Akulturasi Islam dengan Seni sastra Akulturasi Islam dengan kesenianseni pertunjukkan wayang

dasarnya adalah motif binatang dan tumbuh-tumbuhan. Hal ini sudah di kenal sejak masa sebelum Hindu. Binatang-binatang tersebut dianggap suci, maka sering diabadikan dengan cara dilukis. Ketika Islam masuk Islam memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap seni ukir dimana mulai dikenal seni ukir kaligrafi, dll.

3. Akulturasi Islam dengan Seni sastra

Seni sastra pada waktu Hindu-Buddha ada yang berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang puisi. Berdasarkan isinya kasusteraan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu tutur pitutur kitab keagamaan, kitab hukum, dan wiracarita kepahlawanan. Bentuk wiracarita sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab Ramayana dan Mahabarata. Kemudian muncul wiracarita hasil gubahan para pujangga Indonesia. Misalnya, Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga munculnya cerita Carangan. Berkembangnya karya sastra Ramayana dan Mahabarata, melahirkan seni pertunjukan wayang kulit wayang purwa. Isi dan cerita wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif. Cerita wayang berasal dari budaya Hindu- Buddha, tapi wayangnya asli dari Indonesia. Di samping bentuk dan ragam hias wayang, muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia. Misalnya tokoh-tokoh punakawan seperti Semar, Gareng, dan Petruk. Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan di India. Pada waktu Islam seni sastra berkembang pesat dan dikenal beberapa contoh karya sastra seperti Hikayat, Babad, Suluk, dll.

4. Akulturasi Islam dengan kesenianseni pertunjukkan wayang

Sebelum Islam masuk ke Indonesia, kebudayaan Hindu dan Budha telah berkembang dan mendarah daging selama ratusan tahun. Wayang kulit adalah salah satu wujud kebudayaan yang telah berkembang. Sulit untuk mencabut suatu kebudayaan yang telah tertanam dengan begitu kuat kemudian diganti dengan kebudayaan yang bernafaskan Islam. Dalam sejarahnya,para Wali berperan besar dalam pengembangan pewayangan di Indonesia. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Bahkan para wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain yaitu “Mana yang Isi Wayang Wong dan Mana yang Kulit Wayang Kulit dan mana yang harus dicari Wayang Golek”.

E. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran