggu ke-4 setelah pindah

tanam. ... 62 42. Uji polinomial ortogonal pengaruh konsentrasi BA terhadap

panjang tunas tanaman dracaena pada minggu ke-4 setelah

pindah tanam. ... 62 43. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi BA terhadap

diameter tunas tanaman dracaena pada minggu ke-5 setelah

pindah tanam. ... 63 44. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap

diameter tunas tanaman dracaena pada minggu ke-5 setelah

pindah tanam. ... 63 45. Analisis ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap diameter

tunas tanaman dracaena pada minggu ke-5 setelah pindah

tanam. ... 64 46. Uji polinomial ortogonal pengaruh konsentrasi BA terhadap

diameter tunas tanaman dracaena pada minggu ke-5 setelah

pindah tanam. ... 64 47. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi BA terhadap tingkat

kehijauan daun tanaman dracaena. ... 65 48. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap

tingkat kehijauan daun tanaman dracaena. ... 65 49. Analisis ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap tingkat

kehijauan daun tanaman dracaena. ... 66 50. Uji polinomial ortogonal pengaruh konsentrasi BA terhadap

kehijauan daun tanaman dracaena. ... 66 51. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi BA terhadap

kekompakan penampilan tanaman dracaena. ... 67 52. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap

kekompakan penampilan tanaman dracaena. ... 67 53. Analisis ragam pengaruh konsentrasi BA terhadap


(19)

vii 54. Uji polinomial ortogonal pengaruh konsentrasi BA terhadap


(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Penampilan dracaena: tumbuh secara alamiah (a) dan hasil

setek yang telah ditanam dalam pot (b). ... 3 2. Rumus bangun Benziladenin. ... 9 3. Bahan tanam batang setek dracaena yang siap aplikasi. ... 17 4. Penampilan pertumbuhan tanaman dracaena dari berbagai

diameter setek saat pindah tanam. ... 22 5. Pengaruh konsentrasi Benziladenin terhadap jumlah akar

dracaena. ... 28 6. Panjang tunas dracaena pada saat pindah tanam sampai 8

minggu setelah pindah tanam (mspt). ... 30 7. Penambahan diameter tunas dracaena selama 4 minggu

setelah pindah tanam sampai 8 minggu setelah pindah tanam

(mspt). ... 32 8. Pengaruh konsentrasi Benziladenin terhadap tingkat

kehijauan daun dracaena. ... 33 9. Penampilan hasil penyetekan dracaena pada perlakuan BA

60, 90, dan 120 ppm pada umur 10 minggu setelah pindah

tanam. ... 34 10. Tata letak percobaan. ... 69 11. Setek dracaena yang terserang jamur sehingga mengalami

pembusukan ... 69 12. Tunas dracaena yang tumbuh lebih dari tiga tunas (a) dan


(21)

ix 13. Dracaena yang tidak normal. ... 70 14. Kondisi dracaena pada saat aplikasi (a) dan tanaman

berumur 4 minggu setelah aplikasi (b). ... 70 15. Kondisi dracaena pada saat umur 2 minggu setelah pindah

tanam (a) dan tanaman berumur 4 minggu setelah pindah

tanam (b). ... 71 16. Kondisi dracaena pada saat umur 8 minggu setelah pindah


(22)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Dracaena merupakan tanaman hias perdu yang tergolong dalam familiLiliaceae. Dracaena memiliki helai daun yang indah dan mudah dibudidayakan. Selain berfungsi sebagai tanaman hias, dracaena juga berfungsi sebagai penyerap polusi udara misalnya NO2yang mencemari udara (Ligiarifani, 2009).

Permintaan konsumen baik di dalam negeri maupun luar negeri terhadap dracaena cukup besar. Sebagai tanaman hias, dracaena yang tergolong tanaman hias daun memiliki keunggulan, yaitu daun potong yang cantik, indah, lembut, dan

menawan dengan warna hijau bercampur merah marun. Dracaena memiliki banyak manfaat, antara lain: (1) sebagai bahan baku buket para desainer perangkai bunga dan daun potong, (2) sebagaibackgrounddekorasi pada acara tertentu, misalnya pesta perkawinan, pembukaan kantor baru, acara seremonial lain, (3) sebagai bahan pengganti asparagus untuk membuat korsase/rangkaian bunga yang biasanya digunakan sebagai penghias kebaya, dan (4) sebagai“pemanis”,

finishing, dan pemantul warna (Direktorat Budidaya Tanaman Hias, 2009).

Manfaat yang banyak dari dracaena memberi peluang yang besar untuk memenuhi permintaan pasar, baik dalam maupun luar negeri.


(23)

2 Dracaena yang merupakan tanaman hias penghasil daun potong banyak diminati pasar dalam dan luar negeri. Meskipun masih sangat sedikit, yaitu sekitar 0,2% dari nilai pasar dunia, Indonesia sudah tercatat sejak 1994 masuk statistik florikultura sebagai pemasok daun potong. Jumlah seluruh perdagangan dunia florikultura Indonesia di pasar internasional pada 1996 adalah US $ 1.555.000. Sebagian besar yang ditransaksikan adalah daun potong bernilai US $ 776.000 atau 49%, bunga potong bernilai US $ 175.000 atau 11%, dan sisanya adalah produk lain (Asosiasi Bunga Indonesia, 1997).

Dracaena biasanya ditanam di rumah kaca (Bailey, 1984). Namun, dracaena harus dibudidayakan di ruang terbuka untuk memperoleh daun yang bagus, yaitu berwarna merah marun dan mengkilap. Intensitas cahaya yang diterima tanaman berpengaruh terhadap keindahan warna dan kelenturan daun dracaena.

Dracaena umumnya dimanfaatkan sebagai tanaman hias luar ruangan, tetapi bisa juga sebagai tanaman hias dalam ruangan yang sifatnya sementara. Dracaena biasanya diperbanyak dengan cara setek batang. Secara alami, tanaman ini selalu tumbuh rimbun dengan menumbuhkan anakan baru. Anakan baru dracaena muncul secara alami di dekat induknya. Anakan baru biasanya hanya memiliki satu batang yang panjang. Dracaena yang ditanam pada media tanah akan tumbuh dengan satu batang yang panjang hingga ± 1,5 m (Gambar 1a).


(24)

3

(a) (b)

Gambar 1. Penampilan dracaena: tumbuh secara alamiah (a) dan hasil setek yang telah ditanam dalam pot (b).

Dracaena dalam bentuk bunga pot terlihat indah bila ditanam secara kelompok yang rimbun. Kriteria dracaena sebagai bunga pot adalah memiliki tinggi tanaman ± 1–2 kali dari tinggi pot, berdaun rimbun dengan warna mengkilap, dan daun menutupi media (Gambar 1b). Untuk mendapatkan penampilan dracaena yang kompak dalam satu pot, perlu batang setek yang lebih banyak. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan bahan tanam juga banyak. Tanaman yang terlihat lebih lebat meskipun dari bahan tanaman sedikit dapat diperoleh dengan cara memperbanyak tunas pada penyetekan dracaena. Salah satu cara untuk merangsang pertumbuhan tunas adalah dengan mengaplikasikan zat pengatur tumbuh benziladenin (BA). Benziladenin merupakan hormon sitokinin sintetik yang salah satu fungsinya untuk memacu pembelahan dan pembesaran sel (Siregar, 2013). Pemberian BA pada dracaena diharapkan dapat merangsang pertumbuhan mata tunas yang dorman, agar hasil setekan dracaena terlihat lebih cantik dan memiliki daun yang lebat. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah berapakah konsentrasi BA yang mampu memberi pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tunas pada penyetekan dracaena.


(25)

4 1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi BA yang memberi pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tunas pada penyetekan dracaena.

1.3 Landasan Teori

Dracaena compactamerupakan tanaman hias berdaun indah yang mempunyai

bentuk daun kecil berwarna hijau bercampur merah marun. Saat ini, dracaena banyak dibudidayakan namun bentuknya kurang menarik. Dracaena hanya memiliki satu batang yang panjang, posisi daun yang dominan terdapat di pucuk, dan tunas tidak tumbuh merata di seluruh batang. Untuk menghasilkan dracaena dalam bentuk bunga pot dengan kondisi yang rimbun dan kompak, memerlukan pertumbuhan tunas yang banyak saat penyetekan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menumbuhkan banyak tunas melalui pemberian benziladenin (BA).

Benziladenin adalah zat pengatur tumbuh kelompok sitokinin yang berfungsi meningkatkan laju pembelahan sel meristem pada mata tunas, sehingga memacu perkembangan dan pertumbuhan tunas (Pary, 2010). Penambahan BA tunggal dan kombinasi BA dengan Thidiazuron (TDZ) ke dalam media kultur jaringan menghasilkan pengaruh yang beragam pada media subkultur yang berbeda terhadap multiplikasi tunas (eksplan) piretrum klon Prau-6 (Rostiana, 2007). Penelitian Yenisbar, Yarni, dan Amelia (2013) menunjukkan bahwa konsentrasi BA 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 dan 5,0 ppm yang ditambahkan ke dalam media berpengaruh nyata terhadap multiplikasi tunas, panjang tunas, dan jumlah tunas inggu/aruda pada media MS ¾.


(26)

5 Pemberian BA masih jarang dilakukan pada penelitian di lapangan. Penelitian yang telah dilakukan adalah pada tanaman aglaonema, anthurium, pisang muli, kamboja jepang, dan gladiol. Perlakuan BA 100–150 ppm pada tanaman aglaonema dan anthurium dapat mempercepat waktu muncul anakan dan meningkatkan jumlah anakan (Afriyanti, 2009). Penggunaan BA pada tanaman kamboja jepang dengan konsentrasi 75–300 ppm menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi jumlah tunas semakin sedikit (Supartik, 2005). Penelitian Sumarmi (2011) menunjukkan bahwa aplikasi 50 ppm BA pada tanaman pisang muli menghasilkan tunas terbanyak dibandingkan BA 25 ppm dan 100 ppm. Hasil penelitian Nuryanti (2012) menunjukkan bahwa aplikasi BA pada tanaman gladiol dengan konsentrasi 60 ppm menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu 4,21 tunas, dibandingkan dengan BA 50 ppm dengan jumlah 3,75 tunas, dan BA 40 ppm yang menghasilkan 1,19 tunas.

1.4 Kerangka Pemikiran

Dracaena merupakan tanaman daerah tropis. Dracaena diperbanyak masyarakat dengan setek batang, namun tidak menghasilkan tunas-tunas baru di atas setek batang. Tunas baru dracaena muncul dari permukaan tanah yang dekat dengan tanaman induknya, sehingga terlihat tidak rimbun. Dracaena terlihat rimbun bila dipangkas. Pada tahap awal penyetekan, untuk membuat dracaena rimbun dapat dilakukan dengan memacu tumbuhnya mata tunas. Salah satu cara untuk memacu tumbuhnya mata tunas pada perbanyakan dracaena adalah dengan cara setek disertai dengan penambahan zat pengatur tumbuh sitokinin pada ujung setek batang. Salah satu jenis sitokinin yang dapat digunakan adalah benziladenin.


(27)

6 Menurut Wattimena (1988), benziladenin paling efektif dan aktif untuk

merangsang perbanyakan tunas.

Benziladenin telah lazim digunakan pada kultur jaringan. Namun, penggunaan BA masih jarang digunakan untuk penggunaan langsung pada tanaman.

Penggunaan BA langsung pada tanaman yang sudah dilakukan adalah pada tanaman aglaonema, anthurium, kamboja jepang, gladiol, dan pisang dengan konsentrasi lebih tinggi daripada kultur jaringan. Aplikasi BA langsung pada tanaman akan lebih mudah diterapkan oleh masyarakat, karena hanya

menggunakan BA sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan dan tidak memerlukan bahan-bahan kimia seperti pada teknik perbanyakan dengan kultur jaringan. Aplikasi BA menghasilkan pengaruh yang berbeda terhadap

pertumbuhan tunas pada beberapa jenis tanaman, tergantung taraf konsentrasinya. Pemberian BA dengan konsentrasi yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan tunas tanaman.

1.5 Hipotesis

Pemberian BA dengan konsentrasi 60 ppm menghasilkan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tunas pada penyetekan dracaena.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena

Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai, dan pelepah memeluk batang. Selain itu, daun dracaena bertepi rata, panjang daun 10-20 cm, lebar daun 3-5 cm, pertulangan daun sejajar, permukaan daun licin, dan daun berwarna hijau bercampur merah marun.

Berdasarkan taksonominya, menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2012), dracaena diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi :Spermatophyta Subdivisi :Angiospermae Kelas :Monocotyledoneae Famili :Lyliaceae

Ordo :Lyliales

Genus :Dracaena


(29)

8

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Dracaena

Lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan dracaena adalah pada ketinggian 600 m–1000 m dpl, dengan temperatur 24°C–32°C, pada intensitas cahaya 55– 75%, dan pH tanah 5,5–6,5. Tanaman hias dracaena secara umum dapat ditanam pada setiap jenis tanah. Faktor terpenting adalah tanah tersebut gembur dan berdraenase baik (Direktorat Budidaya Tanaman Hias, 2010).

2.3 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan hormon sintetis dari luar tubuh tanaman. Zat pengatur tumbuh memiliki fungsi untuk merangsang perkecambahan,

pertumbuhan akar, dan tunas. Zat pengatur tumbuh dapat dibagi menjadi

beberapa golongan yaitu auksin, sitokinin, giberelin, dan inhibitor. Zat pengatur tumbuh golongan auksin adalah Indol Asam Asetat (IAA), Indol Asam Butirat (IBA), Naftalen Asam Asetat (NAA), dan 2,4 D Dikhlorofenoksiasetat (2,4 D). Zat pengatur tumbuh yang termasuk golongan sitokinin adalah Kinetin, Zeatin, Ribosil, Benzil Aminopurin (BAP) atau Benziladenin (BA). Zat pengatur tumbuh golongan giberelin yaitu GA 1, GA 2, GA 3, GA 4, sedangkan ZPT yang

termasuk golongan inhibitor adalah fenolik dan asam absisik (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemakaian ZPT antara lain adalah dosis, kedewasaan tanaman, dan lingkungan. Pemberian ZPT pada tanaman yang belum dewasa justru akan memperburuk pertumbuhannya, karena secara fisiologis tanaman tersebut belum mampu berbunga. Faktor lingkungan


(30)

yaitu suhu, kelembaba terhadap aplikasi ZPT tanaman, ZPT yang di dosis ZPT yang tepat d yang kurang atau berl sedangkan dosis yang tanaman (Endah, 2001

Zat pengatur tumbuh atau sistem organ tana hara karena bukan pupuk proses fisiologis pembe akar, batang, daun, bun 1988).

Jenis sitokinin yang se

Adenine) atau BAP (B

murah, dan bisa dister formula molekul C12H Gambar 2.

G

aban, curah hujan, cuaca, dan cahaya sangat ber PT. Bila kondisi lingkungan sesuai dengan kebut

diberikan akan dapat segera diserap tanaman. P pat dapat mempengaruhi proses pembungaan tan u berlebihan menyebabkan pengaruh ZPT menjadi ng tinggi akan menghambat pertumbuhan dan pe h, 2001).

buh dapat mempengaruhi aktivitas jaringan pada naman. Zat pengatur tumbuh tidak memberi ta n pupuk. Fungsi ZPT dalam jaringan tanaman ada

mbelahan dan pemanjangan sel, serta mengatur un, bunga, dan buah (Saptarini, Widiyati, Sari, dan S

sering digunakan untuk multiplikasi tunas ada

(Benzyl Amino Purine), karena efektifitasnya t

sterilisasi (Andriana, 2005). Benziladenin mem 2H11N5dengan rumus bangun sebagaimana dis

Gambar 2. Rumus bangun Benziladenin.

9

berpengaruh ebutuhan n. Penggunaan n tanaman. Dosis

di hilang, n perkembangan

da berbagai organ i tambahan unsur n adalah mengatur tur pertumbuhan , dan Sarwono,

s adalah BA (Benzyl a tinggi, harganya

miliki susunan disajikan pada


(31)

10

Penambahan sitokinin (Benziladenin atau Thidiazuron) ke dalam media tanaman piretrum pada kultur jaringan menunjukkan bahwa sitokinin dalam konsentrasi yang tinggi (1-10 mg/l) dapat menginduksi pembentukan tunas adventif, tetapi menghambat pembentukan akar (Rostiana, 2007). Sitokinin juga dapat

meningkatkan pembentukan tunas aksilar dengan cara menurunkan dominasi apikal. Sitokinin berperan dalam pembelahan sel. Sitokinin alami adalah zeatin dan 2iP sedangkan sitokinin buatan adalah BA, BAP, adenine, dan kinetin (Sudarmo, 1991).

2.4 Perbanyakan Vegetatif Setek Batang

Setek (cutting) diartikan sebagai suatu perlakuan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian dari tanaman, yaitu daun, tunas, batang, dan akar, agar bagian-bagian tersebut membentuk akar tanaman baru. Perbanyakan dengan setek antara lain untuk menanggulangi tanaman-tanaman hias yang tidak mungkin

diperbanyak dengan biji, memudahkan dan mempercepat pembiakan tanaman, serta mempertahankan klon unggul (Rukmana, 1997). Perbanyakan tanaman dengan setek merupakan cara pembiakan tanaman yang cepat, mudah, dan sedehana. Bagi penangkar tanaman hias, pembiakan dengan cara setek

mempunyai arti sangat penting, sebab dengan bahan tanaman yang sangat sedikit dapat dihasilkan jumlah bibit yang banyak. Selain itu, bibit tanaman hasil setek akan seragam dalam ukuran tinggi, umur, dan ketahanan terhadap penyakit (Rukmana, 1995).

Perbanyakan tanaman hias dracaena secara vegetatif memiliki tingkat


(32)

11

relatif sama. Selain itu, perbanyakan tanaman hias secara vegetatif menghasilkan sifat yang identik dengan tanaman induk, jumlah tanaman baru yang dihasilkan relatif banyak dalam kurun waktu yang singkat, dan pertumbuhannya pun

cenderung cepat. Setek merupakan perbanyakan tanaman menggunakan potongan tanaman induk. Bahan untuk setek dapat berupa batang, daun, bagian daun, dan akar. Waktu yang tepat untuk mengambil potongan tanaman adalah pada pagi hari karena tanaman sedang dalam keadaan segar. Jika tanaman tidak akan langsung ditanam, sebaiknya bahan setek dilapisi kantong plastik dan handuk basah dapat agar tetap segar. Ukuran setek pada tanaman melati putih biasanya ± 15 cm dan dipotong menggunakan pisau yang tipis dan tajam. Pisau perlu

dicelupkan ke dalam alkohol 70% atau fungisida dengan dosis 2 g/L setiap kali untuk memotong tanaman. Tujuan pencelupan pisau adalah untuk menghindarkan penyebaran penyakit dari tanaman yang sakit ke tanaman yang sehat (Harijanto dan Rakhmania, 2007).

Keuntungan perbanyakan dengan setek adalah: (1) menghasilkan bibit yang sempurna, yaitu terdapat akar, batang, dan daun, (2) waktu penyiapan bibit relatif singkat, dan (3) keturunan tanaman bersifat serupa dengan induknya (Rukmana, 1995). Selain memiliki keunggulan, perbanyakan tanaman secara setek juga memiliki kelemahan baik secara fisiologis maupun morfologi. Perbanyakan tanaman secara setek memiliki perakaran dangkal dan tidak memiliki akar tunggang. Tanaman hasil setek mudah roboh saat terjadi angin kencang. Apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan kekeringan (Frasiskus, 2006).


(33)

12

Setek batang merupakan salah satu perbanyakan vegetatif tanaman dengan mengunakan potongan batang, cabang, atau ranting tanaman induknya. Setek batang disebut juga sebagai setek kayu atau setek ranting. Setek batang banyak digunakan untuk memperbanyak tanaman hias dan tanaman buah. Bahan cabang atau ranting yang digunakan untuk bahan setek sebaiknya tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Batang, cabang, atau ranting yang tua umumnya berwarna kecoklatan, keras, dan bagian luarnya tertutup jaringan kulit yang sudah mati. Batang, cabang, dan ranting yang muda akan berwarna keputih-putihan dan lunak (Rahardja dan Wiryanta, 2004).

Berdasarkan cara penanaman saat pengakaran, setek dibagi menjadi dua macam yaitu setek komunal dan setek individu. Pada setek komunal, batang setek ditanam secara bersama-sama dalam satu wadah (pot). Cara ini membantu menjaga kelembaban di sekitar setek. Pada setek individu, setiap batang setek ditanam terpisah. Setek individu biasanya dilakukan pada tanaman yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap serangan jamur atau bakteri, misalnyaDipladeniasp.


(34)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan pada Mei–Agustus 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah setekDracaena

compacta, Benziladenin (BA), HCl 1N, aquades, pasir vulkanik, tanah , pupuk

kandang, sekam, pupuk NPK (16:16:16), fungisida dengan bahan aktif Mankozeb 80%, dan insektisida dengan bahan aktif Profenofos 500 g/L. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pot plastik berdiameter 25 cm, plastik, kapas, ember, gunting/cutter, label, gelas ukur, cangkul, jangka sorong, meteran,

penggaris,magnetic stirrer, pH meter, timbangan, danhandsprayer.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan tunggal dengan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah


(35)

14 b3(90 ppm), b4(120 ppm), dan b5(150 ppm). Setiap perlakuan pada tiap ulangan terdiri dari dua pot. Tata letak percobaan disajikan pada Gambar 10 (Lampiran).

Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet, sedangkan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Polinomial Ortogonal pada taraf 5%. Koefisien Polinomial Ortogonal disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Koefisien Polinomial Ortogonal.

Respon

Koefisien Polinomial Ortogonal

0 ppm 30 ppm 60 ppm 90 ppm 120 ppm 150 ppm

Linier -5 -3 -1 +1 +3 +5

Kuadratik +5 -1 -4 -4 -1 +5

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pembuatan Larutan Benziladenin

Langkah–langkah yang dilakukan dalam membuat larutan BA dengan konsentrasi 0 ppm, 30 ppm, 60 ppm, 90 ppm, 120 ppm, dan 150 ppm adalah membuat larutan stok terlebih dahulu. Larutan stok yang dibuat adalah 300 ppm.

Langkah-langkah membuat larutan stok 300 ppm adalah:

(1) Menimbang 0,3 g BA kemudian dilarutkan dengan HCl 1 N sebanyak 9 ml. Hal tersebut dilakukan karena BA bersifat basa, sehingga perlu dilarutkan dengan larutan yang asam supaya tidak terjadi penggumpalan,


(36)

15 (2) Benziladenin yang telah dilarutkan dengan HCl 1 N dihomogenkan

menggunalanmagnetic stirrer dengan menambahkan aquades 20 ml.

(3) Benziladenin yang telah diencerkan ditera dengan aquades hingga volume 1 L dan dilakukan pengukuran pH sampai 5,8. Jika pH lebih dari 5,8, larutan BA diturunkan pH-nya dengan menambahkan HCl dan jika pH kurang dari 5,8, larutan BA ditambahkan KOH sehingga pH mencapai 5,8.

Larutan stok BA digunakan untuk membuat larutan 0 ppm, 30 ppm, 60 ppm, 90 ppm, 120 ppm, dan 150 ppm. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

(1) Mengambil larutan stok sesuai dengan konsentrasi yang akan digunakan, dengan perhitungan: V1× C1= V2× C2. V1merupakan volume BA yang akan dibuat, C1merupakan konsentrasi BA yang akan dibuat, V2merupakan volume larutan stok BA yang akan diambil, dan C2merupakan konsentrasi larutan stok BA 300 ppm.

(a) Membuat larutan 30 ppm, larutan stok yang diambil adalah: V1× C1 = V2× C2

250 ml × 30 mg/l = V2× 300 mg/l 7500 ml = 300 V2

V2 = 25 ml (b) Membuat larutan BA 60 ppm:

V1× C1 = V2× C2 250 ml × 60 mg/l = V2× 300 mg/l

15000 ml = 300 V2 V2 = 50 ml


(37)

16 (c) Membuat larutan BA 90 ppm:

V1× C1 = V2× C2 250 ml × 90 mg/l = V2× 300 mg/l

22500 ml = 300 V2 V2 = 75 ml (d) Membuat larutan BA 120 ppm:

V1× C1 = V2× C2 250 ml × 120 mg/l = V2× 300 mg/l

30000 ml = 300 V2 V2 = 100 ml (e) Membuat larutan BA 150 ppm:

V1× C1 = V2× C2 250 ml × 150 mg/l = V2× 300 mg/l

37500 ml = 300 V2 V2 = 125 ml

(2) Larutan yang dibuat selanjutnya dihomogenkan menggunakanmagnetic

stirrerdan ditera hingga volumenya 250 ml dan dilakukan pengukuran pH

sampai 5,8.

3.4.2 Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan untuk persemaian setek adalah menggunakan media pasir vulkanik. Media tanam yang digunakan untuk pindah tanam adalah tanah, sekam mentah, dan bahan organik dari pupuk kandang dengan perbandingan 2:1.

3.4.3 Penyiapan Bahan Tanam

Tanaman yang digunakan adalah berupa batang dracaena dengan ketinggian ± 1 m, yang memiliki warna coklat dan halus di permukaan kulit. Bibit setek tersebut kemudian dipotong-potong dengan panjang 10–12 cm (Gambar 3).


(38)

17

Gambar 3. Bahan tanam batang setek dracaena yang siap diaplikasi Benziladenin.

3.4.4 Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh

Aplikasi ZPT dilakukan pada saat penyemaian setek, dengan cara menempelkan kapas yang telah dibasahi dengan masing-masing konsentrasi, pada bagian ujung setek tanaman. Setiap perlakuan minimal terdiri 6 setek, dan setiap pot diisi dengan 3 setek, dengan masing-masing perlakuan terdiri dari 2 pot.

3.4.5 Penanaman

Penanaman dracaena dilakukan pada media persemaian terlebih dahulu. Media persemaian adalah pasir vulkanik. Penanaman dracaena dilakukan dengan membenamkan ¼ bagian batang dracaena ke dalam media tanam. Tanaman disemai hingga berumur 4 minggu. Selanjutnya, tanaman dracaena dilakukan pindah tanam. Media pindah tanam yang digunakan adalah tanah dan bahan organik.

3.4.6 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi: penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, dan pemupukan.


(39)

18 (1) Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari di pagi dan sore hari bergantung pada cuaca.

(2) Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan tanaman terserang hama dan penyakit. Pengendalian hama dilakukan dengan cara menyikat daun yang terserang hama menggunakan larutan sabun detergen, selain itu pengendalian hama menggunakan insektisida dengan bahan aktif Profenofos 500g/L. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada saat pindah tanam menggunakan fungisida dengan bahan aktif Mankozeb 80%. (3) Pemupukan

Pemupukan dilakukan satu minggu setelah pindah tanam. Pupuk yang diberikan adalah pupuk NPK (16:16:16) dengan dosis 5 g/tanaman.

3.5 Variabel Pengamatan

3.5.1 Pengamatan Awal (persemaian)

Pengamatan awal meliputi: waktu muncul tunas, jumlah mata tunas, jumlah tunas, jumlah akar, dan panjang akar.

(1) Waktu muncul tunas (hari setelah aplikasi/hsa)

Waktu muncul tunas dihitung berdasarkan mulai awal aplikasi BA sampai munculnya tunas dengan tinggi≥ 1 cm.

(2) Jumlah mata tunas (mata tunas)

Jumlah mata tunas yang dihitung adalah yang sudah“mentis”dengan ukuran diameter mata tunas 0,5 cm.


(40)

19 (3) Jumlah tunas (tunas)

Jumlah tunas yang dihitung yaitu tunas yang tumbuh setelah aplikasi BA. Penghitungan jumlah tunas dilakukan pada saat pindah tanam.

(4) Jumlah akar

Jumlah akar yang dihitung adalah akar yang berukuran lebih dari 0,5 mm. Penghitungan jumlah akar dilakukan pada saat pindah tanam.

(5) Panjang akar

Panjang akar diukur dari pangkal tumbuh akar hingga ujung akar terpanjang. Pengukuran dilakukan pada saat pindah tanam.

3.5.2 Pengamatan Akhir (setelah pindah tanam)

Pengamatan akhir meliputi: panjang tunas, diameter tunas, tingkat kehijauan daun dan kekompakan penampilan tanaman.

(1) Panjang tunas (cm)

Pengukuran panjang tunas dilakukan saat pindah tanam hingga akhir percobaan dengan interval 1 minggu. Pengukuran dilakukan mulai pangkal cabang hingga ujung daun terpanjang.

(2) Diameter tunas (cm)

Diameter tunas diukur menggunakan jangka sorong pada setiap tunas yang awal muncul. Pengukuran diameter tunas dilakukan di pangkal cabang. (3) Tingkat kehijauan daun

Pengamatan kehijauan daun dilakukan pada akhir penelitian. Pengamatan dilakukan pada tiga titik, yaitu ujung, tengah, dan pangkal daun. Alat untuk mengukur kehijauan daun yaitu SPAD Klorofilmeter.


(41)

20 (4) Kekompakan penampilan tanaman tiap pot

Kekompakan penampilan tanaman ditentukan berdasarkan penampilan pada gambar/foto. Data kekompakan penampilan diperoleh berdasarkan hasil penilaian dari 10 responden. Skor nilai tanaman adalah: 1= sangat jelek; 2= jelek; 3= cukup baik; 4= lebih dari cukup; 5= baik; dan 6= sangat baik.


(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah:

(1) Aplikasi BA 0-150 ppm tidak berpengaruh nyata terhadap waktu muncul tunas, jumlah mata tunas, jumlah tunas, jumlah akar, panjang akar, diameter tunas, panjang tunas, tingkat kehijauan daun, dan kekompakan penampilan tanaman dracaena.

(2) Pengelompokan berdasarkan diameter setek berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, jumlah akar, panjang akar, panjang tunas, diameter tunas, tingkat kehijauan daun, dan kekompakan penampilan tanaman dracaena. (3) Bahan tanam dari setek berdiameter besar menghasilkan penampilan tanaman

lebih kompak, jumlah tunas lebih banyak, dan warna merah lebih dominan daripada setek yang berdiameter sedang atau berdiameter kecil.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu dilakukan penelitian yang serupa dengan perlakuan perbedaan diameter setek yang dikombinasikan dengan kisaran konsentrasi BA yang lebih rendah (0-60 ppm).


(43)

PUSTAKA ACUAN

Afriyanti, S. 2009. Pengaruh konsentrasi banziladenin (BA) pada pembentukan anakan anthurium dan aglaonema. (Tesis). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 76 hlm.

Andriana, D. 2005. Pengaruh konsentrasi BAP terhadap multiplikasi tunas dan giberelin terhadap kualitas tunas pisang FHIA-17in vitro.(Skripsi). Program Studi Hortikulturan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 35 hlm.

Asosiasi Bunga Indonesia. 1997. Ekspor Florikultura Indonesia. Asbindo. Jakarta. 121 hlm.

Bailey, L. H. 1994. Manual of Cultivated Plants. Memillan Pub. Co. Inc. New York. 384 hlm.

Budianto. 2000. Pengaruh IBA dan berbagai media terhadap pertumbuhan setek

Eucalyptus grandis.(Skripsi). Universitas Sumatera Utara. Medan. 52 hlm.

Curtis O.P. dan D.G. Clair. 1963. An Introduction to Plant Physiology. Mc. Graw Hill Book Co. Inc, New York. London. 752 pp.

Direktorat Budidaya Tanaman Hias. 2009. Standar Operasional Prosedur

Budidaya Dracaena. Direktorat Jenderal Hortikultura. 49 hlm.

Direktorat Budidaya Tanaman Hias. 2010. BudidayaDracaena sanderiana (Suji) danDracaena fragrans massangeana(Hanjuang) sebagai peluang ekspor. Leaflet Dracaena 2010 Jilid 2. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2 hlm.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Informasi Teknis Budidaya Tanaman Pot

dan Lansekap Seri Tanaman Hias Potensial Penyerap Polutan. Direktorat

Budidaya dan Pascapanen Florikultura. 94 hlm.

Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia Indonesia. Jakarta. 72 hlm.


(44)

44

El-Aziz, Nahed G.Abd. 2007. Stimulator effect of NPK fertilizer and

benzyladenin on growth and chemical constituents of Codiaeum variegatum L. plant. J. Agric. & Environ. Sci. 2(6): 711-719.

Endah, H. J. 2001. Membuat Tabulampot Rajin Berbuah. Agromedia Pustaka. Jakarta. 79 hlm.

Frasiskus, H. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman

Buah.Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock International.

452 pp.

Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plant. Terjemahan Herawatu Susilo dan Subiyanto. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 426 hlm.

Harijanto, H. dan N. Rakhmania. 2007. Memperbanyak Tanaman Hias Favorit. Penebar Swadaya. Yogyakarta. Hal 17-35.

Hartmann, H.T. dan D.E. Kester, F.T. Davies, and R.L. Geneve. 2002.Plant

Propagation: Principles and Practices, 7theds. Englewood Cliffs. Prentice

Hall. 727 pp.

Hendaryono, P. S. D. dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan,

Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan secara Vegetatif. Kanisius.

Yogyakarta. 137 hlm.

Hoesen, D. S. H., F. Syarif, dan Witjaksono. 2001. Pembentukan dan

pertumbuhan tunas temu ireng(Curcuma aeruginosaRoxb.)secara in-vitro.

J. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor. 7 (1):24-26.

Howard, B.H. 1996. Relation between shoot growth and rooting of cutting in

three contrasting speciesof ornamental shrubs. J. Hort. Sci. 71: 591-606.

Huik, E. M. 2004. Pengaruh Rootone-F dan ukuran diameter stek terhadap pertumbuhan dari stek batang jati (Tectona grandisL.F). (Skripsi). Universitas Pattimura. Maluku. 57 hlm.

Kusumo. 1984. Zat Pengatur Tumbuh. CV Yasaguna. Jakarta. 76 hlm.

Ligiarifani. 2009. Tumbuhan drasena. http://ligiarifani.wordpress.com/2009/05/ 27/tumbuhan-drasena/. Diakses tanggal 22 Oktober 2013.

Marlin. 2005. Regenerasi in vitro planlet jahe bebas penyakit layu bakteri pada

taraf konsentrasi BAP dan NAA. J. Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.


(45)

45

Nuryanti, R. 2012. Respons varietas gladiol (Gladiolus hybridusL.) terhadap pemberian benziladenin (BA) pada pertumbuhan tunas dan produksi bibit gladiol. (Skripsi). Universitas Lampung Bandar Lampung. 86 hlm.

Pamungkas, F.T., S. Darmanti, dan B. Raharjo. 2009. Pengaruh konsentrasi dan

lama perendaman dalam supernatan Kultur Bacillussp.2 DUCC-BR-K1.3

terhadap pertumbuhan stek horizontal batang jarak pagar(Jatropha curcas

L.). J. Sains & Mat. 17 (3):131-140.

Pary, M. 2010. Tehnik memproduksi mangga diluar musim.

http://www.gerbangpertanian.com/2010/08/tehnik-memproduksi-mangga-diluar-musim.html. Diakses 18 Desember 2013.

Pukesmawati, E.S. 2008. Respon bibit stum mata tidur tanaman karet(Hevea

brasilliensisMull Arg.) terhadap pemberian kinetin. Copyright.

www.bppjambi.info. Diakses 4 Desember 2014.

Rahardja, P. C. dan W. Wiryanta. 2004. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis

Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Hal 39-84.

Rita. 2010. Dracaena angustifoliaroxb (daun suji). http://ritariata.blogspot.com/ 2010/03/dracaena-angustifolia-roxb-daun-suji.html. Diakses pada tanggal 28 Desember 2013.

Rochiman, K. dan S.S. Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bahan Bacaan Pengantar Agronomi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 87 hlm.

Rostiana, O. 2007. Pengaruh benziladenin dan thidiazuron terhadap multiplikasi

tunas piretrum(Chrysanthemum cinerariifoliumTREV.)klon Prau-6 secara

in vitro. J. Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855. 6 (3): 23-28.

________. 2007. Aplikasi sitokinin tipe purin dan yrea pada multiplikasi tunas

anis(Pimpinella anisumL.)in vitro. J. Litri. 13 (1): 1-7.

Rukmana, R. 1995. Seri Tanaman Hias Bugenvil. Kanisius. Yogyakarta. 31 hlm.

__________. 1997. Seri Pembibitan Teknik Perbanyakan Tanaman Hias. Hal 27-35.

Salisbury, F. B dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan ; Perkembangan

Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan. Jilid Tiga. Edisi keempat. Terjemahan

R. Lukman dan Sumaryono. ITB. Bandung. 343 hlm.

Santoso, B. 2011. Pemberian IBA (Indole Butyric Acid) dalam berbagai konsentrasi dan lama perendaman terhadap pertumbuhan stek kepuh

(Sterculia foetidaLinn.). (Skripsi). Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 43


(46)

46

Saptarini, E. Widiyati, L. Sari, dan B. Sarwono. 1988. Membuat Tanaman Cepat

Berbuah. Penebar Swadaya. Depok. 36-61 hlm.

Siregar, H. 2013. Hormon tumbuhan atau ZPT (Zat Pengatur Tumbuh).

http://bloghalomoansiregar.blogspot.com/2013/03/hormon-tumbuhan-atau-zpt-zat-pengatur_1444.html. Diakses pada tanggal 13 Desember 2013. Sparta, A, M. Andini, dan T. Rahman. 2012. Pengaruh berbagai panjang stek

terhadap pertumbuhan bibit buah naga (Hylocereus polyryzus). Artikel

penelitian Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Bengkulu. 7 hlm.

Sudarmo, S. 1991.Pestisida.Kanisius. Yogyakarta.133 hlm.

Sukartini. 2014. Pengaruh vitamin B dan benziladenin terhadap pertumbuhan bibit anggrek phalaenopsis. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 49 hlm.

Sumarmi. 2011. Pengaruh benziladenin dan ukuran bonggol pada perbanyakan tunas pisang Muli (Musa paradisiacaL.) melalui belahan bonggol. (Skripsi). Universitas lampung. Bandar Lampung. 74 hlm.

Supartik. 2005. Pengaruh konsentrasi benziladenin (BA) pada pertumbuhan tunas kamboja jepang (Adenium obesum) yang telah dicangkok. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 52 hlm.

Thomas, T.H. dan D. Blakesley. 1987. Practical and potential uses of cytokinin

in agriculture and horticulture. J. Plant Growth Regul Group Mono.

14: 69-83.

Wattimena, G. A. 1988. Taksonomi Umum. Pres Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 216 hlm.

Wattimena, G.A. 1988.Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Bogor. 247 hlm.

Wudianto, R. 1988. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hlm.

Yenisbar, Yarni, dan R. Amelia. 2013. Multiplikasi tunas tanaman Inggu(Ruta

angustifolia L.) Pers.)secara in vitro dengan penambahan benzyl adenine.

E-Journal Widya Kesehatan dan Lingkungan 6. 1(1): 6 -11.

Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 218 hlm.


(1)

20 (4) Kekompakan penampilan tanaman tiap pot

Kekompakan penampilan tanaman ditentukan berdasarkan penampilan pada gambar/foto. Data kekompakan penampilan diperoleh berdasarkan hasil penilaian dari 10 responden. Skor nilai tanaman adalah: 1= sangat jelek; 2= jelek; 3= cukup baik; 4= lebih dari cukup; 5= baik; dan 6= sangat baik.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah:

(1) Aplikasi BA 0-150 ppm tidak berpengaruh nyata terhadap waktu muncul tunas, jumlah mata tunas, jumlah tunas, jumlah akar, panjang akar, diameter tunas, panjang tunas, tingkat kehijauan daun, dan kekompakan penampilan tanaman dracaena.

(2) Pengelompokan berdasarkan diameter setek berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, jumlah akar, panjang akar, panjang tunas, diameter tunas, tingkat kehijauan daun, dan kekompakan penampilan tanaman dracaena. (3) Bahan tanam dari setek berdiameter besar menghasilkan penampilan tanaman

lebih kompak, jumlah tunas lebih banyak, dan warna merah lebih dominan daripada setek yang berdiameter sedang atau berdiameter kecil.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu dilakukan penelitian yang serupa dengan perlakuan perbedaan diameter setek yang dikombinasikan dengan kisaran konsentrasi BA yang lebih rendah (0-60 ppm).


(3)

PUSTAKA ACUAN

Afriyanti, S. 2009. Pengaruh konsentrasi banziladenin (BA) pada pembentukan anakan anthurium dan aglaonema. (Tesis). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 76 hlm.

Andriana, D. 2005. Pengaruh konsentrasi BAP terhadap multiplikasi tunas dan giberelin terhadap kualitas tunas pisang FHIA-17in vitro.(Skripsi). Program Studi Hortikulturan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 35 hlm.

Asosiasi Bunga Indonesia. 1997. Ekspor Florikultura Indonesia. Asbindo. Jakarta. 121 hlm.

Bailey, L. H. 1994. Manual of Cultivated Plants. Memillan Pub. Co. Inc. New York. 384 hlm.

Budianto. 2000. Pengaruh IBA dan berbagai media terhadap pertumbuhan setek Eucalyptus grandis.(Skripsi). Universitas Sumatera Utara. Medan. 52 hlm. Curtis O.P. dan D.G. Clair. 1963. An Introduction to Plant Physiology.

Mc. Graw Hill Book Co. Inc, New York. London. 752 pp.

Direktorat Budidaya Tanaman Hias. 2009. Standar Operasional Prosedur Budidaya Dracaena. Direktorat Jenderal Hortikultura. 49 hlm.

Direktorat Budidaya Tanaman Hias. 2010. BudidayaDracaena sanderiana (Suji) danDracaena fragrans massangeana(Hanjuang) sebagai peluang ekspor. Leaflet Dracaena 2010 Jilid 2. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2 hlm.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Informasi Teknis Budidaya Tanaman Pot dan Lansekap Seri Tanaman Hias Potensial Penyerap Polutan. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. 94 hlm.

Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia Indonesia. Jakarta. 72 hlm.


(4)

44

El-Aziz, Nahed G.Abd. 2007. Stimulator effect of NPK fertilizer and

benzyladenin on growth and chemical constituents of Codiaeum variegatum L. plant. J. Agric. & Environ. Sci. 2(6): 711-719.

Endah, H. J. 2001. Membuat Tabulampot Rajin Berbuah. Agromedia Pustaka. Jakarta. 79 hlm.

Frasiskus, H. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah.Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock International. 452 pp.

Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plant. Terjemahan Herawatu Susilo dan Subiyanto. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 426 hlm.

Harijanto, H. dan N. Rakhmania. 2007. Memperbanyak Tanaman Hias Favorit. Penebar Swadaya. Yogyakarta. Hal 17-35.

Hartmann, H.T. dan D.E. Kester, F.T. Davies, and R.L. Geneve. 2002.Plant Propagation: Principles and Practices, 7theds. Englewood Cliffs. Prentice Hall. 727 pp.

Hendaryono, P. S. D. dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan, Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan secara Vegetatif. Kanisius. Yogyakarta. 137 hlm.

Hoesen, D. S. H., F. Syarif, dan Witjaksono. 2001. Pembentukan dan

pertumbuhan tunas temu ireng(Curcuma aeruginosaRoxb.)secara in-vitro. J. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor.

7 (1):24-26.

Howard, B.H. 1996. Relation between shoot growth and rooting of cutting in three contrasting speciesof ornamental shrubs. J. Hort. Sci. 71: 591-606. Huik, E. M. 2004. Pengaruh Rootone-F dan ukuran diameter stek terhadap

pertumbuhan dari stek batang jati (Tectona grandisL.F). (Skripsi). Universitas Pattimura. Maluku. 57 hlm.

Kusumo. 1984. Zat Pengatur Tumbuh. CV Yasaguna. Jakarta. 76 hlm.

Ligiarifani. 2009. Tumbuhan drasena. http://ligiarifani.wordpress.com/2009/05/ 27/tumbuhan-drasena/. Diakses tanggal 22 Oktober 2013.

Marlin. 2005. Regenerasi in vitro planlet jahe bebas penyakit layu bakteri pada taraf konsentrasi BAP dan NAA. J. Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.


(5)

45

Nuryanti, R. 2012. Respons varietas gladiol (Gladiolus hybridusL.) terhadap pemberian benziladenin (BA) pada pertumbuhan tunas dan produksi bibit gladiol. (Skripsi). Universitas Lampung Bandar Lampung. 86 hlm.

Pamungkas, F.T., S. Darmanti, dan B. Raharjo. 2009. Pengaruh konsentrasi dan lama perendaman dalam supernatan Kultur Bacillussp.2 DUCC-BR-K1.3 terhadap pertumbuhan stek horizontal batang jarak pagar(Jatropha curcas L.). J. Sains & Mat. 17 (3):131-140.

Pary, M. 2010. Tehnik memproduksi mangga diluar musim.

http://www.gerbangpertanian.com/2010/08/tehnik-memproduksi-mangga-diluar-musim.html. Diakses 18 Desember 2013.

Pukesmawati, E.S. 2008. Respon bibit stum mata tidur tanaman karet(Hevea brasilliensisMull Arg.) terhadap pemberian kinetin. Copyright.

www.bppjambi.info. Diakses 4 Desember 2014.

Rahardja, P. C. dan W. Wiryanta. 2004. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta. Hal 39-84.

Rita. 2010. Dracaena angustifoliaroxb (daun suji). http://ritariata.blogspot.com/ 2010/03/dracaena-angustifolia-roxb-daun-suji.html. Diakses pada tanggal 28 Desember 2013.

Rochiman, K. dan S.S. Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bahan Bacaan Pengantar Agronomi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 87 hlm.

Rostiana, O. 2007. Pengaruh benziladenin dan thidiazuron terhadap multiplikasi tunas piretrum(Chrysanthemum cinerariifoliumTREV.)klon Prau-6 secara in vitro. J. Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855. 6 (3): 23-28.

________. 2007. Aplikasi sitokinin tipe purin dan yrea pada multiplikasi tunas anis(Pimpinella anisumL.)in vitro. J. Litri. 13 (1): 1-7.

Rukmana, R. 1995. Seri Tanaman Hias Bugenvil. Kanisius. Yogyakarta. 31 hlm.

__________. 1997. Seri Pembibitan Teknik Perbanyakan Tanaman Hias. Hal 27-35.

Salisbury, F. B dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan ; Perkembangan Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan. Jilid Tiga. Edisi keempat. Terjemahan R. Lukman dan Sumaryono. ITB. Bandung. 343 hlm.

Santoso, B. 2011. Pemberian IBA (Indole Butyric Acid) dalam berbagai konsentrasi dan lama perendaman terhadap pertumbuhan stek kepuh

(Sterculia foetidaLinn.). (Skripsi). Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 43 hlm.


(6)

46

Saptarini, E. Widiyati, L. Sari, dan B. Sarwono. 1988. Membuat Tanaman Cepat Berbuah. Penebar Swadaya. Depok. 36-61 hlm.

Siregar, H. 2013. Hormon tumbuhan atau ZPT (Zat Pengatur Tumbuh).

http://bloghalomoansiregar.blogspot.com/2013/03/hormon-tumbuhan-atau-zpt-zat-pengatur_1444.html. Diakses pada tanggal 13 Desember 2013. Sparta, A, M. Andini, dan T. Rahman. 2012. Pengaruh berbagai panjang stek

terhadap pertumbuhan bibit buah naga (Hylocereus polyryzus). Artikel penelitian Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. 7 hlm.

Sudarmo, S. 1991.Pestisida.Kanisius. Yogyakarta.133 hlm.

Sukartini. 2014. Pengaruh vitamin B dan benziladenin terhadap pertumbuhan bibit anggrek phalaenopsis. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 49 hlm.

Sumarmi. 2011. Pengaruh benziladenin dan ukuran bonggol pada perbanyakan tunas pisang Muli (Musa paradisiacaL.) melalui belahan bonggol. (Skripsi). Universitas lampung. Bandar Lampung. 74 hlm.

Supartik. 2005. Pengaruh konsentrasi benziladenin (BA) pada pertumbuhan tunas kamboja jepang (Adenium obesum) yang telah dicangkok. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 52 hlm.

Thomas, T.H. dan D. Blakesley. 1987. Practical and potential uses of cytokinin in agriculture and horticulture. J. Plant Growth Regul Group Mono. 14: 69-83.

Wattimena, G. A. 1988. Taksonomi Umum. Pres Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 216 hlm.

Wattimena, G.A. 1988.Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Bogor. 247 hlm.

Wudianto, R. 1988. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hlm.

Yenisbar, Yarni, dan R. Amelia. 2013. Multiplikasi tunas tanaman Inggu(Ruta angustifolia L.) Pers.)secara in vitro dengan penambahan benzyl adenine. E-Journal Widya Kesehatan dan Lingkungan 6. 1(1): 6 -11.

Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 218 hlm.