9
2. Wadah plastik dibersihkan dengan cara direndam dengan menggunakan
kaporit, kemudian wadah dibilas dengan air laut steril dan dikeringkan
selama 12 jam. 3. Wadah pemeliharaan diisi air laut steril sebanyak 17 liter dan dilengkapi
dengan instalasi aerasi kemudian ditata dalam bak fiber yang sudah diisi air dengan ketinggian 5 cm Lampiran 1.
2.4.2 Persiapan Wadah Pengkayaan Pakan Alami.
1. Wadah yang digunakan untuk pengkayaan pakan alami berupa wadah plastik berkapasitas 2,5 liter, sebanyak 4 buah.
2. Wadah dicuci dan dikeringkan sebelum digunakan. Volume air yang digunakan yaitu 1 liter dan dilengkapi dengan instalasi aerasi Lampiran
1. 2.5
Pelaksanaan Penelitian. 2.5.1
Pengkayaan Artemia sp.
Sampel Artemia sp. sebanyak 2 gram diperkaya dengan berbagai bahan pengkaya, dibekukan dan diberikan untuk larva ikan nemo yang dipelihara secara tertutup.
Pemberian naupli Artemia sp. untuk pakan ikan nemo dilakukan pada saat larva berumur D7
– D20 sebanyak dua kali sehari, yaitu pagi hari pukul 09.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kista Artemia sp. sebanyak 8 gram ditetaskan. Setelah 24 jam, naupli
Artemia sp. dipanen dan dimasukkan ke dalam 4 wadah pengkaya. 2.
Tepung Spirullina sp. ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian dicampurkan ke dalam wadah pengkaya yang berisi naupli Artemia sp. dan 1 liter air
yang dipelihara selama 5 jam. Kemudian naupli Artemia sp. dipanen dengan cara disaring dan dibekukan dalam freezer selama 2 jam
Perlakuan B. 3.
Naupli Artemia sp. dimasukkan ke dalam wadah pengkaya yang berisi 1 liter air. Selanjutnya, dimasukkan Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp.
kepadatan masing-masing 3 x 10
6
selml sebanyak 600 ml dan 400 ml disaring, dimasukkan ke dalam wadah pengkaya dan dipelihara selama 5
10
jam. Setelah 5 jam naupli Artemia sp. dipanen dengan cara disaring, dan dibekukan dalam freezer selama 2 jam Perlakuan C.
4. Tepung Spirullina sp. sebanyak 0,5 gram dicampurkan ke dalam wadah
pengkaya. Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp. kepadatan masing- masing 3 x 10
6
selml sebanyak 300 ml dan sebanyak 200 ml disaring, dimasukkan kedalam wadah pengkaya, kemudian naupli Artemia sp.
dimasukkan pada wadah tersebut. Selanjutnya Artemia sp. dipelihara selama 5 jam. Setelah 5 jam naupli Artemia sp. dipanen dengan cara
disaring, kemudian dibekukan dalam freezer selama 2 jam Perlakuan D.
2.5.2 Pemeliharaa Larva Ikan Nemo.
1. Larva dipelihara di dalam wadah plastik berbentuk persegi berukuran 35
22 x 22 cm dengan volume 17 liter yang disusun didalam bak fiber dengan
ukuran 2m x 1m serta diletakkan pada semi outdoor Lampiran 1.
2.
Setiap wadah pemeliharaan diisi larva ikan sejumlah 30 ekor.
3. Larva dipelihara mulai umur D7 – D20 dan diberi pakan beku naupli
Artemia sp. yang telah diperkaya.
4. Pemberian pakan dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali yaitu pada pukul
09.00 WIB dan 15.00 WIB.
5.
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan setiap hari meliputi suhu, pH,
untuk DO dan salinitas diukur setiap lima hari sekali. Pengukuran konsentrasi ammonia dilakukan pada awal, tengah, dan akhir
pemeliharaan. 6.
Penghitungan sintasan larva dilakukan setiap hari selama pemeliharaan. 7.
Pemanenan dilakukan pada D-21 dengan cara mengukur panjang dan berat tubuh larva ikan nemo.
8. Reinfeksi dilakukan pada D-30 untuk mengetahui daya tahan larva ikan
nemo terhadap infeksi bakteri V.alginolitycus.
2.5.3 Reinfeksi Bakteri Vibriosis.
1. Isolat bakteri Vibrio alginolyticus Lampiran 3 yang telah tersedia dan
disimpan dalam refrigerator kemudian diaktifkan kembali dengan
melakukan reinfeksi bakteri.
11
2. Reinfeksi dilakukan sebanyak 2 kali untuk meningkatkan keganasan
bakteri.
3. Isolat diisolasi ke media TSA miring dengan menggunakan jarum ose
steril yang telah dipanaskan diatas bunsen lalu disimpan di inkubator pada suhu 35
o
C.
4. Isolat dari media TSA diisolasi kembali ke media TSB dan dilakukan
reinfeksi pertama pada ikan sampel 3 ekor sebanyak 0,05 mlekor
melalui penyuntikan.
5. Setelah 1 minggu, dilakukan isolasi kembali dari ikan yang telah
direinfeksi ke media TSA dan TCBS kemudian disimpan.
6. Isolat yang tumbuh diisolasi kembali ke media TSB untuk kemudian
direinfeksi pada ikan.
7. Setelah 1 minggu dilakukan isolasi kedua sama seperti reinfeksi pertama.
Isolat bakteri kemudian digunakan untuk uji LD
50
dan uji tantang sesuai
dengan tingkat kepadatan yang digunakan. 2.5.4
Uji LD
50.
1.
Bakteri dari organ hati dikultur dalam 5 cawan yang berisi media TSA.
2. Setelah bakteri tumbuh dilakukan panen bakteri menggunakan NaCl
fisiologis sebanyak 3 ml.
3. Setelah itu, bakteri yang telah dipanen menggunakan NaCl fisiologis
sebanyak 3 ml dicampurkan kedalam 1 liter air.
4. Kemudian dihitung kepadatanya dengan spektrofotometer hingga
mencapai konsentrasi 3 x 10
9
.
5. Jika konsentrasi belum mencapai 3 x 10
9
larutan ditambahkan kembali
dengan larutan bakteri yang telah dipanen sebelumnya.
6. Jika konsentrasi sudah mencapai 3 x 10
9
kemudian 5 cawan teresebut
dijadikan dalam 1 wadah.
7. Selanjutnya konsentrasi diturunkan dari 10
9
sampai dengan 10
6
.
8. Kemudian ikan dimasukkan dan tunggu hingga 1 minggu untuk melihat
pada konsentrasi berapa ikan mati setengah dari populasi.