Kenampakan Alam di Lingkungan Setempat

BAB 2 Kenampakan Alam di Lingkungan Setempat

35 h. Bahasa Untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain manusia membutuhkan bahasa. Di Indonesia terdapat ratusan bahasa daerah dengan logat yang berbeda-beda pula. Dahulu sebenarnya nenek moyang bangsa Indonesia adalah sama. Tentunya bahasa yang digunakan juga sama. Kemudian mereka menyebar dan menetap di banyak tempat di Nusantara. Nah, karena terhalang oleh alam seperti gunung, laut dan sungai mereka tidak pernah berhubungan lagi. Maka dalam jangka waktu yang cukup lama terbentuklah suku-suku bangsa dengan bahasa daerah yang berbeda satu sama lain. Walaupun demikian, karena berasal dari bahasa induk yang sama kadang kita jumpai kata-kata yang sama di beberapa daerah. Misalnya kata budal, mulih, peken di Bahasa Jawa juga terdapat di Bahasa Bali. Adakalanya dijumpai kata yang sama namun artinya berbeda di daerah lain. Seperti kata “bujur” bagi orang Kalimantan berarti lurus atau garis, tetapi bagi orang Sunda “bujur” artinya pantat. Selain kosakata, pengucapan atau logat di tiap daerah juga berbeda. Hal ini terlihat ketika berbahasa Indonesia. Kata yang sama diucapkan dengan logat yang berbeda-beda oleh orang dari daerah yang berbeda. i. Sistem kemasyarakatan Sistem kemasyarakatan meliputi kelompok atau organisasi, hubungan kekerabatan, peraturan-peraturan dan hukum. Masyarakat untuk maksud tertentu biasanya membentuk kelompok-kelompok atau organisasi tertentu. Organisasi tersebut dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau anggotanya. Misalnya di daerah pedesaan terdapat Koperasi Unit Desa yang mengurus kepentingan dan kebutuhan para petani. Di kampung nelayan terdapat Koperasi Nelayan yang mengurus kepentingan dan kebutuhan para nelayan. Di dalam masyarakat selain terdapat kelompok atau organisasi juga terdapat peraturan-peraturan atau hukum baik tertulis ataupun tidak. Peraturan ini juga tidak lepas dari pengaruh keadaan alam. Sebagai contoh masyarakat Kampung Naga di Jawa Barat melarang siapapun untuk masuk hutan. Apalagi mengambil tumbuhan atau hewan dari hutan itu. Untuk kebutuhan sehari-hari, masyarakat Kampung Naga membuat hutan buatan, yang mereka sebut Leuweng Pajegan. Itulah sebabnya Kampung Naga, selalu asri dan sejuk. 36

BAB 2 Kenampakan Alam di Lingkungan Setempat