Latar Belakang Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Tipe Pola Asuh Authoritatif dengan Empati pada Siswa Kelas X SMK N 3 Salatiga Tahun 2012/2013 T1 132008018 BAB I

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam buku psikologi untuk keluarga, Gunarsa 2003 menyatakan bahwa dasar kepribadian seseorang dibentuk mulai masa kanak-kanak. Proses perkembangan yang terjadi dalam diri seseorang anak ditambah dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu bertumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa. Dalam proses menjadi dewasa, orangtua mengharapkan anak menjadi orang yang mandiri, sukses dan dapat memperoleh apa yang dicita-citakan, orangtua perlu memberikan pendidikan dan pola asuh yang tepat bagi anak. Pola asuh menurut Meichati 1983 adalah perlakuan orangtua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberikan perlindungan dan pendidikan anak dalam kehidupan sehari-hari. Hurlock 1997 berpendapat bahwa pola asuh yang digunakan orangtua sebagai metode pendidikan anak sebagaian bergantung pada cara mereka dibesarkan dan sebagaian lagi pada apa yang didapat dari pengalaman pribadi atau pengalaman bersama teman mereka. Jadi Pola asuh merupakan satu pengaruh yang paling besar dalam kehidupan anak. 2 Setiap orangtua mempunyai pola asuh tersendiri yang diterapkan pada anak-anaknya. Ada yang menerapkan pola asuh authorian, pola asuh permisive dan ada pula yang menerapkan pola asuh authoritative . Weiten dan Lioyd dalam Yusuf 2002 menyatakan ciri dari masing-masing pola asuh, pertama pola asuh authorian, orangtua menunjukkan sikap kaku, acccaptance rendah namun kontrol tinggi mengkomando, suka dan menghukum secara fisik. Berikutnya Pola asuh permisive orangtua menunjukkan sikap acceptance namun kontrol rendah, memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan keinginannya. Terakhir pola asuh authoritative, orangtua menunjukkan sikap acceptance dan kontrol tinggi, responsif terhadap kebutuhan anak, dan memberikan penjelasan atas perlakuan anak. Baumrind dalam Yusuf 2002 juga mengemukakan empat pola asuh orangtua. Pertama pola asuh authoritatif menunjukkan sikap orangtua yang bisa diandalkan, menyeimbangkan kasih sayang. Kedua pola asuh Authoritarian, menunjukkan sikap orangtua yang menuntut kepatuhan, menekankan batasan antara orangtua dan anak. Ketiga pola asuh permisif, orangtua menunjukkan sikap membebaskan, tidak memberi batasan yang tepat bagi anak dan terkesan lepas tangan. Terahkir pola asuh neglactful atau ditolak. Setiap orangtua menerapkan pola asuh sendiri sehingga menghasilkan pendidikan anak yang berbeda pula. Landasan inilah yang 3 menyebabkan pola sikap anak dan perilakunya dikemudian hari. Lebih lanjut Hurlock 1990 menyatakan produk dari pola asuh masing-masing orangtua menunjukkan kepekaan perasaan yang berbeda. Pola asuh yang lebih menunjukkan kasih sayang kepada anak, secara langsung melatih anak untuk peka terhadap perasaan orang lain. Sejalan dengan Hurlock, Lawrance 1997 juga menyatakan empati tumbuh melalui cara membesarkan anak dengan kepedulian dan kasih sayang. Empati merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami prespektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang Goleman, 1998. Lebih lanjut Goleman mengemukakan bahwa, kegagalan untuk mendata perasaan orang lain merupakan kekurangan utama dalam kecerdasan emosional, dan menyedihkan sebagai seorang manusia. Setiap hubungan yang memikirkan kepedulian, berasal dari penyesuaian emosional dari kemampuan untuk berempati. Individu yang yang memiliki kemampuan empati akan mudah untuk memasuki ke dalam lingkup pergaulan atau mengenali dan merespon dengan tepat akan perasaan serta keprihatinan orang lain. Dengan kata lain empati merupakan suatu seni dalam menjalin hubungan sosial. Pembentukan empati di lingkungan rumah salah satu unsurnya adalah pola asuh orangtua terhadap anaknya. Pola asuh orangtua memberi 4 pengaruh pada empati anak. Orangtua yang hangat dan mendukung anaknya, serta yang menunjukkan tingkah laku yang peka dan empati pada anaknya akan memiliki anak yang lebih cepat bereaksi dengan cara prihatin pada kondisi sulit yang dialami orang lain. Orangtua yang menggunakan hukuman keras sebagai bagian dari disiplin dalam mendidik, membuat anak akan merasa tertekan dengan hukuman-hukuman yang diberikan oleh orangtuanya, hal ini yang menyebabkan anak tidak merasa nyaman dalam keluarga sehingga membuat hubungan yang kurang baik antara orangtua dengan anak. Empati anak bermula dari kedua orangtuanya, terutama perlakuan ibu terhadap anaknya semenjak bayi. Ketika ibu menunjukan emosinya dalam bentuk vokal atau ekspresi wajah anak dapat menilai bahwa sesuatu itu menyenangkan atau tidak Eisenberg 2002. Berdasarkan penelitian Hudiyah 2010, tentang hubungan antara pola asuh authoritatif dengan empati pada anak,diketemukan koefisien korelasi r sebesar 0,510 dengan p = 0,000 p0,01, yang artinya terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh authoritatif dengan empati pada anak. Hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari 2011, tentang hubungan pola asuh orangtua authoritaitf dengan empati pada anak TK Aisyiyah Bustanul Athfal 24 Malang, berdasarkan analisis data pola asuh orangtua authoritatif dan empati menggunakan korelasi Spearman Rho SPSS seri15 ditemukan 5 hasil P-value = 0,815 lebih besar dari P 0,05 dan analisis korelasi spearman rho yaitu rs = 0,028. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh authoritatif dengan empati anak di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian yang bertolak belakang dari Hudiyah 2010 dan Lestari 2011, maka perlu dilakukan penelitian ulang tentang ada tidaknya hubungan yang signifikan antara tipe pola asuh authoritatif dengan empati. Mencermati perbedaan hasil penelitian diatas peneliti ingin melakukan penelitian kembali tentang hubungan tipe pola asuh authoritatif dengan empati di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Salatiga, karena di SMK N 3 Salatiga nampak ada signifikansi antara pola asuh orangtua dengan empati siswa disekolah, hal ini didukung oleh wawancara dengan salah satu guru di SMK N 3 Salatiga, siswa khususnya kelas X kurang menunjukkan empatinya dalam membantu kegiatan bakti sosial untuk menolong orang-orang yang tidak mampu atau sedang mengalami kesusahan. Pada awal bulan Juni 2012 dilakukan prapenalitian dengan mengambil sampel satu kelas yaitu kelas X WE SMK N 3 Salatiga, dengan responden 30 siswa. Prosentase tipe pola asuh dengan kategori empati dilaporkan pada tabel 1.1, 1.2 dan1.3. 6 Tabel 1.1 Tabel Frequensi Pola Asuh Orangtua Tipe Tipe Pola Asuh Orangtua Frequency Percent Otoriter 4 13.3 Authoritatif 22 73.3 Permisif 4 13.3 Total 30 100.0 Dari tabel 1.1 tipe pola asuh orangtua yang paling dominan adalah tipe pola asuh authoritatif yaitu 22 siswa 73.3. Selanjutnya tipe pola asuh authoritatif di ordinalkan, kemudian dikategorikan menjadi 5 kategori, antara lain 1 untuk kategori sangat rendah, 2 untuk kategori rendah, 3 untuk kategori sedang, 4 untuk kategori tinggi, dan 5 untuk kategori sangat tinggi. Seperti pada tabel 1.2 berikut Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Tipe Pola Asuh Authoritatif Kategori authoritatif Frequency Percent sangat rendah 3 13.6 Rendah sedang 3 13.6 0.0 Tinggi Sangat tinggi 5 11 22.7 50.1 Total 22 100 Dari hasil data diatas dari 5 kategori tipe pola asuh authoritatif, memperoleh hasil yaitu pada tipe pola asuh authoritatif kategori sangat rendah terdapat 3 siswa 13,6, pada kategori tipe pola asuh authoritatif rendah terdapat 3 siswa 13,6, pada kategori tipe pola asuh authoritatif sedang terdapat 0 siswa 0,0 yang artinya tidak ada siswa pada kategori sedang, pada kategori tipe pola asuh 7 authoritatif tinggi terdapat 5 siswa 22,7. pada dan kategori tipe pola asuh authoritatif sangat tinggi terdapat 11 siswa 50,1 Jadi pada kategori tipe pola asuh authoritatif paling banyak pada kategori sangat tinggi. Tabel 1.3 Tabel Frequensi Empati Kategori empati Frequency Percent sangat rendah 12 30.0 Rendah 5 16.7 Sedang 9 30.0 Tinggi 4 13.3 sangat tinggi 3 10.0 Total 30 100.0 Dari tabel 1.3 empati siswa sebagian besar pada kategori sangat rendah yaitu 12 siswa 30.0. Analisis hubungan antara pola asuh dengan empati mengunakan Kendall’s tau_b dilaporkan pada tabel 1.4. Tabel 1.4 Korelasi antara Tipe pola asuh authoritatif dengan Empati Percentile Group of empati Percentile Group of authoritaitf Kendalls tau_b Percentile Group of Empati Correlation Coefficient 1.000 .458 Sig. 2-tailed . .011 N 22 22 Percentile Group of authoritatif Correlation Coefficient .458 1.000 Sig. 2-tailed .011 . N 22 22 . Corelation is significant at thr 0.05 level 2-tailed 8 Selanjutnya pada pengujian hubungan dengan menggunakan analisis Kendalls tau_b pada tabel Dari hasil uji Kendall’s tau_b, pada tabel 4.5 diperoleh taraf signifikansi yang diperoleh sebesar 0,01 0,05 yang artinya ada hubungan antara tipe pola asuh authoritatif dengan empati. Maka terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh authoritatif dengan empati pada siswa kelas X SMK N 3 Salatiga. Dari hasil pra penelitian yang dilakukan peneliti kepada siswa kelas X WE SMK N 3 Salatiga, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali tentang pola asuh authoritaitf dengan empati pada seluruh siswa kelas X SMK N 3 Salatiga. Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan masalah yang timbul adalah adakah hubungan yang signifikan antara tipe pola asuh authoritatif dengan empati pada siswa kelas X SMK N 3 Salatiga.

1.2 Rumusan Masalah