DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT ACEH Analisis Antropologi dan Kesehatan
A. Pendahuluan
Berawal dari kiriman info oleh seorang teman di sebuah jejaring sosial mengenai hari jadi sebuah produk bank ternama tempat dia bekerja, dengan foto
yang memperlihatkan gapura hari jadi yang ke-4 dari produk tersebut. Bukan karena bank ternama yang membuat penulis tertarik tapi karena adanya susunan gapura
tersebut yang terbuat dari daun-daun sirih dalam bahasa Aceh disebut oen ranup, pinang, daun kelapa muda, dan batang pisang. Yang memberikan arti tersendiri bagi
setiap bahan yang digunakan tersebut, terutama daun sirih, memainkan peranan penting dalam kehidupan orang Aceh karena menyajikan ranup kepada tamu dalam
tradisi Aceh adalah sebuah ungkapan rasa hormat. Oleh karena itulah bank tersebut memberi tema hari jadinya dengan “Peumulia jamee” dan dengan menambahkan
empat bait syair Aceh sebagai pelengkap keramahannya, yang bunyinya: Mulia wareh ranub lampuan
Mulia rakan mameh suara Ranub kamoe bri bek temakot pajoh
Hana kamoe bri racon ngon tuba Yang artinya “kemuliaan saudara bagai sirih di dalam puan, kemuliaan
saudara semerdu suara, sirih kami berikan jangan takut untuk memakannya, tiada kami bubuhkan racun yang mematikan.”
Dengan melihat dari pentingnya sirih tersebut dalam kehidupan masyarakat Aceh dan kemungkinan juga dalam beberapa acara budaya yang dipertunjukkan,
maka patut kiranya penulis uraikan beberapa hal yang menyangkut penggunaan ranup ini dalam masyarakat Aceh yang ditinjau dari segi sosiologi dan juga
kepentingannya bagi kesehatan manusia. Karena selain disiapkan untuk hiasan, ranup yang telah dibubuhi kapur, irisan pinang, dan gambir
juga disajikan untuk dimakan oleh para tamu jamee yang datang pada acara tersebut. Semoga isi
makalah ini dapat memberi cukup pengetahuan bagi kita semua, meskipun belum sempurna dalam menyikapi penggunaan daun sirih oen ranup dalam masyarakat
kita.
2
B. Pembahasan 1 Sejarah Ringkas Munculnya Makan Sirih di Aceh