Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan IUPHHK-Ha PT. Andalas Merapi Timber

POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU DI LOKASI
PENEBANGAN IUPHHK-HA
PT. ANDALAS MERAPI TIMBER

Oleh:
WAHYUNI/ 051203003
TEKNOLOGI HASIL HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian
Nama Mahasiswa
NIM
Program Studi


: Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan
IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber
: Wahyuni
: 051203003
: Teknologi Hasil Hutan

Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing

Ketua,

Anggota,

Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si
NIP : 132 303 841

Iwan Risnasari, S.Hut. M.Si
NIP : 132 259 571


Mengetahui,
Ketua Departemen Kehutanan

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS
NIP : 132 287 853

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

ABSTRAK

WAHYUNI. Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan
IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber (AMT). Dibimbing oleh Bapak
Luthfi Hakim dan Ibu Iwan Risnasari.

Tujuan penelitian ini untuk menghitung potensi limbah hasil pemanenan
kayu, menghitung faktor eksploitasi, dan optimalisasi pemanfaatan limbah
pemanenan kayu berdasarkan dimensi limbah. Penelitian ini dilaksanakan di
IUPHHK-HA PT. AMT Kecamatan Sangir, Kebupaten Solok Selatan, Provinsi
Sumatera Barat selama 1 bulan pada bulan Maret dan April 2009. Hasil penelitian

menunjukkan besarnya Faktor Eksploitasi rata-rata adalah 0,74. Persentase limbah
pemanenan kayu terbesar diperoleh dari jenis meranti sepat (Shorea palembanica)
yaitu sebesar 21,05 % dan persentase terkecil yaitu diperoleh dari jenis meranti
kulit buaya (Shorea platycladus) sebesar 8,48 %. Persentase limbah pemanenan
kayu yaitu 45 % dari keseluruhan pengamatan terhadap limbah dari 120 batang,
terdapat 54 batang yang berlimbah dan 66 batang tidak berlimbah. Terdapat
Faktor penyebab limbah terdiri dari cacat alami sebesar 70,61 %, cacat mekanis
sebesar 11,88 %, dan yang disebabkan faktor alam berupa kelerengan yaitu
sebesar 17,51 %.
Kata Kunci: Potensi, Faktor Eksploitasi, Limbah, Pemanenan Kayu.

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

ABSTRACT

WAHYUNI. Potency of Logging Waste in felling area, Case Study at
IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber (AMT). Supervised by Luthfi
Hakim and Iwan Risnasari.


The aim of this research was to know potency of logging waste,
exploitation factor, and optimalization of logging waste based log dimention. This
research was done in IUPHHK-HA PT. AMT Kecamatan Sangir, Kabupaten
Solok Selatan, Provinci Sumatera Barat during 1 month in March 2009. Result of
research show that the level of exploitation factor is 0,74. Logging waste
precentage biggest from meranti sepat (Shorea palembanica) is 21,05 % and
smallest percentage that is from meranti kulit buaya (Shorea platycladus)is 8,84
%. Logging waste percentage that is 45 % from overall of perception to waste
from 120 bar, there are 54 bar which have waste and 66 bar do not have waste.
Logging waste cause factor consist of natural handicap is 70,61 %, mechanical
handicap is 11,88 %, and which caused by natural factor in the from of ramp that
is 17,51 %.
Keyword: Potency, Factor Exploitation, Logging Waste, Forest Harvesting.

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Takengon pada tanggal 19 Januari 1987 dari ayah

Drs. Syafaruddin Malik dan ibu (Alm) Diana, S.Pd. Penulis merupakan putri
kedua dari dua bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Jeumpa Bireuen dan pada
tahun yang sama lulus seleksi masuk USU melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Praktikum
Pengantar Inventarisasi Hutan tahun 2008, asisten Praktikum Pengeringan Kayu
tahun 2008, asisten Praktikum Mekanika Kayu tahun 2008, dan asisten Praktek
Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) tahun 2008 dan 2009. Penulis juga
mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) Departemen
Kehutanan USU sebagai anggota, Komunitas Pembibitan (KOMBIT) Departemen
Kehutanan USU sebagai anggota, interpreter pada interpreter CommunitiyPendidikan dan Interpretasi Lingkungan dan Alam Sekitar (IC-PILAR).
Penulis melaksanakan praktek kerja lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT.
Andalas Merapi Timber Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan Provinsi
Sumatera Barat selama 2 bulan tahun 2009. Penulis juga melakukan penelitian di
IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber pada bulan Maret hingga April tahun
2009 dengan judul “Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan
IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber.


Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini
adalah limbah pemanenan kayu dengan judul Potensi Limbah Pemanenan Kayu di
Lokasi Penebangan IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi limbah hasil pemanenan
kayu di lokasi penebangan, menghitung faktor eksploitasi, dan memprediksi
optimalisasi pemanfaatan limbah pemanenan di IUPHHK-HA PT. AMT.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si
dan Ibu Iwan Risnasari, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan saran. Di samping itu penghargaan penulis sampaikan kepada
IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber dan Tropical Forest Trust (TFT) yang
telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala
doa dan perhatiannya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.


Medan, Juni 2009

Penulis

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

DAFTAR ISI
Halaman
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan..................................................................................................... 2
Manfaat Penelitian .................................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA
PT. Andalas Merapi Timber .................................................................... 4
Pemanenan Kayu .................................................................................... 6
Limbah Pemanenan Kayu........................................................................ 6
Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu ................................................... 9
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................. 12
Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 12
Metode Penelitian ................................................................................... 12
Pengumpulan Data .................................................................................. 14
Data Primer ....................................................................................... 14
Data Sekunder ................................................................................... 14
Pengolahan dan Analisa Data .................................................................. 14
Volume Log yang Diharapkan Termanfaatkan................................... 15
Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan ............................... 15
Persentase Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan.............. 16
Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan................... 16
Faktor Eksploitasi.............................................................................. 17
Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu ................................................... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume Kayu Tebangan dan Faktor Eksploitasi ..................................... 18
Limbah Pemanenan Kayu........................................................................ 20
Limbah Pemanenan Berdasarkan Sebaran Diameter Sortimen ........... 23
Limbah Pemanenan Berdasarkan Sebaran Panjang Sortimen ............. 24
Limbah Pemanenan Berdasarkan Sebaran Diameter dan panjang
Sortimen............................................................................................ 25
Faktor Penyebab Limbah Pemanenan ...................................................... 26
Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu ................................................... 33
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................. 35
Saran ....................................................................................................... 35

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 36
LAMPIRAN ................................................................................................ 38

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.


DAFTAR TABEL
Halaman
1. ..................................................................................................... Letak
Areal Kerja IUPHHK-HA PT. AMT ................................................. 5
2. ..................................................................................................... Juml
ah sampel tiap petak tebangan ........................................................... 13
3. ..................................................................................................... V
olume log yang diharapkan termanfaatkan dan volume log yang
termanfaatkan .................................................................................... 18
4. ..................................................................................................... P
ersentase limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan
berdasarkan jenis ............................................................................... 21
5. ..................................................................................................... P
ersentase limbah pemanenan kayu berdasarkan faktor penyebabnya .. 31

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. ..................................................................................................... Limb
ah pemanenan kayu pada lokasi penebangan ..................................... 22
2. ..................................................................................................... S
ebaran diameter sortimen limbah pemanenan kayu pada lokasi
penebangan ....................................................................................... 24
3. ..................................................................................................... S
ebaran panjang sortimen limbah pemanenan kayu pada lokasi
penebangan ....................................................................................... 25
4. ..................................................................................................... S
ebaran diameter dan panjang sortimen limbah pemanenan kayu
pada lokasi penebangan ..................................................................... 26
5. ..................................................................................................... L
imbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan ............................... 27
6. ..................................................................................................... L
imbah pemanenan kayu yang disebabkan oleh faktor alami
(gerowong) ........................................................................................ 28
7. ..................................................................................................... L
imbah pemanenan kayu yang disebabkan oleh faktor alami (mata
kayu) ................................................................................................. 28
8. ..................................................................................................... L
imbah pemanenan kayu yang disebabkan oleh factor alami
(bengkok) ......................................................................................... 28
9. Limbah pemanenan kayu yang disebabkan oleh faktor alami (banir) .29
10. ................................................................................................... L
imbah pemanenan kayu yang disebabkan oleh faktor mekanis
(pecah) ............................................................................................. 29
11. ................................................................................................... P
ersentase limbah pemanen kayu berdasarkan faktor penyebabnya ...... 30
12. ................................................................................................... T
onggak yang ditinggalkan pada lokasi penebangan ............................ 32

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. ......................................................................................................... Pe
rsentase Limbah Berdasarkan Jenisnya .................................................. 38
2. ......................................................................................................... Fa
ktor Eksploitasi Perjenis ........................................................................ 38
3. ......................................................................................................... Li
mbah Berdasarkan Faktor Penyebabnya................................................. 38
4. ......................................................................................................... Li
mbah berdasarkan Faktor Penyebabnya ................................................. 39
5. ......................................................................................................... Se
baran Diameter Limbah Pemanenan ...................................................... 39
6. ......................................................................................................... Se
baran Panjang Limbah Pemanenan ........................................................ 40
7. ......................................................................................................... Se
baran Panjang dan Diameter Limbah Pemanenan .................................. 40
8.
D
ata Volume Pohon yang Diharapkan Termanfaatkan dari Limbah
(meranti merah)………………………………………………………. ... 40
9. ......................................................................................................... D
ata Volume Pohon yang Termanfaatkan dari Limbah (meranti
merah) ................................................................................................... 41
10. ....................................................................................................... Da
ta Limbah(meranti merah) ..................................................................... 41
11. ....................................................................................................... Fa
ktor Eksploitasi(meranti merah)............................................................. 42
12. ....................................................................................................... D
ata Volume Pohon yang Termanfaatkan (tanpa limbah) (meranti
merah) ................................................................................................... 43

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

13. ....................................................................................................... D
ata Volume Pohon yang Diharapkan Termanfaatkan dari Limbah
(meranti cengkawang) ........................................................................... 44
14. ....................................................................................................... D
ata Volume Pohon yang Termanfaatkan dari Limbah (meranti
cengkawang) ......................................................................................... 44
15. ....................................................................................................... Da
ta Limbah (meranti cengkawang)........................................................... 44
16. ....................................................................................................... Fa
ktor Eksploitasi (meranti cengkawang) .................................................. 44
17. ....................................................................................................... D
ata Volume Pohon yang Termanfaatkan (tanpa limbah) (meranti
cengkawang) ......................................................................................... 45
18. ....................................................................................................... D
ata Volume Pohon yang Diharapkan Termanfaatkan dari Limbah
(meranti sepat)....................................................................................... 45
19. ....................................................................................................... D
ata Volume Pohon yang Termanfaatkan dari Limbah (meranti sepat) .... 45
20. ....................................................................................................... Da
ta Limbah (meranti sepat) ...................................................................... 46
21. ....................................................................................................... Fa
ktor Eksploitasi (meranti sepat) ............................................................. 46
22. ....................................................................................................... D
ata Volume Pohon yang Termanfaatkan (tanpa limbah) (meranti
sepat)..................................................................................................... 46
23. ....................................................................................................... D
ata Volume Pohon yang Diharapkan Termanfaatkan dari Limbah
(meranti kulit buaya) ............................................................................. 46
24. ....................................................................................................... D
ata Volume Pohon yang Termanfaatkan dari Limbah (meranti kulit
buaya) ................................................................................................... 47
25. ....................................................................................................... Da
ta Limbah (meranti kulit buaya)............................................................. 47
26. ....................................................................................................... Fa
ktor Eksploitasi (meranti kulit buaya) .................................................... 47
27. ....................................................................................................... D
ata Volume Pohon yang Termanfaatkan (tanpa limbah) (meranti
kulit buaya) ........................................................................................... 47
28. ....................................................................................................... D
ata Volume Pohon yang Diharapkan Termanfaatkan dari Limbah
(meranti batu) ........................................................................................ 48
29. ....................................................................................................... D
ata Volume Pohon yang Termanfaatkan dari Limbah (meranti batu) ...... 48
30. ....................................................................................................... Da
ta Limbah (meranti batu) ....................................................................... 49
31. ....................................................................................................... Fa
ktor Eksploitasi (meranti batu) ............................................................... 49

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

32. ....................................................................................................... D
ata Volume Pohon yang Termanfaatkan (tanpa limbah) (meranti
batu) ...................................................................................................... 49
33. ....................................................................................................... Pet
a Rencana Kerja IUPHHK-HA PT. AMT .............................................. 50

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
PT. Andalas Merapi Timber (AMT) adalah salah satu perusahaan
pemegang Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) berdasarkan akte
No. 86 tanggal 26 Desember 1978. Perkembangan selanjutnya PT AMT saat ini
sedang menuju pengelolaan hutan secara lestari. Sebagai salah satu indikator
pengelolaan hutan secara lestari adalah optimalisasi limbah pemanenan kayu.
Kegiatan pemanenan kayu untuk keperluan industri menghasilkan volume
kayu yang lebih kecil bila dibandingkan dengan limbah yang dihasilkan berupa
kayu yang tidak termanfaatkan. Sehingga masalah limbah pemanenan kayu perlu
mendapat perhatian bagi pengusaha kehutanan. Limbah hasil pemanenan kayu
berasal dari petak tebangan dan tempat pengumpulan sementara (TPn). Bahan
baku

untuk

industri perkayuan

sudah

mulai menipis,

sehingga perlu

meminimalkan volume limbah pemanenan, yaitu dengan cara melakukan kegiatan
pemanenan kayu yang tepat dan cermat dalam hal tenaga kerja, peralatan, cara
kerja, organisasi kerja, pengawasan dan pemeliharaan peralatan.
Kebutuhan kayu sebagai bahan baku industri maupun bukan industri terus
meningkat sejalan dengan meningkatnya laju degradasi hutan. Salah satu
pemanfaatan kayu yang utama yaitu sebagai komponen bangunan. Kayu yang
digunakan untuk komponen bangunan dari hutan alam pasokannya semakin
menurun. Berbagai jenis kayu dapat digunakan sebagai komponen bangunan baik
struktural maupun bukan struktural. Potensi limbah terbesar pada kegiatan

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

pemanenan kayu terdapat pada petak tebangan. Upaya pengurangan limbah
pemanenan dapat dilakukan dengan memanfaatakan limbah tersebut sebagai
komponen bangunan yang sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia).
Optimalisasi limbah pemanenan kayu merupakan salah satu indikator
menuju pengelolaan hutan secara lestari. Hal tersebutlah yang menjadi acuan PT
AMT dalam upaya meminimalkan limbah pemanenan kayu sehingga sebisa
mungkin dapat mencapai zero waste. Salah satunya adalah optimalisasi
pemanfaatan limbah pemanenan kayu berdasarkan dimensi limbah. Sehingga
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi limbah pemanenan kayu
serta kebijakan optimalisasi pemanfaatan berdasarkan dimensi limbah.

Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Menghitung potensi limbah hasil pemanenan kayu di lokasi penebangan
IUPHHK-HA PT. AMT.
2. Menghitung faktor eksploitasi limbah pemanenan kayu.
3. Memprediksi

optimalisasi

pemanfaatan

limbah

pemanenan

kayu

berdasarkan dimensi limbah.

Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1. Mendapatkan data akurat potensi limbah pemanenan kayu di lokasi
penebangan IUPHHK-HA PT. AMT.

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan
optimalisasi pengelolaan limbah pemanenan IUPHHK-HA PT. AMT
untuk kebutuhan lokal.
3. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi IUPHHK-HA PT. AMT
dalam usaha meminimalisasi limbah pemanenan.

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

TINJAUAN PUSTAKA

PT. Andalas Merapi Timber
PT. AMT mendapatkan Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu
(IUPHHK). IUPHHK diperoleh berdasarkan Forest Agreement (FA) dari
pemerintah dengan keputusan No. FA/N/024/IV/1980, tanggal 21 April 1980 dan
dengan SK Menteri Pertanian dengan No. 624/kts/Um/1980, tanggal 26 Agustus
1980. Luas kawasan PT AMT adalah 118.200 Ha, dengan areal 40.000 Ha
terdapat di Muara Timpeh dan 78.200 Ha di Pasaman.
Setelah berakhirnya masa pengusahaan hutan tahap pertama tanggal 28
Agustus 2000, Berdasarkan SK Pembaharuan HPH/IUPHHK PT. AMT
perpanjangan pengelolaan hutan tahap ke II oleh Menteri Kehutanan dengan
Nomor 82/Kpts-II/2000 tanggal 22 Desember 2000, maka luas areal kerja PT.
AMT adalah 28.840 Ha. Seluruh areal kerja berlokasi di Kecamatan Sungai Pagu,
Kecamatan Sangir, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Kecamatan Sangir
Jujutan dan Sangir Batanghari di Kabupaten Solok Propinsi Sumatera Barat (PT.
AMT, 2004).
Letak, luas dan batas-batas areal kerja HPH/IUPHHK PT. AMT ini secara
lengkap disajikan pada Tabel 1

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

Tabel 1. Letak Areal Kerja IUPHHK-HA PT. AMT
No.
1.

Deskripsi
Luas Areal

Keterangan
28.840 ha (SK Menhut No. 82/Kpts-II/2000)

HPH/IUPHHK
2.

3.

Batas Astronomi :
a. Bujur Timur

101001’ – 101016’

b. Lintang Selatan

01018’ – 01030’

Batas Areal Kerja :
a. Sebelah Utara

Hutan Lindung Batang Hari II

b. Sebelah Timur

HPT yang dicadangkan untuk penambahan
areal kerja PT. AMT (Sei Pemomongan
Gadang)

c. Sebelah Selatan

Desa Durian Tarung/Lubuk Gadang dan
sebagian Hutan Lindung Batang Hari II

d. Sebelah Barat
4.

Hutan Lindung Batang Hari II

Administrasi

Propinsi Sumatera Barat

Pemerintahan

Kabupaten Solok Selatan
Kecamatan Sangir, Sungai Pagu, Koto parik
Gadang Diateh, Sangir Jujutan dan Sangir
Batang Hari

5.

Administrasi Kehutanan

Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Barat
Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan Sangir
Dinas Kehutanan Kabupaten Solok Selatan

6.

Kelompok Hutan

S. Batang Hari – S. Sangir

7.

DAS / Sub DAS

DAS Sungai Batanghari Hulu – Sungai
Batang Sangir

8.

Ketinggian Tempat

80 – 550 m dpl

Sumber : PT. AMT (2004).

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

Pemanenan Kayu
Pemanenan kayu diartikan sebagai proses kegiatan pemindahan hasil hutan
berupa kayu dari hutan atau tempat tumbuhnya, menuju pasar atau tempat-tempat
pemanfaatannya, sehingga kayu tersebut berharga dan berguna bagi kehidupan
manusia. Dengan demikian pada hakikatnya pemanenan kayu adalah suatu proses
produksi, dimana kayu bulat (log) merupakan produknya (Nugroho, 1999 dalam
Widiyanti, 2005).
Pada kenyataannya, volume kayu yang dimanfaatkan lebih kecil
dibandingkan volume kayu yang ditebang, sehingga terdapat banyak kayu yang
tidak terangkut di petak tebangan dan di tempat pengunpulan kayu (TPn) berupa
limbah (Muhdi, 2003). Menurut McMinn, et al. (1987) bahwa pada kebanyakan
operasi penebangan menghasilkan banyak jumlah kayu yang tertinggal pada
tempat tebangan. Kegiatan pemotongan tersebut menghasikan sisa kayu yang
tidak dapat diperdagangkan lagi. Limbah tersebut menghasilkan sisa sumber daya
pada lokasi pemanenan.

Limbah Pemanenan Kayu
Limbah pemanenan adalah bagian pohon yang seharusnya dapat
dimanfaatkan, tetapi karena berbagai sebab terpaksa ditinggalkan di hutan.
Besarnya limbah tersebut dinyatakan dalam persentase antara volume bagian
batang yang ditinggalkan dengan volume seluruh batang yang diharapkan dapat
dimanfaatkan (Sastrodimejo dan Simarmata, 1978 dalam Muhdi, 2006).
Menurut McKeever dan Falk (2004) menyatakan bahwa limbah
pemanenan kayu merupakan bahan yang dipindahkan dari tempat pertumbuhan

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

dan sumber kayu lain selama proses pemanenan kayu dan sisa kayu ditinggalkan
pada tempat pemanenan kayu. Simarmata dan Haryono (1986) dalam Muhdi
(2006) mengartikan limbah pemanenan kayu sebagai pohon atau bagian batang
yang tertinggal dan belum dimanfaatkan di areal tebangan yang berasal dari pohon
yang ditebang dan pohon-pohon lain yang rusak akibat penebangan dan
penyaradan.
Jenis limbah pemanenan meliputi tunggak, bagian atas batang, dan bagian
batang yang tidak dapat digunakan (Xu dan Carraway, 2005). Simarmata dan
Sinaga (1982) dalam Muhdi (2006) menyatakan bahwa limbah pemanenan kayu
meliputi :
a. Bagian tunggak di atas batas yang diperkenankan.
b. Bagian-bagian dari kayu bulat yang pecah atau tercabut seratnya sampai
batas cabang.
Limbah kayu dari pemanenan kayu dan pada saat pengolahan terbagi
menjadi dua sumber yaitu : (a) Limbah kayu dihutan dan (b) Limbah kayu utama
yang dihasilkan dari pengolahan (McKeever dan Falk, 2004). Berdasarkan
pekerjaannya, Widarmana et al. (1973) dalam Muhdi (2006) membedakan limbah
kayu menjadi :
1. Limbah pemanenan (logging waste), yaitu limbah akibat kegiatan
pemanenan kayu.
2. Limbah industri (processing wood waste), yaitu limbah yang
diakibatkan kegiatan industri kayu seperti pada pabrik penggergajian,
meubel dan lain-lain.

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

Berdasarkan Muhdi (2006) bahwa terjadinya logging waste dibedakan
sebagai berikut :
1. Limbah yang terjadi di tempat tebangan (felling area)
Limbah yang terjadi di tempat tebangan biasanya berupa cabang-cabang,
ranting-ranting yang berdiameter > 10 cm. Kelebihan tunggak dan tinggi
yang dibenarkan (25-50 cm dari permukaan tanah) dan potongan-potongan
atau tatal-tatal akibat pembagian batang (bucking).
2. Limbah yang terjadi di tempat pengumpulan kayu (log deck)
Limbah yang terjadi di log deck biasanya berbentuk batang yang tidak
memenuhi syarat-syarat kayu ekspor baik kualitas maupun ukurannya.
Misalnya kayu yang bengkok, pecah, busuk dan sebagainya. Pada sistem
pemanenan yang melakukan pembagian batang (bucking) di log deck,
limbah yang terjadi berupa batang-batang pendek, yaitu sisa-sisa
pembagian batang tersebut.
3. Limbah yang terjadi di log pond
Limbah ini umumnya terjadi pada pemanenan kayu rimba di luar pulau
Jawa. Limbah di sini terutama disebabkan karena penolakan kualita oleh
pihak pembeli. Kayu-kayu tersebut mungkin disebabkan terlalu lama
disimpan di log pond sehingga kayu menjadi pecah-pecah, busuk atau
terkena jamur.
Penelitian Sugiri (1981) dalam Muhdi (2006) juga mengemukakan bahwa
limbah pemanenan kayu di hutan tropika basah dari suatu HPH di Kalimantan
Selatan mencapai 51,0 % dari tegakan pohon komersial yang ditebang. Limbah
tersebut terdapat di areal tebangan sebesar 42,3 % dalam bentuk batang dan

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

cabang di atas 10 cm, log pond 6,8 % dalam bentuk batang dan log yard 1,9 %
dalam bentuk batang.
Lempang, et al. (1995) dalam Muhdi (2006) menjelaskan cara untuk
menentukan faktor eksploitasi, yaitu dengan melihat perbandingan antara bagian
batang yang dimanfaatkan dengan bagian batang yang diperkirakan dapat
dimanfaatkan. Bagian batang yang diperkirakan dapat dimanfaatkan adalah bagian
batang yang dimulai dari batas tunggak yang diijinkan sampai cabang pertama.
Bagian batang yang ditinggalkan adalah bagian batang sampai cabang pertama
(bebas cabang) yang karena sesuatu hal akibat pemanenan kayu menjadi limbah.

Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu
Umumnya limbah pemanenan yang dihasilkan melalui proses pemanenan
kayu memiliki diameter yang relative besar. Sehingga limbah pemanenan kayu
tersebut memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai komponen bangunan.
Menurut Abdurachman dan Hadjib (2006) bahwa dalam pemakaian kayu untuk
konstruksi bangunan harus memenuhi syarat mampu menahan bermacam-macam
beban yang bekerja dengan aman dalam jangka waktu yang direncanakan :
mempunyai ketahanan dan keawetan yang memadai melebihi umur pakainya,
serta mempunyai ukuran penampang dan panjang yang sesuai dengan pamakainya
dalam konstruksi.
Untuk keperluan konstruksi, sebaiknya ukurannya disesuaikan dengan
ukuran standar, misalnya untuk reng berukuran 2/3, 4/6 ; kaso berukuran 5/7, atau
untuk komponen kuda-kuda kayu berukuran 5/10, 6/12 dan 8/12 dan sebagainya.

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

Selain itu disyaratkan kadar air, kerapatan dan sebaginya perlu pula diperhatikan
(Abdurachman dan Hadjib, 2006).
Dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat diperkirakan kebutuhan akan
bahan chip kayu dan kayu bakar akan sangat mendesak. Mungkin dalam waktu 10
atau 20 tahun mendatang limbah eksploitasi, akibat kecerobohan dan yang tidak
terhindarkan, akan memadai untuk diangkut ke tempat-tempat pengolahan atau
pusat distribusi. Dengan demikian masalah mengurangi besar limbah eksploitasi
menjadi ringan (Suparto, 1999).
Berdasarkan Departemen Kehutanan, Direktoran Jenderal Pengusahaan
Hutan Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IVPHH/1990 Tanggal 6 Oktober 1990, tentang Pedoman Teknis Penekanan dan
Pemanfaatan Kayu Limbah Pembalakan bahwa Kayu limbah pembalakan yang
dapat dipungut berbentuk kayu bulat berupa tunggak, bagian batang yang
cacat/rusak, bagian batang di atas cabang, cabang dan ranting bersumber dari
pohon yang ditebang sesuai perijinan yang sah (RKT) HPH atau IPK) di luar
ukuran sortimen kayu bulat untuk pertukangan, kayu serpih dan sortimen khusus
lainnya dengan ukuran diameter lebih kecil dari 30 cm (panjang tanpa batasan)
atau panjang kurang dari 2 meter (diameter tanpa batasan).
SNI 03-2445-1991, Ukuran kayu untuk bangunan Rumah dan Gedung
spesifikasi ukuran panjang nominal (m): 1; 1.5; 2; 2.5; 3; 3.5; dst 5.5. Serta dapat
disesuaikan dengan SNI 03-0675-1989 untuk spesifikasi ukuran kusen pintu kayu,
kusen jendela kayu, daun pintu kayu dan daun jendela kayu untuk bangunan
rumah dan gedung, spesifikasi ukuran untuk daun pintu tunggal (m) : (2,2.1,2.4) x

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

(0.8,0.9, 1.2). Ukuran untuk dua daun pintu berbeda (m) : (2,2.1, 2.4) x(1.2, 1.5),
dan ukuran untuk daun pintu ganda (m) : (2, 2.1,2.4)x (1.5,1.8, 2.1, 2.4).

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi penebangan RKT tahun 2009
IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, Padang. PT. AMT terletak di daerah
Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian
ini dilaksanakan selama satu bulan dimulai pada tanggal 6 Maret 2009 sampai
dengan 4 April 2009.

Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : pita ukur dengan
ukuran 50 meter yang digunakan untuk mengukur panjang limbah, phiband untuk
pengukuran diameter limbah kayu, kompas, kamera, parang, tally sheet, alat-alat
tulis dan alat-alat hitung. Sedangkan bahan atau objek penelitian ini adalah
tegakan hutan sesudah kegiatan pemanenan serta kayu-kayu hasil penebangan di
lokasi tebangan.

Metode Penelitian
Jumlah populasi yang diukur adalah yang layak ditebang pada RKT tahun
2009 atau pohon yang berdiameter di atas 60 cm dan sebanyak 10 % dari jumlah
pohon yang ditebang pada interval waktu penelitian di lapangan pada RKT tahun
2009. Jumlah pohon produksi yang ditebang selama satu bulan adalah sebesar
1.200 batang hal tersebut menunjukkan sampel yang diambil adalah sebanyak 120
batang. Untuk mendapatkan jumlah sampel tersebut dilakukan penelitian selama

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

satu bulan penuh dengan asumsi 25 hari kerja efektif, sehingga total sampel yang
akan diperoleh dapat mewakili potensi limbah pada lokasi tebangan. Selama batas
waktu tersebut data primer yang dikumpulkan berupa pengamatan dan
pengukuran pada lokasi penebangan terhadap 4 petak tebangan. Pengamatan dan
pengukran dilakukan secara acak terhadap 4 petak tersebut dan dapat
ditabulasikan pada Tabel 2
Tabel 2. Jumlah sampel tiap petak tebangan
No.

Petak Tebangan

Jumlah Kayu

Keterangan

1

Petak 55

25

Luas = 92 Ha

2

Petak 56

27

Luas = 83 Ha

3

Petak 73

25

Luas = 100 Ha

4

Petak 74

43

Luas = 97 Ha

Jumlah

120 batang

Sumber : data primer penelitian (2009).
Pengukuran

volume

log

yang

menjadi

limbah

dan

diharapkan

termanfaatkan diperoleh dengan cara mengukur panjang log dan diameter ujung
dan pangkal log tersebut. Jenis kayu yang diteliti adalah jenis kayu komersial
yang berasal dari kayu dari keluarga meranti yaitu meranti merah, meranti
cengkawang, meranti sepat, meranti kulit buaya, dan meranti batu. Pengukuran
panjang log yang dijadikan limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan yaitu
log dengan panjang mulai dari 1,6 m dan lebih besar disesuaikan untuk
pemanfaatan log berdasarkan SNI 03-0675-1989 dan SNI 03-2445-1991.

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

Pengumpulan Data
Data Primer
Data primer didapatkan dengan cara melakukan pencatatan data secara
langsung di areal penelitian. Jenis data primer yang dikumpulkan meliputi :
1. Data total volume log yang diharapkan termanfaatkan
2. Data volume log yang tidak termanfaatkan (limbah pemanenan kayu di lokasi
penebangan).
Pengukuran data primer meliputi :
1. Pengukuran total volume log yang diharapkan termanfaatkan.
Volume log yang diharapkan termanfaatkan menunjukkan volume log
setelah kegiatan penebangan yang masih berada pada lokasi penebangan yang
diharapkan dapat termanfaatkan seluruhnya.
2. Pengukuran volume log yang tidak termanfaatkan.
Volume log yang tidak termanfaatkan adalah volume log yang
ditinggalkan pada lokasi penebangan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
kesalahan cacat alami kayu, cacat mekanis, dan faktor alam yaitu kelerengan.
Volume log yang tidak termanfaatkan dapat disebut sebagai limbah pemanenan
kayu yang berada pada lokasi penebangan.

Data Sekunder
Data sekunder diperoleh langsung dari IUPHHK PT. AMT dan dari
berbagai literatur yang mendukung. Jenis data sekunder yang dikumpulkan berupa
keadaan fisik kawasan dan kondisi IUPHHK PT AMT meliputi status kawasan,

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

geografi, topografi, iklim, variasi, vegetasi dan satwa yang terdapat di dalam
hutan, serta kondisi demografi di sekitar wilayah pengusahaan hutan.
Data sekunder lainnya yang juga penting yaitu spesifikasi alat (chainsaw
dan alat penyaradan/traktor) yang digunakan selama penelitian pemanenan
tersebut dilaksanakan.

Pengolahan dan Analisa Data
Volume log yang diharapkan termanfaatkan
Perhitungan volume log yang diharapkan termanfaatkan pada lokasi
penebangan dilakukan dengan menggunakan rumus Brereton (Muhdi, 2006) :

V=¼

[ { (du + dp )/2 }/100]2 x t

Keterangan :
V : Volume (m3)
: 3,14
dp : Diameter Pangkal (cm)
du : Diameter Ujung (cm)
t : Panjang (m)

Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan

Limbah pemanenan yang diukur pada penelitian ini adalah sisa-sisa atau
bagian pohon yang ditebang yang dianggap tidak bernilai ekonomis dalam suatu
proses produksi pemanenan dan ditinggalkan di tempat tebangan setelah operasi
pemanenan selesai. Selain limbah pemanenan, log yang diangkut juga dihitung
volumenya untuk kemudian di hitung persentase limbahnya. Pengukuran panjang
log yang dijadikan limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan yaitu log
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

dengan panjang mulai dari 1,6 m dan lebih besar disesuaikan untuk pemanfaatan
log berdasarkan SNI 03-0675-1989 dan SNI 03-2445-1991.
Limbah yang berasal dari cabang, ranting, dan pucuk tidak dilakukan
pengamatan dan pengukuran disebabkan jarang untuk dapat dimanfaatkan.
Sehingga dapat memakan waktu dan biaya dalam pengukuran, sedangkan limbah
tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi. Pengamatan dan pengukuran yang
dilakukan pada saat penelitian adalah limbah yang mungkin untuk dimanfaatkan.

Persentase Limbah Pemanenan kayu di Lokasi Penebangan
Persentase limbah pemanenan kayu adalah perbandingan antara volume
limbah pemanenan kayu terhadap volume total pemanenan kayu (volume batang
ditambah volume limbah pemanenan kayu). Persentase limbah pemanenan kayu
dapat dihitung dengan rumus (Muhdi, 2003) :
% Limbah =

V1
X 100%
V2

Keterangan :
V1 : Volume limbah pemanenan kayu yang tidak termanfaatkan
V2 : Volume total pemanenan kayu yang diharapkan dapat
dimanfaatkan (volume limbah pemanenan + volume log yang
diangkut)

Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan
Potensi limbah pemanenan kayu merupakan gambaran besaran jumlah
limbah pemanenan yang berdasarkan jumlah batang pohon yang ditargetkan
ditebang pada RKT 2009. Potensi limbah pemanenan kayu di patak tebangan
menunjukkan besarnya limbah pemanenan kayu yang terdapat pada lokasi
tebangan berdasarkan jumlah batang yang diamati.

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

Faktor Eksploitasi
Menurut Elias (2002) dalam Widiyanti (2005), Faktor Eksploitasi adalah
perbandingan volume kayu yang dapat diproduksi dari sebatang pohon yang
ditebang dengan volume batang pohon berdiri sampai dengan cabang pertama dari
pohon yang sama. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran pohon berdiri
namun dilakukan pengukuran dimensi terhadap kayu yang sudah ditebang sampai
dengan cabang pertama.
Fe =

Vp
Vph

Keterangan :
Fe
: Faktor Eksploitasi
Vp
: Volume kayu yang diproduksi dari pohon yang ditebang sampai dengan
TPn (m3)
Vph : Volume batang pohon berdiri sampai dengan cabang pertama (m3)

Pemaafaatan Limbah Pemanenan Kayu
Pemanfaatan limbah pemanenan dapat merujuk pada penggunaan limbah
sebagai bahan baku produk penggergajian kayu serta dapat digunakan sebagai
bahan bakar. Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan
mengkonversikan kayu bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan atau bentukbentuk yang sesuai dengan tujuan penggunaannya (SNI, 1991). Limbah
pemanenan kayu yang dapat dijadikan kayu gergajian untuk bangunan rumah dan
gedung disesuaikan dengan SNI 03-2445-1991, sesuai dengan SNI tersebut
spesifikasi ukuran panjang minimal yaitu 1 m. Serta dapat disesuaikan dengan
SNI 03-0675-1989 untuk spesifikasi ukuran kusen pintu kayu, kusen jendela kayu,
daun pintu kayu dan daun jendela kayu untuk bangunan rumah dan gedung, sesuai
SNI tersebut spesifikasi ukuran panjang minimal yaitu 0,8 m.

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume Kayu Tebangan dan Faktor Eksploitasi
Kegiatan penebangan yang baik adalah yang tidak menyisakan limbah
pemanenan. Pengukuran terhadap volume kayu tebangan adalah suatu kegiatan
untuk dapat memprediksi besaran limbah yang tertinggal di lokasi penebangan.
Volume log yang diharapkan termanfaatkan, volume log termanfaatkan, dan
faktor eksploitasi dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Volume log yang diharapkan termanfaatkan dan volume log yang
termanfaatkan

No.

Volume
Diharapkan
Termanfaatka
n (Vph)

Jenis
Meranti Merah
1
(Shorea leprosula)
186.5
Meranti Cengkawang
(Shorea parvifolia)
2
104.15
Meranti Sepat
3 (Shorea palembanica)
149.52
Meranti Kulit Buaya
4
(Shorea platycladus)
63.18
Meranti Batu
(Hopea mengarawan)
5
104.63
Jumlah
607.98
Sumber : data primer penelitian (2009).

Volume
Termanfaatkan
(Vp)

Kelas
kuat

Kelas
Awet
Fe

III-IV

III

138.2

0.74
III-V

III

83.67

0.80
III-V

IV

97.81

0.65
II

II

II-I

II

44.73

0.71

83.73
448.14

Tabel 3 menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara volume log yang
diharapkan termanfaatkan dengan volume log yang termanfaatkan. Volume log
yang termanfaatkan diperoleh dari pengukuran volume log yang diangkut ke TPn,
dengan asumsi volume log tersebut termanfaatkan. Sedangkan untuk volume log
yang diharapkan termanfaatkan adalah volume log yang diharapkan dapat
termanfaatkan secara keseluruhan tanpa adanya limbah.

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

0.80

Rata-rata Fe yang diperoleh adalah 0,74 dengan Fe terbesar diperoleh dari
jenis meranti cengkawang dan meranti batu yaitu sebesar 0,80. Sedangkan untuk
nilai Fe terkecil diperoleh dari jenis meranti sepat yaitu sebesar 0,65. Berdasarkan
Widiyanti (2005) bahwa besarnya nilai Fe menunjukkan melalui sistem
pemanenan yang ada seberapa besar kayu yang dapat dimanfaatkan, setelah
mempertimbangkan kondisi topografi lapangan. Nilai Fe yang rendah dapat
mengindikasikan bahwa semakin banyak volume pohon yang seharusnya
termanfaatkan menjadi limbah pemanenan. Semakin tinggi nilai Fe maka akan
semakin baik. Karena kondisi ini mengindikasikan semakin minimnya limbah
kayu yang dihasilkan.

Hasil nilai Fe yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 0,74
menunjukkan nilai Fe yang lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan Widiyanti (2005) di areal PT. Inanta Timber yaitu sebesar 0,85.
Perbedaaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan kondisi topografi lapangan.
Demikian juga nilai Fe yang diperoleh pada penelitian ini lebih rendah
dibandingkan dengan penelitian Elias (2002) dalam Widiyanti (2005) yang
dilakukan di areal PT. Kiani Lestari yaitu sebesar 0,90. Besarnya faktor
eksploitasi yang diperoleh pada penelitian tersebut dapat disebabkan oleh kondisi
topografi lapangan yang mudah serta sistem pengelolaannya sebagai HPHTI.

Menurut Elias (2002) dalam Widiyanti (2005), besarnya Fe pada dasarnya
ditentukan oleh adanya 2 faktor dominan, yaitu:

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

1. Efisiensi pemanenan kayu
Efisiensi pemanenan kayu terutama sekali dipengaruhi oleh sistem dan teknik
kegiatan pemanenan kayu. Teknik pemanenan kayu tidak terlepas dari tahapan
penebangan yang merupakan komponen dari kegiatan pemanenan kayu, dan
tidak terlepas dari kegiatan penentuan arah rebah pohon, pelaksana
penebangan, pembagian batang, penyaradan, pengupasan dan pengangkutan.
Teknik penebangan yang baik, yang mengusahakan pembuatan arah rebah
yang tepat dan pembuatan teknik rebah yang serendah mungkin dapat
meminimalisasi tingkat kerusakan kayu di lokasi penebangan.
2. Kerusakan biologis
Kerusakan biologis merupakan salah satu hal yang paling banyak
menimbulkan masalah limbah pemanenan kayu setelah sistem dan teknik
pemanenan kayu yang kurang tepat.

Limbah Pemanenan Kayu
Menurut Sastrodimejo dan Simarmata (1978) dalam Muhdi (2006)
Limbah pemanenan adalah bagian pohon yang seharusnya dapat dimanfaatkan,
tetapi karena berbagai sebab terpaksa ditinggalkan di hutan. Besarnya limbah
tersebut dinyatakan dalam persentase antara volume bagian batang yang
ditinggalkan dengan volume seluruh batang yang diharapkan dapat dimanfaatkan.
Limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan juga berarti kayu sisa
yang tidak termanfaatkan lagi yang ditinggalkan pada lokasi penebangan. Artinya
kayu tersebut seharusnya dapat termanfaatkan namun karena ditinggalkan di
lokasi penebangan maka disebut limbah. Limbah pemanenan kayu merupakan

Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber,
2010.

suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemanenan kayu. Limbahlimbah yang diamati dan diukur pada lokasi penebangan adalah sisa-sisa kayu
yang tertinggal pada lokasi penebangan dengan dimensinya dapat dimanfaatkan.
Sedangkan untuk limbah dengan ukuran kecil tidak dilakukan pengamatan dan
pengukuran disebabkan sudah tidak dapat termanfaatkan lagi. Besarnya limbah
tersebut dinyatakan dalam persentase antara volume bagian batang yang
ditinggalkan dengan volume seluruh batang yang diharapkan dapat dimanfaatkan.
Besarnya persentase limbah pada lokasi penebangan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4. Persentase limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan berdasarkan
jenis
No.

Jenis Pohon

Meranti Merah
Meranti Cengkawang
Meranti Sepat
Meranti Kulit Buaya
Meranti Batu

Volume Log yang
diharapkanTermanfaatkan
(m3)
186,5
104,15
149,52
63,18
104,63

Volume
Limbah
(m3)
23,37
16,92
31,47
5,36
16,62

Persentase
Limbah
(%)
12,53
16,25
21,05
8,48
15,88

1
2
3
4
5

Total

607,98

93,74

14,84

Sumber : data primer penelitian (2009).
Hasil persentase limbah pemanenan yang terbesar diperoleh dari jenis
meranti sepat dengan nilai sebesar 21,05 % dan persentase terkecil diperoleh dari
jenis meranti kulit buaya yaitu sebesar 8,48 %. Rata-rata persentase limbah
pemanenan yang terdapat pada lokasi penebangan dalam bentuk batang adalah
sebesar 14,84 %. Persentase limbah yang diperoleh pada penelitian ini lebih kecil
diban