Aspek Hukum Deposito Sebagai Jaminan Kredit Pada Bank (Studi Pada Pt Bank Danamon Indonesia Tbk)

(1)

ASPEK HUKUM DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PEMBERIAN KREDIT PADA BANK (STUDI PADA PT. BANK DANAMON, Tbk)

Skripsi

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

ZAINI HAFIZ HASIBUAN 080200398

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ASPEK HUKUM DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PEMBERIAN KREDIT PADA BANK (STUDI PADA PT. BANK DANAMON, Tbk)

Skripsi

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

ZAINI HAFIZ HASIBUAN 080200398

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG

Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr. H. HASIM PURBA, SH, M. Hum NIP. 196603031985081001

DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II

Dr. H. HASIM PURBA, SH, M. Hum PUSPA MELATI HSB, SH, M. Hum NIP. 196603031985081001 NIP. 196801281994032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, karunianya serta perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan judul : “ASPEK HUKUM DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT PADA BANK (STUDI PADA PT BANK DANAMON INDONESIA Tbk).”

Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu persyaratan guna menyelesaikan studi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Meskipun telah berusaha semaksimal mungkin, penulis yakin skripsi ini masih jauh dari sempurna dan harapan, oleh karena keterbatasan ilmu pengetahuan, waktu, tenaga serta literatur bacaan. Namun dengan ketekunan, tekad dan rasa ingin tahu dalam pengembangan ilmu pengetahuan, akhirnya penulis dapat menyelesaikannya.

Penulis menyadari, bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Segala bantuan, budi baik dan uluran tangan berbagai pihak yang telah penulis terima baik dalam studi maupun dari tahap persiapan penulis sampai skripsi ini terwujud tidak mungkin disebutkan seluruhnya.

Dari lubuk hati yang paling dalam, penulis sampaikan rasa hormat dan bangga serta terima kasih yang tiada terhingga kepada Kedua Orang Tua di rumah, yang telah membesarkan, mendidik, menasehati serta mendoakan yang tiada henti-hentinya untuk keselamatan dan kesuksesan penulis, tak lupa juga kepada adik-adik saya yang dirumah.

Rasa hormat dan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah mendorong dan membantu, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara antara lain kepada :


(4)

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, MH selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Hasim Purba, SH, M. Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I, dalam penulisan skripsi ini yang telah tulus ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan pengarahan, masukan-masukan serta kritik yang membangun selama proses penulisan skripsi ini.

3. Ibu Puspa Melati, SH, M. Hum, selaku dosen pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah tulus ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan pengarahan, masukan-masukan serta kritik yang membangun selama proses penulisan skripsi ini.

4. Kepada Bapak dan Ibu, serta seluruh Keluarga dirumah yang tercinta dan tersayang yang selalu memberikan doa yang tiada putus-putusnya kepada Penulis dan kerja kerasnya yang telah membesarkan, membiayai dan mendidik Penulis agar dapat menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan bermanfaat bagi orang lain.

5. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2008 di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan secara satu-persatu yang telah memberikan banyak kenangan indah selama dalam masa perkuliahan.

Di sadarinya adanya kekurangan kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini, maka dengan kerendahan hati penulis menyambut masukan yang bermanfaat dari para pembaca sekalian untuk memberikan kritikan dan saran-saran yang membangun.


(5)

Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan untuk perkembangan ilmu hukum tata negara pada khususnya.

Medan, Juni 2013 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iv

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Keaslian Penulisan ... 7

F. Metode Penelitian ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT 12 A. Pengertian Dan Dasar Hukum Tentang Jaminan Kredit ... 12

B. Jenis-jenis Jaminan ... 16

C. Pengertian Deposito ... 19

D. Jenis-jenis Deposito ... 20

E. Deposito Sebagai Jaminan Kredit ... 22

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT OLEH BANK DENGAN JAMINAN DEPOSITO ... 26

A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Kredit ... 26

B. Prinsip-prinsip Dalam Pemberian Kredit ... 32

C. Jenis-jenis Kredit ... 35

BAB IV ASPEK HUKUM DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT PADA BANK (STUDI PADA PT BANK DANAMON TBK ... 39


(7)

B. Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Depsito Pada PT Bank Danamon

Indonesia Tbk ... 55

C. Upaya-upaya Yang Dilakukan Oleh Bank Dalam Pencairan Kredit Dengan Jaminan Deposito ... 69

D. Penyelesaian Terhadap Deposito Sebagai Jaminan Kredit Apabila Debitur Wanprestasi Pada Bank Danamon IndonesiaTbk ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88


(8)

ABSTRAK Zaini Hafiz Hsb* Hasim Purba, SH, M. HUm* Puspa Melati, SH, M. Hum**

Pada umumnya kegiatan ekonomi di Indonesia berkaitan dengan umum dengan dana, artinya setiap pelaksanaan pembangunan diperlukan dana bagi kelangsungan pembangunan tersebut. Sehingga dana merupakan pendorong yang begitu besar pengaruhnya untuk kemajuan dalam segala aspek bidang-bidang dalam keseluruhan hidup berbangsa dan bernegara. Begitu pula bagi pelaku usaha, baik perorangan ataupun badan usaha, dalam melaksanakan pembangunan, atau kegiatan usaha akan memerlukan dana yang tidak sedikit, dalam artinya jumlahnya melebihi dana maupun modal yang dimilikinya. Salah satu upaya untuk modal atau dana tersebut adalah melalui fasilitas kredit perbankan. Jadi, patutlah untuk dapat memahami bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit, bagaimana upaya-upaya yang dilakukan dalam pencairan kredit, serta bagaimana penyelesaian jaminan kredit apabila debitur wanprestasi dengan jaminan deposito.

Penelitian ini menggunakan pendekatan secara yuridis normatif yang dikemukakan Soerjono Soekamto, merupakan studi penelitian yang menekankan pada ilmu hukum dan berusaha menelaah kaidah-kaidah hukum dan norma yang berlaku ditengah-tengah masyarakat.

Dari suatu hasil penelitian diperoleh, bahwa Pertama, pada umumnya pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan deposito pada mulanya calon debitur harus mengajukan permohonan kredit dengan mengisi formulir sebagaimana yang telah disediakan oleh pihak bank serta melengkapi segala semua administrasinya, kemudian pihak bank pihak bank melakukan analisis kredit guna menilai kemampuan dan kelayakan debitur yang mengajukan permohonan kredit. Kedua, kemudian setelah permohonan diterima oleh pihak bank lalu melakukan upaya-upaya pencairan dengan melakukan pengikatan dengan menandatangani dan ditandatangani oleh debitur (pemohon kredit) surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang wajib di isi dalam rangka proses pencairan kredit. Ketiga, terhadap debitur yang melakukan wanprestasi atas perjanjian kredit dengan jaminan deposito yang telah jatuh tempo maka pihak bank melakukan langkah-langkah upaya dengan memberi pemberitahuan dengan cara menyarankan debitur agar melakukan pelunasan terhadap kredit yang sudah jatuh tempo, bila langkah-langkah dengan pemberitahuan tersebut belum juga menemukan titik terang maka pihak bank dapat mencairkan deposito milik debitur tersebut untuk pelunasan hutang debitur yang tersisa, baik utang pokok maupun bunga, denda dan biaya-biaya lainnya


(9)

ABSTRAK Zaini Hafiz Hsb* Hasim Purba, SH, M. HUm* Puspa Melati, SH, M. Hum**

Pada umumnya kegiatan ekonomi di Indonesia berkaitan dengan umum dengan dana, artinya setiap pelaksanaan pembangunan diperlukan dana bagi kelangsungan pembangunan tersebut. Sehingga dana merupakan pendorong yang begitu besar pengaruhnya untuk kemajuan dalam segala aspek bidang-bidang dalam keseluruhan hidup berbangsa dan bernegara. Begitu pula bagi pelaku usaha, baik perorangan ataupun badan usaha, dalam melaksanakan pembangunan, atau kegiatan usaha akan memerlukan dana yang tidak sedikit, dalam artinya jumlahnya melebihi dana maupun modal yang dimilikinya. Salah satu upaya untuk modal atau dana tersebut adalah melalui fasilitas kredit perbankan. Jadi, patutlah untuk dapat memahami bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit, bagaimana upaya-upaya yang dilakukan dalam pencairan kredit, serta bagaimana penyelesaian jaminan kredit apabila debitur wanprestasi dengan jaminan deposito.

Penelitian ini menggunakan pendekatan secara yuridis normatif yang dikemukakan Soerjono Soekamto, merupakan studi penelitian yang menekankan pada ilmu hukum dan berusaha menelaah kaidah-kaidah hukum dan norma yang berlaku ditengah-tengah masyarakat.

Dari suatu hasil penelitian diperoleh, bahwa Pertama, pada umumnya pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan deposito pada mulanya calon debitur harus mengajukan permohonan kredit dengan mengisi formulir sebagaimana yang telah disediakan oleh pihak bank serta melengkapi segala semua administrasinya, kemudian pihak bank pihak bank melakukan analisis kredit guna menilai kemampuan dan kelayakan debitur yang mengajukan permohonan kredit. Kedua, kemudian setelah permohonan diterima oleh pihak bank lalu melakukan upaya-upaya pencairan dengan melakukan pengikatan dengan menandatangani dan ditandatangani oleh debitur (pemohon kredit) surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang wajib di isi dalam rangka proses pencairan kredit. Ketiga, terhadap debitur yang melakukan wanprestasi atas perjanjian kredit dengan jaminan deposito yang telah jatuh tempo maka pihak bank melakukan langkah-langkah upaya dengan memberi pemberitahuan dengan cara menyarankan debitur agar melakukan pelunasan terhadap kredit yang sudah jatuh tempo, bila langkah-langkah dengan pemberitahuan tersebut belum juga menemukan titik terang maka pihak bank dapat mencairkan deposito milik debitur tersebut untuk pelunasan hutang debitur yang tersisa, baik utang pokok maupun bunga, denda dan biaya-biaya lainnya


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan dalam dunia perekonomian nasional memberikan banyak dampak yang begitu fenomenal dan alternatif dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Pembangunan yang berkesinambungan ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan berbagai unsur pembangunan, termasuk di bidang ekonomi dan keuangan.

Di Indonesia sendiri pembangunan dilaksanakan di segala aspek kehidupan, namun pembangunan ekonomi merupakan pendorong yang sangat besar untuk kemajuan dalam bidang-bidang lain dalam keseluruhan hidup bangsa dan negara.

Pembangunan ekonomi tersebut berkaitan erat dengan dana, artinya setiap melaksanakan pembangunan diperlukan dana bagi kelangsungan pembangunan tersebut. Begitu pula bagi pelaku usaha, baik perseorangan ataupun badan usaha, dalam melaksanakan pembangunan, atau kegiatan usaha akan memerlukan dana yang tidak sedikit, dalam arti jumlahnya melebihi dana yang dimilikinya.

Menurut Remy Sjahdeini, dana merupakan ‘darah’ bagi pelaku usaha dalam melakukan kegiatan usahanya. Ibarat manusia yang tidak mungkin hidup tanpa darah, pelaku usaha juga


(11)

akan ‘mati’ tanpa dana.1

Adapun dalam hal ini yang dimaksud dengan pihak yang meminjam dana adalah debitur dan yang memberikan pinjaman dana disebut kreditor, sedangkan fasilitas pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh Bank atau badan lain disebut kredit.

Dana untuk usaha mula-mula berasal dari modal (equity) perusahaan/ perseorangan pelaku usaha itu sendiri, dan karena tidak mencukupi maka perlu dicarikan penambahan dana, antara lain dengan cara memperoleh pinjaman atau utang (loan).

2

Salah satu upaya untuk memperoleh modal adalah melalui fasilitas kredit perbankan. Dalam kegiatan pemberian kredit terdapat unsur dasar berupa kepercayaan, dimana Bank sebagai pemberi kredit harus percaya bahwa penerima kredit dapat mengembalikan pinjaman yang menjadi utangnya.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan memberikan panduan agar bank dalam melaksanakan pemberian kredit senantiasa mendasarkan pada keyakinan bahwa debitur mampu mengembalikan kredit yang diperolehnya pada waktu yang telah diperjanjikan. Dengan perkataan lain kredit yang diberikan terjamin pengembaliannya.

Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum bank memberikan persetujuan atas kredit yang diminta, perlu dilakukan penilaian cermat terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha debitor, setelah memperoleh keyakinan tersebut pihak bank dengan debitor mengadakan kesepakatan tertulis yaitu perjanjian kredit.

1

Sutan Remy Sjahdeini, “Hak Jaminan dan Kepailitan,” dalam Transaksi Berjamin (Secured Transaction)

Hak Tanggungan dan Jaminan Fiducia dikumpulkan oleh Arie S.Hutagalung, UI, Jakarta 2006, hal 641 2

Hermansyah, “Hukum Perbankan Nasional Indonesia”, Ed.Rev. Cetakan 3, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2007, hal57


(12)

Pelaksanaan pemberian kredit dari Bank kreditur kepada deblitur dilakukan dengan mengadakan perjanjian. Perjanjian kredit tersebut terdiri dari perjanjian pokok, yaitu perjanjian utang piutang antara bank kreditur dengan yang lazimnya diikuti dengan perjanjian tambahan berupa pemberian jaminan oleh pihak deblitur kepada pihak bank kreditur. Pengikatan jaminan merupakan bentuk pengamanan kredit dalam praktek perbankan.

Dalam praktek, walaupun sudah ada jaminan yang bersifat umum masih diperlukan jaminan yang bersifat khusus baik yang bersifat kebendaan seperti hipotek, creditverband, gadai, fidusia, maupun yang bersifat perorangan contohnya borgtocht (perjanjian penanggungan).

Dewasa ini, sebagian besar lembaga perbankan sangat berhati-hati didalam mengucurkan kreditnya. Salah satu faktor yang paling mendasar sehingga perbankan sulit mengucurkan kredit saat ini, tak lain adalah faktor psikologis dari kalangan perbankan itu sendiri. Trauma kredit macet dan tuduhan terhadap skandal kredit menjadi begitu berpengaruh terhadap pengucuran kredit, di samping saat ini dianggap belum pulihnya kondisi sektor riil, meskipun secara likuiditas dan faktor rasio keuangan perbankan cukup memungkinkan.

Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini, kebutuhan masyarakat dalam memperoleh fasilitas kredit cukup banyak untuk mendapatkan modal dalam pengembangan usahanya. Dalam hal ini, bank menawarkan pemberian kredit dengan jaminan Deposito. Deposito adalah nama yang diberikan pada simpanan dibank yang lazim dilekatkan pada persyaratan jangka waktu penyimpanan.3

Deposito itu sendiri dapat berupa sertifikat deposito dan bilyet deposito (deposito berjangka) deposito sekarang ini sangat banyak diminati oleh masyarakat karena sebagian besar

3


(13)

pengusaha yang sering kelebihan uang tunai dalam praktek lebih suka menyimpan uangnya dalam deposito daripada menyimpan uangnya dalam almari besi, karena dalam deposito akan memperoleh bunga juga lebih aman.

B. Permasalahan

Dari uraian diatas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan deposito pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Medan?

2. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh PT Bank Danamon Indonesia Cabang Medan dalam pencairan kredit dengan jaminan deposito ?

3. Bagaimana penyelesaian terhadap deposito sebagai jaminan kredit apabila debitur wanprestasi pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Medan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan deposito pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Medan.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh PT Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Medan dalam pencairan kredit dengan jaminan deposito. 3. Untuk mengetahui penyelesaian terhadap deposito sebagai jaminan kredit apabila


(14)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah manfaat yang didapatkan dari suatu penelitian, kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Kegunaan secara teoritis

Dalam penelitian ini, penulis berharap hasilnya mampu memberikan sumbangan bagi ilmu hukum khususnya hukum perjanjian kredit dengan jaminan deposito.

2. Kegunaan secara praktis

Selain kegunaan secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini juga mampu memberikan sumbangan secara praktis, yaitu :

a. Memberikan sumbangan kepada semua pihak yang terkait dalam pelaksanan perjanjian kredit dengan jaminan deposito di PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

b. Memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya perlindungan hukum terhadap kreditur selaku pemegang jaminan deposito apabila debitur wanprestasi pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan perpustakaan Universitas Sumatera Utara bahwa judul tentang “Aspek Hukum Deposito Sebagai Jaminan Kredit Pada Bank (Studi Kasus


(15)

Pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk) belum pernah ada di perpustakaan Universitas Sumatera Utara, maka diketahui bahwa belum ada penelitian yang serupa dengan apa yang menjadi bidang dan ruang lingkup peneltian ini.

Oleh karena itu, penulis berkeyakinan bahwa penelitian yang penulis lakukan ini jelas dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, karena senantiasa memperhatikan ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang harus dijunjung tinggi bagi peneliti atau akademisi.

F. Metode Penelitian

1. Metode pendekatan

Di dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, yaitu penelitian yang menekankan pada ilmu hukum dan berusaha menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku dalam masyarakat.4

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif analitis. Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas tentang permasalahan yang ada pada masyarakat yang kemudian dikaitkan dengan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan hukum yang berlaku, sehingga akhirnya dapat diperoleh simpulan.

3. Teknik Pengumpulan Data 4


(16)

Dalam pengumpulan data diusahakan sebanyak mungkin data yang diperoleh guna penyusunan penulisan hukum lebih lanjut yang meliputi :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan dengan cara wawancara bebas kepada ;

− Bapak Iswahyudi Arffan D, jabatan sebagai Account Offier (AO) di PT Bank Danamon Tbk Cabang Medan.

− Bapak Muhammad Zeini, jabatan sebagai Legal di PT Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Medan

− Bapak Khoiruddin, jabatan sebagai Relation Manager (RM) di PT Bank Danamon Indonesia Cabang Medan.

b. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan guna mendapatkan landasan teoretis terhadap pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan deposito. Disamping itu, tidak menutup kemungkinan diperoleh bahan hukum lain, dimana pengumpulan bahan hukumnya dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, serta menelaah data yang terdapat dalam buku, literatur, tulisan-tulisan ilmiah, dokumen-dokumen hukum dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan objek penelitian. Bahan-bahan hukum tersebut berupa:


(17)

(a) Kitab Undang-undang Hukum Perdata

(b) Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer antara lain buku, tulisan ilmiah, hasil penelitian ilmiah, laporan makalah lain yang berkaitan dengan materi penelitian.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri atas:

(a) Kamus Hukum

(b) Kamus Umum Bahasa Indonesia

4. Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan akan dihubungkan dengan studi kepustakaan. Kemudian data tersebut dianalisis secara logis dan disusun dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu apa yang dinyatakan oleh informan secara tertulis maupun lisan diteliti dan dipelajari kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif yang tersusun dalam kalimat yang sistematis.

G. Sistematika Penelitian

Penulisan skripsi ini dilakukan dengan membagi menjadi 5 bab, dengan sistematika sebagai berikut:


(18)

Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Keaslian Penelitian, Sistematika Penelitian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN

KREDIT

Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Jaminan Kredit, Jenis-jenis Jaminan, Pengertian Deposito, Jenis-jenis Deposito, Deposito Sebagai Jaminan Kredit

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT OLEH BANK

DENGAN JAMINAN DEPOSITO

Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Kredit, Prinsip-prinsip Dalam Pemberian Kredit, Jenis-jenis Kredit

BAB IV ASPEK HUKUM DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT PADA

BANK (STUDI PADA PT Bank Danamon Indonesia Tbk)

Gambaran Umum PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Deposito Pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Upaya-upaya Yang Dilakukan Oleh Bank Dalam Pencairan Kredit Dengan Jaminan Deposito, Penyelesaian Terhadap Deposito Sebagai Jaminan Kredit Apabila Debitur Wanprestasi Pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


(19)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT

A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Jaminan Kredit

Sehubungan dengan pengertian hukum jaminan, tidak banyak literatur yang merumuskan pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum yang mengatur tentang jaminan-jaminan piutang seorang kreditur terhadap seorang debitur. Ringkasnya hukum jaminan adalah hukum yang mengatur tentang jaminan piutang seseorang.5

Menurut M. Bahsan, hukum jaminan merupakan himpunan ketentuan yang mengatur atau berkaitan dengan penjaminan dalam rangka utang piutang (pinjaman uang) yang terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini.

Definisi ini difokuskan pada pengaturan pada hak-hak kreditur semata-mata, tetapi juga erat kaitannya dengan debitur. Sedangkan yang menjadi objek kajiannya adalah benda jaminan.

6

Sementara itu, Salim HS memberikan perumusan hukum jaminan adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.7

Dari pendapat-pendapat perumusan pengertian hukum jaminan di atas dapat disimpulkan inti dari hukum jaminan adalah ketentuan hukum yang mengatur hubungan hukum antara

5

J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2007, hal. 3 6

M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008, hal. 3.

7


(20)

pemberi jaminan atau debitur dengan penerima jaminan atau kreditur sebagai pembebanan suatu utang tertentu atau kredit dengan suatu jaminan (benda atau orang tertentu).

Berdasarkan pengertian di atas, unsur-unsur yang terkandung di dalam perumusan hukum jaminan, yakni sebagai berikut:

1. Serangkaian ketentuan hukum, baik yang bersumberkan kepada ketentuan hukum yang tertulis dan ketentuan hukum yang tidak tertulis. Ketentuan hukum jaminan yang tertulis adalah ketentuan hukum yang berasal dari peraturan perundang-undangan, termasuk yurisprudensi, baik itu berupa peraturan yang original (asli) maupun peraturan yang derivatif (turunan). Adapun ketentuan hukum jaminan yang tidak tertulis adalah ketentuan hukum yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan pembebanan utang suatu jaminan.

2. Ketentuan hukum jaminan tersebut mengatur mengenai hubungan hukum antara pemberi jaminan (debitur) dan penerima jaminan (kreditur). Pemberi jaminan yaitu pihak yang berutang dalam suatu hubungan utang-piutang tertentu, yang menyerahkan suatu kebendaan tertentu sebagai (benda) jaminan kepada penerima jaminan (kreditur).

3. Adanya jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada kreditur.

4. Pemberian jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan dimaksudkan sebagai jaminan (tanggungan) bagi pelunasan utang tertentu.

Ketentuan hukum jaminan kredit dapat dijumpai dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur mengenai Hukum Kebendaan. Dilihat dari sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pada prinsipnya hukum jaminan merupakan bagian dari


(21)

Hukum Kebendaan, sebab dalam Buku II Kitab Undang - Undang Hukum Perdata diatur mengenai pengertian, cara membedakan benda dan hak-hak kebendaan, baik yang memberikan kenikmatan dan jaminan.

Ketentuan dalam pasal-pasal Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur mengenai lembaga dan ketentuan hak jaminan dimulai dari Titel Kesembilan Belas sampai dengan Titel Dua Puluh Satu, Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1232.

Dasar hukum jaminan dalam pemberian kredit adalah Pasal 8 ayat (1) UU No. 10 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa: “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”

Jaminan pemberian kredit menurut Pasal 8 ayat (1) adalah bahwa keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah debitur.

Jadi, untuk mengurangi resiko pada jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank.


(22)

Untuk memperoleh keyakinan tersebut sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang seksama tehadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur.

B. Jenis-jenis Jaminan

Jaminan kredit yang diatur secara khusus dalam praktik dunia perbankan terdiri dari:8

1. Jaminan perorangan

2. Jaminan kebendaan

Penjabaran jaminan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Jaminan Perorangan

Jaminan perorangan dalam Pasal 1820 KUHPerdata disebut sebagai penanggungan utang. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa jaminan perorangan adalah suatu perjanjian dengan mana pihak ketiga, guna kepentingan pihak si berpiutang (kreditur), mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berutang manakala orang tersebut tidak memenuhinya. Pelaksanaan perjanjian selalu dibuat oleh pihak ketiga yang menjamin terpenuhnya kewajiban membayar kredit tersebut, baik diketahui maupun tidak diketahui oleh debitur.

Dengan adanya pihak ketiga sebagai penjamin, apabila debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya, maka pihak ketiga inilah yang akan melaksanakan kewajibannya. Perlindungan hak terhadap pihak ketiga dalam menjalankan kewajibannya. Perlindungan hak terhadap pihak

8


(23)

ketiga dalam menjalankan kewajibannya tidak terlepas dari ketentuan Pasal 1831 yang berbunyi : “Si penanggung (pihak ketiga) tidaklah wajib membayar kepada si berpiutang selain jika si berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.”

Dalam praktiknya, bank tetap meminta pihak ketiga untuk melepas hak tersebut. Sehingga apabila debitur wanprestasi, bank dapat segera melakukan penagihan langsung kepada pihak ketiga. Tujuan pelepasan hak tersebut agar pihak bank lebih mudah mendapatkan hak pembayaran kreditnya. Bank juga mengantisipasi kendala penarikan pembayaran yang bisa jadi karena harta benda yang dimiliki debitur tidak marketable seperti yang diharapkan.

2. Jaminan Kebendaan

Mengingat Pasal 8 UU Perbankan, yang berbunyi :

a. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.

b. Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

Keyakinan menurut pasal tersebut sudah merupakan jaminan bagi bank untuk memberikan kredit kepada nasabah debiturnya. Namun, pada peraturan kredit perbankan, jaminan kebendaan merupakan berupa jaminan tambahan yang disebut sebagai agunan. Jadi sebenarnya menurut UU Perbankan, jaminan dan agunan merupakan dua unsur yang berbeda.


(24)

Jaminan pokok merupakan keyakinan, sedangkan jaminan tambahan adalah sesuatu yang dapat menguatkan keyakinan bank, yaitu agunan. Mengenai agunan sebagai jaminan tambahan, secara tegas diungkapkan dalam Pasal 1 angka 23, yang berbunyi: “Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah Debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah.”

Dengan demikian jelas bahwa yang dimaksud dengan agunan atau jaminan kebendaan merupakan jaminan tambahan. Jaminan tambahan tersebut sebagaimana dimuat dalam penjelasan Pasal 8 UU Perbankan disebutkan bahwa agunan dapat hanya berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya didasarkan pada hukum adat yaitu tanah yang bukti kepemilikannya berupa girik, petuk, dan lain-lain yang sejenis dapat juga digunakan sebagai agunan. Bank tidak wajib meminta agunan barang yang berkaitan langsung dengan objek yang di biayai, yang lazim dikenal dengan agunan tambahan.

C. Pengertian Deposito

Deposito merupakan salah satu sarana bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk surat berharga. Pengertian deposito menurut Simorangkir9

“Deposito adalah setiap jumlah uang yang dapat disetor oleh seseorang debitur atau penyewa sebagai uang panjar atau uang muka, baik telah dikredit maupun akan dikredit kepadanya atas nama deposito atau uang muka, baik jumlah tersebut akan telah dibayar kepada kreditur atau pemilik atau seseorang lainnya, atau akan telah dilunaskan melalui pembayaran uang atau transfer atau melalui penyerahan barang-barang atau dengan cara lain”.

berpendapat bahwa:

9

Simorangkir, O. P, Drs , Dasar-dasar dan Mekanisme Perbankan, Aksara Persada Indonesia, Jakarta, 1986, hal. 92.


(25)

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, Pasal 1 ayat 7 yang memberikan pengertian deposito adalah sebagai berikut: “Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank”.

Sedangkan menurut Thomas Suyatno10, pengertian deposito adalah: “Simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam waktu tertentu menurut perjanjian pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan”.

D. Jenis-jenis Deposito

OP.Simorangkir dalam bukunya “Seluk Beluk Bank Komersial”, membagi deposito beberapa jenis, yaitu :11

1. Deposito Berjangka (time deposit)

Adalah simpanan uang milik pribadi yang penarikannya dilakukan setelah jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito umumnya adalah 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, atau 12 bulan.

Apabila waktu yang ditentukan itu habis, maka deposan dapat mengambil langkah langkah :

− Menarik simpanan deposito berjangka itu dari bank atau,

10

Suyatmo, Thomas, Drs, dkk, Kelembagaan Perbankan, Gramedia Jakarta, 1989, hal. 36. 11

OP. Simorangkir dalam Hartono Hadisoeprapto , Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan,


(26)

− Memperpanjang simpanan deposito berjangka itu dengan suatu periode tertentu yang diinginkan.

2. Deposito On Call

Adalah simpanan uang milik pribadi yang penarikannya dilakukan sesuai dengan kebutuhan pihak deposan dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada pihak bank. Pemberitahuan itu dilakukan tergantung kepada perjanjian yang diadakan antara pihak deposan dengan pihak banknya.

Apabila waktu yang ditentukan itu sudah habis, maka deposan dapat mengambil langkah-langkah:

a. Menarik simpanan deposito berjangka itu dari bank, atau;

b. Memperpanjang simpanan deposito berjangka itu dengan jangka waktu yang digunakan.

Adanya penerimaan deposito sebagai jaminan kredit dilandaskan pada Instruksi Presiden Nomor 28 tahun 1968, tentang Deposito yang ada kaitannya dengan perkreditan pada angka 3 sub a yang menyatakan: “…berpegang pada pertimbangan tersebut diatas maka perlu diadakan penyesuaian tentang ketentuan mengenai seseorang yang memperoleh kredit dan mempunyai deposito, dimana Deposito Berjangka yang bersangkutan dijadikan jaminan kredit.”

Fasilitas kredit dengan jaminan deposito dapat diberikan kepada debitur yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang telahdisyaratkan oleh pihak bank dalam perjanjian kredit yang telah disepakati oleh pihak debitur dengan bank.


(27)

3. Demand Deposito (rekening koran giro), penyimpan dapat menyimpan/menarik dananyapada / dari bank setiap saat dikehendaki.

4. Deposito Automatic Roll-Over, yaitu uang deposan secara otomatis diperhitungkan bunganya, begitu deposito habis jangka waktunya.

Uang deposan akan terus diberi bunga seandainya deposan lupa

menarik deposito yang sudah jatuh tempo.

5. Sertifikat Deposito, yaitu simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindah tangankan.

E. Deposito Sebagai Jaminan Kredit

Apabila deposito akan dijadikan sebagai jaminan kredit, maka yang harus diminta dan disimpan oleh bank adalah bilyet giro tersebut, baik untuk deposito berjangka maupun untuk sertifikat deposito. Kemudian, atas deposito tersebut harus diperiksa keaslian, legalitas, serta kebenaran dari isi bilyet deposito tersebut.

Setiap simpanan uang pada bank yang berupa deposito pada umumnya deposan akan menerima bilyet deposito (asli). Isi dari biyet deposito antara lain:

− Nama dan alamat jelas deposan

− Jumlah nominal setoran(dinyatakan dengan jumlah nilai uang)

− Jangka waktu simpanan dan kapan deposito berjangka itu jatuh tempo atau habis waktu dari periode yang dinginkan.


(28)

Isi serta bentuk formulir blanko deposito ditetapkan oleh Bank Indenesia, tetapi kemudian Bank bank pemerintah lainnya diijinkan oleh Bank Indonesia untuk mencetak sendiri sesuai dengan bentuk standar yang telah ditentukan. Pada saat deposito berjangka itu jatuh tempo atau habis waktumya dan oleh deposan dananya akan ditarik dari bank, maka dapat dilakukan dengan cara menukar bilyet deposito (asli) dengan uang tunai atau memindah bukukan kedalam rekening koran yang bersangkutan. Dengan demikian, bilyet deposito (asli) yang dipegang itu diserahkan kembali kepada bank.

Ada beberapa cara untu mengetahui dan mengamankan suatu deposito yang akan dijadikan jaminan, antara lain adalah:

1) Apabila bank penerbit deposito tersebut berbeda dengan bank pemberian kredit, maka :

a) Pemilik deposito memberikan surat kuasa kepada bank pemberi kredit untuk memblokir/mencairkan deposito pada bank penerbit deposito tersebut.

b) Atas dasar surat kuasa tersebut bank pemberi kredit membuat surat permintaan pemblokiran atas deposito yang bersangkutan, dimana sebagai tanda sepengetahuan dan persetujuannya, maka bank penerbit deposito tersebut membubuhkan tanda tangannya pada surat permintaan pemblokiran deposito tadi.

2) Apabila bank penerbit deposito tersebut dan pemberi kredit adalah bank yang sama, maka :

a) Pemilik deposito memberikan surat kuasa pada bank pemberi kredit untuk memblokirkan/mencairkan deposito yang dijaminkan tersebut.


(29)

b) Atas dasar surat kuasa tersebut bank yang bersangkutan melakukan pengecekan keaslian dan kebenaran serta pemblokiran atas deposito tersebut.

Setiap kegiatan selalu diawali oleh adanya tujuan. Demikian juga halnya gerakan deposito yang dicetuskan sejak bulan desember 1968 yang lalu, juga mempunyai suatu tujuan tertentu pula. Pada umumnya Deposito berjangka jika ditinjau dari segi bank , maka aktivitasnya adalah merupakan salah satu kegiatan bank untuk mengumpulkan dana (uang) yang berlebih, yang tidak dikonsimir, yang terdapat didalam masyarakat. Dana yang dapat dikumpulkan ini sangat diperlukan oleh bank dalam menunjang kegiatan pokoknya yang berupa pemberian kredit kepada masyarakat.

Kadang kadang bank pemberi kredit mewajibkan debitur atau nasabahnya membuka deposito pada bank mereka, yang dipergunakan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan. Bilamana pemilik deposito menarik kembali simpanannya sebelum tanggal jatuh tempo harus membayar denda. Jika deposito berjangka ini ditinjau dari segi dana yang terdapat di dalam suatu negara, maka tujuan utamanya adalah untuk lebih memanfaatkan perkreditan serta dana dana dari masyarakat untuk mensukseskan pelaksanaan stabilitas dan pembangunan ekonomi. Di dalam tujuan ini ditentukan bahwa dana bahwa dana dana itu hendaknya berasal dari kalangan masyarakat. Para deposan yang telah menyisihkan sebagian dananya untuk dimasukkan kedalam Deposito Berjangka ini berarti telah mengorbankan pemakaian dana itu untuk tujuan lain. Atas pengorbanan itu, bank memberikan balas jasa kepada deposan dalam bentuk bunga deposito berjangka.

Dari uraian tersebut di atas, untuk terjadinya deposito mutlak adanya 2 (dua) pihak yaitu deposan dan depositaris. Dengan Deposito maka sebenarnya adalah merupakan jalinan kerja


(30)

sama, saling percaya mempercayai antar deposan disatu pihak dan depositaris di pihak lain dalam soal keuangan. Deposan mempercayai depositaris oleh karena yakin bahwa uang yang disimpan itu akan dapat di ambil kembali dengan menghasilkan bunga setiap bulannya, untuk jangka waktu yang tertentu yang diinginkannya, sedangkan depositaris menerima uang simpanan yang akan dapat digunakan untuk hal hal yang bermanfaat dalam pembangunan, untuk usaha usaha yang produktif serta untuk meningkatkan usaha pokok perbankan khusus dalam bidang perkreditan.


(31)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT OLEH BANK DENGAN JAMINAN DEPOSITO

A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Kredit

Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti kata “Kredit” yang berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti “Kepercayaan” atau dalam bahasa Latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran.12

Menurut O.P. Simorangkir, bahwa kredit adalah pemberian prestasi (misal uang, barang) dengan balas prestasi (kontra prestasi) akan terjadi pada waktu mendatang. Dewasa ini, kehidupan ekonomi modern sekarang ini adalah prestasi uang. Kredit berfungsi koperatif antara si pemberi kredit (kreditur) dan penerima kredit (debitur), mereka menarik keuntungan dan saling menanggung resiko. Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen-komponen kepercayaan, resiko, dan pertukaran ekonomi pada masa-masa mendatang.13

Sedangkan dari sudut ekonomi, kredit diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan. Menurut Pasal 1 angka (11) UU No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (UU Perbankan) kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

12

Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta, Salemba Empat, 2006, hal. 53

13


(32)

Berdasarkan dari pengertian-pengertian tersebut diatas maka terdapat 4 (empat) yang menjadi unsur-unsur pokok kredit, yaitu;14

− Kepercayaan

Berarti bahwa setiap pelepasan kredit dilandasi dengan adanya keyakinan oleh bank bahwa kredit tersebut akan dapat dibayar kembali oleh debiturnya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan.

− Waktu

Disini berarti bahwa antara pelepasan kredit oleh bank dan pembayaran kembali oleh debitur tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan, tetapi dipisahkan oleh tenggang waktu.

− Risiko

Disini berarti bahwa setiap pelepasan kredit jenis apapun akan terkandung risiko didalamnya, yaitu risiko yang terkandung dalam jangka waktu antara pelepasan kredit dan pembayaran kembali. Hal ini berarti semakin panjang waktu kredit maka semakin tinggi resiko kredit tersebut.

− Prestasi

Disini berarti bahwa setiap kesepakatan kredit terjadi antara bank dan debiturnya mengenal suatu pemberian kredit, maka pada saat itu pula akan terjadi suatu prestasi dan kontra prestasi.

14


(33)

Pemberian kredit pada umumnya sudah menjadi fungsi utama bank-bank, sebagaimana disyaratkan pada Pasal 3 UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.

Kemudian yang dimaksud dengan Perjanjian Kredit adalah perjanjian pemberian kredit antara pemberi kredit dan penerima kredit. Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati antara pemberi kredit dan penerima kredit wajib dituangkan dalam bentuk perjanjian kredit. Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

Dari perjanjian tersebut timbul suatu hubungan hukum antara dua pihak pembuatnya yang dinamakan perikatan. Hubungan hukum yaitu hubungan yang menimbulkan akibat hukum yang dijamin oleh hukum atau undang-undang. Apabila salah satu pihak tidak memenuhi hak dan kewajiban secara sukarela maka salah satu pihak dapat menuntut melalui pengadilan.

Sedangkan perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak: pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Pihak yang menuntut sesuatu disebut kreditor sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan disebut debitor.

Sebetulnya, istilah perjanjian kredit tidak dikenal di dalam UU Perbankan. Namun, bila ditelaah lebih lanjut mengenai pengertian kredit dalam UU Perbankan, tercantum kata-kata persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam.


(34)

Kata-kata tersebut menegaskan bahwa hubungan kredit adalah hubungan kontraktual (hubungan yang berdasar pada perjanjian) yang berbentuk pinjam-meminjam. Perjanjian kredit itu sendiri mengacu pada perjanjian pinjam-meminjam.

Di sisi lain, walaupun perjanjian kredit berakar dari perjanjian pinjam-meminjam tetapi ia berbeda dengan perjanjian pinjam-meminjan seperti tercantum dalam KUHPer. Pasal 1754 KUHPerdata Perjanjian pinjam-meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.

Karena perjanjian kredit elemen pembentuknya adalah perjanjian pada umumnya, oleh karenannya syarat sah perjanjian tersebut sama halnya dengan syarat sah perjanjian Pasal 1320 KUHPerdata yang menentukan 4 syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu:

Unsur Subjektif

1. Sepakat;

Dalam kontrak adalah “perasaan rela atau ikhlas” diantara pihak pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Selanjutnya kesepakatan dinyatakan tidak ada bila adanya suatu penipuan, kesalahan, paksaan, dan penyalahgunaan keadaan.

2. Kecakapan;

Berarti orang orang yang terlibat dalam perjanjian tersebut adalah orang yang oleh hukum dapat dianggap subjek hukum, yang tidak cakap oleh hukum adalah orang yang belum dewasa, orang yang ditempatkan dalam pengawasan / pengampuan, orang yang sakit kejiwaannya.


(35)

Unsur Objektif

1. Suatu hal tertentu:

Artinya dalam membuat perjanjian, apa yang diperjanjikan harus jelas sehingga hak dan kewajiban para pihak bisa ditetapkan;

2. Suatu sebab yang halal.

Berarti perjanjian tersebut tidak boleh bertentangan dengan Undang – Undang lainnya, ketertiban umum, dan kesusilaan.

Pelanggaran terhadap Unsur Subjektif berarti perjanjian tersebut dapat diminta untuk dibatalkan melalui upaya hukum dengan cara mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri. Pelanggaran terhadap Unsur Objektif berarti Perjanjian tersebut secara hukum batal dengan sendirinya (batal demi hukum), dan oleh karenanya perjanjian tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan memaksa.

Pihak-pihak dalam perjanjian kredit antara lain :

1. Pemberi Kredit atau kreditur adalah bank atau lembaga pembiayaan lain selain bank misalnya perusahaan leasing;

2. Penerima Kredit atau debitur, yaitu pihak yang bertindak sebagai subyek hukum. Adapun yang menjadi fungsi perjanjian kredit, yaitu :

1. Sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidak batalnya perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan jaminan;

2. Sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban di antara kreditur dan debitur; 3. Sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.


(36)

Akibat hukum dari lahirnya suatu perjanjian kredit tidak ubahnya dengan akibat hukum terhadap lahirnya suatu perjanjian pada umumnya. secara umum hal ini menimbulkan suatu perikatan dalam bentuk hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut tidak lain adalah hubungan timbal balik dari para pihak pada perjanjian tersebut. Dengan kata lain akibat hukum dari perjanjian Kredit tersebut adalah hal yang mengikat dan memaksa terhadap pelaksanaan perjanjian kredit tersebut.

B. Prinsip-prinsip Dalam Pemberian Kredit

Pemberian kredit yang diberikan oleh pihak lembaga atau bank harus melalui persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dengan tujuan untuk menjaga kredit yang diberikan agar mengurangi risiko kredit bermasalah.

Menurut Rahmat Firdaus. Prinsip-prinsip pemberian kredit adalah sebagai berikut:15

1) Character (watak / kepribadian)

Character (watak/kepribadian) yaitu bank harus yakin bahwa calon peminjam termasuk orang yang berwatak baik dan dibuktikan dengan tingkah laku yang baik, selalu memegang teguh dan sebagainya.

Maksud dari pada prinsip Character adalah merupakan data tentang kepribadian dari calon pelanggan seperti sifat-sifat pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang keluarga maupun hobinya. Character ini untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya dengan kata lain ini merupakan willingness to pay.

15


(37)

2) Capacity (kemampuan)

Capacity (kemampuan) yaitu bank harus yakin bahwa calon peminjam mampu menjalankan usahanya dengan baik atau mampu memdapatkan uang untuk sumber pelunasan utangnya.

Merupakan suatu prinsi dengan melihat kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya yang dapat dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelola usaha (business record) nya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola (pernah mengalami masa sulit apa tidak, bagaimana mengatasi kesulitan). Capacity ini merupakan ukuran dari ability to play atau kemampuan dalam membayar.

3) Capital (modal)

Capital ( modal) yaitu bank harus mengetahui beberapa banyak modal yang telah dimiliki oleh calon peminjam, sehingga tidak seluruhnya mengandalkan pinjaman dari bank.

Hal ini dimaksudkan dengan melihat kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelolanya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba, struktur permodalan, ratio-ratio keuntungan yang diperoleh seperti return on equity, return on investment. Dari kondisi di atas bisa dinilai apakah layak calon pelanggan diberi pembiayaan, dan beberapa besar plafon pembiayaan yang layak diberikan.


(38)

Condition of Economy (kondisi ekonomi) yaitu bank harus yakin bahwa kondisi ekonomi akan menunjang sekurang-kurangnya tidak menghambat kelancaran usaha yang akan dijalankan oleh calon peminjam.

Bahwa berdasarkan hal diatas pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Ada suatu usaha yang sangat tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi dengan usaha calon pelanggan.

5) Collateral (jaminan atau agunan).

Collateral (jaminan/agunan) yaitu jaminan atau agunan apa yang dapat diberikan calon peminjam untuk tambahan pengamanan bagi bank atau kredit yang akan dilepas.

Collateral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini diperhitungkan paling akhir, artinya bilamana masih ada suatu kesangsian dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta yang mungkin bisa dijadikan jaminan.

C. Jenis-jenis Kredit

Kredit oleh bank atau lembaga keuangan lainnya di berikan kepada orang dan lembaga yang memerlukannya di bedakan dalam beberapa jenis kredit. Pembedaan jenis-jenis kredit sangat diperlukan dalam rangka setting kredit yang akan dilakukan oleh bank.

Terdapat banyak jenis kredit yang di berikan oleh bank umum dan bank perkreditan rakyat maupun lembagu keuangan lainnya untuk masyarakat terdiri dari beberapa jenis yaitu :


(39)

1. Dilihat Dari Segi Tujuan Pegunaannya

a. Kredit Produktif

Kredit produktif yaitu kredit yang diberikan kepada usaha-usaha yang menghasilkan barang dan jasa sebagai konstribusi dari usaha-usahanya. Untuk kredit jenis ini terdapat 2 (dua) jenis kredit, yaitu:

• Kredit investasi

Yaitu kredit yang diberikan untuk pengadaan barang modal maupun jasa yang dimaksudkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa bagi usaha yang bersangkutan. Kredit ini diberikan kepada perusahaan yang baru akan berdiri untuk keperluan membangun pabrik baru.

• Kredit modal kerja

Yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan usaha, termasuk guna menutupi biaya produksi dalam rangka peningkatan produksi atau penjualan. Kredit ini diberikan kepada perusahaan yang telah berdiri, namun membutuhkan dana untuk meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Misalnya dalam hal membayar gaji pegawai atau unutk membeli bahan baku.

b. Kredit Konsumtif

Adalah kredit yang diberikan kepada orang perorangan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif masyarakat umumnya (sumber pengembaliannya dari fixed income debitur).


(40)

Dalam kredit ini tidak akan menambah barang atau jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai aleh seseorang atau badan usaha.

2. Dilihat Dari Segi Sektor Usaha

a. Kredit pertanian

Diberikan untuk membiayai sektor perkebunan atau pertanian rakyat.

b. Kredit peternakan

Diberikan untuk jangka pendek misalnya untuk peternakan ayam dan jangka panjang misalnya untuk kambing ataupun sapi.

c. Kredit industri

Diberikan untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar.

d. Kredit perumahan

Diberikan untuk membiayai pembangunan atau pembelian rumah.

3. Kredit Ditinjau Dari Segi Jangka Waktu

a. Kredit jangka pendek

Yaitu suatu kredit yang diberikan tidak melebihi jangka waktu 1 tahun.

b. Kredit jangka menengah


(41)

c. Kredit jangka panjang

Yaitu suatau kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 3 tahun.

4. Kredit Ditinjau Dari Segi Jaminannya

a. Kredit dengan jaminan

Adalah suatu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, baik berupa barang/benda berwujud atau tidak berwujud, dan atau jaminan orang.

b. Kredit tanpa jaminan

Adalah suatu kredit yang diberikan tanpa jaminan baik berupa barang / benda berwujud atau tidak berwujud, dan atau jaminan orang.


(42)

BAB IV

A. Gambaran Umum PT Bank Danamon Indonesia Tbk16

PT Bank Danamon Tbk. didirikan pada 1956. Nama Bank Danamon berasal dari kata “dana moneter” dan pertama kali digunakan pada 1976, ketika perusahaan berubah nama dari Bank Kopra. Ditahun 1988, PT Bank Danamon Indonesia Tbk menjadi bank devisa dan setahun kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta.

Pada 1988, Bank Indonesia meluncurkan paket reformasi perbankan yang dikenal dengan “Paket Oktober 1988” atau PAKTO 88. Tujuan utama PAKTO 88 adalah untuk membangun kompetisi dalam sektor perbankan dengan memberikan kemudahan persyaratan, termasuk liberalisasi peraturan tentang pendirian bank swasta domestik baru dan bank joint-venture. Sebagai hasil dari reformasi ini, Bank Danamon menjadi salah satu bank valuta asing pertama di Indonesia, dan menjadi perusahan publik yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.

Sebagai akibat dari krisis keuangan Asia di tahun 1998, pengelolaan Danamon dialihkan di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai BTO (Bank Taken Over). Di tahun 1999, Pemerintah Indonesia melalui BPPN, melakukan rekapitalisasi sebesar Rp 32,2 triliun dalam bentuk obligasi pemerintah. Sebagai bagian dari program restrukturisasi, di tahun yang sama PT Bank PDFCI, sebuah BTO yang lain, dilebur menjadi bagian dari Danamon. Kemudian di tahun 2000, delapan BTO lainnya (Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank International dan PT Bank Risjad Salim Internasional) dilebur ke dalam Danamon. Sebagai bagian dari paket merger tersebut, Danamon menerima program

16


(43)

rekapitalisasinya yang kedua dari Pemerintah melalui injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun. Sebagai surviving entity, Danamon bangkit menjadi salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.

Saat ini, “Danamon” adalah salah satu institusi keuangan terbesar di Indonesia dari jumlah pegawai sekitar 72.000 (termasuk karyawan anak perusahaan) pada Desember 2012 yang berfokus untuk merealisasikan visinya: “Kita peduli dan membantu jutaan orang mencapai kesejahteraan.”

Dalam mewujudkan visi ini, Danamon telah bertekad untuk menjadi “Lembaga Keuangan Terkemuka di Indonesia” yang keberadaanya diperhitungkan. Danamon bertujuan mencapai posisi ini dengan menjadi organisasi yang berpusat pada nasabah; yang melayani semua segmen, dengan menawarkan nilai yang unik untuk masing-masing segmen; berdasarkan keunggulan penjualan dan pelayanan, dengan didukung oleh teknologi kelas dunia. Sejalan dengan upaya ini, Danamon beraspirasi menjadi perusahaan pilihan untuk berkarya dan dihormati oleh semua pihak pemangku kepentingan, sementara memegang teguh kelima nilai perusahaan yaitu: peduli, jujur, mengupayakan yang terbaik, kerjasama, dan profesionalisme yang disiplin.

Tumpuan Danamon untuk memenuhi semua kebutuhan nasabahnya tercermin dari pendekatan bisnis. Fokus perbankan yang universal, diimplementasikan pada tahun 2003 menentukan arah ekspansi bisnis Danamon ke depan. Pada akhir 2004, Danamon telah melengkapi rangkaian segmen usahanya, mulai dari mass market, perbankan komersial dan UKM, perbankan ritel, bisnis kartu kredit, perbankan syariah, perbankan korporasi, tresuri, pasar modal dan lembaga keuangan, serta Adira Finance. Pada 2004 Danamon juga membangun bisnis asuransi dan bisnis keuangan rumah tangga lewat Adira Insurance dan Adira Kredit (dulunya


(44)

Adira Quantum). Pembelian bisnis kartu American Express di Indonesia pada 2006 memposisikan Danamon sebagai salah satu penerbit kartu terbesar di Indonesia.

Sebagai surviving entity dari peleburan 9 Bank Taken Over (BTO) pada masa krisis keuangan Asia di akhir 1990-an, Danamon telah bangkit menjadi salah satu bank swasta terbesar dan terkuat di Asia. Didukung oleh lebih dari 50 tahun pengalaman, Danamon terus berupaya untuk memenuhi brand promise-nya untuk menjadi bank yang “bisa mewujudkan setiap keinginan nasabah”. Saat ini Danamon adalah bank ke-enam terbesar di Indonesia berdasarkan aset, dengan jaringan cabang yang mencakup lebih dari 3.300 kantor cabang dan point of sales, termasuk unit Danamon Simpan Pinjam (DSP) dan unit Syariah, serta kantor-kantor cabang anak perusahaannya . Danamon juga didukung oleh serangkaian fasilitas perbankan elektronik yang komprehensif.

PT Bank Danamon Indonesia Tbk memiliki visi, misi dan nilai sebagai berikut:

1. Visi

Kita peduli dan membantu jutaan orang mencapai kesejahteraan.

2. Misi

a. Danamon bertekad untuk menjadi “Lembaga Keuangan Terkemuka” di Indonesia yang keberadaannya diperhitungkan.

b. Suatu organisasi yang terpusat pada nasabah, yang melayani semua segmen dengan menawarkan nilai yang unik untuk masing-masing segmen, berdasarkan keunggulan penjualan dan pelayanan, dan di dukung oleh teknologi kelas dunia.


(45)

c. Aspirasi kami adalah menjadi perusahaan pilihan untuk berkarya dan yang dihormati oleh nasabah, karyawan, pemegang saham, regulator dan komunitas dimana kami berada.

3. Nilai

Peduli, jujur, mengupayakan yang terbaik, kerjasama, profesionalisme yang disiplin.

PT Bank Danamon Indonesia Tbk sebagaimana bank pada umumnya melaksanakan kegiatan operasi atau aktivitas perusahaan dalam tiga jenis yaitu penghimpunan dana, penyaluran dana dan melayani jasa perbankan lainnya. Ketiga jenis aktivitas tersebut kemudian diaplikasikan ke dalam bentuk produk-produk yang merupakan bagian dari strategi perusahaan.

1. Produk Simpanan

a. Primagiro

Giro yang tersedia dalam beberapa jenis mata uang dan menawarkan kemudahan dalam memonitor transaksi dan dana dalam rekening.

b. Primagiro Super 9

Produk giro dengan fitur tabungan yang menawarkan transfer otomatis dua arah.

c. FlexiMax

Produk simpanan premium dengan berbagai keuntungan eksekutif : biaya transfer harian gratis, suku bunga, bersaing dan berjenjang : penawaran tunai gratis di setiap ATM dan layanan khusus.


(46)

Tabungan dalam mata uang US Dolar dan mata uang lainnya yang menawarkan fitur investasi serta kenyamanan bertransaksi.

e. Danamon One

Tabungan dalam Rupiah dengan kenyamanan fasilitas transfer dan pembayaran.

f. Danamon Lebih

Satu-satunya produk tabungan yang memberikan keuntungan bebas biaya bulanan seumur hidup dan cash back 5% di beberapa tempat belanja.

g. Deposito Berjangka

Produk penempatan dana dengan bunga menarik dan berbagai pilihan jangka waktu dan mata uang.

h. Dana Simpan Deposito

Produk deposito untuk nasabah segmen perbankan mikro.

i. Giro Sahabat

Produk giro premium dalam Rupiah yang dikombinasi dengan cash work (fasilitas internet banking) untuk memberikan solusi pengelolaan kas (cash management) yang menyalurkan untuk nasabah perbankan komersial produk ini juga menawarkan beragam manfaat transaksi yang gratis.


(47)

Produk deposito dengan pilihan berbagai jenis mata uang dan keuntungan yang menarik.

k. Wholesale Deposit

Penempatan dana yang menawarkan bunga yang menarik dan memberikan fleksibilitas dalam penempatan waktu dan pilihan mata uang.

l. Tabungan Danamon Syariah

Produk tabungan dengan prinsip syariah dalam bentuk pilihan akad Mudharaban (bagi hasil) atau Waidah (titipan) dimana transaksi dapat dilakukan setiap saat.

m. Tabungan Haji Danamon Syariah

Produk tabungan dengan prinsip syariah dalam bentuk pilihan akad Mudharabah (bagi hasil) atau Wadiah (titipan) dan ditujukan untuk melaksanakan ibadah Haji secara terencana sesuai dengan kemampuan danangka waktu yang dikehendaki.

n. Giro Danamon Syariah

Produk Giro dengan prinsip syariah dalam bentuk akad Wadiah (titipan) baik untuk nasabah individu maupun perusahaan, dimana transaksi dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan Bank Garansi atau cek untuk mendukung kegiatan usaha.

o. Cash Management Danamon Syariah

Produk unggulan yang menawarkan layanan cash work dan cash pick up untuk perusahaan-perusahaan yang membutuhkan efesiensi dan kontrol terhadap keungannnya secara real time.


(48)

p. Deposito Danamon Syariah

Produk investasi dengan prinsip syariah dalam bentuk akad Mudharabah (bagi hasil) dengan pilihan jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 12 bulan.

q. Deposito Danamon Harian Syariah

Produk investasi dengan prinsip syariah dalam bentuk akad Mudharabah (bagi hasil) dengan pilihan jangka waktu 7 hari,14 hari atau 21 hari.

r. Rencana Syariah Pensiun

Produk komprehensif yang mencakup asuransi dan investasi lengkap dan sesuai dengan prinsip syariah untuk membantu perencanaan pensiun.

s. Giro Merchant

Rekening giro khusus yang diperuntukan bagi mercent Danamon dengan fitur cash back berdasarkan saldo rata-rata, menawarkan manfaat optimal bagi mercent yang aktif bertransaksi.

t. Dana Fleksi

Kombinasi yang unik dan produk giro dan simpanan yang dirancang untuk memberikan manfaat optimal kepada nasabah UKM. Produk ini menawarkan fitur khusus seperti transaksi perbankan bebas biaya dan perlindungan terhadap penolakan cek.

2. Produk Pinjaman


(49)

Fasilitas kredit yang diberikan kepada individu untuk membeli rumah, ruko, atau apertemen. Pembelian tersebut dapat dilakukan untuk kondisi indent redy stock.

b. Kredit Pembangunan Perbaikan Rumah (KPPR)

Fasilitas kredit yang diberikan kepada individu untuk melakukan pembangunan atau renovasi rumah, ruko, atau apartemen yang dimiliki.

c. Kredit Multiguna

Fasilitas kredit yang diberikan kepada individu dengan jaminan rumah, ruko, yang telah dimilki oleh yang bersangkutan untuk tujuan konsumtif ataupun non konsumtif.

d. Instakas

Fasilitas pemberian kredit tanpa agunan kepada nasabah individu yang menawarkan proses persetujuan dan pencarian dalam waktu dua hari kerja.

e. Back to back deposito

Fasilitas pinjaman yang dijaminkan penuh dengan deposito berjangka dengan tujuan pinjaman untuk keperluan sebaguna.

f. Balance Transfer

Solusi untuk melunasi semua cicilan dan tagihan nasabah dalam satu pinjaman dengan rumah nasabah dijadikan sebagai jaminan.


(50)

Fasilitas kredit jangka pendek tanpa agunan bagi nasabah bisis dan individu yang menawarkan proses persetujuan dan pencarian dalam waktu dua hari kerja.

h. Dana Siaga

Fasilitas kredit bagi nasabah potensial dengan kondisi keuangan sehat, yang menawarkan proses pencarian selama waktu dua hari.

i. Dana Pinjaman 50 (DSP 50)

Fasilitas kredit (dengan agunan) untuk nasabah bisnis dan individu yang menawarkan proses persetujuan kredit cepat dan pencairan dalam waktu dua hari kerja.

j. Dana Pinjaman 200 (DSP 200)

Fasilitas kredit (dengan agunan) untuk nasabah bisnis maupun individu yang menawarkan proses persetujuan kredit cepat dan pencarian dalam waktu tiga hari kerja.

k. Pinjaman Rekening Koran (PRK)

Pinjaman untuk keperluan modal kerja yang dapat diperpanjang.

l. Kredit Berjangka

Fasilitas pinjaman tunai untuk keperluan modal kerja. Merupakan pinjaman jangka pendek dengan fasilitas perpajangan jangka waktu secara otomatis dan penggunaan cek untuk pencairan pinjaman. Produk ini menawarkan fleksibilitas dlam hal pencairan pinjaman dan pembiayaan pinjaman.


(51)

m. Kredit Angsuran Berjangka (KAB)

Fasilitas pinjaman tunai untuk keperluan investasi, jenis investasi beragam mulai dari tanah dan bangunan, peralatan dan mesin industri dan lain sebagianya. Jangka waktu pinjaman berinvestasi mulai jangka pendek (< 1 tahun), jangka waktu pinjaman berinvestasi jangka panjang (>1 tahun,maksimal 10 tahun), tergantung pada jenis proyek tau jangka waktu investasi pembiayaan pinjaman berdasrkan jadwal angsuran.

n. Kredit BPR

Pinjaman modal kerja yang diberikan kepada Bank Pembangunan Rakyat (BPR) guna membiayai usha mikro kecil dan menengah untuk berbagai keperluan. Fasilitas kredit ini dapat berupa Pinjaman Jangka Pendek (KRK/KB) atau Pinjaman Jangka Panjang (KAB) dengan jangka waktu maksimum selama 3 tahun.

o. Kredit KopKar

Pinjaman modal kerja yang diberikan kepada koperasi karyawan untuk disalurkan kepada para anggota guna berbagai keperluan. Fasilitas pinjaman ini berupa Kredit Angsuran Berjangka dengan waktu maksimum selam 4 tahun.

3. Layanan Lainnya

a. Layanan ATM

Layanan perbankan elektronik 24 jam online dengan fasilitas tarik tunai, cek saldo, overbooking, transfer antar bank, pembelian dan pembayaran.


(52)

Layanan nasabah 24 jam untuk informasi dan transaksi perbankan.

c. Kartu Debit Danamon

Kartu pribadi yang memberikan berbagai kemudahan pada nasabah untuk bertransaksi dan tarik tunai d lebih dari 800.000 jaringan ATM Bersama, ALTO, Cirrus, dan ATM DBS/POSB di Singapura.

d. Danamon Western Union

Danamon Westren Union adalah layanan pengiriman dan penerimaan uang di Danamon melalui Western Union.

e. HP Banking

Layanan perbankan elektronik melalui handpone dengam memberikan kemudahan untuk melakukan transaksi perbankan seperti overbooking, informasi saldo, pembayaran kartu kredit, isi ulang pulsa secara realtime online.

f. Danamon Online Banking

Danamon Online Banking adalah generasi terbaru internet banking untuk melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet, kapan pun, dimanapun, misalnya informasi saldo, transfer dana, pembayaran, pembelian pulsa, statement online, nontifikasi SMS dan email dan lain-lain.


(53)

Investasi reksa dana jenis campuran yang betujuan untuk memperoleh hasil investasi yang berkelanjutan pada pemodal yang hendak mengikuti syariah islam (bekerjasama dengan PT Danareksa investment Management).

h. Prima Umum

Produk ansuransi berjangka dengan perlindungan atas resiko meninggal dan cacat berupa manfaat bulanan sebagia pengganti penghasilan keluarga. Pengembalian premi 60% bila tidak terjadi klaim masa pertanggungan.

i. TPD

Produk asuransi multiguna untuk masa depan pendidikan anak.

j. Warisan

Produk Asuransi seumur hidup yang meberikan kepastian.

k. Harta

Produk premi tunggal unit link dengan perlindungan atas resiko meninggal dan penyakit kritis. Produk ini menawarkan hasil investasi yang lebih optimal serta pilihan instrumen inversati yang disesuaikan dengan profit risiko nasabah.

l. Rencana

Produk premi regular unitlink yang menawarkan perlindungan yang fleksibel.


(54)

Layanan investasi reksadana dengan didukung manajer investasi yang berpengalaman dan mempunyai kinerja terbaik di industrinya.

n. Asuransi Kendaraan Bermotor

Melindungi Kendaraan Bermotor dari kerugian atau kerusakan akibat tabrakan, kecelakaan, kendaraan satu pihak, kebakaran, atau pencurian. Perlindungan dapat diperluas termasuk tanggung jwab hukum kepada pihak ketiga, kecelakaan diri, biaya kesehatan, kerusuhan, terorisme dan sabotase, banir, dan gempa bumi.

o. Adira Care

Pusat layanan bagi para pelanggan Adira Insurance yang menyediakan pelayanan melalui telepon, SMS dan internet.

p. Transferable L/C

Digunakan untuk memfasilitasi trader yang bertindak sebagai perantara (penerimaan permata/firts beneficiary dari L/C) untuk mendapatkan keuntungan melalui penukaran invoice atas dasr Transferable L/C Transferable L/C dapat ditransfer satu atau lebih penerimaan kedua (second beneiciary)

q. Bank Guarantee/SBLC

Jaminan tertulis yang diberikan oleh Danamon untuk kepentingan nasabah kepada pihak Principal berdasarkan kontrak tertentu dalam bentuk pembayaran klaim apabila pihak yang dijamin (Nasabah) tidak dapat memenuhi keawajibannya (wanpretasi).


(55)

Buyer Financing Credit Program merupakan salah satu produk dari Channel Financing Product Program. Dimana Danamon memberikan pembiayaan (financing) kepada para pembeli (buyer) dari nasabah korporasi/Komersial bank Danamon (seller/anchor) dengan partial (minimum) recourse.

B. Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Deposito Pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Medan

Dalam pelaksanaan pengikatan deposito sebagai jaminan kredit dilakukan dengan cara, yakni:

− Pengikatan deposito dilakukan dengan pembuatan akta perjanjian gadai antara pemilik deposito dengan pihak bank. Menurut hukum, akta perjanjian gadai dapat dibuat secara sah dengan dilakukan secara notariil maupun di bawah tangan, yang dibuat untuk mendukung perjanjian hutang pokok yang biasanya berupa perjanjian hutang-piutang.

− Untuk membebankan hak gadai maka setelah pembuatan akta perjanjian gadai antara pemilik deposito dengan pihak bank, selanjutnya diikuti dengan penyerahan bilyet deposito yang akan “dijaminkan kepada pemegang gadai, dalam hal ini pihak bank. Penyerahan tersebut merupakan penyerahan yang nyata, tidak boleh hanya berdasarkan pada pernyataan dari pemberi gadai saja, tetapi benda itu masih berada dalam kekuasaannya. Penyerahan yang nyata ini bersamaan dengan penyerahan yuridis, sehingga penyerahan tersebut merupakan unsur sahnya gadai.


(56)

Pemilik deposito/debitur harus memberikan kuasa kepada pemegang gadai/pihak bank untuk melakukan pencairan deposito dalam hal pemilik deposito/debitur wanprestasi untuk memudahkan kreditur mengambil pelunasan..

Hasil wawancara dengan Bapak Iswahyudi Arffan D, sebagai salah satu bentuk jaminan likuid, jenis deposito yang dapat dijadikan jaminan kredit pada PT.Bank Danamon Indonesia Tbk, yaitu :17

1. Deposito menurut jangka waktu penempatan dan ketentuan suku Bunganya.

Deposito menurut janka waktu penempatannya terbagi atas deposito dengan jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Apabila deposito dicairkan sebelum tanggal jatuh tempo maka akan dikenakan denda dan bunga yang berjalan pada bulan tersebut tidak dibayarkan. Menurut ketentuan suku bunganya adalah suku bunga penjaminan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada saat ini suku bunga deposito pada Bank Danamon adalah 7 % pertahun hal tersebut berlaku untuk semua jangka waktu deposito.Dijelaskan pula bahwa bunga kredit adalah 2% diatas suku bunga deposito sehingga bunga kredit menjadi 9 % pertahun.

2. Deposito menurut jenis penempatanya:

a. Deposito ARO (Authomatic Roll Over),yaitu deposito yang perpanjangan jangka waktunya dilakukan secara otomatis melalui komputer.

b. Deposito Non ARO, yaitu deposito yang perpanjangan jangka waktunya tidak dilakukan secara otomatistetapi dengan menunggu pemberitahuan dari nasabah.

17

Wawancara dengan Bapak Iswahyudi Arffan D bagian Kredit PT Bank Danamon Indonesia Tbk.Jalan Dipenogoro No. 35 - Medan , 5 Maret 2013.


(57)

Menurut keterangan dari Bapak Iswahyudi Arffan D bagian kredit PT Bank Danamon Indonesia, Tbk Medan pada tanggal 5 Maret 2013, bahwa apabila deposito jenis ARO ( authomatic Roll Over ) dijadikan sebagai jaminan kredit, maka jangka waktunya dapat diperpanjang secara otomatis sesuai dengan jangka waktu kreditnya. Apabila yang dijaminkan jenis Deposito Non ARO yang kan dijadikan sebagai jaminan kredit, pihak Bank akan mengganti jenisnya menjadi deposito ARO pada saat jatuh tempo jangka waktu depositonya dengan sepengetahuan nasabah, bila ingin mengajukan pinjaman kredit dengan jaminan gadai deposito.

Disamping itu, pihak PT Bank Danamon Indonesia Tbk memberikan batasan maksimum fasilitas kredit yang dapat diberikan kepada calon debitur adalah 95 % dari nilai depositonya, pemberian jaminan deposito ini berlaku bagi deposan yang baru serta tidak memiliki jenis tabungan yang lain. Sedangkan bagi deposan yang memiliki jenis tabungan yang lain pihak Bank berani mengasih sama dengan nilai deposito 100% hal ini dilakukan bank atas kehati-hatiannya dalam memberikan pinjaman terhadap konsumen. Disamping itu jangka waktu antara fasilitas yang diberikan dengan jangka waktu deposito sebagai jaminan juga harus disesuaikan antara kepentingan debitur dalam penggunaan fasilitas kredit dan kepentingan pihak Bank dalam pemberian krediynya agar tetap aman tidak dirugikan. Dalam praktek perbankan pelaksanaan perjanjian kredit harus dituangkan dalam bentuk tertulis yang umumnya dibuat secara notaril dan di bawah tangan.

Memperhatikan ketentuan diatas, maka berdasarkan wawancara dengan Bapak Muhammad Zeini18

18

Wawancara dengan Bapak Muhammad Zeini, bagian legal PT Bank Danamon Indonesia Tbk,

, diketahui bahwa pelaksanaan perjajian kredit dengan jaminan deposito di PT Bank Danamon Indonesia Tbk dilakukan dengan pengikatan di bawah tangan. Hal tersebut


(58)

berdasarkan pertimbangan bahwa jaminan deposito adalah merupakan salah satu jaminan yang aman bagi Bank, karena apabila terjadi wanprestasi maka proses penguangannya cukup mudah yaitu hanya melakukan pencairan dana deposito tersebut. Pengikatan jaminan tersebut dilaksanakan dengan persetujuan gadai atas tagihan tunai, Surat kuasa untuk Memblokir dan Mencairkan serta Perjanjian Kredit.19

Dalam pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan deposito terdapat perbedaan persyaratan dibandingkan dengan pemberian kredit dengan jaminan diluar jaminan deposito pada umumnya. Perbedaan ini antara lain :

- jumlah lebih tinggi

Dana yang dibutuhkan dalam pinjaman diberikan hampir sama dengan nilai jaminan tersebut

- prosedur mudah, murah,sederhana

Pelaksanaan dalam pengambilan kredit dengan jaminan deposito pelaksanaannya tidak berliku liku atau berbelit belit karena jaminan telah ada dan nyata disimpan bank dalam bentuk deposito, pelaksanaan tersebut tidak perlu mengeluarkan dana dan prosesnya cepat sehingga dana cepat langsung dipakai untuk kegiatan pendanaan usaha nasabah.

- suku bunga rendah

Dana yang dikeluarkan atas bunga dari pinjaman sangat kecil yakni hanya 2% pertahun, beda dengan jaminan kebendaan yang lain yakni 9% . Hal ini karena dana

19


(59)

jaminan deposito juga mendapat bunga 7%, sehingga dengan pinjaman atas jaminan deposito dana yang dikeluarkan betul betul rendah atas pinjaman tersebut.

- tidak perlu survei kelayakan atas jaminan

Dalam hal pinjaman ini dengan jaminan deposito dimana pihak bank tidak perlu lagi repot repot untuk melihat dan mengecek kelapangan karena dana telah tersimpan dan waktu yang ada tidak terbuang sia-sia, Dalam deposito tidak disyaratkan adanya NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), SIUP ( Surat Usaha Perdagangan) dan TDP ( Tanda daftar Perusahaan ), tetapi dalam deposito hanya diserahkan berupa bilyet deposito yang meliputi identitas debitur, bilyet deposito asli, nomor deposito, jangka waktu kredit dan atas nama.

Mengenai provisi ( biaya) deposito tidak dikenakan biaya, sedangkan jaminan diluar deposito dikenakan biaya sebesar 1%.Selain itu dalam jaminan angunan kas (cash Collateral) suku bunga pinjaman bersifat khusus yaitu suku bunga pinjaman dapat berubah karena mengukuti suku bunga deposito yang berlaku saat itu. Bila nilai jaminan Deposito Rp 200.000.000. ( dua ratus juta rupiah ) dengan pemberiam kredit 95% nilai pinjaman yakni Rp 190.000.000 dan bila nilai jaminan 100% nilai pinjaman Rp 200.000.000. Contoh perhitungannya sebagai berikut:

- pinjaman Rp 190.000.000 bunga 9% jadi bunganya pertahun Rp 17.100.000 sehingga perbulan Rp 1.425,000 angsuran 15.833,333 jadi total Jumlah angsuran Rp 17.258.333 perbulan - pinjaman rp 200.000.000.- bunga 9% jadi bunga pertahun rp


(60)

18.000.000 sehingga perbulan rp 1.500.000,- angsuran 16.666.666 jadi total jumlah angsuran rp 18.166.666.

- Dalam hal bunga deposito mereka masih mendapatnya yakni jumlah deposito Rp 200.000.000 dengan bunga 7 %menjadi Rp 14.000.000,- pertahun , sehingga perbulan Rp 1.166.666,-

- Setelah melihat bunga yang harus dibayar Rp 1.425.000,- dan yang akan diterima Rp 1.166.666,- maka nasabah hanya membayar bunga yakni untuk jaminan yang 95% Rp 258.334 perbulan dan buat jaminan yang 100% bayar bunga pinjamannya yakni Rp 333.334 ditanbah modal angsuran perbulan.

Dalam praktek di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk pemberian dengan jaminan deposito kredit dapat digunakan sebagai berikut :

1. Full Cash collateral, yaitu deposito deblitur dapat dijadikan sebagai jaminan utama, artinya deposito itu sepenuhnya dijadikan jaminan pada kreditur bank.

2. Parcial Cash Colleteral, yaitu deposito yang dijadikan sebagai jaminan kredit disamping masih ada jaminan yang lain yaitu berupa sertifikat.

Jadi jaminan utamanya tetap pada kelayakan usaha debitur sebab usaha tersebut tidak boleh bertentangan dengan Undang Undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

Syarat syarat yang harus dipenuhi oleh nasabah yang menerima kredit dengan jaminan deposito di PT.Bank Danamon Indonesia Tbk. Cabang Medan adalah :

1. Menyerahkan KTP (Kartu Tanda Penduduk)


(61)

3. Debitur harus nasabah pada Bank Danamon

4. Membuat perjanjian kredit dan Surat perjanjian jaminan

5. Pemblokiran Deposito

Prosedur pemberian kredit dengan jaminan deposito adalah sebagai berikut :

1. Mengajukan permohonan kredit yang ditujukan kepada pimpinan Bank yang dilampiri :

- Bilyet Deposito Asli

- Foto copy KTP ( kartu tanda penduduk ) / Identitas pemilik Deposito

2. Di proses ke bagian kredit yaitu di bagian pengelolaan rekening.

3. Kemudian dianalisa yang meliputi analisa Peremohonan kredit yang dilakukan oleh petugas bank, dengan analisa ini petugas akan menentukan jumlah kredit yang diberikan kepada debitur dan jumlah kredit tidak boleh melebihi dari jumlah nilai deposito. Maksimum yang diberikan yakni 100% dari nilai deposito dengan pertimbangan debitur tercatat sebagai debitur yang baik dan memiliki dana pada jenis tabungan yang lain, karena pihak bank selalu berhati hati dalam memberikan pertimbangannya, bila nasabah (Deposan ) baru dan tidak memiliki dana dalam bentuk tabungan yang lain hanya diberikan maksimal 95 % dari jaminan.

4. Setelah dianalisa langkah berikutnya dilakukan dengan membubuhkan Acc (aproved) dilanjutkan ke CSA (bagian kredit dan legal) Acc (aproved) kembali ke Markerting (Cotemer Service) untuk menandatangani perjanjian perjanjian. Pemberian kredit dengan jaminan deposito berjangka Bank Danamon memberikan batasan maksimal fasilitas kredit yang dapat diberikan kepada calon debitur adalah sama dengan nilai deposito atau 100% bagi deposan


(62)

lama serta memiliki jenis tabungan lain, bila tidak Bank hanya berani memberikan pinjaman yakni sebesar 95 % dari nilai Depositonya. Ini berarti besarnya fasilitas kredit yang diberikan oleh pihak bank jika berdasarkan jaminan deposito, dibatasi oleh nilai dari jaminan krdit itu sendiri. Hal tersebut dapat dilihat bila nilai depositonya Rp 200.000.000 jadi nilai pinjaman 95% Rp 190.000.000 dengan bunga 9 % menjadi Rp 17.100.000 pertahun dan bila jaminan deposito Rp 200.000.000 dengan bunga 9% jaminan 100% maka jumlah bunga yakni Rp 18.000.000,- pertahun . dan dari adanya penyesuaian antara fasilitas kredit yang akan diberikan dengan nilai deposito yang dijadikan jaminan, dimana fasilitas kredit tersebut dengan jangka waktu tidak boleh melebihi nilai deposito yang dijadikan sebagai jaminan kredit.sesuai jangka waktu deposito disesuaikan dengan jangka waktu antar fasilitas kredit yang diberikan dengan jangka waktu de deposito sebagai jaminan, Misalnya 6 bulan atau 1 tahun. Perjanjian yang telah dibuat tersebut sangat penting karena saling terkait satu sama lainnya dan tidak bisa dipisahkan sehubungan dengan perjanjian yang diadakan antara kedua belah pihak yaitu kreditur dan debitur. Setelah menendatangani perjanjian tersebut dapat mengambil fasilitas kredit secara tunai dengan menanda tangani kwitansi, kemudian kwitansi tersebut diserahkan kepada petugas bank untuk diperiksa, dan nasabah menujukkan itu pada teller (kasir). Setelah diteliti keabsahannya lalu dibayarkan pada nasabah.

Dalam praktek, pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan Deposito mulai dari permohonan kredit sampai dengan pencairan dana hanya memerlukan waktu ½ hari saja.

Pemilik deposito tidak lagi menerima bunga depositonya mulai tanggal penanda tanganan perjanjian tersebut, dananya disimpan oleh bank untuk periode bunga yang akan datang sebagai bunga kredit atas pinjaman kridit tersebut bila diperjanjikan dan hanya bayar bunga kredit 2 %


(1)

pinjaman yang masih tersisa, akan dibayar secara sekaligus dengan dana dari deposito jaminan.

4. Surat-surat peringatan ini kemudian dilakukan Filing (penyimpanan) oleh bagian administrasi kredit guna melengkapi dokumentasi hukum yang ada bagi setiap debitur. Dan jika dalam jangka waktu 14 hari debitur tidak melakukan pembayaran maka dengan dasar SP 1 – 3 tersebut telah merupakan dasar hukum yang kuat bagi bank untuk menyatakan bahwa debitur wanprestasi. Maka berdasarkan adanya wanprestasi ini pencairan deposito jaminan segera dilakukan.

5. Dan langkah terakhir yang dilakukan oleh bank adalah memberikan pemberitahuan tertulis kepada debitur bahwa seluruh jumlah kredit berikut dengan tunggakan bunga dan denda, telah dilakukan pelunasan dengan pencairan pencairan deposito.

Dalam hal objek jaminannya deposito berjangka, apabila debitur dinyatakan wanprestasi, maka berdasarkan “Surat Kuasa Mencairkan” yang telah disepakati sebelumnya deposito tersebut langsung dapat dicairkan untuk pelunasan utang debitur yang tersisa, baik utang pokok maupun bunga, denda dan biaya-biaya lainnya. Sedangkan dalam hal debitur meninggal dunia, kredit harus tetap dilunasi oleh ahli warisnya. Mengenai deposito yang dijamin tetap melekat jaminan, sebab dalam Surat Kuasa Mencairkan terdapat klausula yang menyatakan bahwa surat kuasa tersebut tidak dapat berakhir dan dicabut karena alasan apapun.31 Ketentuan tersebut mengenyampingkan Pasal 1813 KUHPerdata.

31 Ibid.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari permasalahan yang dibahas dalam skripsi yang saya kemukakan, maka dapatlah ditarik kesimpulan atas permasalahan tersebut, yaitu:

1. Pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan deposito pada PT Bank Danamo Indonesia Tbk, yakni pada mulanya bahwa calon debitur mengajukan Surat Permohonan Kredit (SPK) yang diisi dalam formulir yang telah disediakan oleh bank dengan melengkapi semua administrasinya. Yang kemudian, oleh bank akan melakukan analisis kredit guna menilai kemampuan/kelayakan dari calon debitur tersebut dalam hal pengembalian kreditnya, termasuk analisis terhadap jaminannya.

2. Upaya-upaya yang dilakukan oleh bank dalam pencairan kredit dengan jaminan depsito dimulai dengan pengisian blanko Surat Keterangan Permohonan Pinjaman (SKPP) oleh calon debitur oleh bank dan diakhiri dengan pencairan kredit oleh bank kepada debitur, yang setelah itu dilakukan pengikatan dengan menandatangani surat-surat lainnya yang wajib di isi dan di tandatangani oleh pemohon (calon debitur) dalam rangka mencairkan kredit dengan jaminan deposito berjangka di PT Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Medan, yakni; Perjanjian Kredit, Perjanjian Penyerahan Hak Tagih (cessie), Penyerahan Gadai Surat Berharga, Surat Instruksi Pencairan Kredit (IPK).

3. Terhadap jaminan kredit dalam bentuk deposito terhadap debitur yang wanprestasi maka pihak bank tetap mengeluarkan surat Surat Peringatan (SP) 1 – sampai dengan Surat


(3)

Peringatan (SP) 3 dengan beberapa upaya, saran ataupun alternatif yang diberikan oleh bank kepada debitur, yakni; kreditur menyarankan agar pelunasan terhadap kredit yang sudah jatuh tempo dilakuan pelunasan oleh debitur dengan dana cash bukan dengan pencairan deposito.

Bila mana langkah-langkah ditempuh belum juga menemukan titik terang, maka pihak bank berdasarkan “Surat Kuasa Mencairkan” yang telah disepakati sebelumnya deposito tersebut langsung dapat dicairkan untuk pelunasan utang debitur yang tersisa, baik utang pokok maupun bunga, denda dan biaya-biaya lainnya.

B. Saran

1. Pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan deposito pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk, maka sebaiknya apabila bank dapat memproses permohonan kredit yang di ajukan dengan jaminan depsosito secara lebih cepat, lebih baik bila permohonan dapat dikabulkan pada hari yang sama dengan permohonan yang diajukan sehingga memberikan kepuasan kepada nasabah/calon debitur.

2. Dalam upaya-upaya yang dilakukan oleh bank dalam pencairan kredit dengan jamina deposito, maka diperlukan suatu pengaturan yang jelas mengenai pengikatan piutang sebagai jaminan kredit dalam bentuk deposito dalam suatu peraturan perbankan sehingga terjadi keseragaman dalam pelaksanaannya yang akan menjamin kepastian hukum.

3. Didalam melakukan penjaminan kredit dengan deposito, sebaiknya pihak bank memerlukan adanya rekomendasi tertulis dari suami/istri (si deposan), atau paling tidak suami/istri dari deposan turut mengetahuinya. Hal ini sebagai antisipasi terhadap debitur


(4)

yang melakukan wanprestasi bila dikemudian hari ada gugatan kepada bank mengenai benda jaminannya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000 Ahmad Anwari, Deposito Berjangka, Balai Aksara,Jakarta,1998

Ahmad Anwari Praktek Perbankan (Deposito Berjangka), PT. Balai Aksara, Jakarta,1979 Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010 H. R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2005 Hartono Hadisoeprapto , Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty,

Yogyakarta.1984

Hermansyah, “Hukum Perbankan Nasional Indonesia”, Ed.Rev. Cetakan 3, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2007

J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2007 M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2008

Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008

Muhammad Tjoekam, Perkreditan – Bisnis Inti Bank Komersial - Konsep teknik & Kasus,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002

Rachmat Firdaus, Manajemen Perkerditan Bank, Alfabeta, Jakarta, 2009

Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta, Salemba Empat, 2006

Simorangkir, O. P, Drs , Dasar-dasar dan Mekanisme Perbankan, Aksara Persada Indonesia, Jakarta, 1986


(6)

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1982 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT. Intermasa, 2003

Sutan Remy Sjahdeini, “Hak Jaminan dan Kepailitan,” dalam Transaksi Berjamin (Secured Transaction) Hak Tanggungan dan Jaminan Fiducia dikumpulkan oleh Arie S.Hutagalung, UI, Jakarta 2006

Suyatmo, Thomas, Drs, dkk, Kelembagaan Perbankan, Gramedia Jakarta, 1989

Wawancara

Bapak Iswahyudi Arffan D bagian Kredit PT Bank Danamon Indonesia Tbk.Jalan Dipenogoro No. 35 - Medan , 5 Maret 2013

Bapak Muhammad Zeini, bagian legal PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Jalan Dipenogoro, tanggal 10 Maret 2013

Bapak Khoirudin, Jabatan Relation Manager (RM), PT Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Medan, Tanggal 5 April 2013