Pola Interaksi Sosial Antara Majikan Dengan Baby Sitter Dalam Pengasuhan Anak (Studi di Perumahan Kota Baru Indah, Kecamatan Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung)

(1)

POLA INTERAKSI SOSIAL ANTARA MAJIKAN DENGAN

BABY SITTER

DALAM PENGASUHAN ANAK

(Studi Perumahan Kota Baru Indah, Tanjung Karang Timur,Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

ADANTHI LIZA DESPRADITHA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

ABSTRAK

Pola Interaksi Sosial Antara Majikan DenganBaby Sitter Dalam Pengasuhan Anak

(Studi di Perumahan Kota Baru Indah, Kecamatan Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung)

Oleh

Adanthi Liza Despraditha

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola interaksi sosial antara majikan dengan baby sitter dalam pengasuhan anak di Perumahan Kota Baru Indah.Teori interaksionisme simbolik yang di gunakan dalam penelitian ini berasal dari George Herbert Mead.Metode yang digunakan dalam penelitian ini melalui pendekatan kualitatif dengan 10 informan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pola interaksi antara majikan dengan

baby sitter terdapat beberapa simbol yang mengartikan atau menjelaskan bagaimana cara mengungkapkan perbedaan status antara keduanya dalam pegasuhan anak. Dapat diketahui bahwa dalam berinteraksi antara keduanya memang akan senantiasa menghasilkan suatu tindakan yang memiliki arti dan itu adalah simbol. Simbol menghasilkan suatu tindakan.Dengan demikian, teori interaksionisme simbolik yang di gunakan dalam teori ini memang berkaitan dengan interaksi antara dua individu bahwa dalam setiap aksi yang terjadi semua memiliki arti dan memiliki simbol-simbol tersendiri.

Kata kunci: Baby Sitter, Majikan, Pola Interaksi, Pengasuhan, Anak, Sosial, Simbol


(3)

ABSTRACT

Patternsof SocialInteractionBetweenEmployersWithBaby Sitter InChild Care

(Studi in Kota Baru Indah Estate, Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung)

By

Adanthi Liza Despraditha

The purpose of this is to determine the patterns of social interaction between research aimtoexplainordescribehowpatterns ofinteractionbetween theemployers with baby sitter in child care in Kota Baru Indah Estate.This research used symbolic interactionism theory came from George Herbert Mead. The method used in this research through a qualitative approach with 10 informants.

The results showedthat there wasinpattern ofinteractionbetween theemployerwitha baby sittercontainedsomesymbolsthatinterpretorexplainhow toexpressthe difference in statusin child care. It can be seen thatininteractionbetweentwopeopleisgoing tocontinue toproducean action thathas ameaninganditisa symbol. Thereby, symbolicinteractionismtheoryused inthistheoryisrelated to theinteractionbetweentwoindividualsthat there wasineveryactionthatoccursallhavemeaningandhasits ownsymbols.

Keywords:Baby Sitter, employer, InteractionPatterns, Parenting, Children, Social, Symbol


(4)

POLA INTERAKSI SOSIAL ANTARA MAJIKAN DENGANBABYSITTER DALAM PENGASUHAN ANAK

(Studi Perumahan Kota Baru Indah, Bandar Lampung)

Oleh

ADANTHI LIZA DESPRADITHA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Adanthi Liza Despraditha dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25 Desember 1992, sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan M. Rizal Arizqi dan Lilis Meidiana.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu : 1. SD Kartika II-5 Bandar Lampung, diselesaikan tahun 2004 2. SMP Negeri 01 Bandar Lampung , diselesaikan tahun 2007 3. SMA Negeri 09 Bandar Lampung, diselesaikan tahun 2010

Selanjutnya pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi dan penulis berhasil menjadi Mahasiswi jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, melalui jalur tanpa tes atau PKAB. Pada tahun 2013, penulis mengikuti KKN Tematik (Kuliah Kerja Nyata) yaitu pada bulan Januari sampai Februari di Desa Hurun, Kecamatan Padang Cermin, Pesawaran.


(8)

MOTO

Nothing is impossible, anything can happen as long a we

believe

Be a strong wall in the hard times and be a smiling sun

in the good times

Every successful person must have a failure, don t be afraid

to fail because failure is a part of success


(9)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

UNTUK KEDUA ORANG TUAKU

MUHAMMAD RIZAL ARIZQI dan LILIS MEIDIANA

Segala yang kuraih hanya karena ridho Allah SWT dan doa restu dari orang -orang yang mencintai danmenyayangiku……...

Dengan segala kerendahan hati, aku persembahkan karya sederhana ini Kepada kedua orang tuaku,

Yang selalu memberi dukungan dan berdoa untuk keberhasilanku menyelesaikan

studi….

Sahabat - sahabatku yang selalu memberikan dukungan kepadaku…


(10)

SANWACANA

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya. Tiada daya dan upaya serta kekuatan yang penulis miliki untuk menyelesaikan skripsi ini selain berkat daya, upaya dan kekuatan yang dianugerahkan-Nya.Skripsi dengan judul Pola Interaksi Sosial antara Majikan dengan Baby Sitter dalam Pengasuhan Anakini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa apa yang tertulis dalam skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Dalam penulisan skripsi ini, penulis sangat menyadari adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Erna Rochana, M.Si selaku dosen pembimbing penulis, terima kasih atas waktu, motivasi, bimbingan, saran dan kesabarannya dalam proses penulisan skripsi ini, sehingga saya dapat meraih gelar Sarjana Sosiologi (S.Sos) di Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Sindung Haryanto, M.Siselaku dosen pembahas seminar usul dan hasil serta dosen penguji penulis yang telah mengoreksi, memberikan saran, membimbing dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(11)

4. Bapak Drs. Susetyo, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H.selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. 6. Ibu Drs. Abdulsyani, M.IP selaku dosen pembimbing akademik penulis,

terima kasih atas masukannya setiap penulis melakukan konsultasi.

7. Seluruh dosen di Jurusan Sosiologi dan FISIP Unila yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan. 8. Seluruh staf administrasi dan karyawan di FISIP Unila yang membantu

dan melayani urusan administrasi perkuliahan dan skripsi.

9. Untuk yang selalu hadir dalam doaku, Mama dan Papa. Begitu banyak energi, materi dan perhatian yang tercurah untuk penulis, tak cukup lembaran dan goresan tinta ini untuk menuliskan segala pengorbanan yang kalian berikan. Semoga Allah SWT memuliakan kalian berdua di dunia dan akhirat.

10. Untuk yang selalu memberikan keceriaan dan penyemangat, Tante Eva dan Om Salgio yang sudah menjadi seperti orang tua sendiri. Selalu menyayangi dan memberikan perhatiannya untuk penulis. Semoga Allah SWT selalu memuliakan kalian berdua di dunia dan akhirat.

11. Terimakasih kepada adik-adikku, Rio, Rara dan Fely serta sepupuku Diego dan Sisil yang telah memberikan semangat serta doanya walau kadang sedikit jahil.

12. Terima kasih untuk semua keluarga, Tante, Om, Sepupu, Ponakan yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis.


(12)

13. Terima kasih kepada seseorang terspesial yang selalu memberikan semangat, doa, canda, tawa serta acuan untuk penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini walau kadang sedikit galak yaitu Pujono Adi Susilo semoga semua pesan-pesannya dapat menjadi acuan hidup bagi penulis.

14. Terimakasih kepada sahabatku, gengs cetar : Euis Wulandari, Desty Mandriana, Nonna Ria, Baskara, Panca, Ardi, Dani, Lanang, Anis, Bundo, ega, cintia yang telah membantu penulis dalam segala hal baik senang maupun duka. Gila – gilaan bareng, ketawa – ketiwi bareng, nangis bareng, dan melakukan hal – hal konyol bareng…udah hampir 5 tahun

lebih kita bareng–bareng

15. Terimakasih kepada teman – teman Sosiologi, Nora, Wenny, Gita, Mba Netty, dan adek-adek 2011. maaf enggak bisa sebutin semuanya nanti enggak selesai – selesai kasian yang ngetiknya hahahaha…yang sudah banyak membantu selama aku ini, susah seneng bareng semua jadi satu. Berjuang bareng.

16. Untuk teman-temanku KKN Tematik di Desa Hurun, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, yang udah banyak membantu saat KKN, gila–gilaan bareng, ketawa–ketiwi bareng, dan pokoknya kenangan kita selama KKN tidak akan terlupakan oleh diriku ini.

Penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.


(13)

Bandar Lampung, 18 Agustus 2015 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

PERNYATAAN... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

MOTTO ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI... xiv

I. PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Pola Interaksi ... 6

B. Tinjauan tentang Interaksi Sosial ... 7

C. Tinjauan tentang WanitaPekerjaProfesional (Majikan) ... 12

D. Tinjauan tentangBaby Sitter... 13

E. Tinjauan tentang Pengasuhan ... 14

F. Sub Bab ... 19


(15)

III. METODE

A. Tipe Penelitian... 23

B. FokusPenelitian ... 24

C. LokasiPenelitian ... 25

D. InformanPenelitian ... 26

E. TeknikPengumpulan Data ... 26

F. TeknikAnalisis Data ... 28

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Perumahan Kota Baru Indah... 29

B. Penduduk ... 31

V. HasildanPembahasan A. GambaranInformanPenelitian ... 33

B. Identitas 5 Informan MenggunakanBaby Sitterdi Rumahnya dan 5 Informan Yang MenjadiBaby Sitter... 34

1. IdentitasInformanPertama... 34

2. IdentitasInformanKedua... 36

3. IdentitasInformanKetiga ... 38

4. IdentitasInformanKeempat... 40

5. IdentitasInformanKelima ... 41

6. IdentitasInformanKeenam... 43

7. Identitas Informan Ketujuh ...44

8. Identitas Informan Kedelapan ... 45

9. Identitas Informan Kesembilan ... 45

10. Identitas Informan Kesepuluh ... 46

C. Pola Interaksi Sosial Antara Majikan DenganBaby Sitter... 46

D. Manajemen Kesan ... 59


(16)

F. Pembahasan ... 69

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 80 B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

(18)

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan mahluk yang memiliki akal pikiran yang membedakan manusia dengan mahluk ciptaan Tuhan yang lain. Apabila kita mempelajari sejarah manusia, kita dapat melihat bahwa pada bangsa-bangsa dan masyarakat selalu terjadi perubahan-perubahan yang besar. Perubahan-perubahan dalam masyarakat terjadi di semua bidang, yaitu di bidang-bidang: ekonomi, politik, bahasa, kesenian, hiburan, adat dan lain-lain. Perubahan perubahan itu tidak berasal dari alam, tetapi dari manusia dan masyarakat. Perubahan-perubahan ini tidak hanya terjadi pada individu-individu, melainkan pada seluruh masyarakat. Oleh karena itu, perubahan-perubahan ini kita namakan perubahan sosial (Frans Wiryanto, 1986:5).

Interaksi sosial adalah syarat utama bagi terjadinya aktifitas sosial dan hadirnya kenyataan sosial, kenyataan sosial didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosialnya. Ketika berinteraksi seorang individu atau kelompok sosial sebenarnya tengah berusaha atau belajar bagaimana memahami tindakan sosial seorang individu atau kelompok sosial lain, perilaku sosial adalah hal yang dilakukan seorang individu atau kelompok sosial di dalam interaksi dan dalam situasi tertentu. Interaksi sosial akan berjalan dengan tertib dan teratur dan anggota masyarakat bisa berfungsi secara normal, yang diperlukan bukan hanya


(19)

2

kemampuan untuk bertindak sesuai dengan konteks sosialnya, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku pribadinya dipandang dari sudut social masyarakatnya (Narwoko, 2006).

Namun demikian sebagai mahluk biologis manusia merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang harus dikembangkan. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu hidup berkelompok atau senantiasa selalu ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Sejak lahir sampai pada akhir hidupnya, manusia hidup diantara kelompok-kelompok sosial atau kelompok masyarakat. Sejak manusia lahir dia dibantu dengan orang lain, dalam perjalanan menuju kedewasaan manusia dibina dan diarahkan oleh kedua orangtua selain itu dia juga membutuhkan bantuan dari orang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Bantuan orang lain membuat manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Sebagai mahluk sosial manusia selalu mengadakan interaksi dengan manusia lainnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas dalam kehidupannya. Interaksi sosial adalah proses dimana antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok berhubungan satu dengan yang lainnya (Narwoko, 2006). Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya manusia dengan manusia lain tidak akan menghasilkan pergaulan tanpa adanya interaksi sosial. Terjadinya interaksi sosial akan menghasilkan aktifitas sosial. Pada dasarnya interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas sosial. Salah satu sifat manusia adalah keinginan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya. Dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia


(20)

3

atau manusia dengan kelompok tersebut terjadi hubungan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui hubungan itu manusia ingin menyampaikan maksud, tujuan dan keinginan masing-masing. Sedangkan untuk mencapai keinginan itu harus diwujudkan dengan tindakan melalui hubungan timbal balik (Basrowi, 2005:138). Hubungan timbal balik akan didapatkan salah satunya melalui keluarga.

Banyaknya keluarga yang terbilang keluarga kecil pada masa sekarang ini membuat terjadinya suatu proses dimana baby sitter sangat diperlukan untuk mengatasi permaalahan utama dalam pengasuhan anak. Hal ini terjadi dikarenakan adanya perubahan sosial. Dapat dilihat kehidupan di keluarga dahulu untuk mengasuh anak apabila ibu dan bapak sama-sama bekerja tidaklah sulit, dikarenakan anak akan diasuh oleh kakek atau nenek dan paman atau bibinya. Sedangkan kehidupan di keluarga sekarang terlebih di wilayah perkotaan apabila ibu dan bapak sama-sama bekerja anak akan terabaikan. Sehingga otomatis orangtua akan menggunakan jasa pembantu rumah tangga ataubaby sitter.

Banyaknya orang tua sekarang dalam menggunakan baby sitter akan menyebabkan terjadinya suatu pola interkasi sosial antara orang tua yang mempekerjakan baby sitter dengan baby sitter itu sendiri. Dimana akan terlihat seperti apakah pola interaksi sosial antara majikan dengan baby sitter dalam berkomunikasi, dalam bersosialisasi, dalam perilaku sehari-hari dan itu semua akan melahirkan banyak perubahan. Darisinilah akan terlihat pola interaksi sosial seperti apakah yang terjadi antara dua orang individu yang memiliki perbedaan status dan jabatan dengan tetap menggunakan teori sosiologi yang ada.


(21)

4

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan dalam latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Pola Interaksi Sosial antara majikan denganbaby sittersehari-hari. 2. Managemen kesan.

3. Konflik yang terjadi antara majikan denganbaby sitter.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan tentang bagaimana pola interaksi sosial antara majikan danbaby sitter.

2. Mengetahui kesan majikan terhadapbaby sitterdan sebaliknya.

3. Mengungkapkan konflik apa yang terjadi antara majikan dengan baby sitter.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan dan sumbangan pemikiran bagi ilmu sosiologi dan bagi pihak yang berminat mempelajari pola interaksi sosial masyarakat khususnya antara majikan dan

baby sitter.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi bagi orang tua khususnya seorang ibu yang menggunakanbaby sitter


(22)

5

untuk mengetahui bagaimana interaksi yang baik dengan baby sitter dalam mengasuh anak dan mendidik anak di keluarga.

c. Menambah dan memperkaya khasanah keilmuan dunia pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan terutama pendidikan anak dan pola pengasuhan anak yang baik.


(23)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Pola Interaksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola adalah gambar yang dibuat contoh/model ataupun bentuk (struktur) yang tetap. Jika dihubungkan dengan interaksi, maka pola interaksi adalah bentuk-bentuk dalam proses terjadinya interaksi. Apabila dua orang bertemu maka interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk/pola interaksi sosial Pola dalam sosiologi berarti gambaran atau corak hubungan sosial yang tetap dalam interaksi sosial. Contoh pola, antara lain :

a. Seorang anak harus menghormati orang tuanya. b. Seorang bawahan harus menghormati atasannya. c. Seorang siswa harus mengormati gurunya.

Terbentuknya pola dalam interaksi sosial tersebut melalui proses cukup lama dan berulang-ulang. Akhirnya, muncul menjadi model yang tetap untuk dicontoh dan ditiru oleh anggota masyarakat. Pola sistem norma pada masyarakat tertentu akan berbeda dengan pola sistem norma masyarakat lainnya karena pola interaksi masyarakat diterapkan berbeda-beda. Adanya pola interaksi dalam sebuah masyarakat tersebut nantinya akan menghasilkan sebuah keajegan, di mana


(24)

7

keajekan adalah gambaran suatu kondisi keteraturan sosial yang tetap dan relatif tidak berubah sebagai hasil hubungan yang selaras antara tindakan, norma, dan nilai dalam interaksi sosial. Bentuk jalinan interaksi yang terjadi antara individu dan individu, individu dan kelompok, dan kelompok dan kelompok bersifat dinamis dan mempunyai pola tertentu. Apabila interaksi sosial tersebut diulang menurut pola yang sama dan bertahan untuk jangka waktu yang lama, akan terwujud hubungan sosial yang relatif mapan.

Pola interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Berdasarkan kedudukan sosial (status) dan peranannya. Contohnya, seorang guru yang berhubungan dengan muridnya harus mencerminkan perilaku seorang guru. Sebaliknya, siswa harus menaati gurunya.

b. Merupakan suatu kegiatan yang terus berlanjut dan berakhir pada suatu titik yang merupakan hasil dari kegiatan tadi. Contohnya, dari adanya interaksi, seseorang melakukan penyesuaian, pembauran, terjalin kerja sama, adanya persaingan, muncul suatu pertentangan, dan seterusnya. Berdasarkan definisi di atas, maka peneliti menyimpulkan pola interaksi adalah suatu bentuk yang dihasilkan dari suatu tindakan antara dua individu atau lebih yang menghasilkan suatu aktivitas sosial.

B. Tinjauan tentang Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia dan antara orang dengan kelompok masyarakat. Interaksi terjadi apabila dua orang atau kelompok saling bertemu dan antara individu dengan kelompok, di mana


(25)

8

komunikasi terjadi diantara kedua belah pihak (Yulianti, 2003: 91). Menurut George Simmel dalam Kareel Veeger, Inti yang ditarik dari kehidupan sosial adalah interaksi, yaitu aksi atau tindakan yang berbalasbalasan, orang saling menanggapi tindakan mereka. Masyarakat merupakan jaringan relasi-relasi hidup yang timbal balik, yang satu berbicara, yang lain mendengarkan, yang satu bertanya, yang lain menjawab, yang satu member perintah, yang satu mentaati, yang satu berbuat jahat, yang lain membalas dendam, yang satu mengundang, yang lain datang. Selalu tampak bahwa orang saling pengaruh-mempengaruhi (Veeger, 1997: 45).

Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena itu tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara individu dengan golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya dan dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya (Ahmadi, 2004: 100).

Charles P. Loomis dalam Taneko (1984: 114-115) mencantumkan ciri penting dari interaksi sosial yaitu:

a. Jumlah pelaku lebih dari seorang bisa dua tau lebih.

b. Adanya komunikasi antara para pelaku dengan menggunakan simbolsimbol.

c. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini dan akan datang yang menentukan sifat dari aksi yang sedang berlangsung.


(26)

9

Apabila interaksi sosial diulang menurut pola yang sama dan bertahan untuk waktu yang lama maka akan terwujud hubungan sosial. Bentuk-bentuk interaksi sosial adalah:

c. Asosiatif 1) Kerjasama

Timbulnya kerjasama menurut Charles H Cooplay adalah apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama, dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi

kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerjasama (Soleman, 2002:116). 2) Akomodasi

Suatu pertikaian tidaklah mungkin akan berlangsung untuk selamalamanya. Pada suatu ketika pertikaian itu akan mendapatkan penyelesaiannya, mungkin saja penyelesaian itu hanya dapat diterima untuk sementara waktu saja, dalam arti para fihak tidak sepenuhnya merasa puas. Suatu keadaan di mana selesainya pertikaian, merupakan working relationship yang di sebut akomodasi. Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat dipahami bahwa menurut Soekanto dalam Soleman menyatakan bahwa akomodasi itu menunjuk pada dua arti atau makna. Pertama akomodasi itu adalah suatu keadaan dan kedua akomodasi itu menunjuk pada suatu proses (Soleman, 2002: 124). Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada suatu kondisi selesainya pertikaian tersebut. Akomodasi sebagai suatu proses, mungkin dilakukan sendiri oleh mereka yang bertikai, dan akan direnungkan pula melalui perantaraan pihak ketiga.


(27)

10

d. Disosiatif 1) Konflik

Konflik adalah suatu perjuangan dari pihak-pihak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Konflik dapat terjadi dalam segala bidang kehidupan, misalnya bidang ekonomi dalam perdagangan, kedudukan, kekuasaan, dan sebagainya. Walaupun konflik ini merupakan interaksi yang dissosiatif akan tetapi juga mempunyai fungsi, karena biasanya dari konflik tersebut akan muncul sebuah perubahan. 2) Persaingan

Persaingan dapat terjadi karena proses interaksi, di mana penafsiran makna perilaku tidak sesuai dengan maksud dari pihak pertama, yaitu pihak yang melakukan aksi, sehingga menimbulkan suatu keadaan di mana tidak terdapat keserasian diantara kepentingan-kepentingan para pihak yang melakukan interaksi. Oleh karena telah terjadi suatu situasi yang tidak serasi, maka untuk dapat mencapai tujuan yang dikehendaki, dilakukan dengan cara menghilangkan fihak yang menjadi penghalangnya itu. Pada pertentangan atau pertikaian, terdapat usaha untuk menjatuhkan pihak lawan dengan cara kekerasan. Pertentangan atau pertikaian ini dapat timbul karena persaingan atau kompetisi, tetapi hal ini tidak selalu demikian. Menurut Horton dan Hunt dalam Soleman hal 121, fungsi persaingan adalah:

a) Persaingan boleh dianggap sebagai alat pendistribusian yang tidak sempurna.

b) Persaingan dapat membentuk sikap tertentu bagi yang melakukan persaingan (compettetors).


(28)

11

orang untuk melakukan prestasi yang baik.

Interaksi sosial terjadi apabila dalam masyarakat terjadi kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dantango(yang artinya menyentuh) Jadi arti secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh (Soekanto, 2007:59). Kontak sosial merupakan tahap pertama ketika seseorang hendak melakukan interaksi, dalam konsep kontak sosial terdapat dua jenis kontak sosial, yaitu kontak sosial primer dan kontak sosial sekunder.

a. Kontak Primer

Kontak sosial yang dikembangkan secara intim dan mendalam berupa pergaulan tatap muka di mana hubungan secara visual dan perasaan-perasaan yang berhubungan dengan pendengaran senantiasa diperdengarkan.

b. Kontak Sekunder

Yakni kontak yang ditandai oleh pengaruh keadaan luar dan jarak yang lebih besar (Mannheim, 1986). Kontak sekunder merupakan kontak sosial yang memerlukan pihak perantara misalnya pihak ketiga. Hubungan-hubungan sekunder tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat misalnya telepon, telegraf, radio, internet dan seterusnya. Syarat-syarat terjadinya interaksi juga melibatkan komunikasi, di mana komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan yang ingin disampaikan pada orang tersebut.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka penulis mendefinisikan interaksi sosial adalah suatu komunikasi yang terjalin antara satu orang atau lebih atau antara satu kelompok atau lebih dengan kelompok lainnya pada dimana terjadi


(29)

12

aksi satu sama lain. Tanpa interaksi manusia tidak akan dapat hidup karena manusia manusia makhluk sosial yang bergantung pada lainnya. Dikaitkan dengan penelitian ini maka dapat di definisikan bahwa majikan dengan baby sitter akan melakukan interaksi secara spontan karena ada keterkaitan satu sama lainnya.

C. Tinjauan tentang Wanita Pekerja Profesional (Majikan)

Wanita karir mengacu pada sebuah profesi.Karya adalah karya.Jadi, ibu rumah tangga sebenarnya adalah seorang wanita karir.Namun wanita karir adalah wanita yang bekerja di luar karirnya sebagai ibu rumah tangga (Oetomo, 2007). Pendapat lain wanita karir adalah wanita yang bekerja untuk mengembangkan karir (Munandar,2001).

Menurut Flanders, (dalam Mudzhar 2001) wanita karir dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu :

a. Wanita tunggal dan tidak memiliki anak

Dalam rangka mengembangkan karir ada beberapa wanita yang memilih untuk tidak menikah terutama pada usia 20-an dan awal 30. Tetapi, kebanyakan melakukan hal tersebut dengan semata-mata agar tidak mengalami hambatan dan rintangan dalam karir mereka melainkan karena merasa pilihan tersebut cocok dengan pribadi mereka.

b. Wanita menikah tanpa anak

Wanita karir yang menikah tanpa anak memiliki pasangan yang saling mendukung dan membantu dalam urusan rumah tangga.Mereka tidak terlalu bermasalah dalam hal keuangan karena adanya pemasukan dari pihak suami dan


(30)

13

juga pihak istri, serta belum/tidak mempunyai anak yang dapat menyita waktu dan tenaga yang dapat mengurangi kinerja atau prospek karirnya.

c. Wanita menikah dan mempunyai anak

Dengan perencanaan keluarga yang baik dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan serta pekerjaan yang semakin terbuka bagi wanita, maka seorang wanita akan menggabungkan peran mereka dalam pekerjaan di tempat kerja serta peran mereka sebagai ibu rumah tangga di rumah.

Berdasarkan teori di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa wanita karir adalah seorang wanita yang bekerja selain menjadi ibu rumah tangga, atau berkarir di luar rumah.

D. Tinjauan tentangBaby Sitter

Baby sitter (pengasuh bayi) adalah seseorang yang pekerjaannya merawat dan mengasuh bayi. Baby sitterberasal dari lembaga-lembaga khusus terpercaya yang melakukan pelatihan-pelatihan kepada calon baby sitter sebelum mereka di pekerjakan di tempat masing-masing.

Secara konsep, baby sitter dipekerjakan ketika seorang ibu atau ayah tidak bisa menjaga bayi mereka pada saat-saat tertentu (bekerja) dan tugas baby sitter itu berakhir saat ayah atau ibu selesai bekerja.Yang terlihat saat ini, baby sitter itu pun tetap bekerja walaupun kedua orang tua si bayi sudah selesai bekerja. Baby sitter ini menggunakan seragam sehingga membuat mereka terlihat berbeda dari pembantu-pembantu rumahtangga biasa ( Asree,2008).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa baby siiter adalah seorang wanita yang bekerja mengasuh anak, merawat anak selama orang tuanya


(31)

14

bekerja. Dan kegunaan baby sitter inilah yang sekarang amat sangat berpengaruh terhadap pola pertumbuhan anak dari kecil hingga anak tersebut cukup mandiri. Dan darisinilah dapat dilihat apakah hasil dari asuhan baby sitter ini baik atau tidak.

E. Tinjauan tentang Pengasuhan

Pengasuhan berasal dari kata asuh (to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat, dan mendidik anak yang masih kecil.Menurut Wagnel dan Funk yang dikutip oleh Sunarti (1989) menyebutkan bahwa mengasuh itu meliputi menjaga serta member bimbingan menuju pertumbuhan kearah kedewasaan. Pengertian lain diutarakan oleh Webster yang intinya bahwa mengasuh itu membimbing menuju pertumbuhan kea rah kedewasaan dengan memberikan pendidikan, makanan, dan sebagainya terhadap mereka yang diasuh.

1. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan social dari anak yang sedang tumbuh dan anggota keluarga lainnya (Engle, et al, 1997).

Pola asuh orang tua adalah sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-ankanya. Sikap yang dilakukan orang tua antara lain mendidik, membimbing serta mengajarkan nilai-nilai yang sesuai dengan norma-norma yang dilakukan di masyarakat (Suwono, 2008).


(32)

15

Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak adalah bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat baik. Terlihat bahwa pengasuhan anak menunjukkepada pendidikan umum yang ditetapkan. Pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua dengan anak. Interaksitersebut mencakup perawatan seperti dari mencukupi kebutuhan makan, mendorong keberhasilan dan melindungi, maupun mensosialisasi (Jas &Meta, 2004).

Mengasuh anak dapat menjadi sesuatu yang menantang, tetapi membutuhkan waktu dan energi ekstra, strategi-strategi baru untukmengasuh anak. Belajar cara-cara baru mengasuh anak mungkin sulit dilakukan, tetapi orang tua harus berusaha mencurahkan usaha untuk mengurusi anak (Edward, 2006).

Cara orang tua mendidik anaknya disebut pola pengasuhan, didalam interaksinya dengan anak orang tua cenderung menggunakan cara-cara tertentu yang dianggapnya paling baik bagi si anak. Setiap upaya yang dilakukan dalam mendidik anak, mutlak didahului oleh tampilnya sikap orang tua dalam mengasuh anak seperti :

a. Perilaku yang patut dicontoh

Artinya setiap perilaku yang dilakukan harus didasarkan pada kesadaran bahwa perilakunya akan dijadikan lahan peniruan dan identifikasi bagi anak-anaknya. b. Kesadaran diri

Ini juga harus ditularkan pada anak-anak dengan mendorong mereka agar perilaku kesehariannya taat kepada nilai-nilai moral, oleh sebab itu orang tua senantiasa


(33)

16

membantu mereka agar mampu melakukan observasi diri melalui komunikasi dialogis, baik secara verbal maupun nonverbal.

c. Komunikasi

Komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anak-anaknya terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk memecahkan permasalahannya.

2. Pentingnya Pola Asuh

Di dalam keseluruhan siklus hidup manusia bahwa anak usia dini merupakan periode yang paling kritis dalam menentukan kualitas sumber daya manusia karena proses tumbuh kembang anak usia dini berjalan sangat cepat. Para ahli mengatakan bahwa masa usia dini disebut sebagai masa emas (golden age period), khususnya pada anak usia 0-2 tahun yang perkembangan otaknya mencapai 70%-80%. Apabila pada masa usia dini tersebut anak tidak dibina dengan secara baik, maka anak tersebut akan mengalami gangguan perkembangan, baik emosi, social, mental, intelektual dan moral yang akan menentukan sikap serta nilai pola perilaku seseorang di kemudian hari, oleh karena itu diperlukan pola asuh orang tua yang bertujuan untuk meningkatkan peran orang tua serta anggota keluarga lainnya dalam pembinaan tumbuh kembang anak sesuai dengan usia dan tahap perkembangan yang harus dimiliki, baik dalam aspek fisik, kecerdasan dan social emosional agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang maju, mandiri dan berkualitas.

Walaupun secara naluriah para orangtua telah mengetahui tugas-tugas dan peranannya sehari-hari di rumah dalam keluarganya, namun kadang-kadang


(34)

17

keluarga atau masyarakat masih mempunyai kebiasaan-kebiasaan atau norma-norma tertentu yang menghambat hubungan timbal balik antara orang tua dan anak sehingga menyebabkan potensi seorang anak tidak berkembang dengan baik bahkan keadaan anak lebih buruk lagi dan sering mengkhawatirkan hingga menjadi masalah para orangtua.

Masalah yang selalu dikeluhkan orang tua tentang anak mereka seakan-akan tidak pernah berakhir. Taraf pertumbuhan dan perkembangan telah menjadikan perubahan pada diri anak. Perubahan perilaku tidak akan menjadi masalah bagi orangtua apabila anak tidak menunjukkan tanda penyimpangan. Akan tetapi, apabila anak telah menunjukkan tanda yang mengarah ke hal negatif akan membuat cemas bagi sebagian orangtua (Sri Mulyanti,2013).

Dalam mengasuh anak orangtua bukan hanya dapat mengkomunikasikan fakta, gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuh kembangkan kepribadian anak (Riyanto, 2002).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh anak adalah :(Edward, 2006) a. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalamannya sangat berpengaruh dalam mengasuh anak.

b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anak.


(35)

18

c. Budaya

Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggapnya berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orangtua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di masyarakat denganbaik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya.

5. Kesalahan Pola Asuh

Menurut Sri Mulyanti (2013) fakta yang sering terjadi di sekitar kita adalah : 1. Orangtua/pendidik masih selalu mendikte anak, seharusnya jalinlah

komunikasi secara terbuka dan menyenangkan dengan anak namun tetap dengan batasan-batasan tertentu agar anakpun terbiasa terbuka pada orangtua ketika ada hal yang ingin disampaikan atau hal-hal yang tidak diinginkannya. 2. Orangtua/pendidik masih membatasi ruang gerak bermain anak dengan

kata-kata larangan. Orangtua harus sesuaikan pola asuh dengan situasi, kondisi, kemampuan dan kebutuhan anak.

3. Orangtua/pendidik masih ada yang memperlakukan anak secara negatif dengan menggunakan kata-kata yang tidak mendidik.

4. Masih ditemui orangtua/pendidik yang memberikan hukuman terhadap anak usia dini, baik secara fisik, verbal, psikologis. Akibat dari tindakan orangtua yang sering member hukuman akan menjadikan anak kelak suka memaki dan suka berkelahi.


(36)

19

5. Orangtua masih memberikan menu harian yang tidak sehat, seperti makanan instan, makanan rendah gizi dan kurang variasi. Seharusnya orangtua harus memberikan makanan yang sehat dan banyak gizinya.

Dari beberapa penjelasan di atas serta dilihat dari jenis pola asuh, dampak pola asuh dan kesalahan pola asuh maka peniliti dapat menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berperan perting dalam pola pertumbuhan anak terumata siapa pengasuhnya dan bagaimana cara asuhnya.

F. Sub Bab

Interaksi Antara Majikan Dengan Baby Sitter Dalam Perspektif Teori Interaksionisme Simbolik

Pada jaman ini sudah tidak menjadi hal yang aneh lagi melihat orang tua yang sibuk bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari khususnya hidup di daerah perkotaan. Sudah menjadi hal biasa apabila melihat seorang lelaki kepala keluarga bekerja keras setiap harinya. Namun, bekerja keras dan sibuk sudah tidak hanya diperuntukkan bagi kaum lelaki saja, kaum perempuan sekarang sudah banyak yang bekerja mencari nafkah membantu suami dan menjadi wanita karir yang mandiri. Dengan kesibukan ini tidak banyak kaum ibu yang sibuk namun tetap ingin memiliki momongan yang pada akhirnya kebingungan bagaimana cara untuk tetap eksis bekerja maksimal, anak terasuh dengan baik namun tidak mengganggu pekerjaan. Pada saat ini sudah ada solusi bagi para ibu yang ingin terus berkarir dan anak dapat terasuh dengan baik dan maksimal. Sudah banyak jasa penyalur baby sitter sekarang ini dimana bisa dijadikan pilihan kaum ibu untuk bisa bekerja tenang dengan meninggalkan anak


(37)

20

di rumah tetap terasuh dengan baik. Dengan adanya baby sittersebagai pembantu untuk mengasuh anak, beban para ibu sedikit berkurang. Mereka tidak perlu mencemaskan bagaimana keadaan anaknya di rumah pada saat sedang bekerja. Mereka tidak perlu mencemaskan bagaimana pola makan dan kesehatannya di saat sedang bekerja. Dengan demikian para ibu bisa bekerja dengan tenang tanpa merasa terbebani.

Seiring dengan perkembangan jaman yang canggih, baby sitter semakin terlihat lebih berkelas dan lebih terlatih lagi dibandingkan dengan pembantu biasa. Dengan menggunakan jasa baby sitterotomatisbaby sitterakan hidup dan tinggal di tempat yang sama dengan majikannya. Dari sinilah akan terjadi sebuah interaksi sosial antara baby sitterdengan majikannya. Interaksi yang berawal dari hanya berupa pesan-pesan yang ditinggalkan majikan kepada baby sitter untuk mengasuh anaknya dengan baik, sampai interaksi dimana keduanya sudah menjadi dekat dan akrab sehingga tercipta obrolan-obrolan di luar konteks pengasuhan anak. Interaksi social yang terjadi inilah bila dikaitkan dengan perspektif teori interaksionisme simbolik maka dalam setiap interaksi yang terjadi akan tercipta symbol-simbol yang berupa aksi aksi antara majikan dengan baby sitter. Dimana yang akan dibahas lebih jelas lagi dalam penelitian ini. Symbol-simbol yang terjadi bukan berarti symbol-Symbol-simbol yang terlihat dengan pasti, melainkan symbol yang merupakan cara majikan dengan baby sitter ini menjalin interaksi dengan saling menghormati satu sama lain.


(38)

21

G. Kerangka Pikir

Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup saling bersosialisasi satu sama lainnya. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan manusia lainnya. Manusia yang hidup pada zaman dahulu tidaklah sama dengan manusia pada zaman sekarang. Seiring perkembangan zaman dan juga terjadinya perubahan sosial masyarakat, pola pikir manusia menjadi semakin maju dan berkembang. Dahulu dimana untuk mengasuh anak kita dapat menggunakan tenaga pengasuhan dari anggota keluarga kita yang lainnya eperti paman, bibi, kakek ataupun nenek. Namun zaman yang semakin canggih membuat semua orang meiliki kesibukan masing-masing sehingga dalam rumah tangga permasalahan utama yang selalu dihadapi adalah bagaimana nasib pengasuhan anak ketika orang tua sibuk bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Oleh sebab itu pada zaman sekarang sudah banyak sekali jasa-jasa yang diperjual belikan atau jasa-jasa penyewaan baby sitter atau yang lebih kita kenal dengan pengasuh bayi atau anak. Dengan adanya jasa pengasuhan anak dengan menggunakan baby sitter, masalah utama rumah tangga yaitu pengasuhan anak dapat teratasi.

Maraknya penggunaan jasa baby sitter ini akan membuat suatu interaksi sosial yang tercipta antara majikan dengan baby sitter. Dan darisinilah akan terlihat bagaimana interaksi yang terjadi antara majikan yang kita ketahui memiliki jabatan lebih tinggi daripada baby sitter yang ia pekerjakan. Bagaimana interaksi itu berjalan baik atau tidak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola interaksi sosial antara majikan dengan baby sitter dalam pengasuhan anak. Untuk memenuhi


(39)

22

tujuan tersebut kiranya akan tepat apabila dikaitkan dengan teori interaksionis simbolik.

Dalam perspektif ini dikenal nama sosiolog George Herbert Mead (1863-1931), Charles Horton Cooley (1846-1929), yang memusatkan perhatiannya pada interaksi antara individu dan kelompok. Mereka menemukan bahwa individu-individu tersebut berinteraksi dengan menggunakan symbol-simbol, yang di dalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan kata-kata. Jadi, interaksi manusia dimediasi oleh penggunaan symbol-simbol, oleh interpretasi, atau oleh penetapan makna dari tindakan orang lain. Semua interaksi antar individu manusia melibatkan suatu pertukaran symbol.

Dengan mengetahui interaksionisme simbolik sebagai teori maka kita akan bisa memahami fenomena sosial lebih luas melalui pencermatan individu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa munculnya interaksi antara majikan dengan baby sitter menggunakan symbol-simbol terjadi secara spontan. Karena adanya interaksi sosial terhadap keduanya.


(40)

23

III. METODE PENELITIAN

A.Tipe Penelitian

Penelitian ini bila dilihat dari segi tujuan adalah berupaya mendeskripsikan permasalahan yang ada. Dalam penulisan skripsi ini jenis penelitiannya ialah peneleitian kualitatif. Penelitian kualitatif memiliki fokus pada banyak metode, meliputi pendekatan interpretative dan naturalistik terhadap pokok persoalannya. Penelitian kualitatif meliputi penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris yang diteliti penelitian kasus, pengalaman pribadi, introspektif, kisah pekerjaan, wawancara, pengamatan, sejarah, interaksi dan pekerjaan sehari-hari. Peneliti berkedudukan sama dengan subjek penelitian, berusaha memahami makna dibalik perilaku yang tampak. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007 : 3). Ciri-ciri dominan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif, sumber data langsung berupa situasi alami, peneliti adalah instrument kunci, lebih menekankan makna ketimbang hasil, analisis data bersifat induktif, dan makna merupakan perhatian utama dalam pendekatan penelitian. Sedangkan penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan atau studi kasus.


(41)

24

Pernyataan di atas juga dipertegas oleh Creswell, mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang latar tempat dan waktunya alamiah (Creswell, 1998)

Paradigma ini juga memungkinkan untuk dilakukan interpretasi secara kualitatif atas data-data penelitian yang telah diperoleh. Sehingga pengertian umum mengenai fenomenologi adalah :

“Pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman -pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia. Dalam hal ini fenomenologis ingin memahami bagaimana dunia muncul kepada orang

lain.” (Moleong, 2007 : 15)

Pendekatan penelitian kualitatif dirasakan lebih cocok dan relevan dengan topik atau pembahasan yang akan diteliti karena menggali dan memahami Bagaimana Pola Interaksi Sosial Antara Majikan Dengan Baby Sitter Dalam Pengasuhan Anak. Mengetahui symbol-simbol yang digunakan dalam interaksi antara majikan dengan baby sitter, mengetahui managemen kesan dan hasil dari asuhan baby sitter itu terhadap anak.

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif ini sangat bergantung pada pengamatan mendalam terhadap perilaku manusia dan lingkungannya.

B.Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pedoman untuk mengambil data apa saja yang relevan dengan permasalahan penelitian, fokus harus konsisten dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang ditetapkan terlebih dahulu. Fokus penelitian ini juga berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian yang telah di terapkan (Moleong 2007;234).


(42)

25

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah :

1. Mengetahui pola interaksi sosial antara majikan dengan baby sitter melalui simbol-simbol seperti apakah yang terdapat melalui interaksi dengan menggunakan teori interaksionisme simbolik.

2. Bagaimana kesan majikan terhadap kualitas kerja baby sitter begitu pula sebaliknya.

3. Konflik apa yang terjadi antara majikan dengan baby sitter.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada satu tempat di Perumahan Kota Baru Indah. Salah satu perumahan di Bandar Lampung. Lokasi tersebut saya pilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Dilokasi penelitian banyak fenomena seorang ibu rumah tangga yang merupakan wanita pekerja profesional (wanita karir) yang sibuk dan memiliki

baby sitter.

2. Peneliti mendapatkan kemudahan akses masuk dan mewawancarai ke dalam lokasi-lokasi tersebut karena berada di daerah perumahan yang mayoritas ibu ruma tangga yang bekerja.

3. Lokasi tersebut merupakan lokasi yang secara langsung berhubungan dengan objek yang akan diteliti.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penelitian ini akan dilakukan di Perumahan Kota Baru Indah Kecamatan Tanjung Karang Timur Bandar Lampung, khususnya bagi ibu rumah tangga yang merupakan wanita pekerja profesional.


(43)

26

D. Informan Penelitian

Informan adalah seseorang yang mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Penelitian harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. (Moelong, 2007).

Dalam hal ini ada beberapa kriteria informan yang akan diteliti yaitu : 1. Informan yang memiliki banyak informasi

2. Informan yang bisa di ajak dalam bekerja sama.

3. Informan yang memiliki baby sitter untuk bekerja di rumahnya di Bandar Lampung dan baby sitter itu sendiri.

4. Informan yang tidak mempunyai keluarga dekat. 5. Informan yang memiliki anak kecil atau balita.

6. Informan yang memiliki pekerjaan lain selain menjadi ibu rumah tangga. Penentuan informan penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling.

Menurut Sugiyono, (2008;85), teknik purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari cirri-ciri sampel yang ditetapkan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Alat pengumpulan data tersebut berfungsi saling melengkapi akan data yang dibutuhkan. Penelitian kualitatif umumnya menggunakan tiga teknik pengumpulan data yakni : (1) Observasi (2) Wawancara mendalam (indepth


(44)

27

interview), dan (3) Dokumentasi. Ketiga teknik ini digunakan dengan harapan dapat memperoleh informasi dan data yang memadai.

1. Teknik Observasi

Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencari data :

1. Melihat dan mengamati perubahan fenomena-fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang

2. Kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian tersebut bagi pelaksana observaser untuk melihat obyek moment tertentu,

3. Sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan Margono (2007;159).

2. Teknik Wawancara Mendalam (indepth interview)

Wawancara dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data yaitu:

1. Pengumpulan data dengan mengadakan wawancara mendalam melalui informan kunci yang memahami situasi dan kondisi objek penelitian. 2. Teknik wawancara yang dipergunakan adalah wawancara tidak berstruktur

yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung, yang diperoleh selanjutnya dicatat dan direkam.

3. Memperoleh data dengan melihat langsung bagaimana keadaan sekitar informan.


(45)

28

3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasati, agenda, notulen rapat dan sebagainya. Teknik dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganilisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2004;280), analisis data adalah prosedur mengatur urutan data, mengorganisasikan menurut dalam suatu pola, kategori, dana satuan uraian dasar. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan interpretatif. Analisi dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

1. Reduksi data, yaitu proses pemilahan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.

2. Penyajian data, yaitu menyajikan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan atau penyederhanaan informasi yang kompleks kedalam kesatuan bentuk yang disederhanakan dan selektif yang mudah dipahami.

3. Menarik kesimpulan, yaitu kegiatan konfigurasi yang utuh atau tinjauan ulang terhadap catatan lapangan, yakni menguji kebenaran dan validitas, makna-makna yang muncul dalam lokasi penelitian. Setelah memiliki landasan kuat, simpulannya kuat dan menjadi lebih rinci sehingga menjadi simpulan terakhir (Milles, 1992;16-19)


(46)

80

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil informasi dan data yang telah di ungkapkan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pernyataan kesepuluh informan yang telah dijelaskan pada bab 5 mengenai bagaimana pola interaksi sosial yang terjadi antara majikan dengan baby sitter

begitu pula sebaliknya dikaitkan dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini pada bab II adalah bahwa interaksi sosial terjadi setiap saat satu sama lain dan memang akan terbentuk symbol-simbol yang secara tidak sengaja dan spontan digunakan sehari-hari dalam bersosialisasi yaitu :

a) Adanya panggilanbaby sitterterhadap majikannya tersendiri yang tidak terlalu memakai aturan untuk memanggil secara khusus namun tetap tidak mengurangi rasa hormatbaby sitterterhadap majikannya.

b) Adanya aturan yang secara tidak disengaja bahwa baby sitter harus makan sesudah majikannya makan.

c) Majikan dan baby sitter yang sudah sama-sama paham kebiasaan-kebiasaan apa saja yang sering dilakukan masing-masing setiap harinya.


(47)

81

d) Majikan yang mengetahui apa saja makanan yang disukai dan tidak disukaibaby sitter, hal-hal yang di sukai dan tidak disukaibaby sitter. e) Baby sitteryang mengetahui jadwal pergi dan pulang kerja majikannya,

baby sitter yang mengetahui bagaimana watak majikannya, baby sitter

yang mengetahui dan paham makanan apa yang disukai dan tidak disukai majikannya, terlebih lagi hal-hal apa yang membuat majikan senang dan hal-hal apa yang membuat majikan marah.

f) Majikan yang paham pada waktu-waktu kapanbaby sittermulai merasa lelah seharian mengasuh anaknya.

Tidak hanya itu, simbol yang mengartikan bagaimana keadaan status majikan dengan baby sitter pada saat posisi duduk majikannya apakah baby sitter

duduk di sampingnya atau di bawahnya yang akan menjelaskan bagaimana

baby sitter memposisikan dirinya di depan majikannya walaupun dijelaskan bahwa itu semua tidaklah mempengaruhi karena semua majikan menganggap setiap individu memiliki derajat yang sama. Simbol yang terjadi pada saat makan apakah makanan yang dimakan majikan dengan baby sitter sama atau berbeda jelas diuangkapkan oleh majikannya bahwa semua makanan yang dimakan sama. Simbol cara menghormati majikan dengan carababy sitteryang harus mendahulukan majikannya makan terlebih dahulu barulah ia makan. Symbol yang melihatkan baby sitter hormat atau tidak terhadap majikannya yaitu pada saat berbicara harus menunduk atau tidak, tempat tidur dan semacamnya pun sudah jelas kita ketahui itu semua tidak menjadi aturan khusus dari majikannya. Semua itu terjadi melalui bahasa dimana


(48)

bahasa-82

bahasa yang terjadi menciptakan suatu symbol yang digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain. Simbol-simbol yang terjadi memiliki makna yang berbeda masing-masingnya dan saling berkaitan satu sama lain. Baik itu simbol yang mengartikan rasa suka maupun rasa tidak suka dengan lawan interaksinya. Itu semua berpengaruh untuk bertindak dan berinteraksi antara individu satu dengan individu lainnya.

2. Hasil wawancara terhadap kelima informan yang menjadi majikan mengenai bagaimana managemen kesan terhadap kualitas kerja baby sitter dapat terlihat bahwa majikan memiliki keluhannya masing-masing. Dapat terlihat bahwa tidak selamanya baby sitter bekerja dengan sangat baik dan memuaskan. Dengan demikian majikan menjelaskan keluhannya yang ternyata itu tidak diungkapkan didepan baby sitternya. Dalam kata lain ini bisa disebut dengan tampak belakang. Tampak belakang ini ada karena majikan yang merasa kurang puas dengan apa yang dilakukan baby sitternya. Majikan merasa baby sitter mempunyai sifat buruk atau kelakuan buruk yang harus dihilangkan. Sedangkan apabila perlakuan baby sitter yang baik dengan anak yang diasuhnya, perlakuan baby sitteryang baik terhadap majikannya maka majikan juga akan merasa senang. Bila dikaitkan dengan teori yang ada dalam penelitian ini, maka symbol-simbol yang digunakan antara majikan dengan

baby sitter dapat menciptakan kesan baik maupun tidak baik bagi masing-masing individu. Dengan digunakannya symbol-simbol dalam berinteraksi dapat memberikan pemahaman kepada baby sitter untuk berinteraksi dengan baik dan tetap memiliki rasa hormat terhadap majikan, maka apa yang dikerjakannya semua semata-mata untuk memenuhi kepuasan majikannya.


(49)

83

Dengan demikian managemen kesan dalam penelitian ini menghasilkan rasa yang belum bisa dikatakan puas. Tiap-tiap individu mengatakan hal-hal yang tidak disukai dari masing-masing lawan interaksinya. Semua mempunyai keluhan-keluhan masing-masing yang berbeda.

3. Hasil wawancara terhadap sepuluh informan mengenai konflik apa yang terjadi antara majikan dengan baby sitternya dapat kita ketahui bahwa dalam setiap interaksi aka nada suatu konflik, terlebih jika interaksi itu berlangsung secara terus-menerus setiap harinya. Konflik yang terjadi disini disebabkan oleh baby sitter yang melakukan kesalahan dan ada pula yang disebabkan oleh anggota keluarga salah satubaby sitter. Konflik yang terjadi cukup rumit namun semua itu dapat diatasi dengan baik oleh kedua belah pihak. Konflik yang terjadi tidak mengakibatkan hal yang fatal karena baik majikan maupun individu melakukan interaksi yang baik sehingga semua itu dapat terselesaikan dengan cara yang baik pula. Tidak semua informan mengatakan memiliki konflik, ada beberapa informan yang mengatakan bahwa belum pernah terjadi konflik satu sama lain. Ini semua kita kembalikan lagi kepada individu masing-masing bahwa setiap interaksi social yang terjadi akan berjalan baik apabila dari masing-masing individu selalu menjaga keharmonisan dan rasa hormat satu sama lain.

B. Saran

Berdasarkan informasi yang telah diungkapkan dalam pembahasan, maka peneliti merumuskan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

1. Bahwa symbol-simbol yang digunakan untuk berinteraksi tidaklah harus benar-benar membuat jarak atau derajat seseorang yang rendah itu terlihat rendah.


(50)

84

Karena apabila kita ketahui setiap individu memiliki derajat yang sama dan hak yang sama. Semua dapat berinteraksi satu sama lain tanpa larangan. Semua bisa berinteraksi tanpa membeda-bedakan status. Sehingga semua akan berdampak baik. Simbol terbentuk dengan sendirinya tanpa membuat jarak yang berarti terhadap satu sama lain melainkan dengan simbol semua terjadi secara alamiah bagaimana cara mengungkapkan rasa hormat atau rasa menghargai seseorang satu sama lain.

2. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian tentang bagaimana pola interaksi antara majikan dengan baby sitter dengan lebih mendalam, terlebih mahasiswa jurusan sosiologiagar dapat lebih memahami lagi tentang bagaimana pola interaksi majikan dengan baby sitter

terhadap pengasuhan anak menggunakan symbol-simbol di dalam interaksinya, karena ini semua penting bagi ilmu sosiologi untuk membuktikan dengan teori yang ada, tidak hanya itu melainkan konflik apa yang lebih besar yang terjadi antara majikan dengan baby sitter pada masa sekarang dan masa mendatang karena masih banyak lagi yang perlu diteliti terhadap para baby sitter seperti bagaimana kelanjutan hidup baby sitter setelah menikah akan tetap dipekerjakan atau tidak, apa hukumanbaby sitteryang mengasuh anak majikan dengan kejam, lembaga-lembaga baby sitter yang seperti apakah yang benar-benar memiliki kualitas baby sitter yang baik, dan lainnya yang mana belum dibahas dalam penelitian ini.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H. Abu. 2004.Psikologi Umum, Penerbit :RinekaCipta.

Arikunto, S. 2006.Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. RinekaCipta

Ariyanti, Adhi. 2010.Perbedaan Perkembangan Anak Balita Pada Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja Penilaian Menggunakan Metode Denver II. Jakarta Asree, 2008.Baby Sitter Yang Modern Baby Sitter Yang Cerdas.

Azis, 2005.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak:SelembaMedika

Basrowi, 2005.Pola Interaksi Sosial Antara Para TKI dengan Majikan Warga Negara Asing.

Boediono. 1985.Ekonomi Makro. Yogyakarta

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Model Penguasaan Aplikasi. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Creswell. 1998.Metode-Metode Penelitian. Bandung

Edward,Drew,C. 2006. Ketika Anak Sulit Diatur :Panduan Orang Tua Untuk Mengubah Masalah Perilaku Anak. Bandung : PT. MizanUtama.

Haryanto, Sindung. 2013.SpektrumTeoriSosial: Dari KlasikHingga Post Modern.Yogyakarta :Ar-Ruzz Media

Jas & Meta. (2004).Hubungan antara pola asuh dengan perkembangan bahasa pada anak usia 1-3 tahun di DesaSukoliloPati.Kudus

:SkripsiTidakdipublikasikan.

Margono S.Drs. 2007.Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. Jakarta : PT. RinekaCipta

Miles,M.B&Huberman, A.M. 1992.Analisis Data Kualitatif


(52)

Moleong, L, J. 2004 .Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung :RosdaKarya ________. 2007.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung : PT

RmeajaRosdakarya

Mulyanti, Sri. 2013.Perkembangan Psikologi Anak. Laras Media Prima. Narwoko, 2006.Interaksi Sosial Manusia.

Oetomo.2007 .Wanita Karir Wanita yang Sukses.Surabaya.

Riyanto, Theo. 2002.Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia.

Soekanto.2007 .Interaksi Sosial.Jakarta

Soekirman, 2000.Cara MengasuhAnak. Jakarta : Department PendidikanNasional Soleman. 2002.Interaksi Sosial Kehidupan Bermasyarakat.Bandung :Alfabeta Sugiyono, 2003.Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

________. 2007.Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas ________. 2008.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :Alfabeta

Suwono.2008.Pola Asuh Orang Tua Yang Cerdas.Jakarta

Sunarti. 1989.Pengasuhan Anak : Cara Cerdas Mengasuh Anak.

Suratiyah, Ken. 1990.Wanita Kerjadan Rumah tangga.Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Yogyakarta.

Wiryanto, Frans. 1986.Perubahan Masyarakat. Jakarta

Yulianti. 2003.Interaksi Sosial Masyarakat Majemuk di kalangan elite

Sumber Internet

https://books.google.co.id/books?id=vhdYBQAAQBAJ&pg=PA398&lpg=PA398 &dq=veeger+1997+interaksi+sosial&source=bl&ots=vQqtmuO0qz&sig=lp

sr_YXQf64seH30-0FwDdBi6tA&hl=en&sa=X&ei=xtgtVd-UMdD_ugTl6ID4Cw&redir_esc=y#v=onepage&q=veeger%201997%20int eraksi%20sosial&f=false . Veeger.1997. tangalakses 2 Oktober 2014


(53)

http://www.likethisya.com/pengertian-fungsi-dan-sejarah-uang.html. memahami fungsi, syarat dan sejarah uang. Tanggal akses 10 Oktober 2014.Achmad.A http://www.kompas.com Ade. 2009.Forum kompasiana, WanitaBekerja :

Dilemma. Tanggal akses 07 Oktober 2013.

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/psikologi/10.pola.asuh.untuk.anak.cerd as/001/007/1080/1/1. 10 pola asuh untuk anak cerdas.tanggal akses 2 September 2014.

http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/teori-sosiologi-klasik.html. Mannheim 1986. Tanggal akses 14 Februari 2015.

http://rezkyzaintiaraa.blogspot.com/2014/11/wanita-karier.html. Munandar 2001.Tanggal akses 29 Maret 2015


(1)

82

bahasa yang terjadi menciptakan suatu symbol yang digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain. Simbol-simbol yang terjadi memiliki makna yang berbeda masing-masingnya dan saling berkaitan satu sama lain. Baik itu simbol yang mengartikan rasa suka maupun rasa tidak suka dengan lawan interaksinya. Itu semua berpengaruh untuk bertindak dan berinteraksi antara individu satu dengan individu lainnya.

2. Hasil wawancara terhadap kelima informan yang menjadi majikan mengenai bagaimana managemen kesan terhadap kualitas kerja baby sitter dapat terlihat bahwa majikan memiliki keluhannya masing-masing. Dapat terlihat bahwa tidak selamanya baby sitter bekerja dengan sangat baik dan memuaskan. Dengan demikian majikan menjelaskan keluhannya yang ternyata itu tidak diungkapkan didepan baby sitternya. Dalam kata lain ini bisa disebut dengan tampak belakang. Tampak belakang ini ada karena majikan yang merasa kurang puas dengan apa yang dilakukan baby sitternya. Majikan merasa baby sitter mempunyai sifat buruk atau kelakuan buruk yang harus dihilangkan. Sedangkan apabila perlakuan baby sitter yang baik dengan anak yang diasuhnya, perlakuan baby sitteryang baik terhadap majikannya maka majikan juga akan merasa senang. Bila dikaitkan dengan teori yang ada dalam penelitian ini, maka symbol-simbol yang digunakan antara majikan dengan baby sitter dapat menciptakan kesan baik maupun tidak baik bagi masing-masing individu. Dengan digunakannya symbol-simbol dalam berinteraksi dapat memberikan pemahaman kepada baby sitter untuk berinteraksi dengan baik dan tetap memiliki rasa hormat terhadap majikan, maka apa yang dikerjakannya semua semata-mata untuk memenuhi kepuasan majikannya.


(2)

83

Dengan demikian managemen kesan dalam penelitian ini menghasilkan rasa yang belum bisa dikatakan puas. Tiap-tiap individu mengatakan hal-hal yang tidak disukai dari masing-masing lawan interaksinya. Semua mempunyai keluhan-keluhan masing-masing yang berbeda.

3. Hasil wawancara terhadap sepuluh informan mengenai konflik apa yang terjadi antara majikan dengan baby sitternya dapat kita ketahui bahwa dalam setiap interaksi aka nada suatu konflik, terlebih jika interaksi itu berlangsung secara terus-menerus setiap harinya. Konflik yang terjadi disini disebabkan oleh baby sitter yang melakukan kesalahan dan ada pula yang disebabkan oleh anggota keluarga salah satubaby sitter. Konflik yang terjadi cukup rumit namun semua itu dapat diatasi dengan baik oleh kedua belah pihak. Konflik yang terjadi tidak mengakibatkan hal yang fatal karena baik majikan maupun individu melakukan interaksi yang baik sehingga semua itu dapat terselesaikan dengan cara yang baik pula. Tidak semua informan mengatakan memiliki konflik, ada beberapa informan yang mengatakan bahwa belum pernah terjadi konflik satu sama lain. Ini semua kita kembalikan lagi kepada individu masing-masing bahwa setiap interaksi social yang terjadi akan berjalan baik apabila dari masing-masing individu selalu menjaga keharmonisan dan rasa hormat satu sama lain.

B. Saran

Berdasarkan informasi yang telah diungkapkan dalam pembahasan, maka peneliti merumuskan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

1. Bahwa symbol-simbol yang digunakan untuk berinteraksi tidaklah harus benar-benar membuat jarak atau derajat seseorang yang rendah itu terlihat rendah.


(3)

84

Karena apabila kita ketahui setiap individu memiliki derajat yang sama dan hak yang sama. Semua dapat berinteraksi satu sama lain tanpa larangan. Semua bisa berinteraksi tanpa membeda-bedakan status. Sehingga semua akan berdampak baik. Simbol terbentuk dengan sendirinya tanpa membuat jarak yang berarti terhadap satu sama lain melainkan dengan simbol semua terjadi secara alamiah bagaimana cara mengungkapkan rasa hormat atau rasa menghargai seseorang satu sama lain.

2. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian tentang bagaimana pola interaksi antara majikan dengan baby sitter dengan lebih mendalam, terlebih mahasiswa jurusan sosiologiagar dapat lebih memahami lagi tentang bagaimana pola interaksi majikan dengan baby sitter terhadap pengasuhan anak menggunakan symbol-simbol di dalam interaksinya, karena ini semua penting bagi ilmu sosiologi untuk membuktikan dengan teori yang ada, tidak hanya itu melainkan konflik apa yang lebih besar yang terjadi antara majikan dengan baby sitter pada masa sekarang dan masa mendatang karena masih banyak lagi yang perlu diteliti terhadap para baby sitter seperti bagaimana kelanjutan hidup baby sitter setelah menikah akan tetap dipekerjakan atau tidak, apa hukumanbaby sitteryang mengasuh anak majikan dengan kejam, lembaga-lembaga baby sitter yang seperti apakah yang benar-benar memiliki kualitas baby sitter yang baik, dan lainnya yang mana belum dibahas dalam penelitian ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H. Abu. 2004.Psikologi Umum, Penerbit :RinekaCipta.

Arikunto, S. 2006.Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. RinekaCipta

Ariyanti, Adhi. 2010.Perbedaan Perkembangan Anak Balita Pada Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja Penilaian Menggunakan Metode Denver II. Jakarta Asree, 2008.Baby Sitter Yang Modern Baby Sitter Yang Cerdas.

Azis, 2005.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak:SelembaMedika

Basrowi, 2005.Pola Interaksi Sosial Antara Para TKI dengan Majikan Warga Negara Asing.

Boediono. 1985.Ekonomi Makro. Yogyakarta

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Model Penguasaan Aplikasi. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Creswell. 1998.Metode-Metode Penelitian. Bandung

Edward,Drew,C. 2006. Ketika Anak Sulit Diatur :Panduan Orang Tua Untuk Mengubah Masalah Perilaku Anak. Bandung : PT. MizanUtama.

Haryanto, Sindung. 2013.SpektrumTeoriSosial: Dari KlasikHingga Post Modern.Yogyakarta :Ar-Ruzz Media

Jas & Meta. (2004).Hubungan antara pola asuh dengan perkembangan bahasa pada anak usia 1-3 tahun di DesaSukoliloPati.Kudus

:SkripsiTidakdipublikasikan.

Margono S.Drs. 2007.Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. Jakarta : PT. RinekaCipta

Miles,M.B&Huberman, A.M. 1992.Analisis Data Kualitatif :PenerjemahTjeptjepRohendi R. Universitas Indonesia Press.


(5)

Moleong, L, J. 2004 .Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung :RosdaKarya ________. 2007.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung : PT

RmeajaRosdakarya

Mulyanti, Sri. 2013.Perkembangan Psikologi Anak. Laras Media Prima. Narwoko, 2006.Interaksi Sosial Manusia.

Oetomo.2007 .Wanita Karir Wanita yang Sukses.Surabaya.

Riyanto, Theo. 2002.Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia.

Soekanto.2007 .Interaksi Sosial.Jakarta

Soekirman, 2000.Cara MengasuhAnak. Jakarta : Department PendidikanNasional Soleman. 2002.Interaksi Sosial Kehidupan Bermasyarakat.Bandung :Alfabeta Sugiyono, 2003.Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

________. 2007.Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas ________. 2008.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :Alfabeta

Suwono.2008.Pola Asuh Orang Tua Yang Cerdas.Jakarta

Sunarti. 1989.Pengasuhan Anak : Cara Cerdas Mengasuh Anak. Suratiyah, Ken. 1990.Wanita Kerjadan Rumah tangga.Pusat Penelitian

Kependudukan UGM. Yogyakarta.

Wiryanto, Frans. 1986.Perubahan Masyarakat. Jakarta

Yulianti. 2003.Interaksi Sosial Masyarakat Majemuk di kalangan elite

Sumber Internet

https://books.google.co.id/books?id=vhdYBQAAQBAJ&pg=PA398&lpg=PA398 &dq=veeger+1997+interaksi+sosial&source=bl&ots=vQqtmuO0qz&sig=lp

sr_YXQf64seH30-0FwDdBi6tA&hl=en&sa=X&ei=xtgtVd-UMdD_ugTl6ID4Cw&redir_esc=y#v=onepage&q=veeger%201997%20int eraksi%20sosial&f=false . Veeger.1997. tangalakses 2 Oktober 2014


(6)

http://www.likethisya.com/pengertian-fungsi-dan-sejarah-uang.html. memahami fungsi, syarat dan sejarah uang. Tanggal akses 10 Oktober 2014.Achmad.A http://www.kompas.com Ade. 2009.Forum kompasiana, WanitaBekerja :

Dilemma. Tanggal akses 07 Oktober 2013.

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/psikologi/10.pola.asuh.untuk.anak.cerd as/001/007/1080/1/1. 10 pola asuh untuk anak cerdas.tanggal akses 2 September 2014.

http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/teori-sosiologi-klasik.html. Mannheim 1986. Tanggal akses 14 Februari 2015.

http://rezkyzaintiaraa.blogspot.com/2014/11/wanita-karier.html. Munandar 2001.Tanggal akses 29 Maret 2015