pemiliknya” masih berupa bekas yasangogol, petok D, girik pipil atau di daerah penilitian disebut dengan parbatasanparbalokan atau dalam keadaan
terdesak karena ingin membuat permohonan pengajuan kredit kepada bank hanya meningkatkan statusnya sebagai Akta Tanah, yang sebenarnya tidak
dapat dikatakan sebagai bukti kepemilikan, tetapi hanya sekedar merupakan ketetapan Pemerintah mengenai siapa yang wajib membayar pajak atas persil
yang bersangkutan, karena tidak didukung oleh bukti yang kuat atas kepemilikan tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penelitian skripsi ini mengambil judul “ Kepastian Hukum Bagi Bank Sebagai Kreditur Atas
Tanah yang Belum Terdaftar Sebagai Agunan Pada PT. Bank Sumut Cabang Gunung Tua”.
Adapun alasan penulis memilih Bank Sumut sebagai penelitian, adalah karena Bank Sumut memberikan kemudahan kepada penulis dalam
memperoleh data – data yang penulis perlukan. Sedangkan pemilihan Kabupaten Padang Lawas Utara Gunung Tua
sebagai lokasi penelitian adalah karena penulis ingin mencari pengalaman dan wawasan di kampung kelahiran orang tua penulis.
B. Permasalahan
Bersadasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana kedudukan tanah yang belum terdaftar sebagai objek jaminan
kredit?
Universitas Sumatera Utara
2. Apa yang menjadi pertimbangan PT. Bank Sumut Cabang Gunung Tua
dalam menerima agunan tanah yang belum terdaftar sebagai objek jaminan kredit ?
3. Bagaimana kepastian hukum bagi bank sebagai kreditur atas tanah belum
terdaftar sebagai agunan pada PT. Bank Sumut Cabang Gunung Tua ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah untuk : 1.
Untuk mengetahui kedudukan tanah yang belum terdaftar sebagai objek jaminan kredit
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi pertimbangan bank dalam menerima
tanah yang belum terdaftar sebagai objek jaminan kredit 3.
Untuk mengetahui kepastian hukum bagi bank sebagai kreditur atas tanah yang belum terdaftar sebagai agunan
D. Manfaat Penulisan
Sedangkan yang menjadi manfaat penelitian dalam hal ini adalah : a.
Manfaat Teoritis Secara teoritis untuk menambah literatur tentang perkembanagn
hukum agraria dalam kaitannya dengan perjanjian kredit dengan jaminan atas tanah belum terdaftar sebagai jaminan kredit perbankan.
b. Manfaat Praktis
• Bagi Para Pihak Kredit
Universitas Sumatera Utara
Menambah pengetahuan mengenai objek jaminan berupa hak atas tanah yang belum terdaftar tidak bisa memberi kepastian hukum
yang maksimal bagi pihak kreditur sebelum status hak atas tanahnya ditingkatkan atau dimohonkan pendaftarannya untuk
diterbitkan sertifikat hak atas tanah. Maka dalam hal ini pihak kreditur tidak dijamin kedudukannya atas kredit yang diberikan
debitur. • Bagi Instansi
Agar bank dapat sebagai salah satu penyedia jasa keuangan yakni menyalurkan dana dalam bentuk kredit atau pinjaman kepada
debitur yang memerlukan dana atas jaminan hak atas tanah yang belum terdaftar.
E. Tinjauan Pustaka
1. Kepastian Hukum
Keberadaan hukum dalam masyarakat merupakan suatu sarana untuk menciptakan ketentraman dan ketertiban masyarakat, sehingga
dalam hubungan bermasyarakat dapat dijaga kepentingannya. Agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan.
Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai tetapi dapat terjadi juga karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum
yang telah dilanggar itu harus ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kepastian mempunyai arti “perihal keadaan pasti ; ketentuan ; ketetapan”.
Sedangkan pengertian Hukum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan “peraturan atau adat yang secara resmi dianggap
mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah”. Jadi menurut Kamus Besar Bahasa indonesia Kepastian Hukum adalah
“perangkat hukum suatu negara yang mampu menjamin hak dan kewajiban setiap warga negara”.
Menurut J.T.C Simorangkir mengatakan bahwa hukum diartikan sebagai peraturan – peraturan yang bersifat memaksa yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan resmi yang berwajib, pelanggaran perbuatan –
perbuatan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman. Menurut Kamus Hukum, “Hukum merupakan keseluruhan daripada
peraturan – peraturan yang mana tiap – tiap orang yang bermasyarakat wajib mentaatinya, bagi pelanggaran terdapat sanksi.
Sedangkan tujuan hukum itu adalah menciptakan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Menurut Prof. Subekti SH tujuan
hukum adalah mengabdi pada tujuan negara yang pada pokoknya tujuan negara adalah mewujudkan kemakmuran dan memberikan
kebahagiaan pada rakyat di negaranya. Tujuan hukum tidak hanya untuk memperoleh keadilan tetapi harus ada keseimbangan antara
tuntutan kepastian hukum dan tuntutan keadilan hukum. Hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
dinyatakan dalam bukunya yang berjudul Dasar – dasar Hukum dan Pengadilan.
Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa kepastian hukum adalah tujuan utama yang ingin diwujudkan dalam
pelaksanaan suatu hukum. Kepastian ini diberikan kepada subjek hukum dalam bentuk perangkat – perangkat hukum, baik yang bersifat
preventif maupun bersifat refresif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain kepastian hukum tidak hanya diberikan
kepada seluruh makhluk hidup maupun segala ciptaan Tuhan dan dimanfaatkan bersama – sama dalam rangka kehidupan yang adil dan
damai. Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila, maka sistem perlindungan hukum dan kepastian hukum yang dianut harus
berpijak pada dasar Negara Pancasila.
2. Bank
Lembaga keuangan dalam arti luas adalah sebagai perantara dari pihak yang mempunyai kelebihan dana surplus of funds dengan
pihak yang kekurangan dana lack of funds sehingga peranan dari lembaga keuangan yang sebenarnya yaitu sebagai perantara
keuangandana masyarakat financial intermediary. Dalam arti yang luas ini termasuk di dalamnya lembaga perbankan, perasuransia, dana
pensiun, penggadaian dan sebagainya yang menjembatani antara yang pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana.
6
6
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.101.
Universitas Sumatera Utara
Lembaga keuangan bank sampai saat ini khususnya di Indonesia masih mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini dapat terlihat
dari menjamurnya usaha perbankan baik yang berasal dari pemerintah maupun swasta dengan tingkat persaingan yang ketat.
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang – undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang menyebutkan Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Pada Pasal 1 angka 2 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang – Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang menyebutkan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya dalam dalam rangka
menigkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian – pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
bank adalah suatu badab usaha yang berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa keuangan untuk melayani semua orang yang
membtuhkan dana. Bank sebagai badan hukum berarti secara yuridis adalah merupakan subyek hukum yang berarti dapat megikatkan diri
dengan pihak ketiga.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 2 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan menyebutkan bahwa “Perbankan di Indonesia berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati –
hatian”. Dalam melakukan semua kegiatan seperti menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – benuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dari pengertian di atas, maka beberapa istilah yang terkait dalam dunia perbankan antara lain :
a. Kredit
Menurut pasal 1 angka 11 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang – undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang menyebutkan Kredit adalah penyediaan utang atau tagihan yang dapat dipersama-kan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam – meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian kreditur adalah
orang atau lembaga keuangan bank yang menyediakan uang maupun bentuk pinjaman lainnya berdasarkan kesepakatan antara
bank dengan pihak lain. b.
Nasabah
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pasal 1 angka 16 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang – undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan bahwa Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank
c. Nasabah Debitur Debitur
Menurut Pasal 1 angka 18 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang – undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan mnyebutkan bahwa Debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang
bersangkutan. d.
Kreditur Preference Adalah kreditur yang mempunyai hak pengambilan pelunasan
terlebih dahulu daripada kreditur lain preferntial creditor. Kreditur Preference memiliki hak untuk didahulukan dari kreditur
lain dalam pengambilan pelunasan piutang dari benda objek jaminan.
3. Tinjauan Umum Mengenai Hak Atas Tanah
Pada dasarnya Hak Atas Tanah lahir dan mengikat pihak – pihak yang melaksanakan perbuatan hukum menciptakan hak tersebut serta
pihak ketiga, saat mana Hak Atas Tanah dibukukan pada buku tanah melalui kegiatan pendaftaran tanah. Menurut Pasal 1 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan pemerintah secara
terus – menerus, kesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengelohan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik
dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang – bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan sumah
susun serta hak – hak tertentu yang membebaninya. Macam – macam hak atas tanh yang diatur dalam Undang –
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria dapat dilihat pada ketentuan Pasal 16, diantaranya hak milik,
hak guna bangunan, hak gunan usaha dan seterusnya. Hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan meliputi hak milik, hak guna usaha,
hak guna bangunan, selain itu hak pakai juga dapat digunakan sebagai agunan, hanya saja disyaratkan menurut ketentuan yang berlaku wajib
didaftar dan dapat dipindahtangankan jika dibebani hak tanggungan, sejalan dengan ketentuan Pasal 4 ayat 1 dan ayat 2 Undang –
Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda – Benda Yang Berkaitan
Dengan Tanah. Berdasarkan penjelasan atas Pasal 4 ayat 1 Undang – Undang
Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda – Benda Yang Berkaitan
Dengan Tanah dijelaskan bahwa ada dua unsur mutlak dari hak atas tanah yang dapat dijadikan obyek hak tanggungan, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Hak tersebut sesuai ketentuan yang berlaku wajib didaftar
dalam daftar umum, dalam hal ini Kantor Pertanahan. Unsur ini berkaitan dengan kedudukan diutamakan preferen yang
diberikan kepada kreditur pemegang hak tanggungan terhadap kreditur lainnya. Untuk itu harus ada catatan mengenai hak
tanggungan tersebut pada buku tanah dan sertifikat hak atas tanah yang dibebaninya, sehingga setiap orang dapat
mengetahuinya asas publisitas, dan b.
Hak tersebut menurut sifatnya harus dapat dipindahtangankan, sehingga apabila diperlukan dapat segera direalisasi untuk
membayar utang yang dijamin pelunasannya.
4. Pengertian Hak Atas Tanah Yang Belum Terdaftar
Mengenai pengertian Hak Atas Tanah Yang Belum Terdaftar penjelasan Pasal 15 ayat 4 Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda – Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah menyatakan bahwa
hak atas tanah yang belum terdaftar adalah tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat 3 Undang – Undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda – Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah berbunyi :
“apabila obyek Hak Tanggunan berupa hak atas tanah yang berasal dari konversi hak lama yang telah memenuhi syarat untuk
didaftarkan akan tetapi pendaftarannya belum dilakukan, pemberian Hak Tanggungan dilakukan bersamaan dengan
permohonan pendaftaran hak atas tanah yang bersangkutan”.
Universitas Sumatera Utara
Penjelasan Pasal 10 ayat 3 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda – Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah yang dimaksud dengan hak kepemilikan atas tanah menurut hukum adat yang telah ada akan
tetapi proses administrasi dalam konversinya belum selesai dilaksanakan.
Jadi pengertian hak atas tanah yang belum terdaftar adalah tanah yang hak kepemilikan atas tanah tersebut menurut hukum adat yang
telah ada akan tetapi proses administrasi dalam konversinya belum selesai dilaksanakan.
5. Pengertian obyek Jaminan Hak Tanggungan
Pengertian obyek jaminan dihubungkan dengan jaminan kredit. Jaminan kredit adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai mudah
untuk diuangkan yang diikat dengan janji yang sebagai jaminan untuk pembayaran dari utang debitur berdasarkan perjanjian kredit yang
dibuat kreditur dan debitur. Sedangkan pengertian obyek jaminan adalah barang atau benda yang mempunyai nilai mudah untuk
diuangkan yang diikat dengan janji sebagai jaminan untuk pembayaran dari utang debitur berdasarkan perjanjian kredit yang
dibuat antara kreditur dan debitur. Dan pengertian Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 1 Undang – Undang Republik Indonseia Nomor 4
Tahun 1996 Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda – Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah adalah hak jaminan yang dibebankan
Universitas Sumatera Utara
pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok – pokok Agraria, berikut atau berikut benda – benda lain yang merupakan suatu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan utang
tertentu yang memeberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur – kreditur yang lain. Jadi pengertian
obyek jaminan Hak Tanggungan adalah barang atau benda yang mempunyai nilai mudah untuk diuangkan yang diikat dengan janji
sebagai jaminan untuk pembayaran dari utang debitur berdasarkan perjanjian kredit yang dibuat antara kreditur dan debitur, yang
dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok – pokok Agraria, berikut atau tidak beriktu benda – benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk
pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur – kreditur lain.
6. Tinjauan Umum Perjanjian Kredit
1. Pengertian Kredit
Kredit menurut ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang – undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan : “Kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk
melunasi utangnya setalah jangka waktu tertentu dengan pemberian bungan”.
Pengertian kredit sendiri sebenarnya dari berasal dari bahasa Romawi yaitu Credere yang berarti kepercayaan. Dasar dari
kredit adalah kepercayaan bahwa pihak lain ada pada masa yang akan datang akan memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan.
Apa yang dijanjikan untuk dipenuhi itu dapat berupa : barang, uang atau jasa.
7
“Dalam pengertian kredit ada terdapat pengertian transfer antara waktu sekarang dengan waktu yang akan datang. Dengan demikian
didefinisikan sebagai suatu hak untuk menggunakan uang dalam batas waktu tertentu berdasarkan pertimbangan tertentu.
8
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa intisari dari arti kredit sebenarnay menurut Molenaar yang dikutip Prof. Dr.
Mariam Darus Badrulzaman, S.H dalam buku aneka bisnis mengemukakan bahwa kredit adalah meminjamkan benda atau
uang pada peminjam dengan kepercayaan, bahwa benda atau uang itu akan dikembalikan di kemudian hari kepada pihak yang
meminjamkan.
9
.
7
Indra Darmawan, Pengantar Uang dan Perbankan, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal.44.
8
Harry Waluya, Ekonomi Moneter, Uang dan Perbankan, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hal. 15.
9
Sutarno, Op.Cit., hal. 95.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pasal 1 ayat 2 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda – Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, Kreditur adalah pihak yang berpiutang dalam suatu hubungan utang
– piutang tertentu, sedangkan Pasal 1 ayat 3 debitur adalah pihak yang berutang dala suatu hubungan utang – piutang tertentu
Bedasarkan pengertian kredit seperti tersebut diatas, maka ditarik suatu kesimpulan bahwa unsur – unsur yang terdapat dalam
pemberian kredit adalah :
10
a. Kepercayaan, yaitu keykina si pemberi kredit bank bahwa
prestasi uang yang diberikan akan benar – benar diterima kembali dari si penerima kredit pada suatu masa yang akan
datang.
b. Waktu, yaitu jangka waktu antara saat pemberian prestasi
dengan saat pengembaliannya. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian tentang nilai agio
uang yaitu nilai uang sekarang lebih berharga daripada uang di masa yang akan datang.
c. Resiko, yaitu resiko sebagai akibat yang akan dapat timbul
pada pemberian kredit. Guna menghindari resiko, maka sebelum kredit diberikan harus dilakukan penilaian secara
cermat dan dilindungi dengan agunanjaminan kredit sebagai benteng terakhir dalam pengamanan kredit.
d. Prestasi, dalam hubungannya dengan pemberian kredit
dimaksud dengan prestasi adalah uang.
Buku III Kitang Undang – Undang Hukum Perdata atau BW maksud isi dari kreditur atau pihak berpiutang adalah pihak
yang berhak menuntut, sedangkan pihak yang wajib memenuhi tuntutan dinamakan pihak berhutang atau Debitur.
11
10
Mohammad Djohan, Perbankan di Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1990, hal. 5.
11
R.Subekti, Pokok – pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 1985, hal. 123.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengertian Perjanjian Kredit Bank
Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melakukan suatu hal atau suatu
persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing – masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu.
Perjanjian kredit merupakan perikatan antasa dua pihak atau lebih yang menggunakan uang sebagai obyek dari perjanjian,
jadi dalam perjanjian kredit ini titik beratnya adalah pemenuhan prestasi antara pihak yang menggunakan uang sebagai obyek atau
sesuatu yang dipersamakan dengan uang. Dalam Buku III KUHPerdata tidak terdapat ketentuan yang
khususnya mengatur perihal Perjanjian Kredit. Namun berdasarkan asas kebebasan berkontrak, para pihak bebas untuk menentukan isi
dari perjanjian kredit sepanjang sepanjang tidak bertentangan dengan undang – undang, ketertiban umum, kesusilaan, dan
kepatutan. Dengan disepakati dan ditandatanganinya perjanjian kredit tersebut oleh para pihak, maka sejak detik itu perjanjian lahir
dan mengikat para pihak yang mebuatnya sebagai undang – undang.
Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok prinsipil yang bersifat riil. Sebagaimana perjanjian – perjanjian prinsipil, maka
perjanjian jaminan adalah assessor-nya. Ada atau berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti riil ialah
bahwa perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank
Universitas Sumatera Utara
kepada nasabah kreditur. Kredit yang diberikan oleh bank sebagai kreditur kepada nasabahnya sebagai debitur selalu dilakukan
dengan membuat suatu perjanjian. Mengenai bentuk perjanjian ini tidak ada bentuk yang pasti karena tidak ada peraturan yang
mengatur, tetapi yang jelas perjanjian kredit selalu dibuat dalam bentuk tertulis dan mengacu pada Pasal 1320 KUHPerdata tentang
syarat – syarat sahnya perjanjian.
12
Hal di atas menunjukkan bahwa perjanjian kredit di dalam praktek tumbuh sebagai perjanjian standaard.
Di dalam praktek perbankan, setiap bank menyediakan blangko formulir, model perjanjian kredit, yang isinya telah
disiapkan terlebih dahulu. Formulir ini disodorkan kepada setiap pemohon kredit. Isinya tidak diperbincangkan dengan pemohon.
Kepada pemohon hanya dimintakkan pendapatnya dan apakah dapat menerima syarat – syarat yang tersebut di dalam formulir itu
atau tidak. Hal – hal yang kosong belum diisi di dalam blangko itu adalah hal – hal yang tidak mungkin diisi sebelumnya yaitu
antara lain jumlah pinjaman, bunga, tujuan, dan jangka waktu kredit.
13
Perjanjian standard ini adalah suatu perjanjian paksa dwang kontract, karena kebebasan pihak – pihak yang dijamin
oleh Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata sudah dilanggar.pihak yang
12
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hal. 71.
13
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, hal. 34.
Universitas Sumatera Utara
lemah debitur terpaksa menerima hal ini sebab mereka tak mampu berbuat lain.
Berlakunya perjanjian standard ini adalah karena adanya kebebasan kehendak yang sungguh – sungguh ada pada para pihak,
khususnya debitur. Subekti mengemukakan bahwa “Asas Konsensualisme
terdapat di dalam pasal 1320 jo. 1338 KUHPerdata. Pelanggaran terdapat ketentuan ini akan mengakibatkan perjanjian itu tidak sah
dan juga tidak mengikat sebagai undang – undang”.
14
7. Tinjauan Umum Jaminan
1. Pengertian Jaminan
Istilah “jaminan” merupakan terjemahan dari istilah zekerheid atau cautic, yaitu kemapuan debitur untuk memenuhi
atau melunasi utangnya kepada kreditur, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai
tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitur terhadap krediturnya.
15
Selain istilah jaminan, dikenal juga dengan agunan. Istilah agunan dapat dibaca di dalam Pasal 1 angka 23 Undang – Undang
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang – undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
menyebutkan bahwa Agunan adalah “jaminan tambahan diserahkan
14
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan Kesepuluh, PT. Citra Aditya Bakti,Bandung, 1995, hal.12.
15
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika,Jakarta, 2008, hal.66.
Universitas Sumatera Utara
nasabah debitur kepada bank dalam rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah”.
Agunan dalam konstruksi ini merupakan jaminan tambahan accessoir. Tujuan Agunan adalah untuk mendapatkan fasilitas
dari bank. Jaminan ini diserahkan oleh debitur kepada bank. Unsur – unsur agunan yaitu :
a. Jamina tambahan
b. Diserahhkan oleh debitur kepada bank
c. Untuk mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan
Menurut M. Bahsan bahwa jaminan adalah “ Segala sesuatu yang diterima debitur untuk menjamin suatu utang piutang dalam
masyarakat”.
16
2. Pengertian Hukum Jaminan
Menurut J. Satrio, Hukum Jaminan diartikan peraturan hukum yang mengatur tentang jaminan – jaminan piutang seorang
kreditur terhadap seorang debitur. Ringkasnya huku jamina adalah hukum yang mengatur tentang jaminan piutang seorang .
Sementara itu, Salim HS memberikan perumusan hukum jaminan adalah keseluruhan kaidah – kaidah hukum yang mengatur
hubungan antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.
16
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hal.22.
Universitas Sumatera Utara
Jadi inti dari dua pendapat perumusan pengertian hukum jaminan di atas adalah ketentuan hukum yang mengatur hubungan
hukum antara pemberi jaminan debitur dan penerima jaminan kreditur sebagai akibat pembebanan suatu utang tertentu kredit
dengan suatu jaminan benda atau orang tertentu.
17
Sedangkan menurut Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, hukum jaminan adalah mengatur konstruksi yuridis yang memungkinkan
pemberian fasilitas kredit, dengan menjaminkan benda – benda yang dibelinya sebagai jaminan. Peraturan demikian harus cukup
meyakinkan dan memberika kepastian hukum bagi lembaga – lembaga kredit, baik dari dalam negeri maupu di luar negeri.
Adanya lembaga jaminan dan lembaga demikian, kiranya harus dibarengi dengan adanya lembaga kredit dengan jumlah, besar,
dengan jangka waktu yang lama dan bungan yang relatif rendah.
18
3. Jaminan Kredit
Jaminan atau agunan dalam sebuah perjanjian kredit merupakan sesuatu yang mutlak dalam pemebrian kredit, hal ini
sejalan dengan ketentuan perundang – undangan berlaku, tiada kredit tanpa sebuah jaminan. Diperlukan jaminan guna menjamin
kepastian, ketertiban, dan kelancaran pelunasan utang debitur kepada kreditur dalam proses pemberian kredit, di samping
memperhatikan jaminan yang bernilai fisik material, juga diharuskan melihat jaminan yang bernilai immaterial, hal itu untuk
17
Rachmadi Usman, Op.Cit., hal. 1
18
Salim HS, Op.Cit., hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
m mencegah kesan bahwa bank hanya mementingkan jaminan fisik saja. Oleh karena itu, dalam praktek perbankan diperlukan untuk
memperhatikan prinsip – prinsip perkreditan yang diantaranya ada 5 prinsip yaitu yang terdiri dari kepribadian, kemampuan, modal,
agunan dan kondisi ekonomi Character, Capacity, Capital, Collateral, Conditions. Pentingnya jaminan dalam setiap
pengambilan keputusan kredit sebagai the last resources dari kepastian pembayaran kembali pinjamanutangkredit oleh debitur
terhadap bank jika debitur berada dalam keadaan macet. Berdasarkan Undang – undang Perbankan pada penjalasan
disebutkan bahwa untuk memperoleh keyakinan bank sebelum memberi kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama
terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah debitur. Jaminan kredit dalam praktek dikenal juga
dengan istilah agunan, merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dan sebagai salah satu unsur pemberian kredit, bank dapat
saja memiliki keyakinan terhadap watak, kegiatan bisnis dan kondisi perekonomian, maka sebagai salah satu unsur kepastian
pengembalian atau pembayaran utang debitur, maka agunan diperlukan berbentuk benda, proyek, atau hak tagih yang dibiayai
dengan kredit yang bersangkutan, benda dapat saja berupa benda bergerak atau tidak bergerak seperti tanah adan atau bangunan,
benda berwujud atau tidak berwujud. Fungsi Jaminan Kredit yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Jaminan Kredit Sebagai Pengamanan Pelunasan Kredit
Bank sebagai badan usaha yang memberikan kredit kepada debitur wajib melakukan upaya pengamanan agar kredit
tersebut dapat dilunasi debitur yang bersngkutan. Kredit yang tidak dilunasi oleh debitur baik seluruhnya maupun sebagian
akan merupakan kerugian bagi bank. Kerugian yang menunjukkan jumlah relative besar akan mempengaruhi tingkat
kesehatan bank dan kelanjutan usaha bank. Keterkaitan jaminan kredit dengan pengaman kredit terdapat
dalam pasal 1131 KUHPerdata yang berbunyi : “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun tidak
bergerak, naik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala
perikatannya perseorangan” Jadi dapat disimpulakan bahwa dari ketentuan Pasal 1132
KUHPerdata merupakan upaya lain atau alternatif yang dapat digunakan bank untuk memperoleh pelunasan kredit pada
waktu debitur ingkar janji kepada bank. b.
Jaminan Kredit Sebagai Pendorong Motivasi Debitur Pengikatan jamina kredit yang berupa harta milik debitur yang
dilakukan oleh pihak bank, tentunya debitur yang bersangkutan takut akan kehilangan hartanya tersebut. Hal ini akan
mendorong debitur berupaya untuk melunasi kreditnya kepada
Universitas Sumatera Utara
bank agar hartanya yang dijadikan jaminan kredit tersebut tidak hilang karena harus dicairkan oleh bank.
c. Fungsi yang Terkait dengan Pelaksanaan Ketentuan Perbankan
Keterkaitan jaminan kredit dengan ketentuan perbankan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, misalnya dapat diperhatikan
dari ketentuan – ketentuan persyaratan agunan untuk restrukturisasi kredit yang dilakukan dengan cara pemberian
tambahan fasilitas kredit, terhadap jaminan kredit dalam rangfkat manajemen resiko kredit, dan sebagainya.
19
F. Metode Penelitian