PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGANPENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNINGPADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 DADAPAN KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGANPENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNINGPADA

SISWA KELAS V SD NEGERI 2 DADAPAN KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN

2013/2014 Oleh SUPARTINI

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi efektivitas model

pembelajaran dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Dadapan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

Metode penelitian ini menggunakan dua siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelakasanaan, pengamatan atau observasi dan refleksi.Subyek yang di amati adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Dadapan, waktunya semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Pengumpulan data dengan lembar observasi untuk data aktivitas belajar siswa, pengambilan data hasil belajar dengan lembar tes. Hasil penelitian tindakan kelas

menunjukan bahwa dengan model berbasis kontekstual aktivitas siswa mengalami peningkatan yaitu pada pra sisklus siswa yang aktif 3 siswa atau15%dan siklus 1siswa yang aktif berjumlah 5 siswa atau 15% sedangkan dalam siklus 2 siswa yang aktif berjumlah 16 siswa atau 70%. Sedangkan untuk hasil belajar yang mencapai KKM pada siklus 1 berjumlah 8 siswa (40%) dan 15 siswa yang belum mencapai KKM atau (60%), sedangkan pada siklus 2 siswa yang mencapai KKM 15 (75,00%) dan siswa yang tidak mencai KKM 5 (25,00%)

Penelitian ini menunjukan bahwa pada pembelajaran IPA dengan

menggunakan metode CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Berdasarkan hal tersebut peneliti menyimpulkan penggunaan metode CTL dapat digunakan dalam proses pembelajaran IPA sehingga meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan seorang wanita yang bernama Supartini yag dilahirkan di Gisting Kecamatan Talang Padang, Tanggamus pada tanggal 11 Maret 1961, sebagai anak ke tiga dari lima bersaudara Dari Pasangan Almarhum Bapak Supardi Dan Ibu Sukarni.

Penulis mengawali Pendidikan formalnya di Sekolah Dasar di SD N 1 Wonoharjo selesai pada tahun 1974. Dan pada tahun 1976 penulis diterima di SMP Xaverius gisting selesai pada tahun 1979, dan melanjutkan di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Xaverius Pringsewu selesai Tahun 1982.Selanjutnya tahun 2010 Penulis menjadi mahasiswa S 1 dalam jabatan, Program Studi S 1 Pedidikan Guru dalam Jabatan, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Lampung tahun sampai sekarang.


(7)

MOTO

Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmusemua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis,

dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur dan kerendahan hati, saya mempersembahkan laporan PTK ini, kepada orang yang terksih dan kusayangi sebagai berikut:

1. Kepada orang tua dan mertua dengan segala limpahan kasih sayang, doa, dan dorongan semangat untuk keberhasilan anaknya yang tidak mungkin

terlupakan.

2. Kepada Suami tercinta yang senantiasa dengan kesabaranya telah memberikan semangat dan motifasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan PTK ini.

3. Anak-anak ku yang selalu memberikan dorongan, inspirasi serta motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan.

4. Para dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membentu menyelesaikan PTK ini.

5. Kepala Sekolah SD N 2 Dadapan , Guru, karyawan, staf yang telah memeberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu. 6. Almamater tercinta Universitas Lampung


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Maslah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar... 7

B. Hasil Belajar ... 9

C. Metode CTL ... 11

D. Pembelajaran IPA... 18

E. Kerangka Pikir ... 22

F. Pertanyaan Penelitian ... 22

G. Hipotesis Tindakan... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 24

1. Subjek Penelitian ... 24

2. Waktu Penelitian ... 24

3. Tempat Penelitian... 24

4. Faktor yang diteliti ... 24

5. Sumber Data ... 24

6. Teknik Pengumpulan Data ... 25

B. Instrumen Penelitian... 25

C. Siklus PTK ... 26

D. Teknik Analisis Data ... 31


(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 35

B. Hasil Penelitian ... 37

C. Pembahasan ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTARPUSTAKA ... 61


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Hasil Belajar IPA Kelas V SD N 2 Dadapan ... …. 3

2. Penilaian Aktivitas siswa ... 33

3. Nilai aktivitas siswa siklus 1 ... 39

4. Data hasil belajar ... 40

5. Hasil Kinerja Guru ... 42

6. Data aktivitas siswa siklus 1 ... 48

7. Hasil belajar siswa siklus 2 ... 47

8. Data Distribusi Nilai siswa Siklus 1 ... 48

9. Data Distribusi siswa siklus 2 ... 48

10.Peningkatan Nilai siswa ... 49


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Alur Siklus PTK ... 26

2. Denah Lokasi ... 36

3. Grafik Nilai siswa ... 50

4. Siswa yang mencapai KKM ... 51

5. Diagram Peningkatan aktivitas siswa... 54

6. Peningkatan nilai siswa dalam setiap siklus... 55


(13)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Bertitik tolak pada tujuan pendidikan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan tercapainya tujuan pendidikan nasional berarti pula terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas dan bermutu. Mencapai tujuan nasional itu bukan merupakan tanggung jawab salah satu pihak saja, melainkan harus ada kerja sama dari berbagai pihak. Pihak-pihak yang sangat erat hubungannya dengan pendidikan adalah keluarga, masyarakat, pemerintah, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh lembaga pendidikan swasta. Usaha pembaharuan pendidikan tersebut misalnya, pembaharuan kulikulum, metode-metode mengajar, media mengajar, cara penerimaan siswa, dan mahasiswa baru. Adanya usaha tersebut maka kita dapat menciptakan dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.


(14)

2

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan seperti penyempurnaan kurikulum, perbaikan dan pengadan alat-alat pendidikan, perbaikan metode mengajar serta penyempurnaan perangkat dan fasilitas pendidikan lainnya Akan tetapi upaya tersebut masih belum menampakkan hasil yang memuaskan, hal ini terlihat dari rendahnya mutu lulusan lembaga pendidikan (sekolah).

Rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari berbagai indikasi seperti kurang mampunya lulusan lembaga pendidikan menyesuaikan diri dengan lingkuangannya, tingginya angka putus sekolah, rendahnya disiplin dan motivasi siswa dalam belajar serta rendahnya prestasi belajar siswa . Khususnya prestasi belajar siswa terutama pada sekolah dasar masih belum menggembirakan, ini terlihat dari rata-rata ulangan harian yang diperoleh siswa masih jauh dari yang diharapkan.

Pembelajaran IPA di SD N 2 Dadapan khususnya pada kelas V belum mencapai nilai yang diharapkan atau mencapai KKM,hal ini disebabakan oleh banyak hal, diantaranya adalah kurangnya guru dalam menggunakan metode pembelajaran, guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional dan hanya menggunakan metode ceramah, dari jumlah siswa yang ada yaitu dari 20 siswa barulah 5 orang siswa yang telah tuntas dalam pembelajaran 25% anak yang mendapatkan nilai di atas KKM, yaitu mendapatkan nilai diatas 65. Hal ini lah yang melatar belakangi mengapa peneliti ingin mengadakan PTK pada siswa kelas V mata pelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual karena


(15)

penulis menggangap bahwa, pendekatan kontekstual merupakan, salah satu pendekatan yang mengaitkan pelajaran yang ada dengan realitas atau kehidupaan yang ada dalam lingkungan belajar sehingga paraa siswa mudah mengerti dan memahaminya, untuk nilai aktivitas dan hasil belajar IPA sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 1.Nilai Keaktivan dan Hasil Belajar Siswa

No Nilai KKM Jumlah

Orang Persentase Kategori

1 0 – 44 65 6 30% Belum

Tuntas

2 45-54 65 5 25% Belum

Tuntas

3 55-64 4 20% Belum

Tuntas

4 65-100 5 25% Tuntas

Jumlah 20 100%

Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwasanya dari 20 siswa yang mendapatkan nilai tinggi atau yang telah tuntas dalam pembelajaran hanya 5 orang siswa atau 25%, sedangkan siswa yang belum tuntas dalam pemebelajaran berjumlah 15 siswa atau 75%.

Hal ini diduga karena model pembelajaran yang digunakan guru kurang bisa diterima atau masih meggunakan metode ceramah, maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode

Contextual Teaching And Learning ( CTL), hal ini didasari karena metode


(16)

4

dengan keidupan yanga ada di lingkungan siswa. Maka peneliti mengambil judul “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Sisiwa pada Pelajaran IPA kelas V SD N 2 Dadapan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus melalui Contextual

Teaching And Learning ( CTL). “

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut

1. Rendahnya aktivitas siswa kelas V SDN 2 Dadapan dalam pembelajaran IPA, dari 20 siswa yang mempunyai Aktivitas tinggi hanya 5 Siswa

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA siswa Kelas V SD N 2 Dadapan, dari 20 siswa yang mencapai KKM barulah 5 siswa.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Berapakah peningkatan aktivitas belajar siswa kelas V SDN 2 Dadapan dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL)

2. Berapakah peningkatan hasil belajar IPA pada siwa kelas V SD N 2 Dadapan dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL)


(17)

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Ingin menegathui peningkatan Aktivitas belajar siswa pada pelajara IPA dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) pada siswa kelas V SD N 2 Dadapan

2. Ingin mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan menggunakan pendekatan Contextual

Teaching And Learning (CTL) pada siswa kelas V SD N 2 Dadapan

E.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Memberikan pengalaman bagi siswa tentang belajar dengan menggunakan metode Proses, sehingga mendorong peningkatan kemampuan menulis siswa supaya meningkatkan hasil belajar.

2. Bagi guru

Merupakan wawasan bagi guru bahwa mengajar metode Proses adalah suatu metode mengajar yang dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa sehinga hasil belajar bisa lebih baik.


(18)

6

3. Bagi sekolah

Meningkatkan tanggung jawab dalam peningkatan kualitas pembelajaran dan kelulusan.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan serta wawasan peneliti dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan proses.


(19)

KAJIAN PUSTAKA

A.Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang. Aktivitas merupakan kegiatan untuk melakukan sesuatu yang telah direncanakan dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhannya. Kaitannya dengan belajar, serta urgensinya, dijelaskan oleh Sardiman di dalam bukunya interaksi dan motivasi belajar mengajar sebagai berikut:

“mengapa di dalam belajar memerlukan aktivitas sebab pada prinsipnya belajar

adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip di dalam interaksi belajar mengajar.(Sardiman, 2001:93)

Pengertian belajar menurut Trianto (2010 : 17) adalah sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.

Marno dan Idris (2008: 150) menjelaskan bahwa cara mengaktifkan belajar siswa adalah dengan memberikan berbagai pengalaman bermakna yang bermanfaat bagi kehidupan siswa dengan memberikan rangsangan tugas, tantangan, memecahkan masalah, atau mengembangkan pembiasaan agar


(20)

8

dalam dirinya tumbuh kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya dan oleh karena itu perlu dilakukan sepanjang hayat.

Marno dan Idris (2008: 151) juga mengungkapkan ada tiga tipe belajar siswa, yaitu: (1) visual, dimana dalam belajar, siswa tipe ini lebih mudah belajar dengan cara melihat atau mengamati, (2) auditori, di mana siswa lebih mudah belajar dengan mendengarkan , dan (3) kinestetik, di mana dalam pembelajaran siswa lebih mudah belajar dengan melakukan.

Mudjiono dan Dimyati (2009: 248) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor intern dan faktor ekstern yang berpengaruh kepada aktivitas belajar siswa. Faktor intern yaitu seperti: (1) sikap terhadap belajar; (2) motivasi belajar; (3) konsentrasi belajar; (4) mengolah bahan belajar; (5) menyimpan perolehan hasil belajar; (6) menggali hasil belajar yang tersimpan; (7) kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar; (8) rasa percaya diri siswa; (9) intelegensi dan keberhasilan belajar; (10) kebiasaan belajar; (11) cita-cita siswa. Faktor ekstern yaitu seperti (1) guru sebagai pembina siswa belajar; (2) prasarana dan sarana pembelajaran; (3) kebijakan penilaian; (4) lingkungan sosial siswa di sekolah; (5) kurikulum sekolah.

Suprayekti (2009: 1.23) mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran guru tidak hanya sebagai satu-satunya narasumber dan tidak hanya sebagai pengajar namun juga sebagai fasilitator yang membantu siswa belajar. Dengan pembelajaran yang seperti ini maka akan terjadi adanya komunikasi antara guru dengan siswa.


(21)

Tugas guru sebagai komunikator adalah mengolah pesan dan menentukan penyampaian pesan agar dapat diterima dengan baik oleh siswa. Hal ini media berperan sebagai sumber belajar, guru sebagai fasilitator, dan siswa sebagai subjek yang menemukan suatu konsep belajar dan juga alternatif pemecahan masalah dari pengalaman yang mereka dapat dan tentunya dengan bimbingan dari guru.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, aktivitas belajar adalah suatu proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan.

B.Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar merupakan suatu bentuk perubahan tingkah laku yang relative menetap. Anak yang berhasil belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran ( Abdurrahman 2003:37).

Belajar menurut Gagne dalam Mudjiono dan Dimyati (2009: 10) adalah merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Belajar adalah seperangkat proses kognitifyang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Kegiatan belajar mengajar terdapat evaluasi hasi belajar yang merupakan proses


(22)

10

untuk menentukan nilai hasil belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, di mana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasikan, maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk berbagai keperluan Mudjiono dan Dimyati (2009: 200). Mudjiono dan Dimyati juga berpendapat bahwa hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan seperti: (1) untuk diagnostik dan pengembangan; (2) untuk seleksi; (3) untuk kenaikan kelas; (4) untuk penempatan.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar merupakan suatu bentuk perubahan tingkah laku yang relative menetap. Anak yang berhasil belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran (Abdurrahman, 2003:37).

Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa terhadap penyerapan materi yang diberikan gurunya yang diwujudkan atau yang telah diberikan oleh guru kepada siswa setelah melakukan proses pembelajaran


(23)

C.Pendekatan Contextual Teaching And Learning ( CTL). 1. Pengertian Pendidikan Kontekstual

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran atau lebih dikenal dengan sebutan (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan keadaan dunia nyata anak didik yang dapat mendorong mereka mampu membuat hubungan antara pengetahuan dapat dipelajari dan penerapan dalam kehidupannya sebagai anggota keluarga maupun masyarakat (Rusman, 2010:188).

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, siswa didorong untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana cara mencapainya. Mereka akan memposisikan diri sebagai pihak yang memerlukan bekal untuk hidupnya masa nanti. Tugas guru lebih banyak memberi strategi dari pada memberi informasi.

Menurut Rusman (2010:193) di dalam pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen yaitu:

1) Kontruktivisme (constructivisme) 2) Menemukan (inquiri)

3) Masyarakat belajar (learning community) 4) Bertanya (question)

5) Pemodelan (modeling)

6) Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment) 7) Refleksi (reflecting)


(24)

12

Dari bdeleapan komponen pembelajaran CTL di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Konstruktivisme (constructivisme)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir bagi metode kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak seketika.

Pengetahuan yang nyata bagi siswa adalah sesuatu yang dibangun atau ditentukan oleh siswa itu sendiri. Proses pembelajaran harus dikemas menjadi proses

“mengkonstruksi”, bukan berarti menerima informasi atau sendiri mengetahuinya

melalui keterlibatan secara aktif dalam proses pembelajaran.

2) Menemukan (inquiri)

Menemukan (inquiri) merupakan bagian inti kegiatan berbasis kontekstual. Siswa tidak menerima pengetahuan dan keterampilan hanya dari mengingat seperangkat fakta-fakta saja, tetapi berasal dari pengalaman menemukan sendiri. Kegiatan ini guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Langkah-langkah inquiri, antara lain:

a) Merumuskan masalah.

b) Mengamati dan melakukan observasi, termasuk baca buku bacaan atau mengumpulkan informasi. Menganalisis dan menyimpulkan hasil karya dalam tulisan, laporan, gambar, tabel dan sebagainya.


(25)

c) Menyajikan, mengkomunikasikan hasil karyanya di depan guru, teman sekelas atau audien yang lain,

3) Masyarakat belajar (learning community)

Dalam kegiatan kelas yang menggunakan metode CTL, guru disarankan selalu melaksanakan secara kelompok, pengetahuan learning community senantiasa mendorong terjadinya proses komunikasi multi arah. Beberapa hal yang dapat diwujudkan untuk mengembangkan yaitu Pembentukan kelompok kecil, Pembentukan kelompok besar, Mendatangkan ahli di kelas (sastrawan, tokoh dan lain-lain), Bekerja dengan kelas yang sederajat, bekerja sama dengan masyarakat. Yaitu dengan cara berdiskusi didalam kelas

4) Bertanya (question)

Biasanya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang berawal dari sebuah pertanyaan. Pertanyaan berguna untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan siswa. Bagi siswa pertanyaan berguna untuk menggali informasi, mengecek informasi yang didapatkannya, mengarahkan pengetahuan dan memastikan penemuan yang dilakukannya.

5) Pemodelan (modeling)

Komponen selanjutnya adalah pemodelan, maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tentu ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contohnya


(26)

14

karya tulis, cara menghafal bahasa Inggris dan sebagainya. Sedangkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengna cara pemodelan bagaimana cara mengemat air dan penjernihan air

6) Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment)

Assesment adalah proses penngumpulan berbagai data yang bisa memberikan

gambaran perkembangan belajar siswa. Karena gambaran tentang kemajuan belajar diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka assesment tidak dilakukan di akhir priode pembelajaran (semester), tetapi dilakukan bersama secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran. Yaitu guru melakukan pengamatan terhadap aktivitas dan kerja siswa dalam setiapproses belajar pembelajaran.

7) Refleksi (reflecting)

Refleksi adalah kegiatan merenungkan kembali, mengingat kembali, mengkonstruksi ulang atau membuat inti pengalaman. Refleksi merupakan respon terhadap pengalaman yang telah dilakukan, Yaitu dengan cara menyimpulkan tentang pelajaran yang telah diberikan. aktivitas yang baru dijalani dan pengetahuan yang baru saja diterima dengan merefleksikan sesuatu. Yang beretujuan untuk mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan dalam pertemuan sehingga siswa lebih memeahami pelajaran dan Siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajari. Refleksi tersebut dapat dilakukan per bagian,


(27)

diakhir jam pelajaran, di akhir bab atau tema dalam kesempatan apapun. Rusman (2010:193)

Dalam pembelajaran kontekstual ada lima langkah bentuk belajar yaitu:

a. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti kontruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah dikenal siswa dengan informasi baru.

b. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual di mana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun mengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

c. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistis dan relevan.

d. Kerjasama.Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.


(28)

16

e. Mentrasfer. para guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hapalan. (Rusman, 2010:190).

1. Kelebihan dan kelemahan pendekatan kontekstual (contekstual teaching and learning)

1) Kelebihan pendekatan kontekstual

a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja materi itu akan berfungsi secara fungsioanal, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguasaan konsep kepada siswa karena pendekatan kontekstual menganut aliran kontruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.

2) Kelemahan pendekatan kontekstual bagi Guru

a) Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam pendekatan kontekstual atau CTL, guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang, kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat


(29)

perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran

guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak

melainkan guru adalah pemebimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai apa yang diterapkan semula.

2. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

Langkah-langkah pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual sebagai berikut: a) Guru mengaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa,

mengaitkan apa yang sudah dikenal siswa dengan informasi baru.

b) Siswa menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun hal yang diketahui sebelumnya.

c) Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistis dan relevan.

d) Guru membagi kelompok

e) Guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.


(30)

18

D.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Surjani (2010:11) mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut dengan singkatan sebagai sains. Sains (Inggris: Science) berasal dari kata latin

“scientia” yang berarti (1) pengetahuan tentang, atau tahu tentang; (2) pengetahuan,

pengertian, faham yang benar dan mendalam. Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui model tertentu. Proses pencarian ini telah diuji kebenarannya secara bersama-sama oleh beberapa ahli sains dan pemirsanya. Sains menjelaskan apa yang termasuk bidang kajiannya dan untuk itu diperlukan objektivitas dan kejelasan model . Selain itu sains berusaha menguasai alam dan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan manusia, meningkatkan taraf hidup, efisiensi, dan efektifitas kerja. Sejarah sains dari zaman ke zaman membantu manusia menemukan Model dan struktur yang tepat untuk bidang kajiannya.

Menurut pandangan konstruktivis dalam proses pembelajaran IPA seyogianya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses belajar berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dalam kegiatan nyata. Pembentukan pengetahuan mewarnai pembentukan sistem konseptual IPA bagi yang mempelajarinya (Nono, 2009: 8.18).

Surjani (2010: 12) juga menjelaskan bahwa secara umum ilmu pengetahuan alam mempunyai ciri khas yang berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya. Kebanyakan


(31)

pengetahuan mengenai alasan ini didapat secara empiris, yakni pengamatan langsung atas kejadian di alam.

Pengumpulan pengamatan ini merupakan data yang sangat berharga yang nanti setelah diolah akan menghasilkan informasi yang akurat karena manusia dianugerahi akal budi atau rasio yang cukup untuk mengolah informasi-informasi ini. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan alam ditunjang oleh penggunaan metodologi yang tepat. Model penarikan kesimpulan berdasarkan fakta serta premis sebelumnya memberikan alur pikir logis yang tidak mudah goyah.

Surjani (2010: 12) mengungkapkan fungsi dari ilmu pengetahuan alam atau sains yaitu: (1) Sains membantu manusia berpikir dalam pola sistematis. (3) Sains dapat menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama lain antar gejala alam. (4) Sains dapat digunakan untuk meramalkan gejala alam yang akan terjadi berdasarkan pola gejala alam yang dipelajari. (5) Sains digunakan untuk menguasai alam dan mengendalikannyademi kepentingan manusia. (6) Sains digunakan untuk melestarikanalam karena sumbangan ilmunya mengenai alam.

Pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pembelajaran ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena atau gejala-gejala alam dan segala sesuatu yang ada di alam yang kegiatannya menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa Model ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen.


(32)

20

1. Hakikat IPA

IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya Model ilmiah dan sikap ilmiah. Model ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA.

Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7) adalah sebagai berikut:

a) Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.

b) Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.

c) Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

d) Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurn dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya. Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan Model ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.


(33)

Penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan Model ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk)

2. Belajar IPA

Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh


(34)

22

potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses

E.Kerangka Pikir

Pendekatan Contextual Teaching And Learning ( CTL). sebagai alternatif model pembelajaran guna meningkatkan kualiatas pembelajaran. Model ini berusaha untuk mengaitkan segala fenomena alam atau lingkungan dengan pelajaran, sehingga diharapakan siswa lebih mudah menerima penjelasan atau materi yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas, dengan penerapan Pendekatan Contextual Teaching And

Learning ( CTL). diharapkan terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa

dalam proses pembelajaran.

F. Pertanyaan Penelitian

a. Pembelajaran IPA menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning ( CTL)., dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SDN 2 Dadapan semester Genap tahun 2013/2014.

b. Pembelajaran IPA menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning ( CTL)., dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Dadapan semester Genap tahun 2013/2014.


(35)

G.Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut “ Apabila pembelajaran IPA menggunakan pendekatan (CTL) dengan langkah-langkah yang benar maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 2 Dadapan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2013/2014


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Setting Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Dadapan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 11 perempuan dan 9 laki-laki.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yaitu selama 3 (tiga) bulan, yaitu dari bulan Januari sampai Maret tahun pelajaran 2013/2014

3. Tempat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Dadapan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

4. Faktor yang diteliti

Faktor yang di teliti adalah aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL)

5. Sumber data

Sumber data yaitu siswa kelas V SD Negeri Negeri 2 Dadapan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus


(37)

6. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas ini teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini peneliti mengunakan dua teknik pengumpulan data yakni:

1) Non Tes : adalah lembar pengamatan yang digunakan untuk mengamati aktivitas setiap siswa selama mengikuti proses pembelajaran pada setiap siklus. Teknik pengumpulan data pada siklus 3 adalah lembar pengamatan yang diisi oleh guru sebagai peneliti dan hasilnya dianalisis.

2) Tes : adalah lembar soal tertulis yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa pada setiap siklus. Teknik pengumpulan data tes hasil belajar adalah lembar soal berupa pilihan ganda dan essy yang dikerjakan oleh siswa setelah proses pembelajaran dan hasilnya dikoreksi untuk diadakan pensekoran dan penialian. Tester pada tes belajar ini adalah guru sebagai peneliti.

B. Instrumen Penilaian 1. Lembar Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap objek yang akan dicatat datanya, dengan persiapan yang matang, dilengkapi dengan instrumen tertentu.

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan melalui pengamatan disertai dengan pencatatan segala gejala-gejala yang tampak. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan


(38)

26

dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti luas observasi tidak hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung

2. Perangkat Tes

Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan secara lisan tentang aspek-aspek psikologis sebagai data atau informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian tindakan kelas yang harus dijawab secara lisan pula (Kusnandar 2011:186).

Tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa sebelum dan sesudah tindakan dilaksanakan dengan cara membandingkan nilai yang diperoleh siswa dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh guru.

C.Siklus PTK

Penelitian ini siklus PTK yang akan peneliti lakukana adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Siklus PTK Arikunto (2006:97) PENGAMATAN


(39)

Yang dijabarkan dalam penjelasan di bawah ini: 1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini hal yang dilakukan oleh peneliti adalah: 1) Menetapkan kelas yang akan diteliti yakni kelas V SDN 2 Dadapan 2) Menentukan pokok bahasan. Materi yang akan dibahas adalah

Pelajaran IPA

3) Membuat Pemetaa, silabus, RPP (Rencana pelaksanaan pelajaran) 4) Menyiapkan buku teks untuk di praktikan

5) Menyiapkan teks formatif, berupa soal protes dan postes 6) Menyiapkan lembar kerja siswa

b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini mengunakan beberapa tahapan dimana dalam penelitian ini menggunakan metode CTL. Kegiatan pelaksanaan ini sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

1) guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, 2) guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi, 3) guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran

b) Kegiatan inti


(40)

28

2) Menjelaskan tentang materi untuk menambah pengetahuan siswa

(Kontruktivisme).

3) Menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk memahami petunjuk tentang proses daur air dan mendiskusikan, kemudian membuat kesimpulan tentang proses daur air di Bumi (Inquiri).

4) Setelah 30 menit semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelompok yang lain dan kelompok yang lain menanggapi (Learning

Community).

5) Setelah kelompok selesai mempresentasikan dan dilanjutkan dengan tanya jawab (question).

6) memberi komentar tentang hasil diskusi masing-masing kelompok dan membuat kesimpulan.

7) Sebagai kegiatan terakhir, guru menjelaskan tentang proses daur air dan peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan memberikan contoh gambar daur air dan peristiwa (modeling).

8) Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan (reflection).

c) Kegiatan akhir

Dalam kegiatan ahir ini guru memberikan refleksi tentang pembelajaran IPA dengan menggunakan model CTL, lalu guru menutup pelajaran dengan salam


(41)

c. Observasi atau pengamatan

Observasi atau pengamatan dilakukan oleh peneliti pada saat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan yaitu pada siklus 1. Dalam kegiatan observasi ini guru mendapatkan data aktivitas dan hsil belajar dalam pelaksanaan siklus 1 ini, yang mana data tersebut digunakan untuk meningkatkan pembelajaran di siklus selanjutnya d. Refleksi

Tahapan ini peneliti melakukan refleksi yang bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran untuk siklus 2, agar pembelajaran dalam siklus 2 mendapatkan hasil yang lebih bagus dan maksimal

2. Siklus 2 a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini hal yang dilakukan oleh peneliti adalah: 1) Menetapkan kelas yang akan diteliti yakni kelas V SDN 2 Dadapan 2) Menentukan pokok bahasan. Materi yang akan dibahas adalah

Pelajaran IPA

3) Membuat Pemetaa, silabus, RPP (Rencana pelaksanaan pelajaran) 4) Menyiapkan buku teks untuk di praktikan pada

5) Menyiapkan teks formatif, berupa soal postes 6) Menyiapkan lembar kerja siswa


(42)

30

b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini mengunakan beberapa tahapan dimana dalam penelitian ini menggunakan metode CTL. Kegiatan pelaksanaan ini sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

1) guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, 2) guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi, 3) guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran

b) Kegiatan inti

1) Membagi siswa menjadi lima kelompok (Learning Community). 2) Menjelaskan tentang materi untuk menambah pengetahuan siswa

(Kontruktivisme).

3) Menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk memahami petunjuk tentang proses daur air dan mendiskusikan, kemudian membuat kesimpulan tentang proses daur air di Bumi (Inquiri).

4) Setelah 30 menit semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelompok yang lain dan kelompok yang lain menanggapi (Learning

Community).

5) Setelah kelompok selesai mempresentasikan dan dilanjutkan dengan tanya jawab (question).

6) memberi komentar tentang hasil diskusi masing-masing kelompok dan membuat kesimpulan.


(43)

7) Sebagai kegiatan terakhir, guru menjelaskan tentang proses daur air dan peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan memberikan contoh gambar daur air dan peristiwa (modeling).

8) Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan (reflection).

c) Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir ini guru memberikan refleksi tentang pembelajaran IPA dengan menggunakan model CTL, lalu guru menutup pelajaran dengan salam

c. Observasi atau pengamatan

Observasi atau pengamatan dilakukan oleh peneliti pada saat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan yaitu pada siklus 2. Dalam kegiatan observasi ini guru mendapatkan data dalam pelaksanaan siklus 2 ini, yang mana data tersebut digunakan untuk meningkatkan pembelajaran di siklus selanjutnya

d. Refleksi

Pada tahapan ini peneliti melakukan refleksi yang bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran untuk pembelajaran berikutnya, agar pembelajaran mendapatkan hasil yang lebih bagus dan maksimal.

D.Teknik analisis data

Keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu


(44)

32

metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

.

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

% 100 . . . x Siswa belajar tuntas yang Siswa P

 (Purwanto, 2008:102)

Selanjutnya untuk menilai ke aktivan siswa disini peneliti menggunakan lembar observasi belajar siswa pada setiap siklus dengan format sebagai berikut Lembar pengamatan III adalah data primer yang digunakan untuk menilai aktifitas belajar siswa pada setiap siklus dengan format sebagai berikut :


(45)

Tabel 2 Penilaian Aktivitas Siswa

No Aspek yang dinilai Sekor

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7

Memperhatikan penjelasan guru Bertanya kepada guru.

Mencatat/menyalin/menulis hasil. Berdiskusi mengerjakan LKS Menjawab atau menanggapi pertanyaan.

Menyimpulkan kembali hasil diskusi.

Mengerjakan soal latihan.

Jumlah skor

Presentase aktivitas belajar siswa

Keterangan :

(1) Sangat tidak aktif. (2) Tidak aktif. (3) Kurang aktif. (4) Aktif.

(5) Sangat aktif.

dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, karena data yang diperoleh berbentuk kategori/kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisasi sejauh mana tingkat aktivitas belajar setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada setiap siklus, dengan teknik analisis data sebagai berikut :


(46)

34

Keterangan :

%AS : Presentase aktivitas siswa

JSS : Jumlah sekor aktivitas belajar siswa

JSM : jumlah sekor maksimal (Purwanto, 2008:106)

E.Indikator Kinerja

Ada dua indikator keberhasilan atau dikatakan berhasil dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan CTL apabila,

a. Untuk aktivitas siswa : Apabila siswa yang aktif dalam pembelajaran telah mencapai ≥ 75%.

b. Sedangkan untuk ketuntasan belajar miinimala 75% siswa yang tuntas belajar dari nilai KKM 65. Maka pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan

Contextual Teaching And Learning (CTL) dinyatakan behasil.

% AS = J S S x 100


(47)

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Setelah melaksanakan penelitian Tindakan kelas terhadap siswa kelas V SD Negeri 2 Dadapan Kecamatan sumberejo Kabupaten Tanggamus, maka peneliti memperoleh beberapa simpulan antara lain sebagai berikut:

1. Pendekatan pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran IPAsiswa kelas V SD Negeri 2 Dadapan kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

2. Prestasi belajar IPA dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) mengalami peningkatan pada siklus 1 di bandingkan sebelum tindkan, yaitu berdasarkan analisis data penelitian yang penulis lakukan maka dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswwa kelas V SD Negeri 2 Dadapan dalam pembelajaran IPA pada materi daur air menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), dengan nilai rata-rata pada tes kedua lebih tinggi dari pada tes pertama dapat dibuktikan dari hasil tes penelitian sebagai berikut. Hasil rata-rata pra penelitian sebesar 53, selanjutnya pada tes siklus 1 nilai rata-rata meningkat menjadi 59,75, pada tes siklus 2 nilai rata meningkat lagi menjadi 72,25, dengan jumlah siswa yang telah mencapai KKM 15 siswa.


(48)

59

Dengan demikian, penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, penulis memberikan saran-saran sebagi berikut: 1. Bagi siswa

a) Siswa perlu berlatih dan banyak praktik dalam pembelajaran IPA.

b) Agar lebih banyak belajar di rumah bagi siswa yang belum tuntas agar dapat memahami materi selanjutnya

2. Bagi Guru

a) Guru perlu memberikan bimbingan secara intensif kepada siswa dalam pembelajaran IPA.

b) Bagi guru agar melakukan inovasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai karakteristik pokok bahasan, seperti penggunaan pendekataan CTL dalam Pelajaran IPA

c) Siswa yang belum tuntas hendaknya diremidi dan diberikan bimbingan khusus pada indikator yang belum tercapai,

3. Bagi sekolah

Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan guna mendukung kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan siswa pada pelajaran IPA


(49)

4. Bagi peneliti yang akan datang

Agar lebih meningkatkan lagi metode pembelajaran, agar bisa mencapai ketuntasan belajar secara individu, dan bisa menggunakan media pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 1999. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Fajri dan Senja. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publisher. Hera, L. 2005, Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Kusnandar. 2011. Langkah mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Rajawali pers

Lukman.1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Marno, M. 2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Mudjiono, daDemyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Purwanto, N. 2008, Evaluasi Pendidikan dan Pembelajaran: PT. Remaja karya. Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran dan pengajaran. Bandung:

Remaja Karya.

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

Suprayekti. 2009. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Sutarno, N. 2009. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Surjani. 2010. Dasar-Dasar Sains Menciptakan Masyarakat Sadar Sains. Jakarta: PT Indeks


(51)

Suryasubrata, B.1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah.Jakarta:PT.Rineksa Cipta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.

Usman, U. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi


(1)

Keterangan :

%AS : Presentase aktivitas siswa

JSS : Jumlah sekor aktivitas belajar siswa

JSM : jumlah sekor maksimal (Purwanto, 2008:106)

E.Indikator Kinerja

Ada dua indikator keberhasilan atau dikatakan berhasil dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan CTL apabila,

a. Untuk aktivitas siswa : Apabila siswa yang aktif dalam pembelajaran telah mencapai ≥ 75%.

b. Sedangkan untuk ketuntasan belajar miinimala 75% siswa yang tuntas belajar dari nilai KKM 65. Maka pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan

Contextual Teaching And Learning (CTL) dinyatakan behasil.

% AS = J S S x 100 J S M


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Setelah melaksanakan penelitian Tindakan kelas terhadap siswa kelas V SD Negeri 2 Dadapan Kecamatan sumberejo Kabupaten Tanggamus, maka peneliti memperoleh beberapa simpulan antara lain sebagai berikut:

1. Pendekatan pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran IPAsiswa kelas V SD Negeri 2 Dadapan kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

2. Prestasi belajar IPA dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) mengalami peningkatan pada siklus 1 di bandingkan sebelum tindkan, yaitu berdasarkan analisis data penelitian yang penulis lakukan maka dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswwa kelas V SD Negeri 2 Dadapan dalam pembelajaran IPA pada materi daur air menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), dengan nilai rata-rata pada tes kedua lebih tinggi dari pada tes pertama dapat dibuktikan dari hasil tes penelitian sebagai berikut. Hasil rata-rata pra penelitian sebesar 53, selanjutnya pada tes siklus 1 nilai rata-rata meningkat menjadi 59,75, pada tes siklus 2 nilai rata meningkat lagi menjadi 72,25, dengan jumlah siswa yang telah mencapai KKM 15 siswa.


(3)

Dengan demikian, penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, penulis memberikan saran-saran sebagi berikut: 1. Bagi siswa

a) Siswa perlu berlatih dan banyak praktik dalam pembelajaran IPA.

b) Agar lebih banyak belajar di rumah bagi siswa yang belum tuntas agar dapat memahami materi selanjutnya

2. Bagi Guru

a) Guru perlu memberikan bimbingan secara intensif kepada siswa dalam pembelajaran IPA.

b) Bagi guru agar melakukan inovasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai karakteristik pokok bahasan, seperti penggunaan pendekataan CTL dalam Pelajaran IPA

c) Siswa yang belum tuntas hendaknya diremidi dan diberikan bimbingan khusus pada indikator yang belum tercapai,

3. Bagi sekolah

Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan guna mendukung kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan siswa pada pelajaran IPA


(4)

60

4. Bagi peneliti yang akan datang

Agar lebih meningkatkan lagi metode pembelajaran, agar bisa mencapai ketuntasan belajar secara individu, dan bisa menggunakan media pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa.


(5)

Arikunto, S. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 1999. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Fajri dan Senja. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publisher. Hera, L. 2005, Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Kusnandar. 2011. Langkah mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Rajawali pers

Lukman.1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Marno, M. 2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Mudjiono, daDemyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Purwanto, N. 2008, Evaluasi Pendidikan dan Pembelajaran: PT. Remaja karya. Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran dan pengajaran. Bandung:

Remaja Karya.

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

Suprayekti. 2009. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Sutarno, N. 2009. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Surjani. 2010. Dasar-Dasar Sains Menciptakan Masyarakat Sadar Sains. Jakarta: PT Indeks


(6)

Suryasubrata, B.1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah.Jakarta:PT.Rineksa Cipta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.

Usman, U. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SINAR SEMENDO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 48

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG SUGIH BESAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 47

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 55

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN TEKNIK JIGSAW PADA SISWA KELAS V DI SDN 2 SUMBER MULYO KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 64

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GUNUNG MULYO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 46

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 29 81

PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGANPENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNINGPADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 DADAPAN KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 51

PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGANPENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNINGPADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 DADAPAN KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 19 53

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BUNGA DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH I BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 42

PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

0 0 8