PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG SUGIH BESAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

(2)

LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG

SUGIH BESAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh:

YUSMALA

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Tahun Pelajaran 2012/2013. Tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui Model CTL siswa kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Lampung Timur.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research. Penelitian ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus-siklus tindakan, yang berlangsung sebanyak 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi untuk data aktivitas belajar dan tes untuk hasil belajar. Teknis analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Tahun Pelajaran 2012/2013. Peningkatan aktivitas siswa siklus I 61,06%, siklus II 71,30% dan siklus III yaitu 81,36%. Rata-rata hasil belajar siswa siklus I 63,55 siswa tuntas 19 orang (66%) dan yang tidak tuntas 10 orang (34%). Rata-rata hasil belajar siswa siklus II 72,53 siswa tuntas 23 orang (79%) dan yang tidak tuntas 6 orang (21%). Rata-rata hasil belajar siswa siklus III 77,56 siswa tuntas 29 orang (100%) dan yang tidak tuntas 0 orang (0%). Kata Kunci: Model Pembelajaran CTL, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar.


(3)

(4)

(5)

(6)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah. ... 5

1.3 Rumuasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian. ... 6

1.5 Manfaat Penelitian. ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Matematika SD ... 9

2.1.1 Pengertian Matematika. ... 9

2.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika. ... 10

2.1.3 Ruang Lingkup Matematika. ... 11

2.2. Belajar. ... 12

2.2.1 Pengertian Aktivitas Belajar. ... 12

2.2.2 Pengertian Hasil Belajar. ... 14

2.2.3. Model Pembelajaran 2.2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran. ... 16

2.2.3.2 Macam-macam Model Pembelajaran. ... 18

2.2.4. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL). .... 19

2.2.4.1 Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL). ... 19

2.2.4.2 Karakteristik Model pembelajaran CTL. ... 20

2.2.4.3 Komponen Pembelajaran CTL. ... 21

2.2.4.4 Prosedur Pembelajaran CTL di Kelas. ... 23

2.3. Hipotesis Tindakan. ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian. ... 26

3.2. Setting Penelitian. ... 27

3.2.1. Waktu Penelitian. ... 27

3.2.2 Tempat Penelitian. ... 27

3.2.3 Subjek Penelitian. ... 27

3.3. Sumber Data ... 28

3.4. Instrumen Penelitian. ... 28

3.5. Teknik Analisa Data. ... 29

3.6. Prosedur Penelitian ... 30


(7)

4.1. Jenis Penelitian. ... 36

4.2. Prosedur Penelitian. ... 37

4.3 Hasil Penelitian. ... 39

4.2.1. Pelaksanaan Siklus I. ... 39

4.2.2 Pelaksanaan Siklus II. ... 61

4.2.3 Pelaksanaan Siklus III. ... 78

4.3. Pembahasan ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan. ... 105

5.2. Saran. ... 106

DAFTAR PUSTAKA... 107 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

(9)

(10)

(11)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Guru adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan. Demikian halnya guru di sekolah dasar (SD). Pendidikan di tingkat SD adalah pondasi atau pilar bagi jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga pembelajaran di SD haruslah diselenggarakan secara optimal. Tetapi pada kenyataannya, pembelajaran di SD belum berlangsung secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil belajar yang masih rendah, khususnya mata pelajaran matematika. Tidak maksimalnya perolehan hasil belajar mata pelajaran matematika disebabkan oleh antara lain rendahnya aktivitas belajar siswa.

Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar diantaranya mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang didasarkan pada desain kajian seorang guru agar bisa diterima siswa yang nantinya akan menciptakan suasana pembelajaran yang baik. Apabila siswa sudah bisa mengikuti pembelajaran yang guru laksanakan, maka diharapkan aktivitas daan hasil belajar dapat meningkat.

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap siswa. Hal ini nampak rerata hasil belajar yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil dari pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi siswa itu sendiri, yaitu


(12)

bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.

Informasi yang diperoleh dari observasi dan wawancara dengan guru diketahui bahwa hasil belajar matematika SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar di Kelas V masih rendah yakni rata-rata 55, sedangkan KKM di sekolah tersebut adalah 61. Siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 19 siswa (66%), sedangkan siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 10 siswa (34%). Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa, penulis melakukan penelitian tindakan kelas pada siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar dengan menggunakan model Contextual Teaching And Learning (CTL).

Kurangnya aktivitas belajar matematika siswa dalam proses belajar mengajar telah lama menjadi bahan pikiran setiap guru kelas sekolah dasar, hal ini terlihat bahwa pada umumnya siswa menampakkan sikap yang kurang bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam menerima pelajaran. Kurang siapnya siswa dalam menerima pelajaran tersebut akan berpengaruh dalam proses belajar mengajar, karena akan mengakibatkan suasana kelas kurang aktif dan interaksi timbal balik antara guru dan siswa kurang, serta interaksi antara siswa dengan siswa tidak terjadi, sehingga siswa cenderung bersikap pasif dan hanya menerima apa yang diberikan guru dan pada akhirnya hasil belajar mereka rendah dan tidak memenuhi standar KKM yang telah ditetapkan yaitu 61.


(13)

Dilihat dari data prasurvey, yang dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2012 diketahui bahwa nilai hasil belajar matematika siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar masih rendah. Hal tersebut terlihat dari nilai ulangan harian matematika siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Tabel 1.1 Hasil rata-rata nilai ulangan harian siswa Kelas V Semester 1 SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar TP. 2012/2013

No. Nilai Kategori Jumlah Persentase 1 < 6,1 Tidak tuntas 19 66 %

2 ≥ 6,1 Tuntas 10 34%

Jumlah 29 100 %

Sumber: “Data prasurvey SD Negeri 1 Gunung Sugih BesarTahun Pelajaran

2012/2013

Berdasarkan data hasil prasurvey jelas terlihat bahwa masih banyak siswa nilai matematikanya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), atau dengan kata lain siswa yang nilainya di bawah 61 lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang nilainya di atas 61, yakni 66% atau 19 siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran matematika, dan 34% atau 10 siswa yang tuntas dari keseluruhan 29 siswa. Jadi terlihat jelas bahwa nilai hasil belajar matematika siswa masih rendah.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran matematika, karena selama ini pelajaran matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan bersifat klasik. Dikatakan proses pembelajaran bersifat klasik karena, siswa di buat pasif, mereka duduk dan mendengarkan ceramah guru, lalu mencatat materi pelajaran dan mengerjakan


(14)

latihan atau tugas yang diperintah guru. Sebaliknya guru mendominasi proses pembelajaran dengan metode ceramah tanpa divariasikan dengan berbagai metode dan pendekatan yang lebih tepat dengan sifat dan karakteristik siswa maupun mata pelajaran yang diajarkan sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa di Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Kecamatan Sekampung Udik Lampung Timur pada mata pelajaran matematika.

Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas dan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan aktivitas dan hasil belajar siswa yang meningkat.

Memahami berbagai masalah yang muncul di atas, maka peneliti menerapkan solusi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Model pembelajaran yang memungkinkan maksud di atas dapat dicapai melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan model pembelajaran kontekstual ini akan lebih mendorong siswa untuk memecahkan masalah matematika serta mendorong siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran matematika. Selanjutnya siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mampu memahami dan dapat saling bekerja sama dengan kelompoknya sehingga ilmu yang didapat lebih banyak dari hasil bertukar pikiran tersebut.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis mengadakan suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk


(15)

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Tahun Pelajaran 2012/2013”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu:

1. Rendahnya aktivitas belajar matematika siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Lampung Timur.

2. Rendahnya hasil belajar matematika siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Lampung Timur, hanya 10 siswa yang telah tuntas dan 19 siswa yang belum mencapai KKM 61.

3. Kurangnya minat belajar matematika siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Lampung Timur.

4. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis menyusun rumusan rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah cara meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran matematika tentang operasi hitung bilangan bulat melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Apakah pembelajaran matematika tentang operasi hitung bilangan bulat melalui penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL)


(16)

dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Tahun Pelajaran 2012/2013?

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika tentang operasi hitung

bilangan bulat melalui Model Contextual Teaching And Learning (CTL) siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Lampung Timur.

2. Meningkatkan hasil belajar matematika tentang operasi hitung bilangan bulat melalui Model Contextual Teaching And Learning (CTL) siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Lampung Timur

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan kelas melalui model Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Lampung Timur, sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Apabila pembelajaran model Contextual Teaching And Learning (CTL) ini dapat dirasakan manfaat dan kebenarannya dalam menyelesaikan suatu masalah, maka guru, para tenaga pendidik, kepala sekolah, dan para peneliti lainnya dapat menggunakan model ini sebagai alternatif yang baik dalam pembelajaran.


(17)

a. Bagi siswa yaitu :

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Lampung Timur.

b. Bagi Guru yaitu :

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru bahwa model Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan siswa, sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran matematika.

c. Bagi Sekolah yaitu :

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu proses, dan hasil belajar siswa, dan sebagai pencapaian visi sekolah.

d. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan model-model pembelajaran khususnya model Contextual Teaching And Learning (CTL) pada mata pelajaran matematika.


(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Pembelajaran Matematika SD 2.1.1 Pengertian Matematika

Menurut Muhsetyo (2008: 126) Pembelajaran Matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.

Pendidikan matematika merupakan pendidikan yang telah berkembang dengan cepat yaitu disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan yang bernuansa kemajuan sains dan tekhnologi yang sesuai dengan tantangan zaman sekarang dan mendatang. Menurut Muhsetyo (2008: 126) Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus. Ciri-ciri tersebut antara lain yaitu: abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, serta logis. Lebih lanjut Muhsetyo (2008: 128) menyatakan bahwa “keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, dan prinsip. Keabstrakan matematika dan cirinya yang tidak sederhana inilah yang menjadi penyebab bahwa matematika ini tidak mudah dalam mempelajarinya. Hal itulah yang menjadi alasan yang


(19)

pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik untuk belajar matematika.

Hayat (2010: 214) mengatakan bahwa Kurikulum matematika di sekolah diharapkan dapat dijabarkan siswa untuk bernalar dan menganalisis suatu keadaan sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini kemampuan siswa dalam bernalar yaitu disertai dengan kemampuan mengkomunikasikan gagasan siswa yang dapat menumbuhkan kompetensi berkomunikasi yang pada akhirnya akan dapat mengembangkan kompetensi siswa dalam memecahkan suatu permasalan. Jadi belajar matematika adalah belajar memahami dan menganalisis suatu masalah melalui pemahaman serta penalaran yang akhirnya dapat menemukan suatu cara dalam menemukan jawaban matematika melalui konsep yang ada yakni konsep matematika. Kemudahan dalam belajar matematika dapat dipengaruhi dengan keadaan siswa dalam menikmati pelajaran matematika, menghargai pelajaran matematika, dan menganggap metematika itu penting agar dapat sukses dan matematika dapat mewujudkan cita-cita mereka.

Abdurrahman (2002: 252) menjelaskan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, jelas, dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran kekurangan, memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Dalam hal ini matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari karena matematika merupakan induk dari segala


(20)

ilmu pengetahuan, dimana matematika sangat dibutuhkan serta dapat digunakan dalam berbagai segi kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan terlepas dari matematika, dan selalu berhubungan dengan matematika dalam segala kegiatannya.

2.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut Standar Isi Kurikulum KTSP (Diknas 2011: 2) Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat efisien, dan tepat,dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.1.3 Ruang Lingkup Matematika

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Bilangan

2. Geometri dan pengukuran 3. Pengolahan data

Standar kompetensi: Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.


(21)

Adapun materi yang akan dibahas dalam setiap pertemuan yaitu: 1. Penggunaan sifat komutatif, Asosiatif, dan Distributif

2. Pembulatan bilangan dalam satuan, puluhan, dan ratusan terdekat 3. Menaksir hasil operasi hitung dua bilangan

4. Melakukan dan menggunakan 0perasi hitung bilangan bulat 5. Operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

6. Menyelesaikan masalah melibatkan operasi hitung bilangan bulat

2.2Belajar

2.2.1 Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas adalah segala kegiatan atau serangkaian kegiatan belajar yang terjadi dalam suatu proses pembelajaran yakni seperti mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan dari guru. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Pengajaran di sekolahpun menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, Nasution (2004: 89) mengungkapkan bahwa “anak berfikir sepanjang ia berbuat. Jadi tanpa adanya perbuatan anak dikatakan tidak sedang berfikir, oleh sebab itu agar anak dapat berfikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk dapat berbuat sendiri. Sebab anak akan berfikir serta menemukan jawaban baru setelah anak melakukan perbuatan.


(22)

a) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b) Oral activities,seperi: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

d) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan angket, menyalin.

e) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f) Motor activities, yang termasuk di dalmnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h) Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup

Berdasarkan keterangan di atas, aktivitas belajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks dan bervariasi. Aktivitas-aktivitas tersebut senantiasa diciptakan dalam proses belajar agar situasi belajar tidak membosankan. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar apabila tidak ada aktivitas. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu:

a. Perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Misalnya, membaca, memperhatikan model yang dijadikan model pembelajaran (visual activities).

b. Antusias siswa dalam melakukan percobaan serta menggali pengetahuan melalui pengalamannya sendiri (motor activities).

c. Kecakapan siswa dalam menanggapi, mengingat, serta memecahkan soal yang diberikan guru (mental activities).


(23)

2.2.2. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan agar terjadi suatu perubahan tingkah laku pada seseorang, dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti, sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi pada diri seseorang tersebut merupakan hasil yang diperoleh melalui proses belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 250) menyatakan:

Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik yang dimiliki oleh seorang siswa yang terwujud dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dibandingkan dengan sebelum siswa belajar, yang dilihat dari sisi siwa. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan dimana saat terselesainya bahan pelajaran yang di sampaikan

Hamalik (2004: 30) menjelaskan bahwa, “Hasil belajar merupakan bukti terjadinya perubahan tingkah laku seseorang, yang tampak pada aspek-aspek seperti; aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis budi pekerti, dan sikap.

Sukardi (2009: 215) menerangkan bahwa hasil belajar adalah “nilai yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan bentuk kemampuan dan kecerdasan yang diperoleh siswa sebagai hasil dari proses belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.


(24)

Hasil belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil dari interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar diri individu.

Ahmadi dan Supriyono (2008: 138) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu sebagai berikut:

1) Faktor internal terdiri dari:

a) Faktor jasmaniyah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.Misalnya; penglihatan, pendengaran, struktur tubuh. b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh terdiri atas:

2.2.1.1.1 Faktor intelektual yang meliputi: Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

2.2.1.1.2 Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. 2.2.1.1.3 Faktor non-intelektif, yaitu unsure-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

2) Faktor Eksternal terdiri dari: Faktor sosial, Faktor budaya, Faktor lingkungan fisik, Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Berdasarkan keterangan di atas faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri seperti faktor jasmaniyah dan faktor psikologis yang bersifat bawaan yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Dan faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor eksternal seperti: faktor sosial berupa lingkungan yang ada di sekitar siswa, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah atau lingkungan keluarga yang ada di sekitar siswa.


(25)

2.2.2 Model Pembelajaran

2.2.2.1Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Model pengajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pengajaran, dan membimbing pengajaran di suatu kelas.

Agar model-model mengajar dapat dipahami secara cermat sehingga dapat diaplikasikan secara tepat maka diadakan pengklasifikasian model mengajar secara umum. Upaya pengklasifikasian model mengajar harus didasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut.

a. Pengaturan guru dan siswa

Pengaturan ini berkaitan dengan guru apakah guru kelas atau bidang studi, apakah guru tersebut merupakan guru tim atau perorangan. Selain itu berkaitan dengan apakah hubungan guru dan siswa terjadi secara tatap muka atau dengan perantara media, sistem belajarnya secara klasikal, kelompok atau perorangan akan menentukan jenis model mengajar yang digunakan.


(26)

b. Struktur peristiwa belajar-mengajar

Struktur peristiwa belajar mengajar dapat terjadi secara tertutup dan terbuka. Peristiwa belajar mengajar yang tertutup desain telah ditentukan dan digariskan secara baku dan guru tidak mau menyimpang dari rencana, sedangkan struktur peristiwa belajar yang bersifat terbuka tujuan khusus, materi, serta prosedur yang ditempuh untuk mencapainya ditentukan sementara kegiatan belajar mengajar berlangsung.

c. Peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan

Pesan yang akan disampaikan guru diolah tuntas oleh guru sebelum disampaikan kepada siswanya atau akan dicari bersama-sama dengan siswa penyelesaiannya. Pesan yang telah diolah tuntas oleh guru bersifat ekspositorik, biasanya digunakan metode ceramah sedangkan pesan yang dikompromikan dengan siswa disebut pesan heuristik atau hipotetik. Pesan yang disampaikan secara heuristik atau hipoteik biasanya mencari dan menemukan sendiri atau metode discovery dan inquiry.

a. Proses pengolahan pesan

Proses pengolahan pesan ini dapat bertolak dari contoh-contoh yang akan sampai kepada kesimpulan atau dapat pula bertolak dari gambaran umum yang kemudian sampai kepada contoh-contoh. Pengolahan pesan dari contoh-contoh yang bersifat konkrit kepada penemuan prinsip/kesimpulan atau bergerak dari cara berpikir khusus ke umum dinamakan strategi belajar mengajar induktif sedangkan untuk


(27)

kebalikannya yaitu cara berpikir mulai dari umum ke khusus dinamakan cara berpikir deduktif.

b. Tujuan-tujuan belajar

Tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai apakah bersifat intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, sikap dan nilai-nilai atau gabungan dari kesemuanya.

(http://wildanrahmatullah.com/2012/03/30/dasar-pengelompokan model-pembelajaran sd/)

2.2.2.2 Macam-macam Model pembelajaran a. Model Examples Non examples b. Picture And Picture

c. Numbered Head Together d. Cooperative Script

e. Student Team-Achievement Divisions ( STAD ) f. Jigsaw

g. Problem Based Introduction h. Artikulasi

i. Mind Mapping j. Make-A Match k. Think Pair And Share l. Debat

m. Role Playing

n. Group Investigation o. Talking Stick


(28)

p. Bertukar Pasangan q. Snowball Throwing

r. Fasilitator And Explaining s. Inside-Outside-Circle

t. Contekstual Teaching and Learning ( TIM PLPG, 2010: 288-298)

2.2.3 Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 2.2.3.1Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran yang akan di pelajarinya. Menurut E. Mulyasa ( 2009: 217-218) mengatakan:

Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan konsep yang menekankan pada keterkaitan antara matari pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga para siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari – hari.

Sejalan dengan pengertian tersebut Wina Sanjaya (2009: 255) menjelaskan bahwa: “Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa Strategi pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) yaitu


(29)

Proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam belajar sehingga siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan serta keterampilan belajar mereka yang diperoleh dengan memperoleh pengalaman secara langsung sehingga proses belajar akan lebih efektif dan bermakna, karena belajar di sini bukan hanya menghafal tetapi memahami.

2.2.3.2Karakteristik Model pembelajaran CTL

Menurut Masnur Muslich (2009 : 42) Berdasarkan pengertian strategi pembelajaran kontekstual di atas, Pembelajaran dengan strategi kontekstual ini mempunyai karakteristik yakni sebagai berikut:

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning). 3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa (learning by doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in a group).

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as anenjoy activity).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan proses pembelajaran dimana siswa saling bekerja sama, saling memberi dalam menutupi kekurangan serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat


(30)

aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Kaitannya dengan mata pelajaran matematika dalam penelitian ini yaitu dimana siswa secara langsung mengalami serta bekerja sama sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna dan siswa paham dengan apa yang telah dilakukannya setelah belajar, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilannya dalam memecahkan suatu masalah matematika.

2.2.3.3Komponen Pembelajaran CTL

Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif yaitu: konstruktivisme (Constructivism), membentuk group belajar yang saling membantu (interdependent learning groups), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas, 2003:5).

Pembelajaran dengan strategi kontekstual melibatkan tujuh komponen utama. Komponen-komponen tersebut yakni sebagai berikut: 1) Constructivism (konstruktivisme, membangun, membentuk) yaitu kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Di sini siswa dapat mengembangkan pengalaman atau membangun pengetahuan barunya berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh tersebut dikonstruksi oleh


(31)

siswa itu sendiri sehingga proses pembelajaran siswa akan lebih bermakna.

2) Quistioning (bertanya) adalah kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topik atau permasalahan yang akan dipelajari.

3) Inquiry (menyelidiki, menemukan) adalah kegiatan belajar yang bisa mengkondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topic atau permasalahan yang dihadapi sehingga ia berhasil “menemukan” sesuatu.

4) Learning Community (masyarakat belajar) adalah kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja sama, dan saling membantu antar teman.

5) Modelling (pemodelan) adalah kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa di pakai rujukan atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara mengoprasikan sesuatu.

6) Reflection (refleksi atau umpan balik) adalah kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk Tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya, mengkonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa.

7) Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya) adalah kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi


(32)

siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, proses pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa memiliki rasa ingin tahu sehingga siswa akan terdorong menemukan jawaban serta mencari pemecahan masalah dan siswa akan dapat mengembangkan pengetahuan barunya dengan sendirinya.

Kaitannya dengan materi matematika dalam penelitian ini yaitu dimana siswa akan secara langsung mengalami atau menemukan sendiri masalah serta pemecahannya, karena belajar matematika bukan hanya mendengar, melihat, menulis, tetapi lebih dari itu yakni dengan cara mengonstuksi pengetahuan dengan pengalaman yang mereka miliki

2.2.3.4Prosedur Pembelajaran CTL di Kelas 1) Pendahuluan

a) Guru menjelaskan kompetensi yang harus di capai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. Disini guru membentuk kegiatan, konstruktivisme yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL, yaitu dengan membagi siswa kedalam beberapa kelompok (learning community) dengan menciptakan suasana belajar berkelompok sehingga siswa dapat berdiskusi dan saling bekerja sama antar teman. Pembagian


(33)

kelompok ini sesuai dengan jumlah siswa, tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, masing-masing kelompok mencatat hasil observasi.

c) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa. Di sini guru mendorong sikap keingintahuan siswa melalui kegiatan bertanya tentang topic atau permasalahan yang akan dipelajari (questioning).

2) Inti

a) Siswa melakukan observasi (Inquiry) mengenai cara pembagian pecahan. Kegiatan belajar di sini mengkondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik yang dihadapi sehingga siswa berhasil menemukan sesuatu dari hasil pengamatan terhadap model yang di jadikan alat dalam proses pembelajaran. b) Siswa mencatat hasil temuan dalam pembagian pecahan yang

dilakukan.

c) Siswa mendiskusikan hasil dari jawaban mereka. d) Siswa melaporkan hasil diskusi.

e) Siswa menjawab pertanyaan seputar jawabannya tersebut yang diajukan oleh kelompok lain.

3) Penutup

a. Guru mengadakan refleksion (refleksi atau umpan balik) dalam bentuk tanya jawab seputar masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa serta memberikan pemecahannya, mengkonstruksi kegiatan


(34)

yang telah dilakukan, serta kesan dan harapan siswa selama proses pembelajaran.

b. Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi seputar masalah pecahan.

c. Guru memberikan penilaian terhadap kompetensi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Guru menugaskan siswa membuat pecahan dari kertas lipat.

2.3Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan model Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Kecamatan Sekampung Udik Lampung Timur.


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research (Wardhani Igak dkk., 2007: 13). Menurut Arikunto (2006: 58) yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research), dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelas. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Aidin Adlan (2011: 4) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai berikut.

Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah.

Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu


(36)

rangkaian siklus kegiatan.

Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru.

3.2. Setting Penelitian 3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 1 (ganjil) Tahun Pelajaran 2012/2013.

3.2.2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Jalan Desa Gunung Sugih Besar Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur.

3.2.3. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa 29 orang, yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 14 orang perempuan.

3.3. Sumber Data

Data aktivitas siswa dan kinerja guru dikumpulkan dengan cara observasi, sedangkan hasil belajar dikumpulkan dengan cara tes.


(37)

1. Lembar observasi, lembar ini digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran dengan memberikan skor pada indikator masing-masing instrumen.

2. Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah diberikan pelajaran dengan menggunakan model CTL. Tes ini diberikan setiap akhir siklus.

3.4. Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas belajar siswa, dan kinerja guru, perangkat tes, dan catatan lapangan.

1. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

Dibuat oleh peneliti yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

2. Kinerja Guru

Dibuat oleh peneliti yang digunakan untuk mengamati kinerja guru dalam proses pembelajaran.

3. Soal-soal tes

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setiap siklus dilakukan tes dengan cara tertulis yang berbentuk uraian yang diberikan setiap akhir siklus.


(38)

4. Catatan lapangan

Catatan lapangan berupa lembar pengayaan yang dibuat oleh peneliti dengan mengumpulkan seluruh data hasil observasi dan tes untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

3.5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini hasil akhir di analisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas: data aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dan pendapat siswa melalui model CTL dengan menggunakan lembar observasi. Sardiman

(2010: 24) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri

manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta,

konsep ataupun teori”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar

adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif.


(39)

Tabel 1. Kualifikasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Nilai Aktivitas (NA) yang diperoleh Kualifikasi

80% ≤ NA ≤ 100% Sangat Aktif

60% ≤ NA ≤ 80% Aktif

40% ≤ NA ≤ 60% Cukup Aktif

20% ≤ NA ≤ 40% Kurang Aktif

0% ≤ NA ≤ 20% Sangat Kurang Aktif

(Sumber Purwanto, 2008: 49)

Data tersebut diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran dengan rumus data kualitatif :

PA = x100% N

AS

Keterangan :

PA : Persentase siswa yang aktif ∑AS : Jumlah siswa yang aktif

N : Banyaknya siswa yang hadir (Modifikasi dari Kunandar 2010: 296)

2. Analisis untuk data kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kualitas hasil belajar. Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

X = nilai rata-rata

∑X = jumlah semua nilai hasil ∑N = jumlah siswa

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :

P = x100%

siswa banyaknya belajar tuntas yang siswa banyaknya N x x


(40)

3.6. Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Arikunto, Suharsimi 2006: 3) mengemukakan “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas

secara bersama”. Jadi PTK bisa dikatakan suatu tindakan yang disengaja untuk

mendapatkan kegiatan belajar mengajar dengan hasil yang maksimal yang berfokus pada kegiatan pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas juga harus adanya hubungan atau kerjasama antara peneliti dengan guru baik dalam pembelajaran maupun dalam menghadapi permasalahan yang nyata di kelas. Dalam hal ini Arikunto, Suharsimi (2006: 63) mengemukakan “Kerjasama (kolaborasi) antar guru dengan peneliti menjadi hal yang sangat penting. Melalui kerjasama, mereka secara bersama menggali dan mengkaji permasalahan yang dihadapi guru dan/atau siswa di sekolah.

Prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila diperlukan, pada tahap selanjutnya disusun rencana tindak lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah:

(1) Penetapan fokus permasalahan (2) Perencanaan tindakan


(41)

(3) Pelaksanaan tindakan

(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi) (5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)

(6) Perencanaan tindak lanjut. (Aidin Adlan 2011 : 18)

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK (Aidin Adlan (2011: 19)

Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus

Permasalahan Perencanaan

Tindakan - I

Pelaksanaan Tindakan - I

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - I SIKLUS - I

Permasalahan baru, hasil

Refleksi

Refleksi - I

Perencanaan Tindakan - II

Pelaksanaan Tindakan - II

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - II SIKLUS - II

Refleksi - I Permasalahan

baru, hasil Refleksi

SIKLUS - II

Bila Permasalahan Belum Terselesaikan

Refleksi - II

Dilanjutkan ke Siklus Berikutnya


(42)

pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua, dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang di tunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari 4 tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan perbaikan rencana dalam setiap siklus.

Berdasarkan uraian di atas peneliti mengembangkan penelitiannya dengan tiga siklus sebagai berikut:

1. Perencanaan

a) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan dengan menggunakan model CTL.

b) Membuat perangkat pembelajaran, antara lain: pemetaan, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), sumber dan media serta lembar evaluasi yang terdiri dari soal essay dan kunci jawaban serta rubrik penilaian.

c) Membuat lembar panduan observasi untuk mengamati aktivitas dan hasil belajar siswa.


(43)

2. Tindakan a) Pendahuluan

Apersepsi/motivasi, dan mengingatkan kembali tentang macam-macam bilangan bulat yang telah dipelajari pada kelas sebelumnya b) Inti

- Kegiatan belajar di sini mengkondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik yang dihadapi sehingga siswa berhasil menemukan sesuatu dari hasil pengamatan terhadap model yang di jadikan alat dalam proses pembelajaran. Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya pembulatan dan penaksiran

- Siswa mencatat hasil temuan dalam pembagian pecahan yang dilakukan.

- Siswa mendiskusikan hasil dari jawaban mereka. - Siswa melaporkan hasil diskusi.

- Siswa menjawab pertanyaan seputar jawabannya tersebut yang diajukan oleh kelompok lain.

c) Penutup

- Guru mengadakan refleksion (refleksi atau umpan balik) dalam bentuk tanya jawab seputar masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa serta memberikan pemecahannya, mengkonstruksi kegiatan


(44)

yang telah dilakukan, serta kesan dan harapan siswa selama proses pembelajaran.

- Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi seputar masalah pecahan.

3. Observasi

Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data aktivitas belajar siswa pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan memberi cheklist pada lembar observasi yang telah disediakan.

4. Refleksi

Pada tahap refleksi ini merupakan tindakan evaluasi dan analisis dari hasil pengamatan dan penilaian yang digunakan sebagai bahan acuan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

3.7. Indikator Keberhasilan

Apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan model Contextual Teaching And Learning (CTL) dilaksanakan dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas V semester ganjil SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Tahun Pelajaran 2012/2013. Peningkatan aktivitas siswa siklus I 61,06%, siklus II 71,30% dan siklus III yaitu 81,36%.

2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V semester ganjil SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Tahun Pelajaran 2012/2013. Pada siklus I yaitu 66% dan yang tidak tuntas sebesar 34% dari jumlah keseluruhan 29 siswa. Pada siklus II hasil belajar siswa yang tuntas sebesar 79% dan yang tidak tuntas sebesar 21%. Dengan demikian pada siklus II hasil belajar meningkat sebesar 13%.Pada pembelajaran siklus II, sudah memenuhi target ketuntasan yaitu 75% siswa yang memperoleh nilai 6,1 atau tuntas mencapai KKM. Pada siklus III ketuntasan mencapai 100%.


(46)

3. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas V semester ganjil SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Lampung Timur

2. Bagi Guru sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru bahwa model Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan siswa, sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran matematika.

3. Bagi Sekolah sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu proses, dan hasil belajar siswa, dan sebagai pencapaian Visi Sekolah.

4. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan model-model pembelajaran khususnya model CTL pada mata pelajaran matematika.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Aidin Adlan. 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Dita Kurnia. Kudus.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriono. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Bahrul Hayat. 2010. Mutu Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Diknas. 2011. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SD/MI. Diknas. Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. E. Mulyasa. 2009. Kurikulum yang Disempurnakan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Edi Kusnadi. 2005. Metodologi Penelitian Aplikasi Praktis. Ramayana Press. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

H.M Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Bumi Aksara. Jakarta.

I. G. A. K Wardani, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar; Rineka Cipta. Jakarta.

Masnur Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis kompetensi dan Kontekstual. Bumi Aksara. Jakarta.

Muhsetyo. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Mulyono Abdurahman. 2002. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka

Cipta. Jakarta.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. PT. Grafindo Persada. Jakarta.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Grafindo Persada. Jakarta.

Suharsimi Arikunto.2006. Prosedur Penelitian. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Depdiknas, (2008) Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, UNJ, Jakarta


(1)

32

pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua, dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang di tunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari 4 tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan perbaikan rencana dalam setiap siklus.

Berdasarkan uraian di atas peneliti mengembangkan penelitiannya dengan tiga siklus sebagai berikut:

1. Perencanaan

a) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan dengan menggunakan model CTL.

b) Membuat perangkat pembelajaran, antara lain: pemetaan, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), sumber dan media serta lembar evaluasi yang terdiri dari soal essay dan kunci jawaban serta rubrik penilaian.

c) Membuat lembar panduan observasi untuk mengamati aktivitas dan hasil belajar siswa.


(2)

2. Tindakan a) Pendahuluan

Apersepsi/motivasi, dan mengingatkan kembali tentang macam-macam bilangan bulat yang telah dipelajari pada kelas sebelumnya b) Inti

- Kegiatan belajar di sini mengkondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik yang dihadapi sehingga siswa berhasil menemukan sesuatu dari hasil pengamatan terhadap model yang di jadikan alat dalam proses pembelajaran. Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya pembulatan dan penaksiran

- Siswa mencatat hasil temuan dalam pembagian pecahan yang dilakukan.

- Siswa mendiskusikan hasil dari jawaban mereka. - Siswa melaporkan hasil diskusi.

- Siswa menjawab pertanyaan seputar jawabannya tersebut yang diajukan oleh kelompok lain.

c) Penutup

- Guru mengadakan refleksion (refleksi atau umpan balik) dalam bentuk tanya jawab seputar masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa serta memberikan pemecahannya, mengkonstruksi kegiatan


(3)

34

yang telah dilakukan, serta kesan dan harapan siswa selama proses pembelajaran.

- Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi seputar masalah pecahan.

3. Observasi

Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data aktivitas belajar siswa pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan memberi cheklist pada lembar observasi yang telah disediakan.

4. Refleksi

Pada tahap refleksi ini merupakan tindakan evaluasi dan analisis dari hasil pengamatan dan penilaian yang digunakan sebagai bahan acuan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

3.7. Indikator Keberhasilan

Apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan model

Contextual Teaching And Learning (CTL) dilaksanakan dengan

memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.


(4)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas V semester ganjil SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Tahun Pelajaran 2012/2013. Peningkatan aktivitas siswa siklus I 61,06%, siklus II 71,30% dan siklus III yaitu 81,36%.

2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V semester ganjil SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Tahun Pelajaran 2012/2013. Pada siklus I yaitu 66% dan yang tidak tuntas sebesar 34% dari jumlah keseluruhan 29 siswa. Pada siklus II hasil belajar siswa yang tuntas sebesar 79% dan yang tidak tuntas sebesar 21%. Dengan demikian pada siklus II hasil belajar meningkat sebesar 13%.Pada pembelajaran siklus II, sudah memenuhi target ketuntasan yaitu 75% siswa yang memperoleh nilai 6,1 atau tuntas mencapai KKM. Pada siklus III ketuntasan mencapai 100%.


(5)

104

3. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas V semester ganjil SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika Kelas V SD Negeri 1 Gunung Sugih Besar Lampung Timur

2. Bagi Guru sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru bahwa model Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan siswa, sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran matematika.

3. Bagi Sekolah sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu proses, dan hasil belajar siswa, dan sebagai pencapaian Visi Sekolah.

4. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan model-model pembelajaran khususnya model CTL pada mata pelajaran matematika.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Aidin Adlan. 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Dita Kurnia. Kudus.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriono. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Bahrul Hayat. 2010. Mutu Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Diknas. 2011. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SD/MI. Diknas. Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. E. Mulyasa. 2009. Kurikulum yang Disempurnakan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Edi Kusnadi. 2005. Metodologi Penelitian Aplikasi Praktis. Ramayana Press. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

H.M Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Bumi Aksara. Jakarta.

I. G. A. K Wardani, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar; Rineka Cipta. Jakarta.

Masnur Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis kompetensi dan Kontekstual. Bumi Aksara. Jakarta.

Muhsetyo. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Mulyono Abdurahman. 2002. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka

Cipta. Jakarta.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. PT. Grafindo Persada. Jakarta.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Grafindo Persada. Jakarta.

Suharsimi Arikunto.2006. Prosedur Penelitian. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Depdiknas, (2008) Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, UNJ, Jakarta


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 55

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 62

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn KELAS V C SDN 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 55

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn KELAS V C SDN 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 53

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG SUGIH BESAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 47

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA KELAS VI SD NEGERI 02 TITWANGI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 78

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GUNUNG MULYO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 46

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD 2 SINGOCANDI TAHUN AJARAN 20132014

0 0 21