Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write dengan Media Komik pada Siswa Kelas IV SDN 1 Manggarmas Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016

BAB II Kajian Pustaka

2.1. Kajian teori

2.1.1. Pembelajaran IPA di SD

  Menurut Dimyati dan Mudjiyono (2006), menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang di selenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap.

  Sedangkan menurut Sagala (2006:61-62) pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, motivasi, latar belakang akademis, latar belakang sosial ekonomi, dan lain sebagainya.

  Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa dalam mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahapan rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

  IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA dapat membantu peserta didik memperoleh pengalaman langsung dan pemahaman untuk mengembangkan kompetensinya agar dapat memahami alam sekitar secara ilmiah.

  2.1.1.1. Tujuan Mata Pelajaran IPA

  Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

  4. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda- benda langit lainnya.

  3. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

  2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas.

  Menurut Permendikan no. 22 tahun 2006 yang menjadi ruang lingkup mata

  2.1.1.2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA

  Menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaanNya.

  e.

  d.

  Tujuan pembelajaran IPA menurut Hernawan, dkk (2008: 8.28) bahwa “mata

  Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  c.

  Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

  b.

  Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi, masyarakat.

  (Asy’ari, 2006: 23) yakni sebagai berikut: a.

  IPA di SD adalah membekali siswa agar dapat memiliki kemampuan berbagai cara untuk “mengetahui” dan “cara mengerjakan” yang dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar, sedang secara rinci tujuan pembelajaran IPA di SD

  pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan ketrampilan, wawasan, dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari- hari”. Prinsipnya pembelajaran

pelajaran IPA untuk SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1. Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

2.1.2. Hakikat IPA

  Ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai kumpulan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum ktsp (depdiknas,2006), bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan”. Mata pelajaran IPA (ilmu pengetahuan alam) berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan keterampian, wawasan, dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi sarana bagi peserta didik untuk mempelajarai diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam meerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA ditekankan pada pemberian pengalaman secara langsung, menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah dalam rangka untuk mengembangkan kompetensi. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

  Iskandar (1997: 17) berpendapat bahwa “IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan latihan berfikir kritis”. Conant (Bundu,

  2006: 10) juga mengemukakan pendapatnya bahwa sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema konseptual (conseptual schemes) yang saling berhubungan sebagai hasil eksperimentasi dan observasi. Hal senada juga dikemukakan oleh

  Wonorahardjo (2010: 11) bahwa “sains mempunyai makna merujuk ke pengetahuan yang berada dalam sistem berpikir dan konsep teoritis dalam sistem tersebut, yang mencakup segala macam pengetahuan, mengenai apa saja”.

  Secara singkat IPA adalah “pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya” (Darmodjo dan Kaligis, 1993: 3).

  Menurut Conant (yang dikutip oleh Asy’ari, 2006: 7) IPA diartikan sebagai bangunan atau deretan konsep yang saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimen dan observasi. Kemudian menurut Aly dan Rahma (2008: 18) bahwa “IPA adalah suatu pendekatan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya kait mengait antara cara yang satu dengan yang lain”. Hal senada juga diungkapkan oleh Carin dan Sund (Bundu, 2006: 4) IPA merupakan suatu pengetahuan tentang alam semesta yang bertumpu pada data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan percobaan sehingga di dalamnya memuat produk, proses, dan sikap manusia.

  Menurut Paolo dan Marten (Iskandar, 2001: 16) Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan sebagai berikut.

  a.

  Mengamati apa yang terjadi.

  b.

  Mencoba memahami apa yang diamati.

  c.

  Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.

  d.

  Menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.

  Bundu (2006: 11- 13) “IPA pada hakikatnya terdiri dari IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah”. Penelitian ini dibatasi pada IPA sebagai produk. Asy’ari

  (2006: 9) berpendapat bahwa “IPA sebagai produk merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori”. Menurut Iskandar (2001: 3) berpendapat“yang disebut fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif”.

  Bundu (2006: 11- 12) berpendapat “konsep adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta sains yang berhubungan kemudian prinsip adalah generalisasi tentang hunbungan diantara konsep- konsep sains”. Selanjutnya Iskandar (2001: 3) mengungkapkan pendapatnya “hukum IPA adalah prinsip- prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentatif tetapi karena mengalami pengujian yang lebih keras dari pada prinsip”. Teori adalah generalisasi tentang berbagai prinsip yang dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena alam (

  Asy’ari, 2006: 12). Mengacu pada pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan alam untuk memberikan pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat berupa fakta, konsep, teori, hukum, prinsip tentang lingkungan alam dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.

2.1.3. Belajar dan Hasil Belajar

2.1.3.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu akibat adanya interaksi stimulus dan respon.

  Stimulus merupakan apa saja yang diberikan kepada siswa, sedangkan respon adaalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru.

  Sedangkan menurut Mudzakir (1997:34) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.

  Winkel (1991: 36) mengemukakan “belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsungdalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap”. Kemudian Santrock dan Yussen (Sugihartono, dkk, 2007: 74) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.

  Slameto (2010:2) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berikut ciri-ciri perubahan tingkah laku menurut Slameto (2010:2).

  1. Perubahan terjadi secara sadar.

  2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.

  3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

  4. Perubahan dalam belajar Bukan bersifat sementara.

  5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

  6. Perubahan mencakup seluruh prospek tingkah laku. Dari pengertian dan pendapat para ahli tentang belajar dapat diketahui belajar adalah suatu proses pada diri seseorang yang dialami secara langsung, terlibat aktif dan berinteraksi dengan lingkungan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan dan keterampilan.

2.1.3.2. Pengertian Hasil Belajar

  Salah satu indikator tercapai atau tidaknya pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi. Hasil belajar diartikan sebagai hasil ahir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya (Djamarah, 2000: 25).

  Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sukmadinata (2007: 102) mengatakan hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan- kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Sedangkan hasil belajar menurut Arikunto (2001:63) sebagai hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan.

  Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh masing-masing instansi pendidikan. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh siswa, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir semester dan sebagainya.

  Hasil belajar adalah suatu pencapaian yang diperoleh oleh siswa dalam proses pembelajaran yang dituangkan dengan angka maupun dalam pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari atas ilmu yang diperoleh. Hasil belajar menunjukkan keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dalam proses pembelajaran. Suparno dalam Sardiman (2004: 38) mengatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

  Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktorn intern adalah faktor yang berasal dari diri individu yang sedang belajar. Faktor intern dikelompokkan menjadi tiga faktor, diantaranya faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

  Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam Arikunto (2009 : 116) “hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor”. Perinciannya adalah sebagai berikut:

  1. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiridari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

  2. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda- benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

  Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah gambaran dari kemampuan, keterampilan dan pemahaman seseorang atau kelompok orang tentang penguasaannya terhadap sesuatu yang sesuai dengan profesinya. Ini menandakan bahwa semakin baik proses belajar yang dilakukan maka akan semakin baik pula hasil yang akan dicapai.

  Berdasarkan dari definisi yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA adalah perubahan tingkat perkembangan sikap, mental dan pengetahuan yang cenderung lebih maningkat dari sebelumnya sebagai akibat dari proses belajar yang diukur dengan pemberian evaluasi oleh guru sehingga akan diketahui hasil belajar yang dilakukan oleh siswa pada pembejalaran IPA.

2.1.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  Dalam pencapaian prestasi belajar IPA yang cukup memadai, sangat ditentukan oleh proses belajar IPA dengan baik. Namun, kadangkala apa yang direncanakan dalam pencapaian-pencapaian prestasi IPA tersebut sering mengalami hambatan-hambatan yang diakibatkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri maupun dari luar diri siswa.

  Menurut Slameto (1995) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar atau prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut : a.

  Faktor Internal faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri.

  Faktor internal ini terdiri atas faktor biologi dan faktor psikologis.

  1. Faktor Biologis Faktor biologis yang mempengaruhi prestasi belajar IPA meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmaniah siswa yang bersangkutan.

  2. Faktor Psikologis Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar IPA ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.

  Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar IPA adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Kondisi mental yang positif dalam menghadapi segala hal, terutama hal-hal yang berkaitan dalam proses belajar.

  b.

  Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar siswa itu sendiri. Faktor eksternal ini meliputi.

  1. Faktor Lingkungan Keluarga Faktor lingkungan rumah atau keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang faktor ini pula merupakan faktor pertama dan utama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang, termasuk dalam mata pelajaran IPA.

  2. Faktor Lingkungan Sekolah Satu hal yang paling mutlak harus ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan belajar IPA adalah adanya tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

  3. Faktor Lingkungan Masyarakat Jika diperhatikan dengan seksama lingkungan masyarakat di sekitar kita, dapat dilihat ada lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belajar IPA. Sebaliknya, ada pula lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menghambat keberhasilan belajar IPA.

  Lingkungan yang dapat menunjang adalah lembaga pendidikan nonformal seperti tempat kursus tertentu, sedangkan yang dapat menghambat keberhasilan belajar di antaranya adalah tempat-tempat hiburan yang banyak dikunjungi orang.

  4. Faktor Waktu Waktu memang berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA seorang siswa. Sebenarnya yang menjadi masalah bagi siswa adalah kemampuan mengatur waktu belajar dengan baik serta bagaimana mencari dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar di satu sisi siswa dapat menggunakan waktunya untuk belajar dengan baik dan di sisi lain mereka juga dapat melakukan kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi.

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write

2.1.4.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write

  Yamin dan Ansari (2012:84) menyatakan bahwa metode pembelajaran think talk write dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin. Metode pembelajaran ini didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Metode pembelajaran think talk write merangsang peserta didik untuk berpikir, pembelajaran think talk write memperkenankan siswa untuk mempengaruhi dan memanipulasi ide-ide melalui proses berpikir dan berbicara sebelum menuliskannya. Huda (2013:218) mengungkapkan think talk write adalah model yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar.

  Selanjutnya, Suyatno (2009:66) menjelaskan bahwa think talk write dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan, hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi. Sintaknya adalah informasi, kelompok (membaca-mencatat-menandai), presentasi, diskusi, dan melaporkan.

2.1.4.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Think Talk Write

  Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode think talk

  write (Huda 2013:220) adalah: 1.

  Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual (think), untuk dibawa ke forum diskusi.

  2. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan (talk).

  3. Siswa mengontruksikan sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman dan komunikasi dalam bentuk tulisan (write).

  4. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan simpulan atas materi yang dipelajari.

  Silver dan Smith (dalam Huda 2013:219-220) menyatakan peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi adalah mengajukan dan menyediakan tugas yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif berpikir, mendorong dan menyimak ide-ide yang dikemukakan siswa secara lisan dan tertulis dengan hati-hati, mempertimbangkan dan memberi informasi terhadap apa yang digali siswa dalam diskusi, serta memonitor, menilai, dan mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Tugas yang disiapkan diharapkan dapat menjadi pemicu siswa untuk bekerja secara aktif, seperti soal yang memiliki jawaban divergen atau open-ended task.

  Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa think talk write merupakan metode pembelajaran yang di dalamnya terdapat tahapan untuk berpikir (think), berbicara (talk) dan menuliskannya (write). Penelitian ini menggunakan kooperatif tipe think talk write yang dipadukan dengan media pembelajaran berbentuk visual.

2.1.4.3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Think Talk Write

  Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif Think Talk

  

Write sama dengan model pembelajaran kooperatif pada umumnya, hal ini

  didasarkan pada pernyataan yang dikemukakan oleh Suhendar bahwa Model Pembelajaran Think Talk Write pada dasarnya menggunakan strategi pembelajaran kooperatif sehingga dalam pelaksanaanya, model ini membagi sejumlah siswa kedalam kelompok kecil secara heterogen agar suasana pembelajaran lebih efektif.

  Ariwinata mengemukakan bahwa setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan, termasuk model pembelajaran kooperatif karena tidak ada yang paling tepat untuk dipakai pada semua karakteristik siswa, materi dan lain-lain. Kelebihan dan kelemahan Kooperatif adalah sebagai berikut :

a. Kelebihan

  1) Tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

  2) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

  3) Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

  4) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

  5) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

  6) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

b. Kekurangan

1) Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok.

  Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa. 2)

  Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. 3)

  Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual.

  Oleh karena itu idealnya melalui model pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.

2.1.5. Media Pembelajaran Komik

2.1.5.1. Pengertian Media Pembelajaran

  Iswidayati (2010:2) mengemukakan bahwa media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Media diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada siswa serta dapat digunakan untuk memperjelas materi atau mencapai tujuan pembelajaran, memperlancar, dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

  Sedangkan menurut Briggs (1977) dalam bukunya Instuctional Desain

  

Principle and Aplication, media pembelajaran adalah sarana fisik untuk

menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.

  Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwaadalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.

  Media pembelajaran yaitu teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Peran dari media begitu penting dalam kegiatan pembelajaran. Media menjadi sarana bagi guru dan siswa dalam menyampaikan materi bahan ajar, membantu siswa memahami bahan ajar dan memfasilitasi siswa melakukan kegiatan pembelajaran.

2.1.5.2. Pengertian komik

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:57) komik “ merupakan cerita serial sebagai perpaduan karya seni gambar dan seni sastra. Komik terbentuk melalui suatu rangkaian gambar-gambar yang tersusun dalam bingkai- bingkai sehingga membentuk suatu jalinan cerita dalam urutan erat.

  ” Satu definisi lain disampaikan oleh Rohani dalam bukunya Media Instraksional Edukatif yang menyatakan bahwa, “Komik adalah suatu kartun yang menggambarkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dan dirancang untuk memberi hiburan kepada pembaca.”

  Definisi komik sendiri secara umum seperti yang dijelaskan oleh Claud dalam bukunya Understanding Comic (2001:9) mengatakan bahwa komik adalah “Ajuxtaposed and other images in deliberated sequence, intend, to convey

  information and/to produce aestical responses

  .” Komik adalah “kumpulan gambar-gambar serta lambang-lambang lain yang berdekatan dalam limitan tertentu, berfungsi untuk memberikan informasi dan mancapai tanggapan astesis Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komik adalah suatu kumpulan gambar-gambar yang tersusun dalam urutan tertentu, terangkai dalam panel-panel serta mengungkapkan suatu karakter dalam suatu jalinan cerita untuk meningkatkan daya imajinasi pembaca.

  Dalam penelitian ini komik yang digunakan adalah komik tentang sumber daya alam yang mencakup pengertian sumber daya alam, macam-macam sumber daya alam seperti sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, jenis-jenis sumber daya alam seperti sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati, bahan baku yang berasal dari sumber daya alam, teknologi dalam mengelola sumber daya alam, dampak yang timbul dari pengelolaan sumber daya alam, dan cara menjaga kelestarian lingkungan. Contoh komik ada di bagian lampiran.

  

2.1.5.3. Langkah-langkah pembelajaran Think Talk Write berbantuan media

komik

  Pembelajaran IPA menggunakan komik membutuhkan model atau metode pembelajaran lainnya. Dari beberapa model pembelajaran IPA, model pembelajaran yang digunakan penulis untuk menerapkan pembelajaran dengan media komik adalah model pembelajaran think talk write. Sebab komik menyajikan cerita kehidupan sehari-hari yang nyata bagi peserta didik. Adapun langkah-langkah pembelajaran IPA menggunakan komik sebagai berikut:

  1. Guru menyiapkan komik IPA (yang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa) yang akan dibaca peserta didik.

  2. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari empat siswa setiap kelompok.

  3. Guru membagikan komik dan lembar pertanyaan kepada masing masing kelompok.

  4. Siswa membaca komik yang dibagikan oleh guru.

  5. Siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan lembar pertanyaan dari guru.

  6. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

  7. Timbal balik guru kepada siswa berupa penjelasan guru untuk meluruskan miskonsepsi yang terjadi dalam pembelajaran.

2.2. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

  Komik menjadi pilihan karena adanya kecenderungan banyak siswa yang lebih menyukai bacaan media hiburan seperti komik daripada membaca bacaan yang sedikit atau tanpa ilustrasi. Oleh karena itu dengan penggunaan komik sebagai media belajar akan menumbuhkan minat belajar siswa.

  Hasil penelitian Muttaqin (2009). Pengembangan komik pembelajaran

  

sebagai alternatif media pembelajaran sains kelas III di sdn 2 gladag kabupaten

banyuwangi . Skripsi jurusan teknologi pendidikan FIP Universitas Negeri

  Malang, menunjukkan bahwa materi yang disajikan dalam bentuk komik disukai oleh anak-anak kelas III SD.

  Hasil penelitian serupa oleh Hadi (2005) dengan judul pembelajaran

  

jumlah dan pengurangan pecahan dengan menggunakan media komik pada siswa

kelas IV SD muhammadiyah 08 dan malang program pasca sarjana UM.

  Menunjukkan bahwa dengan menggunakan media komik dapat membuat siswa merasa santai, tenang, dan tidak merasa tegang dalam mengikuti pembelajaran pembelajaran dengan media komik dapat memotivasi siswa untuk lebih memahami suatu masalah yang dihadapi. Perngorganisasian komik yang baik akan membawa siswa melalui pengalaman belajar siswa yang sesuai dan terorganisir dari satu konsep ke konsep berikutnya.

  Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. persamaannya adalah penelitian ini menggunakan komik sebagai media. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan pembelajaran think talk write.

2.3. Kerangka Berpikir

  Dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN 1 Manggarmas Grobogan tahun pelajaran 2015/2016 hasil belajar kurang memuaskan, yaitu nilai ulangan harian. Dari 22 siswa hanya 8 siswa yang telah mencapai nilai KKM ≥ 65. Sedangkan 14 siswa lainnya nilainya masih di bawah KKM. Dalam pembelajaran guru hanya berceramah dan tidak memperhatikan kondisi siswa. Siswa cenderung lebih pasif ketika pembelajaran berlangsung.

  Melihat kondisi tersebut penulis perlu mengambil tindakan dengan melakukan pembelajaran menggunakan model dan media yang tepat agar dapat mengurangi kondisi yang monoton dalam. Salah satu model dan media yang digunakan penulis dalam pembelajaran IPA adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write dan komik sebagai medianya. Penjelasan secara rinci disampaikan melalui gambar 2.1. berikut :

Gambar 2.1. Kerangka berpikir pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media komik.

  GURU

  Model pembelajaran Think Talk Write.

  Pembelajaran menggunakan : 1.

  KONDISI AWAL

  Hasil belajar siswa rendah <65.

  SISWA YANG DITELITI

  Masih menggunakan pembelajaran konvensional.

  Ada peningkatan hasil belajar tetapi belum tuntas.

  2.4. Hipotesis Penelitian

  Siklus I

  Hasil belajar meningkat secara signifikan dan tuntas dengan nilai ≥65.

  TINDAKAN Siklus II

  Diduga dengan menggunakan pembelajaran TTW berbantuan media komik hasil belajar siswa 80% meningkat dan tuntas ≥65.

  HASIL AKHIR

  Berdasarkan kajian pustaka, dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “Pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe think talk write berbantuan media komik dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Manggarmas Grobogan semester II tahun pelajaran 2015/2016.

  2. Media komik.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Pembelajaran IPA Melalui Model STAD dengan Media Puzzle Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016

0 0 7

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pembelajaran IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Pembelajaran IPA Melalui Model STAD dengan Media Puzzle Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016

0 0 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Pembelajaran IPA Melalui Model STAD dengan Media Puzzle Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016

0 0 16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Pembelajaran IPA Melalui Model STAD dengan Media Puzzle Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Pembelajaran IPA Melalui Model STAD dengan Media Puzzle Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran TGT Siswa Kelas 4 SD Negeri Seworan Wonosegoro Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran TGT Siswa Kelas 4 SD Negeri Seworan Wonosegoro Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016

0 0 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran TGT Siswa Kelas 4 SD Negeri Seworan Wonosegoro Boyolal

0 0 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN 4.1 - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran TGT Siswa Kelas 4 SD Negeri Seworan Wonosegoro Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 201

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran TGT Siswa Kelas 4 SD Negeri Seworan Wonosegoro Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016

0 0 99