Persamaan Teori Van Hiele dan Bruner Hasil Belajar

22 persegi panjang 3. Apa perbedaan persegi dan persegi panjang berdasarkan sifatnya? • Siswa diminta membuat dugaan sementara • Guru meminta siswa membentuk kelompok untuk menjawab masalah matematika yang telah ada • Siswa melakukan diskusi kelompok • Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya • Siswa membahas hasil kerja kelompoknya • Siswa membuat kesimpulan dari hasil kerja kelompok • Guru menegaskan kembali kesimpulan siswa.

2.5. Persamaan Teori Van Hiele dan Bruner

Teori Bruner dan Van Hiele memiliki persamaan dan perbedaan dalam pembelajarannya. Perbedaan kedua teori tersebut berdasarkan tahapan pembelajarannya adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Persamaan Teori Van Hiele dan Bruner No Teori 23 Van Hiele Bruner 1 Setiap tahapan pembelajaran mengandung tingkat pemikiran geometris menurut Van Hiele Proses pembelajaran yang disajikan berupa belajar penemuan. 2 Isi dan metode pembelajaran harus berdasarkan aktivitas – aktivitas yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa. Isi dan metode pembelajaran harus berdasarkan pengalaman dan melakukan eksperien. 3 Prinsip pembelajarannya adalah siswa harus berpartisipasi aktif dengan konsep dan prinsip tahapan tingkat pemikiran Van Hiele. Prinsip pembelajarannya adalah siswa harus berpartisipasi aktif dengan berdasarkan tingkat berpikir siswa melalui fase – fase pembelajaran Bruner. 4 Media yang terdapat pada materi pembelajaran disajikan melalui serangkaian gambar- gambar Media yang terdapat pada materi pembelajarannya adalah harus berupa benda – benda nyata yang terdapat disekitar lingkungan siswa pada fase awal perkembangan kognitif siswa. Persamaan dari teori Van Hiele dan Bruner dalam pembelajarannya adalah belajar penemuan dimana siswa dalam pembelajaran berpartisipasi aktif berdasarkan pengalaman dan melakukan eksperimen, proses pembelajaran matematika yaitu dalam kegiatan belajar mengajarnya siswa diberikan konsep dan prinsip pemecahan masalah, dan kegiatan belajar yang berorientasi pada siswa. Agar pemahaman siswa terhadap pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan lama, lebih mudah diterapkan dan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berfikir bebas. Dua teori ini nantinya akan dibandingkan untuk menentukan teori manakah yang sesuai dan cocok untuk pelajaran matematika dengan pokok bahasan geometri berdasarkan hasil belajar siswa. 24

2.6. Hasil Belajar

Horward Kingsley Nana Sudjana,2011: 22 membagi hasil belajar menjadi 3 macam yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita – cita. Sedangkan Gagne membagi 5 kategori yaitu : 1. Ranah Kognitif a. Tipe hasil belajar : pengetahuan Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi bloom. Sekalipun demikian. Maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan atau untuk dingat seperti rumus, batasan, definisi. Istilah, pasal dalam undang- undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi proses segi belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasai sebagai dasar bagi pegetahuan atau pemahaman konsep lainnya. Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpannya dalam ingatan seperti teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan kejadian, membuat singkaatan yang bermakna. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi pemahaman. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi, baik bidang matematika, pengetahuan alam, ilmu sosial, maupun bahasa. Misalanya hafal suatu rumus akan menyebabkan paaham bagaimana menggunakan rumus tersebut ; hafal kata-kata akan memudahkan untuk membuat kalimat. Menyususn intem tes pengetahuan hafalan Tidaklah terlalu sukar untuk menyusun item tipe ini. Malahan para penyusun tes hasil belajar, secara tidak sengaja banyak tergelincir atau terperosok masuk kedalam kawasan ini.dilihat segi bentuknya, tes yang paling banyak 25 dipakai untuk mengungkapkan aspek pengetahuan adalah adalah tipe melengkapi, tipe isian, dan tipe benar salah. Karena lebih mudah menyusunnya, orang banyak memilih tipe benar salah. Karena kurang dipersiapkan dengan baik, banyak intem yang ditulis secara tergesa-gesa sehingga terperosok kedalam pengungkapan pengetahuan hafalan saja. Aspek yang ditayangkan biasanya fakta-fakta sperti nama orang, tempat,teori, rumus, istilah batasan, atau hokum. Siswa hanya dituntut kesanggupan mengingatnya sehingga jawabannya mudah ditebak. b. Tipe hasil belajar : Pemahaman Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sediri sesuai yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam Taksonomi Bloom, kesangupan memahami setingakt lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyaakan sebab, untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal. Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris kedalam bahasa Indonesia, mengartikan Bineka Tunggal Ika. Mengartikan Merah Putih, menerapkan prinsip- prinsip listrik dalam memasang sakelar. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan, kejadian membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Menghubungkan pengetahuan tentang konjungasi kata kerja, subjek, dan possesipe pronoun sehingga tahu menyusun kalimat ” My friend is studying” bukan ” My friend studying” merupakan contoh pemahaman penafsiran. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan eksrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat 26 membantu ramalan tentang konsekuensi atau dapat memeperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus , ataupun masalahnya. Menyusun item tes pemahaman Karakteristik soal-soal pemehaman sangat mudah dikenal. Misalnya mengungkapkan tema, topic, atau masaaalah yang sama dengan yang pernah di pelajari atau diajarkan, tetapi materinya berbeda. Mengungkapkan tentang sesuatu bahasa sendiri dengan simbol tertentu termasuk kedalam pemahaman terjemahan. Dapat menghubungkan antara unsure dari keseluruhan pesan suatu karangan termasuk kedalam pemahaman penafsiran. Item ekstrapolasi mengungkapkan kemampuan dibalik pesan yang tertulis dalam suatu keterangan atau tulisan. c. Tipe hasil belajar : Aplikasi Aplikasi adalah pengunaan abstrksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi kedalam situasi baru tersebut aplikasi. Mengulang- ulang menerapkan pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Sesuatu situasi akan tetap dilihat sebagai sesuatu baru bila tetap menjadi proses pemecahan masalah. Kecuali itu, ada satu unsur lagi yang perlu masuk, yaitu abstraksi tersebut perlu berupa prinsip atau generalisasi., yakni sesuatu yang umum sifatnya untuk diterapkan pada situasi khusus. Mengetes aplikasi Bloom membedakan delapan tipe aplikasi yang akan dibahas satu persatu dalam rangka menyusun intem tes tentang aplikasi 1 Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi. Dalam hal ini yang bersangkutan belum diharapkan dapat memecahkan seluruh problem, tetapi sekedar dapat menetapkan prinsip yang sesuai. 27 2 Dapat menyusun kembali problemanya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai. 3 Dapat memberikan spesipikasi batas- batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi. 4 Dapat mengenal hal-hal khusus yang terpampang darri prinsip dan generalisasi. 5 Dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. Banyak yang dipakai adalah melihat hubungan sebab- akibat. Bentuk lain adalah dapat menanyakan tentang proses terjadinya atau kondisi yang mungkin berperan bagi terjadinya gejala . 6 Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. Dasar untuk membuat ramalan diharapkan dapat ditunjukan berdasarkan perubahan kualitatif, mungkin pula berdasarkan perubahan kuantitatif. 7 Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan. Kemampuan aplikasi tipe ini lebih banyak diperlukan oleh ahli-ahli ilmu sosial dan para pembuat keputusan. 8 Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi. d. Tipe hasil belajar : Analisis Analisis adalah usaha memilah suatu intergritas menjadi unsur-unsur atau bagian- bagian sehinga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memeilahkan intregritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu untuk beberapa hal untuk memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara kerjanya, untuk hl lain lagi memahami sistematiknya. Mengetes kecakapan analisis 28 Untuk membuat intem tes kecakapan analisis perlu mengenal barbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis, yakni: 1 Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pertanyaan- pertanyaan dengan menggunakan kriteria analitik tertentu. 2 Dapat meramalkan sifat-sifat kusus tertentu yang tidak dapat disebutkan secara jalas. 3 Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada berdasarka kriteria dan hubungan materinya. 4 Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan menggunakan kriteria seperti relevansi, sebab- akibat dan peruntutan. 5 Dapat mengenal organisasi, prinsip- prinsip organisasi, dan pola-pola materi yang dihadapinya. 6 Dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan materia yang dihadapinya. e. Tipe hasil belajar : Sintesis Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berfikir pemahaman, berfikir aplikasi, dan berfikir analisis dapat di pandang sebagai berfikir konfergen satu tingkat lebih rendah dari pada berpikir divergen. Dalam berfikir konvergen, pemecahan atau jawabannya akan sudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya. Berfikir sintesis adalah berfikir divergen. Dalam berfikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat di pastikan. Mensintesiskan unit-unit terbesar tidak sama dengan mengumpulkan kedalam suatu kelompok besar. Mengartikan analisis seebagai memecah intergritas menjadi bagian-bagian dan sintesis sebagai menyatukan unsure-unsur menjadi intergritas perlu secara hati-hati dan penuh telaah. Berpikir sitesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Beerfikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan. Seorang yang kreatif sering menemukan atau menciptakan sesuatu. Kreativitas juga beroperasi dengan cara berfikir dovergen. Dengan 29 kemampuan sintesis, orang mungkin menemukan hubungan kasual atau urutan tertentu, atau menemukan abstrksinya atau operasionalnya. Mengetes kecakapan sitesis Kecakapan sintesis dapat diklasifikasikan kedalam beberapa tipe, kecakapan sintesis yang pertama adalah kemampuan menemukan hubungan yang unik. Artinya, menemukan hubungan antara unit-unit yang tidak berarti dengan menambahkan satu unsure tertentu, unit-unit tidak menjadi sangat berharga. Termasuk kedalam kecakapan ini adalah kemapuan mengomunikasikan gagasan, perasaan, dan pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar, simbol ilmiah, dan yang lainnya. Kecakapan sintesis yang kedua ialah kemampuan menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem yang diketengahkan. Dalam rapat bermunculan berbagai hal. Seseorang anggota rapat mengusulkan langkah-langkah urutan atau tahapan pembahasan dan penyelasaian. Hal ini merupakan usaha sintesis tipe kedua. Kecakapan sintesis yang ketiga ialah kemampuan mengapstraksikan sejumlah besar gejala, data, dan hasil observasi menjadi terarah, propotsional, hipotesis, skema, model, atau bentuk-bentuk lain. f. Tipe hasil belajar : Evaluasi Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, material dan lain- lain. Dilihat dari segi tersebut maka dalama evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau standar tertentu. Dalam tes esai, standat atau kriteria tersebut muncul dalam bentuk frase’’ menurut pendapat saudara’’ atau’’ menurut teori tertentu’’ frase yang pertama suka diuji mutunya, setidak- tidaknya sukar diperbandingkan atau dilingkupan variasi kriterianya snagat luas. Frase yang kedua lebih jelas standarnya. Untuk mempermudah mengetahui tingkat kemampuan evaluasi seseorang., item tes nyaa hendaklah menyebutkan krriterianya secara eksplisit. 30 Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mampu memberikan evaluasi tentang kebijakan mengenai kesempatan belajar, kesempatan kerja, dapat mengembangkan partisipasi secara tanggung jawabnya sebagai warga Negara. Mengembangkan kemampuan evaluasi yang dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan mempertinggimutu evaluasinya. Mengetes kecakapan evaluasi Kecakapan evaluasi seseorang setidak-tidaknya dapat dikategorikan kedalam enam tipe: 1 Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen 2 Dapat memberikan evaluasi satu sama lain antara asumsi, evidensi, dan kesimpulan, juga keajengan logika dan organisasinya, dengan kecakapan ini diharapkan seseorang mampu mengenal bagian-bagian serta keterpaduannya. 3 Dapat memahami serta sudut pandang yang di pakai orang dalam mengambil suatu keputusan. 4 Dapat mengevaluasi suatu karya dengan membandingkannya dengan karya lain yang relevan. 5 Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan. 6 Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan sejumlah kriteria yang ekplisit. Hasil belajar seseorang objek evaluasi tidak hanya bidang kognitif, tetapi juga hasil belajar belajar bidang afektif dan psikomotorik. Untuk melengkapi bahan kajian penilaian hasil belajar kognitif, berikut ini dijelaskan tipe hasil belajar afektif dan psikomotorik. a. Ranah afektif. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memeiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar 31 afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebihbanyak menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa pada berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Sekalipun bahan pelajaran berisi ranah kognitif , ranah afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut, dan harus tampak pada proses belajarhasil belajar yang dicapai oleh siswa. Oleh sebab itu penting dinilai hasil-hasilnya. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar kategori dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks. 1. Reciving attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan stimulasi dari luar yang dating kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi,gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginnan untuk memberikan stimulus, kontrol, dan seleksi rangsangan dari luar. 2. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang dating dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang akan dating kepada dirinya. 3. Valuing penilaian berkenaan nilai dan kepercaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk didalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai tersebut. 4. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai kesuatu sistem organisasi, termasuk hubungan nilai dari satu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya, yang termasuk kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dll. 5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni kepaduan semua sistem yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk keseluruhan nilai karakteristiknya. 32 b.Ranah psikomotoris Hasi belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan skill dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni : 1. Gerakan reflek keterampilan pada gerakan yang tidak sadar ; 2. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar; 3. Kemampuan preseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain. 4. Kemampuan dibidang fisisk, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan. 5. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; 6. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpreaktif. Dari kajian dalam Nana Sudjana tahun 2011 halaman 22-31 dapat disimpulkan bahwa klasifikasi hasil belajar terdapat 3 ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif adalah ranah yang memiliki 6 tipe yaitu tipe pngetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis dan evaluasi. Ranah afektif adalah ranah yang berkenaan dengan sikap dan nilai seseorang yang mengalami perubahan setelah melalui proses belajar dan prilaku dalam perubahan tersebut seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman dikelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ranah psikomotorik adalah ranah yang tampak pada tingkah laku siswa atau respon siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2.7 Pengertian Geometri

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Deskripsi Level Berpikir Geometri Datar Siswa SD Kelas V Berdasarkan Teori Van Hiele

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Deskripsi Level Berpikir Geometri Datar Siswa SD Kelas V Berdasarkan Teori Van Hiele

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Teori Van Hiele dengan Bruner Terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Pokok Bahasan Geometri siswa Kelas V SD.

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Teori Van Hiele dengan Bruner Terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Pokok Bahasan Geometri siswa Kelas V SD. T1 292008263 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Teori Van Hiele dengan Bruner Terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Pokok Bahasan Geometri siswa Kelas V SD. T1 292008263 BAB IV

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Teori Van Hiele dengan Bruner Terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Pokok Bahasan Geometri siswa Kelas V SD. T1 292008263 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Teori Van Hiele dengan Bruner Terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Pokok Bahasan Geometri siswa Kelas V SD.

0 0 117

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele dan Model Pembelajaran Mekanistik. T1 292008181 BAB II

1 9 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele dan Model Pembelajaran Mekanistik. T1 292008181 BAB V

0 0 1

PENGARUH TEORI BELAJAR VAN HIELE TERHADAP HASIL BELAJAR GEOMETRI SISWA SD

0 0 11