Analisa Situasi Problematik PENDAHULUAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Analisa Situasi Problematik

Desa Kedungsugo merupakan salah satu desa yang terletak di tengah- tengah Kecamatan Prambon Sidoarjo. Secara geografis di sebelah barat desa ini berbatasan dengan Desa Kedungwonokerto Kecamatan Prambon. Di sebelah timur berbatasan dengan Desa Gedangrowo Kecamatan Prambon. Disebelah Utara dengan pabrik gula Prambon dan sebelah selatan dengan Kecamatan Mojosari. Desa yang masih asri dengan lahan persawahan dan ladang yang mengelilingi perumahan warganya. Hal inilah yang menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakatnya bekerja pada sektor pertanian. Pekerjaan ini justru sebagian besar dilakukan oleh perempuan-perempuan desa ini terutama perempuan yang menjadi kepala keluarga. Kepala keluarga perempuan ini juga berasal dari latar belakang kehidupan yang berbeda, seperti suaminya telah meninggal, suaminya menikah lagi dan tidak dinafkahi, juga ada yang terpaksa bekerja menjadi buruh tani karena suaminya sudah tidak sanggup bekerja lagi. Buruh tani perempuan yang menjadi kepala keluarga ini tidak hanya menjadi buruh yang menggarap sawah di desanya saja, melainkan mereka berkelompok untuk menggarap sawah di kecamatan lain yang letaknya berjauhan. Berdasarkan data hasil verifikasi dan fasilitasi penanggulangan feminisasi kemiskinan yang berpedoman pada data PPLS Desil 1, diDesa digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Kedungsugo terdapat 35 buruh tani perempuan yang menjadi kepala keluarga. 1 Tabel 1:1 No Nama Perempuan Buruh Tani yang Menjadi Kepala Keluarga Usia tahun Latar Belakang Menjadi Kepala Keluarga Latar Belakang Pendidikan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. Kapsiyah Sumariani Sotah Sunarsih Jami Muliasih Siti Churrotun Sudarsih Riani Suhariati Sutami Poni Sujiyah Wartini Rupiah Nuriati Kasening Suteri Kasemu Muliyati Sunarti Suparti Parinten Sonah Sutamah Suparni Sumi Sudartik Miserah Munawaroh Julaikah Rusdiana Saniah Sulami Temu 54 48 47 35 67 38 37 38 47 49 55 51 39 40 41 51 53 55 57 60 63 57 58 44 45 44 57 58 58 49 64 61 29 33 70 Meninggal Meninggal Meninggal Meninggal Cerai hidup Meninggal Meninggal Meninggal Cerai hidup Meninggal Meninggal Meninggal Meninggal Meninggal Cerai hidup Cerai hidup Meninggal Meninggal Meninggal Ditelantarkan Meninggal Meninggal Meninggal Meninggal Meninggal Meninggal Cerai hidup Cerai hidup Meninggal Cerai hidup Meninggal Meninggal Ditelantarkan Ditelantarkan Meninggal Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tamat SMPMTS Tamat SD Tidak tamat SD Sumber: Data Perempuan Buruh Tani Desa Kedungsugo dari Hasil Verifikasi dan Fasilitasi Program Penanggulangan Feminisasi Kemiskinan Kabupaten Sidoarjo tahun 2014. 1 Hasil wawancara bersama kepala desa Kedungsugo, pada tanggal 20 Agustus 2014 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Data diatas menunjukkan terdapat 7 perempuan buruh tani kepala keluarga dengan latar belakang suami yang cerai hidup, 3 orang yang ditelantarkan, dan 25 orang yang ditinggal meninggal dunia oleh suaminya. Selain dikarenakan kemiskinan faktor ekonomi sehingga memicu banyaknya kaum laki-laki yang memilih bekerja di luar kota dan akhirnya menikah lagi, faktor lain yang menjadi latar belakang perempuan buruh tani kepala keluarga memilih bercerai dan ditelantarkan adalah karena masih kentalnya budaya patriarki seperti perempuan harus bekerja sementara laki-laki lebih banyak menghabiskan waktunya untuk ngopi atau berjudi. Sebagaimana wawancara dengan Ibu Sulami 33 Tahun pada tanggal 20 Agustus 2014 pukul 17.00 WIB, “Bojo kulo senengane main kale medok berjudi dan berzina, kulo meteng 4 wulan anak 1 sampun ditinggal mboten ngerti parane ” Suami saya suka berjudi dan berzina. Hamil 4 bulan anak pertama sudah ditinggal tidak tahu rimbanya dan Ibu Sudartik 58 Tahun pada tanggal 20 Agustus 2014 pukul 14.00 WIB, “urip kulo sakwontene, mbak. Bojo kulo nguli teng Surabaya. Wangsul mbeto tiyang estri. Nggeh kulo pegat mawon. Anak kulo pas niku taseh alit-alit ” hidup saya miskin dan seadanya, mbak. Suami bekerja jadi buruh serabutan di Surabaya. Ketika pulang sudah membawa istri baru. Saya memilih bercerai saja. Waktu itu anak saya masih kecil-kecil. Selain itu data diatas juga memuat latar belakang pendidikan yang rata- rata tidak tamat SD. Hal inilah yang juga menjadi faktor dari lemahnya peranan buruh tani perempuan yang menjadi kepala keluarga dalam digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mengembangkan diri dan melakukan langkah-langkah survival untuk mencapai kesejahteraan. Untuk membaca saja, bagi sebagian besar perempuan buruh tani kepala keluarga Dusun Cangkringan masih tidak bisa buta huruf. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Kapsiyah, buruh tani janda yang tinggal di RT.02, perempuan buruh tani Dusun Cangkringan biasanya berangkat dari rumah pada pukul 6.00 WIB. Dengan diangkut secara berkelompok menggunakan mobil bak, terbuka perempuan buruh tani ini menggarap lahan persawahan di luar desanya bahkan di luar kecamatan Prambon seperti desa-desa di Kecamatan Krian, Kecamatan Balongbendo sampai Kecamatan Porong hingga pukul 12.00 WIB. “Biasane kulo bidal jam 6.00 WIB, mbak. Wangsule jam 12.00 WIB. Nggeh, kelompokan ngoten garap sabine. Mangke diangkut damel kol tepak. Kadang nggeh teng daerah Prambon piyambak, kadang teng Krian, Balongbendo sampek Porong ” “Biasanya kami berangkat pukul 6.00 WIB. Ya, berkelompok dalam menggarap sawah. Berangkat diangkut menggunakan mobil bak terbuka, kadang di Krian, Balongbendo sampai Kecamatan Porong ”. 2 Selain sebagai buruh tani, perempuan-perempuan tersebut juga melakukan pekerjaan menjadi buruh ronce dan pengumpul kain-kain bekas dari salah satu industri konveksi yang ada di Desa Kedungsugo untuk diolah sebagai keset, bros, gelang dan hasil kerajinan lainnya. Mereka dibayar Rp.20.000,- per 2 gros. 3 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Anita 37 tahun pada tanggal 21 Agustus 2014 pukul 10.00 WIB. 2 Hasil wawancara dengan Ibu Kapsiyah Buruh Tani Janda 20 Agustus 2014 3 Hasil wawancara dengan Ibu Kapsiyah Buruh Tani Janda 20 Agustus 2014 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id “Garap roncean gelang niku mundute dugi juragan, mbak. Per grosse Rp.7.500-Rp.20.000. setunggal gross niku 12 lusin dadose 144 gelang mangke dipasaraken kale juragane teng PGS kale Pasar Turi ” “Untuk meronce bahan baku dari juragan, mbak. Setiap grossnya dihargai Rp.7.500-Rp.20.000. 1 gross sama dengan 12 Lusin jadi 144 buah gelang yang nanti dipasarkan ke Pusat Grosir Surabaya dan Pasar Turi. Beberapa yang lainnya memilih bekerja sebagai buruh kupas bawang dengan upah 10.000 per karung ”. 4 Kehidupan serba sulit itulah yang mengakibatkan banyaknya buruh tani perempuan di Desa Kedungsugo semakin termarjinalkan. Belum adanya kelembagaan yang mampu menampung mereka untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, serta rendahnya tingkat pendidikan dan taraf ekonomi, juga kurangnya perhatian pemerintah desa terhadap kehidupan buruh tani perempuan berdampak pada semakin buruknya kehidupan buruh tani perempuan ini. Profil Tenaga Kerja Buruh tani perempuan di Desa Kedungsugo Kecamatan Prambonmemberikan gambaran yang hampir sama mengenai alasan perempuan di pedesaan memilih bekerja menjadi buruh tani. Alasan- alasan yang dikemukakan antara lain: rendahnya tingkat pendapatan keluarga, tidak memiliki pekerjaan lain, dan rendahnya pengetahuan dan skill digolongkan sebagai faktor pendorong. Sedangkan alasan karena mengikuti ajakan temankeluarga, penghasilan menjadi buruh tani dengan berkelompok lumayan besar ketimbang di desa yang hanya dibayar Rp.20.000 setengah hari digolongkan kedalam faktor penarik. 4 Hasil wawancara dengan Ibu Anita Rachmawati Tokoh perempuan desa20 Agustus 2014 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Permasalahan pendapatan petani yang relatif rendah merupakan permasalahan yang sangat kompleks. Faktor yang menyebabkan permasalahan ini terjadi dari berbagai aspek. Terbatasnya modal yang dimiliki petani sehingga mengalami keterbatasaan dalam proses produksi, sempitnya lahan pertanian yang dimiliki warga sehingga tingkat produksinya sedikit, tingginya biaya produksi akibat naiknya harga pupuk dan obat-obatan, hingga rendahnya harga jual produk pertanian akibat permainan harga di pasar. Ada tiga garis besar masalah yang dihadapi perempuan buruh tani Dusun Cangkringan yakni rendahnya tingkat ekonomi keluarga perempuan buruh tani, hal ini disebabkan karena rendahnya pendapatan perempuan buruh tani dari hasil menggarap sawah dan menjadi pengerajin monte. Belum adanya pendampingan dalam menambah pekerjaan lain juga disinyalir sebagai penyebabnya. Hal ini tentu saja beralasan karena perempuan buruh tani di dusun ini cenderung pasrah dengan kondisi yang ada. Problem yang kedua adalah ketidaktahuan perempuan buruh terhadap pangsa pasar dan tidak adanya jaringan atau akses yang dapat digunakan untuk menjual hasil produksinya mengakibatkan rendahnya nilai jual hasil produksi masyarakat yang mengakibatkan rendahnya pendapatan masyarakat dan semakin kentalnya dominasi tengkulak sebagai distributor hasil produksi. Yang ketiga adalah rendahnya proteksi pemerintah desa dalam meningkatkan taraf hidup perempuan buruh tani. Kegiatan pemberdayaan yang melibatkan perempuan buruh tani cenderung tidak ada, sehingga sistem yang dibuat oleh tengkulak di Desa Kedungsugo dibiarkan begitu saja tanpa digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ada perbaikan dan menilai keterbelengguan itu sebagai hal yang wajar. Adanya anggapan bahwa perempuan buruh tani Dusun Cangkringan tidak akan bisa berkembang ditunjang dengan rendahnya tingkat partisipasi perempuan buruh tani untuk menunjang kehidupannya menjadi lebih baik dinilai sebagai batu sandungan yang dianggap sulit untuk berubah. Padahal sudah semestinya menjadi tugas pemerintah desa untuk memberikan ketegasan dan mengentas akar kemiskinan yang berkembang di masyarakat.

B. Fokus Penelitian

Dokumen yang terkait

Tinjauan Sosial Ekonomi Nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli

1 59 112

Strategi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani di Desa Wonosari, Kecamatan Tg Morawa, Kabupaten Deli Serdang

3 61 96

Implementasi Kelompok Usaha Bersama (Kube) Tani Di Dusun III Desa Pematang Lalang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

2 78 100

Distribusi pendapatan usaha tani jeruk menurut faktor produksi di desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 43 78

PARTISIPASI BURUH TANI PEREMPUAN DALAM PROSES PRODUKSI PERTANIAN PADI SAWAH (Studi pada Buruh Tani Perempuan Desa Batang Harjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)

5 24 67

PARTISIPASI BURUH TANI PEREMPUAN DALAM PROSES PRODUKSI PERTANIAN PADI SAWAH (Studi pada Buruh Tani Perempuan Desa Batang Harjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)

0 16 60

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

12 51 106

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BURUH TANI MELALUI PEMANFAATAN HASIL PERTANIAN DI DUSUN SUMBER DESA SUMBERJATI KECAMATAN JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO.

1 1 157

PEREMPUAN KONVEKSI : PENDAMPINGAN PEREMPUAN BURUH KONVEKSI DALAM MENGEMBANGKAN USAHA KREATIF DESA BANDUNG KECAMATAN GEDEG MOJOKERTO.

0 5 89

AISYIYAH DAN EKONOMI KREATIF:USAHA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN KELUARGA DI KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO - Repository Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

0 0 11