Perbandingan Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Penerapan Program Corporate Social Responsibilities (Studi Kasus pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S-1

FAKULTAS EKONOMI DEPARTEMEN AKUNTANSI

SKRIPSI

PERBANDINGAN PROFITABILITAS SEBELUM DAN

SESUDAH PENERAPAN PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITIES

(Studi Kasus pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan)

OLEH:

NAMA : NURFADILLAH UMMI

NIM : 060503004

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah satu syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Perbandingan Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Penerapan Program

Corporate Social Responsibilities (Studi Kasus pada PT. Pelabuhan Indonesia

I Medan.

Adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 19 Februari 2010 Yang membuat pernyataan

Nurfadillah Ummi NIM : 060503004


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur diucapkan kepada Allah Subhanallahu Wa Ta'ala, karena berkat rahmat, hidayah, dan petunjukNya yang selalu memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Penerapan Corporate Social Responsibilities Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materil yaitu :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, Msi., Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. M Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing

yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak, selaku dosen pembanding / penguji I dan Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak,selaku dosen pembanding/ penguji II.


(4)

5. Bapak Drs. Rustam, Msi, Ak., selaku dosen wali penulis, seluruh dosen Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan nasihat pada penulis selama masa perkuliahan, serta seluruh Staff dan Pegawai Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Staff dan Pegawai PT. Pelabuhan Indonesia I Medan yang memberikan izin dan data bagi penulis untuk melaksanakan penelitian. 7. Kedua orang tua yang paling saya sayangi dan selalu ingin saya

bahagiakan, Ayahanda Drs. H. Zulfahri, MM dan Ibunda Hj. Nilmawati, yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan, motivasi, dan doa yang diberikan kepada penulis.

8. Abang saya yang tercinta Ahmad Fahmi Nirwansyah, SE. dan adik saya yang tersayang Nasrin Nabila, yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi saya, serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 19 Februari 2010 Penulis,

Nurfadillah Ummi NIM : 060503004


(5)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang ada atau tidaknya perbedaan profitabilitas sebelum dan sesudah penerapan Program Corporate Social Responsibilities (CSR) pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Data yang digunakan adalah laporan keuangan, khususnya Neraca dan Laporan Laba Rugi, lima tahun sebelum penerapan Program CSR (tahun 1998-2002) dan lima tahun sesudah penerapan Program CSR (tahun 2004-2008). Variabel untuk mengukur profitabilitas adalah Return On Asset (ROA). Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis Kolmogorov-Smirnov, dan uji t untuk dua sampel berpasangan.

Hasil dari uji t dua sampel berpasangan menghasilkan nilai Assymp Sig. (2-tailed) Profitabilitas Perusahaan adalah 0.005, sedangkan taraf nyata 0.05. Oleh karena itu, nilai Assymp Sig. (2-tailed) < 0.05, sehingga menunjukkan adanya perbedaan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Program CSR pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan. Perbedaan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Program CSR adalah sebesar 0.07480120 (7,48 %), dimana Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum penerapan Program CSR adalah 0.1853180 (18,53 %) dan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sesudah penerapan Program CSR adalah 0.1105168 (11,05 %).


(6)

ABSTRACT

The objective of this research is to get empirical evidence whether or not have differences in Profitability in PT. Pelabuhan Indonesia I Medan that is before and after Corporate Social Responsibilities (CSR) applied.

The kind of this research is comparative research. The data which is use to measure financial reporting, especially for Balance Sheet and Income Statement, is five years before applied Corporate Social Responsibilities (1998-2002) and five years after applied Corporate Social Responsibilities (2004-2008). Variable to measure profitability is Return On Asset (ROA). The analysis of the data used statistic analysis that is Kolmogorov-Smirnov and Paired T-Sample test.

The result of Paired T-Sample Test is the Assymp Sig. (2-tailed) of Profitability is 0.005 and probability 0.05 (Asymp.Sig (2-tailed) < probability), it shows that Corporate Profitability have differences before and after Corporate Social Responsibilities is applied in PT. Pelabuhan Indonesia I Medan. The differences of Profitability is 0.07480120 (7,48 %), which before applied Corporate Social Responsibilities is 0.1853180 (18,53%) and after applied Corporate Social Responsibilities is 0.1105168 (11,05%).


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 9. Latar Belakang Masalah ... 1

10.Batasan Penelitian ... 6

11.Perumusan Masalah ... 6

12.Tujuan Penelitian ... 6

13.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Corporate Social Responsibilities... 8

1. Pengertian Corporate Social Responsibilities ... 8

2. Komponen Utama CSR ... 9

3. Faktor yang Mempengaruhi CSR ... 11

4. Tahapan Penerapan CSR ... 12

5. Ukuran Keberhasilan Program CSR ... 15

6. Jenis-Jenis Perusahaan Berdasarkan Karakteristik Tanggung Jawab Perusahaan ...16


(8)

7. Manfaat Kegiatan CSR ... 17

8. Hambatan/Tantangan Penerapan Program CSR ... 19

9. Penerapan CSR pada BUMN ... 19

B. Profitabilitas Perusahaan... 24

1. Pengertain Profitabilitas ... 24

2. Metode Perhitungan Profitabilitas Perusahaan ... 25

3. Return on Assets (ROA) ... 27

C. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 29

1. Kerangka Konseptual ... 29

2. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 32

C. Jenis dan Sumber Data ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Variabel Penelitian ... 34

F. Definisi Operasional ... 35

G. Metode Analisis Data ... 36

1.Uji Asumsi Klasik ... 36

2.Uji Hipotesis ... 37

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. ... Data Penelitian ... 39


(9)

a. Sejarah Perusahaan ... 39

b. Visi dan Misi Perusahaan ... 40

c. Kebijakan Perusahaan ... 42

d. Sasaran dan Strategi Perusahaan ... 42

e. Kegiatan Usaha ... 46

f. Penataan dan Pengembangan Pelabuhan... 49

g. Prospek Bisnis Perusahaan ... 52

h. Penghargaan dan Sertifikat ... 54

i. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas ... 55

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

a. Kebijakan Program CSR di Perusahaan ... 69

b. Profitabilitas Perusahaan ... 75

B. Analisis Hasil Penelitian ... 76

1. Hasil Analisis ... 76

2. Pembahasan Hasil Analisis Statistik ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Keterbatasan Penelitian ... 88

C. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual………30 Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Bidang KBL…………..………69


(11)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 2.1 : Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29

Tabel 3.1 : Definisi Operasional ... 36

Tabel 4.1 : Realisasi Program Kemitraan ... 72

Tabel 4.2 : Realisasi Program Bina Lingkungan ... 73

Tabel 4.3 : Realisasi Program Bantuan Sosial (CSR) ... 74

Tabel 4.4 : Profitabilitas Sebelum Penerapan Program CSR ... 75

Tabel 4.5 : Profitabilitas Sesudah Penerapan Program CSR ... 76

Tabel 4.6 : Test of Normality Kolmogorov – Smirnov (α=5%) ... 76

Tabel 4.7 : Hasil Uji Hipotesis Paired SampleT-test... 77

Tabel 4.8 : Laba Bersih, Total Aktiva, dan ROA... 79

Tabel 4.9 : Pendapatan, Biaya Operasi, dan Biaya Umum... 82

Tabel 4.10 : Tingkat Kolektibilitas Dana Pinjaman ... 85


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

Lampiran i : Surat Balasan Riset PT (Persero) Pelindo I ………..92 Lampiran ii : Struktur Organisasi Perusahaan …………..………..……93 Lampiran iii : Laporan Laba Rugi dan Neraca tahun 1998-2002 ..……..94 Lampiran iv : Laporan Laba Rugi dan Neraca tahun 2004-2008 ..……..99 Lampiran v : Laporan Realisasi PKBL Tahun 2004-2008………103 Lampiran vi : Hasil Analisis SPSS Paired Sample T-Test ………106 Lampiran vii : Tabel t dengan Signifikansi 5 % ………...……108


(13)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang ada atau tidaknya perbedaan profitabilitas sebelum dan sesudah penerapan Program Corporate Social Responsibilities (CSR) pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Data yang digunakan adalah laporan keuangan, khususnya Neraca dan Laporan Laba Rugi, lima tahun sebelum penerapan Program CSR (tahun 1998-2002) dan lima tahun sesudah penerapan Program CSR (tahun 2004-2008). Variabel untuk mengukur profitabilitas adalah Return On Asset (ROA). Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis Kolmogorov-Smirnov, dan uji t untuk dua sampel berpasangan.

Hasil dari uji t dua sampel berpasangan menghasilkan nilai Assymp Sig. (2-tailed) Profitabilitas Perusahaan adalah 0.005, sedangkan taraf nyata 0.05. Oleh karena itu, nilai Assymp Sig. (2-tailed) < 0.05, sehingga menunjukkan adanya perbedaan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Program CSR pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan. Perbedaan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Program CSR adalah sebesar 0.07480120 (7,48 %), dimana Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum penerapan Program CSR adalah 0.1853180 (18,53 %) dan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sesudah penerapan Program CSR adalah 0.1105168 (11,05 %).


(14)

ABSTRACT

The objective of this research is to get empirical evidence whether or not have differences in Profitability in PT. Pelabuhan Indonesia I Medan that is before and after Corporate Social Responsibilities (CSR) applied.

The kind of this research is comparative research. The data which is use to measure financial reporting, especially for Balance Sheet and Income Statement, is five years before applied Corporate Social Responsibilities (1998-2002) and five years after applied Corporate Social Responsibilities (2004-2008). Variable to measure profitability is Return On Asset (ROA). The analysis of the data used statistic analysis that is Kolmogorov-Smirnov and Paired T-Sample test.

The result of Paired T-Sample Test is the Assymp Sig. (2-tailed) of Profitability is 0.005 and probability 0.05 (Asymp.Sig (2-tailed) < probability), it shows that Corporate Profitability have differences before and after Corporate Social Responsibilities is applied in PT. Pelabuhan Indonesia I Medan. The differences of Profitability is 0.07480120 (7,48 %), which before applied Corporate Social Responsibilities is 0.1853180 (18,53%) and after applied Corporate Social Responsibilities is 0.1105168 (11,05%).


(15)

BAB I PENDAHULUAN

14.Latar Belakang Masalah

Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan filterisasi terhadap dunia usaha yg tengah berkembang di masyarakat. Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya dengan semakin bertanggungjawab.

Seiring dengan hal tersebut, dunia usaha pun semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja, yaitu untuk mencari profit. Perusahaan juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Oleh karena itu, lahirlah konsep Corporate Social Responsibility (CSR). CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines, yaitu: Profit (keuntungan), People (masyarakat) dan Planet (lingkungan).

CSR dimaksudkan untuk mendorong dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh atau berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya dunia usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan (sustainability) untuk memperoleh manfaat


(16)

ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha. Artinya, CSR bukan lagi dillihat sebagai sentra biaya (cost center), melainkan sebagai sentra laba (profit center) di masa mendatang.

Kesadaran tentang pentingnya CSR ini menjadi tren seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk yang ramah lingkungan. Di samping itu, beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini juga ikut menyadarkan akan arti penting penerapan CSR, sebagai contoh kasus PT. Freeport Indonesia di Papua, kasus TPST Baojong di Bogor, kasus PT. Newmont di Buyat, dan kasus PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo. Kasus tersebut tentu saja mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan secara khusus, maupun masyarakat pada umumnya.

Upaya perusahaan untuk meningkatkan peran mereka dalam pembangunan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan membutuhkan sinergi multi pihak yang solid dan baik, yaitu kemitraan antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat, yang disebut dengan Kemitraan Tripartit. Peraturan perundangan diperlukan sebagai dasar perusahaan untuk melakukan kegiatan CSR. Peraturan tersebut terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, khususnya dalam pasal 74, yang mewajibkan perseroan menganggarkan dana pelaksanaan tanggung jawab sosial yang diakui dan diperhitungkan sebagai Biaya Perseroan. Peraturan pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial selanjutnya akan diatur dalam peraturan pemerintah.

BUMN adalah institusi bisnis pemerintah yang dituntut untuk dapat menghasilkan laba sebagaimana layaknya perusahaan lain. Namun di sisi lain,


(17)

BUMN juga dituntut untuk berfungsi sebagai alat pembangunan nasional dan berperan sebagai institusi sosial. CSR merupakan hal yang mandatory bagi BUMN, dimana peraturannya dituangkan dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-236/MBU/2003 pada 17 Juni 2003, yang mengikat BUMN untuk menyelenggarakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Keputusan tersebut disempurnakan dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I merupakan salah satu BUMN yang melaksanakan kegiatan di bidang Pelayanan Jasa Kepelabuhanan. Saat ini PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I mengelola lima belas Cabang Pelabuhan, sebelas Pelabuhan Perwakilan, dan empat Unit Usaha Lainnya yang meliputi Unit Terminal Peti Kemas, Rumah Sakit Pelabuhan Medan, Unit Galangan Kapal serta Unit Depo Peti Kemas. Wilayah kerja PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I meliputi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau. Secara geografis, letaknya sangat strategis karena berada di jalur perdagangan internasional.

Sebelum penerapan Program CSR, banyak terjadi kasus yang berhubungan dengan masyarakat sekitar perusahaan. Ada beberapa kasus pencemaran lingkungan yang terjadi pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I, diantaranya adalah Pelabuhan Batam dan Belawan. Kasus pencemaran laut yang terjadi disebabkan oleh limbah dari kapal-kapal yang singgah maupun limbah dari perusahaan yang beroperasi di kawasan pelabuhan. Limbah tersebut dibuang ke


(18)

laut secara sembarangan tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan rusaknya ekosistem dan biota laut, serta berbagai penyakit yang timbul dan berdampak buruk bagi penduduk sekitar. Selain itu, terdapat pula kasus penyimpangan patok areal tanah, dimana PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I dianggap telah menguasai lahan di wilayah Belawan, bahkan telah merusak jalur hijau yang seharusnya dipertahankan. Pertentangan antara masyarakat dan perusahaan pun terjadi. Hal tersebut dipicu karena kurangnya perhatian perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungannya. Perusahaan akhirnya menerima keluhan masyarakat dan mengevaluasi diri, kemudian memutuskan untuk mengubah paradigma perusahaan dengan lebih memperhatikan lingkungan, yaitu melalui Program CSR. Program CSR yang dijalankan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I berupa Penyaluran Pinjaman, Penyaluran Dana Hibah, Program Bina Lingkungan, Dana pendidikan, dan Bantuan Kemanusiaan lainnya. Program tersebut diutamakan untuk masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan.

Setelah penerapan Program CSR, keadaan hubungan sosial perusahaan mulai berubah. Pertentangan dengan masyarakat sekitar mulai berkurang dan telah dibuat fasilitas pengolahan limbah, sehingga pencemaran lingkungan pun dapat berkurang. Hal ini berarti bahwa nilai perusahaan (corporate value) telah meningkat di mata masyarakat. Perusahaan telah berupaya memperhatikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya, terutama kualitas pelayanan dan kesehatan lingkungan hidup.

Penelitian tentang penerapan Program CSR dan bagaimana pengaruhnya terhadap Profitabilitas perusahaan telah banyak dilakukan oleh para peneliti


(19)

sebelumnya. Namun ada dua penelitian yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hasil penelitian Chatrine (2008) menunjukkan bahwa program CSR dan Profitabilitas Perusahaan tidak berhubungan secara nyata atau program CSR tidak berdampak langsung terhadap perusahaan. Sedangkan hasil penelitian Tresnawati (2008) menunjukkan bahwa Program Corporate Social Responsibility membawa pengaruh yang positif terhadap Profitabilitas Perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan Profitabilitas setelah diterapkannya Program CSR.

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali apakah penerapan Program CSR dapat menimbulkan perbedaan tingkat Profitabilitas perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan Tresnawati (2008). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain:

1. Pada penelitian sebelumnya, penelitian dilakukan di PT. Telkom Bandung. Sedangkan penelitian ini dilakukan di PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.

2. Pada penelitian sebelumnya menggunakan laporan keuangan tahun 1997-2006. Sedangkan penelitian ini menggunakan laporan keuangan tahun 1998-2008, dimana tahun 2003 merupakan cut-off atau tahun pembatas.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas tentang bagaimana penerapan program CSR yang selama ini telah dilaksanakan oleh PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I dan seberapa besar perbedaan Tingkat Profitabilitas yang dicapai perusahaan dalam skripsi yang berjudul


(20)

''Perbandingan Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Penerapan Program

Corporate Social Responsibilities (Studi Kasus pada PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia I)''.

15.Batasan Penelitian

Penelitian ini memberikan batasan masalah sebagai berikut:

10. Penelitian ini difokuskan pada Tingkat Profitabilitas perusahaan selama lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I menerapkan Program CSR.

11. Rasio Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rasio Return On Asset (ROA).

16.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan dari latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan Tingkat Profitabilitas antara sebelum dan sesudah penerapan Program CSR pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I?”

17.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan Tingkat Profitabilitas antara sebelum dan sesudah penerapan Program CSR pada PT (Persero)


(21)

Pelabuhan Indonesia I.

18.Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain :

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan wawasan dan memberikan pemahaman mendalam yang berkaitan dengan Program CSR serta seberapa besar perbedaan Tingkat Profitabilitas yang dicapai perusahaan antara sebelum dan sesudah penerapan Program CSR.

4. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan referensi akan pendalaman tentang CSR itu sendiri dan untuk mengetahui pengaruh yang dapat ditimbulkan atas pelaksanaan program CSR terhadap Profitabilitas perusahaan.

5. Bagi akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

19.Corporate Social Responsibilities (CSR)

B. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibilities merupakan suatu elemen penting dalam kerangka keberlanjutan perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial budaya. Sebuah organisasi dunia World Bisnis Council for Sustainable Development (WBCSD) yang dikutip oleh Wibisono (2007:7), mendefenisikan CSR sebagai berikut :

CSR adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam ekonomi pembangunan berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan komunitas secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.

Dari defenisi di atas, dapat dikatakan bahwa CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi binsis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (Stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Bila kita telaah lebih dalam, CSR dapat dikatakan sebagai tabungan masa depan bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh bukan sekedar bentuk finansial melainkan rasa kepercayaan dari masyarakat sekitar dan stakeholders lainnya terhadap perusahaan. Kepercayaan inilah yang sebenarnya menjadi modal dasar agar perusahaan dapat terus melakukan aktivitasnya.


(23)

CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf pekerjaannya beserta seluruh keluarga. CSR merupakan cara perusahaan untuk mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas. Hubungan mutualisme dapat diwujudkan sehingga tidak hanya perusahaan yang akan beruntung karena tujuan utamanya tercapai, yaitu untuk mendapatkan profit. Namun, masyarakat serta lingkungan juga mendapat manfaat akan keberadaan perusahaan, sehingga masyarakat serta lingkungan bersedia menerima perusahaan bahkan ikut menjaga terjaminnya keberlanjutan hidup perusahaan.

H. Komponen Utama CSR

Menurut Wibisono (2007:134), CSR terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu :

j. Perlindungan lingkungan

Organisasi lingkungan memiliki peranan sebagai wadah kontrol sosial yang fokus terhadap pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan hidup. Program perlindungan lingkungan ini berfungsi agar perusahaan dapat menjalankan kegiatan usahanya dengan berwawasan lingkungan. Contohnya: pengolahan limbah.

k. Perlindungan dan jaminan karyawan

Karyawan merupakan faktor penting bagi perusahaan. Apabila perusahaan dapat bersinergi dengan serikat pekerja, maka hampir dapat dipastikan bahwa


(24)

kinerja karyawan akan positif. Contohnya: pelatihan/kemajuan karir. l. Interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat

Masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dapat mempengaruhi arah dan kebijakan sebuah perusahaan. Peran masyarakat menjadi penting karena masyarakat merupakan salah satu bagian dari komponen stakeholder perusahaan. Contohya: memperkerjakan tenaga lokal.

m. Kepemimpinan dan pemegang saham

Pemegang saham merupakan pihak yang sangat berkuasa dalam perusahaan. Para direksi maupun manajer yang diangkat dalam RUPS harus mengetahui keinginan dari para pemegang saham dan memberikan informasi secara transparan mengenai keadaan perusahaan. Contohnya: semua informasi tentang program atau kegiatan yang dijalankan perusahaan dapat melibatkan pemegang saham dalam hal-hal yang bersifat non-finansial.

n. Penanganan pelanggan/produk

Menciptakan hubungan baik dengan pelanggan akan memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Jika pelanggan mendapatkan kepuasan dari perusahaan, bisnis akan terus bergulir dengan adanya repeat order dari pelanggan. Contohnya: keterlibatan pelanggan dalam pengembangan produk.

o. Pemasok (supplier)

Pemasok merupakan pihak yang menguasai jaringan distribusi. Hubungan yang baik dengan pemasok menguntungkan perusahaan karena pemasok telah mengetahui keinginan perusahaan dan akan memenuhinya sesuai dengan keinginan pelanggan. Contohnya: komunikasi dengan pemasok.


(25)

p. Komunikasi dan laporan

Komunikasi dan pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi, baik bagi stakeholder maupun shareholder. Sistem informasi ini diperlukan baik dalam proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Contohnya: memasukkan data kontribusi sosial ke dalam laporan tahunan.

c. Faktor yang mempengaruhi CSR

Menurut Chatrine (2008), pada umumnya implementasi CSR di perusahaan dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :

3. Komitmen pimpinan perusahaan

Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dengan masalah sosial tidak akan memperdulikan aktivitas sosial. Perusahaan secara keseluruhan sebaiknya meyakini bahwa CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan usaha. Dengan kata lain, CSR bukan lagi dilihat dari sentra biaya (cost center) melainkan sentra laba (profit center) di masa mendatang. Dengan demikian, CSR bukan lagi sekedar aktivitas sampingan atau suatu hal yang dapat dikorbankan demi mencapai efisiensi. Namun, CSR telah menjadi bagian penting dalam perusahaan, dimana CSR jika disikapi secara strategis dapat digunakan untuk memperbaiki konteks kompetitif perusahaan yang berupa kualitas lingkungan bisnis tempat perusahaan beroperasi.

4. Ukuran dan kematangan perusahaan


(26)

memberikan kontribusi daripada perusahaan kecil dan belum mapan. CSR adalah wujud kesadaran perusahaan yang merupakan bagian dari masyarakat, dimana sebaiknya antara perusahaan dan masyarakat memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme sehingga tercipta harmonisasi hubungan bahkan meningkatkan citra dan performa perusahaan.

5. Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur oleh pemerintah

Regulasi dan penataan sistem pajak yang kacau akan memperkecil ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada masyarakat. Peran aktif pemerintah sangat diperlukan sehingga perusahaan dapat menjadi penolong dalam mengatasi masalah sosial yang ada di negara ini. Bisa dipastikan pemerintah tidak akan sanggup mengatasi berbagai permasalahan sosial secara sepihak. Untuk itu, sekecil apapun kedermawanan yang diberikan oleh perusahaan akan sangat besar artinya bagi pemerintah maupun masyarakat. Jika sistem regulasi kondusif dan insentif pajak semakin besar diberikan akan lebih berpotensi dalam memberikan semangat pada perusahaan untuk berkontribusi pada masyarakat.

C. Tahapan penerapan CSR

Dalam melaksanakan CSR, perlu dibuat suatu perencanaan matang yang menyeluruh dan dapat dijalankan secara matematis. Menurut Umar (2003:349), Program jangka panjang suatu perusahaan diturunkan dari perencanaan jangka menengah dan jangka pendek. Program CSR merupakan perencanaan jangka panjang perusahaan dengan tujuan agar perusahaan dapat sustainable di dunia


(27)

usaha. Untuk mendukung perencanaan jangka panjang perusahaan perlu dibuat program-program yang mendukung pencapaian dari tujuan tersebut. Melaksanakan program CSR membutuhkan langkah-langkah pembentukan dan persiapan hingga akhirnya dapat dilaksanakan. Menurut Rahendrawan (2006), ada beberapa langkah persiapan dan penerapan CSR, yaitu :

D. Perencanaan CSR, yang terdiri dari:

C. mempersiapkan target dan tujuan dari pelaksanaan CSR untuk perusahaan

D. mempersiapkan alat ukur kinerja dan alat ukur status dari CSR

E. mengidentifikasi inovasi dan/atau intervensi terhadap sistem yang sedang diterapkan

F. mengidentifikasi masalah CSR yang relevan dengan kegiatan operasional perusahaan

G. mengidentifikasi tingkat kesiapan pelaksanaan CSR, baik dengan unit organisasi dan/atau dari kematangan CSR itu sendiri

H. menentukan daerah operasi perusahaan yang akan diterapkan CSR di dalamnya

I. mengidentifikasi stakeholders perusahaan, dan melibatkan pihak-pihak yang relevan dalam merancang CSR

J. mempersiapkan program-program dari CSR E. Persiapan aktivitas CSR, yang terdiri dari:

C. proses pengambilan keputusan dan pengesahan program-program CSR D. memanajemen perubahan dan inovasi-inovasi yang dibutuhkan


(28)

E. organisasi program-program CSR, baik internal maupun eksternal F. sumber daya internal dari perusahaan (sumber daya manusia, modal,

dll)

F. Pengimplementasian CSR, yang terdiri dari:

C. menghubungkan program-program CSR dengan para stakeholders, yang keterlibatannya akan ditentukan berdasarkan kondisi, prioritas, dan anggaran perusahaan

D. mengimplementasikan program

E. person(s) in charge, orang yang memimpin pelaksanaan program CSR G. Evaluasi, yang terdiri dari:

C. metode pengawasan dan perangkatnya D. metode evaluasi dan perangkatnya

E. mekanisme pengembangan terus menerus

F. person(s) in charge, orang yang ditugaskan untuk memimpin jalannya evaluasi

H. Pelaporan, yang terdiri dari:

C. mekanisme dan sistem pelaporan internal dan eksternal D. komunikasi internal dan sistem koordinasi

E. sistem komunikasi eksternal F. laporan verifikasi


(29)

C. Ukuran Keberhasilan Program CSR

Menurut Wibisono (2007:145), untuk melihat sejauh mana efektivitas program CSR, diperlukan parameter atau indikator untuk mengukurnya. Setidaknya, ada dua indikator keberhasilan yang dapat digunakan, yaitu:

a. Indikator Internal 1) Ukuran Primer

a) Minimize, yaitu meminimalkan perselisihan, konflik, atau potensi konflik antara perusahaan dengan masyarakat dengan harapan terwujudnya hubungan yang harmonis dan kondusif.

b) Asset, yaitu aset perusahaan yang terdiri dari pemilik, pemimpin perusahaan, karyawan, pabrik, dan fasilitas pendukungnya terjaga dan terpelihara dengan aman.

c) Operational, yaitu seluruh kegiatan perusahaan berjalan aman dan lancar.

2) Ukuran Sekunder

a) Tingkat penyaluran dan kolektibilitas (umumnya untuk PKBL BUMN).

b)Tingkat complience pada aturan yang berlaku. b. Indikator Eksternal

1) Indikator Ekonomi

3. Tingkat pertambahan kualitas sarana dan prasarana umum. 4. Tingkat peningkatan kemandirian masyarakat secara ekonomis. 5. Tingkat peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat secara


(30)

berkelanjutan. 2) Indikator Sosial

1. Frekuensi terjadinya gejolak atau konflik sosial

2. Tingkat kualitas hubungan sosial antara perusahaan dengan masyarakat.

3. Tingkat kepuasan masyarakat.

6. Jenis-jenis perusahaan berdasarkan karakteristik tanggung jawab perusahaan

Klasifikasi konseptual CSR dikemukakan oleh Carol (1991) dalam Chatrine (2008), memberikan karakteristik tanggung jawab perusahaan yang didasarkan pada empat tipe perusahaan sebagai berikut :

a. tipe perusahaan reaktif (reactive), dengan karakteristik sebagai berikut : 1) tidak adanya dukungan dari manajemen

2) manajemen merasa entitas sosial itu tidak penting

3) tidak adanya laporan tentang lingkungan sosial perusahaan

4) tidak adanya dukunga pelatihan tentang entitas sosial kepada karyawan b. tipe perusahaan defensif (defensive), dengan karakteristik sebagai berikut :

1) isu lingkungan hanya diperhatikan jika dipandang perlu

2) sikap perusahaan tergantung pada kebijakan pemerintah tentang dampak lingkungan yang harus dilaporkan

3) sebagian kecil karyawan mendapat dukungan untuk mengikuti pelatihan tentang lingkungan sosial perusahaan


(31)

c. tipe perusahaan akomodatif (accomodative), dengan karakteristik sebagai berikut:

1) terdapatnya beberapa kebijakan top management tentang lingkungan sosial

2) kegiatan akuntansi sosial dilaporkan, baik secara internal maupun eksternal

3) terdapat beberapa karyawan yang mendapat dukungan untuk mengikuti pelatihan tentang lingkungan sosial perusahaan

d. tipe perusahaan proaktif (proactive), dengan karakteristik sebagai berikut : 1) top management mendukung sepenuhnya mengenai isu-isu lingkungan

sosial perusahaan

2) kegiatan akuntansi sosial dilaporkan, baik secara internal maupun eksternal

3) karyawan memperoleh pelatihan secara berkesinambungan tentang akuntansi dan lingkungan sosial perusahaan

7. Manfaat kegiatan CSR

Menurut Rogovsky (2000) dalam Wibisono (2007:131), ada berbagai macam manfaat yang dapat diperoleh apabila program CSR diterapkan oleh perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. manfaat bagi individu karyawan, yaitu : 1) belajar metode alternatif dari berbisnis


(32)

2) menghadapi tantangan pengembangan dan bisa berprestasi dalam lingkungan baru

3) mengembangkan keterampilan yang ada dan keterampilan baru

4) memperbaiki pengetahuan perusahaan atas komunitas lokal dan memberi kontribusi bagi komunitas lokal

5) mendapatkan persepsi baru atas bisnis b. manfaat bagi penerima program, yaitu :

1) mendapatkan keahlian dan keterampilan profesional yang tidak dimiliki organisasi atau tidak memiliki dana untuk mengadakannya 2) mendapatkan keterampilan manajemen yang membawa pendekatan

yang segar dan kreatif dalam memecahkan masalah

3) memperoleh pengalaman dari organisasi seperti menjalankan tugas c. manfaat bagi perusahaan, yaitu :

1) memperkaya kapabilitas karyawan yang telah menyelesaikan tugas bekerja sama dengan komunitas

2) peluang untuk menanamkan bantuan praktis pada komunitas 3) meningkatkan pengetahuan tentang komunitas lokal

4) meningkatkan citra dan profil perusahaan di masa masyarakat karena para karyawan menjadi duta besar bagi masyarakat.


(33)

8. Hambatan/tantangan penerapan program CSR

Menurut Rudito (2007:240), terdapat faktor penghambat/tantangan dalam menjalankan program CSR, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Kualitas sumber daya yang rendah. Dalam konteks ini, sumber daya yang tersedia kurang dapat memenuhi kebutuhan dari perusahaan. Di samping itu, pola hidup komunitas lokal sangat berbeda dengan pola hidup dari industri itu sendiri.

b. Jumlah staf yang kurang memadai. Ini merupakan dampak dari sumber daya lokal yang kurang memadai sedangkan perusahaan dituntut untuk mempekerjakan penduduk lokal sebagai konsekuensi dari keberadaan perusahaan di wilayah tersebut.

c. Kurangnya dukungan pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Hal ini terkait dengan sistem dan keadaan politik di daerah tersebut.

d. Perbedaan persepsi di pihak internal dan atau pihak eksternal perusahaan. Pihak internal tentu saja ingin memaksimalkan keuntungan. Dengan adanya Program CSR, tentu saja akan menambah biaya bagi perusahaan. Namun, program CSR harus tetap dijalankan karena menyangkut kepentingan pihak eksternal, seperti masyarakat sekitar.

9. Penerapan CSR pada BUMN

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional, disamping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan menghasilkan barang atau


(34)

jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan kemakmuran masyarakat. Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan perintis dalam sektor usaha yang belum diminati oleh swasta. Di samping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil atau koperasi. BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, deviden, hasil penerimaan lainnya. Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kegiatan usaha pada hampir seluruh sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri, perdagangan, dan konstruksi.

Sebagai institusi bisnis, BUMN dituntut untuk dapat menghasilkan laba sebagaimana layaknya perusahaan bisnis lainnya. Namun di sisi lain, pada saat yang bersamaan BUMN dituntut untuk berfungsi sebagai alat pembangunan nasional dan berperan sebagai institusi sosial. Peran sosial ini mengisyaratkan bukan saja pemilikan dan pengawasannya oleh publik, tetapi juga menggambarkan konsep public purpose (sasarannya adalah masyarakat) dan public interest (orientasinya pada kepentingan masyarakat).

Menurut Undang-Undang No.19 Tahun 2003, dikenal dua bentuk Badan Usaha Milik Negara, yaitu Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). Persero adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh negara, dan tujuan utamanya mencari keuntungan.


(35)

Sedangkan Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan jasa sekaligus mencari keuntungan.

Upaya perusahaan untuk meningkatkan peran mereka dalam pembangunan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan membutuhkan sinergi multi pihak yang solid dan baik, yaitu kemitraan antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat, yang disebut dengan Kemitraan Tripartit. Ketentuan perundangan diperlukan sebagai dasar perusahaan untuk melakukan kegiatan CSR, yaitu tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, khususnya dalam pasal 74, yang terbagi menjadi 4 ayat, yaitu:

Ayat (1) : Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

Ayat (2) : Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Ayat (3) : Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat (4) : Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.

Pembinaan usaha kecil oleh BUMN dilaksanakan sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero). Pada saat itu, biaya pembinaan usaha kecil dibebankan sebagai biaya perusahaan. Dengan terbitnya keputusan Menteri Keuangan


(36)

No.:1232/KMK.013/1989 tanggal 11 November 1989 tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui Badan Usaha Milik Negara, dana pembinaan disediakan dari penyisihan sebagian laba sebesar 1%-5% dari laba setelah pajak. Nama program saat itu lebih dikenal dengan Program Pegelkop.

Pada Tahun 1994, nama program diubah menjadi Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (Program PUKK) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.:316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara. Memperhatikan perkembangan ekonomi dan kebutuhan masyarakat, pedoman pembinaan usaha kecil tersebut beberapa kali mengalami penyesuaian, yaitu melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, dan terakhir melalui Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dalam bentuk pinjaman, baik untuk modal usaha maupun pembelian perangkat penunjang produksi agar usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri. Sementara Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat untuk tujuan memberikan manfaat kepada masyarakat di wilayah usaha BUMN yang bersangkutan. Dari perspektif bisnis, PKBL


(37)

merupakan wujud kepedulian sosial terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR).

Peraturan pelaksanaan program PKBL tertuang dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: Per-05/MBU/2007, terutama pasal 9 dan pasal 11, yaitu sebagai berikut:

Pasal 9 (1) Dana Program Kemitraan bersumber dari :

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen);

b. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional; c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada.

(2) Dana Program BL bersumber dari :

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen); b. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program BL.

(3) Besarnya dana Program Kemitraan dan Program BL yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh :

a. Menteri untuk Perum; b. RUPS untuk Persero;

(4) Dalam kondisi tertentu besarnya dana Program Kemitraan dan dana Program BL yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak dapat ditetapkan lain dengan persetujuan Menteri/RUPS.

(5) Dana Program Kemitraan dan Program BL yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), disetorkan ke rekening dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari setelah penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(6) Pembukuan dana Program Kemitraan dan Program BL dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina.

Pasal 11

(1) Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk :

a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan;

b. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan;


(38)

1) Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan;

2) Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan;

3) Beban Pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan Mitra Binan.

(2) Dana Program BL :

a. Dana Program BL yang tersedia setiap tahun terdiri dari saldo kas awal tahun, penerimaan dari alokasi laba yang terealisir, pendapatan bunga jasa giro dan/atau deposito yang terealisir serta pendapatan lainnya.

b. Setiap tahun berjalan sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari jumlah dana Program BL yang tersedia dapat disalurkan melalui Program BL BUMN Pembina.

c. Setiap tahun berjalan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah dana Program BL yang tersedia diperuntukkan bagi Program BL BUMN Peduli. d. Apabila pada akhir tahun terdapat sisa kas dana Program BL BUMN

Pembina dan BUMN Peduli, maka sisa kas tersebut menjadi saldo kas awal tahun dana Program BL tahun berikutnya.

e. Ruang lingkup bantuan Program BL BUMN Pembina : 1) Bantuan korban bencana alam;

2) Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan; 3) Bantuan peningkatan kesehatan;

4) Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum; 5) Bantuan sarana ibadah;

6) Bantuan pelestarian alam;

f. Ruang lingkup bantuan Program BL BUMN Peduli ditetapkan oleh Menteri.

B. Profitabilitas Perusahaan 1. Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas adalah suatu angka yang menunjukkan kemampuan suatu entitas usaha untuk menghasilkan laba. Profitabilitas merupakan hasil dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Menurut Gitman (2003:599). “Profitability is the relationship between revenues and cost generated by using the firm’s assets-both current and fixed-in productive activites”.


(39)

Menurut IAI, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, paragraf 17, menyatakan bahwa :

“Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Di samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya”.

Di dalam dunia usaha, perusahaan diharapkan untuk dapat menciptakan penghasilannya secara optimal. Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting, karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Para kreditur, pemilik perusahaan, dan terutama sekali pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan karena disadari benar pentingnya arti dari profit terhadap kelangsungan dan masa depan perusahaan.

Profitabilitas dapat diterapkan dengan menghitung berbagai tolak ukur yang relevan. Salah satu tolak ukurnya adalah dengan menggunakan rasio keuangan sebagai salah satu alat di dalam menganalisis kondisi keuangan hasil operasi dan tingkat Profitabilitas perusahaan.

2. Metode Perhitungan Profitabilitas Perusahaan

Van Horne dan Wachowicz (2005:222) mengemukakan rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis, yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya


(40)

dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan terdiri atas Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) dan Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin). Profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi terdiri atas Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) dan Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE).

Menurut Brigham dan Houston (2006:107–110), ada empat macam rasio profitabilitas (profitability ratio) yang dapat digunakan untuk menghitung tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Rasio ini akan menunjukkan kombinasi efek dari likuditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Rasio-rasio tersebut adalah sebagai berikut :

a. Rasio margin laba atas penjualan (Profit Margin on Sales) . Rasio ini mengukur jumlah laba bersih per nilai rupiah penjualan, yang diperoleh dengan cara membagi laba bersih dengan hasil penjualan.

b. Rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (Basic Earning Power

–BEP). Rasio ini mengindikasikan kemampuan dari aktiva-aktiva

perusahaan untuk menghasilkan laba operasi, yang diperoleh dengan cara membagi keuntungan sebelum beban bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva.

c. Rasio tingkat pengembalian total aktiva (Return on Assets-ROA). Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dimiliki. ROA diperoleh dengan cara membagi laba bersih dengan total aktiva.

d. Rasio tingkat ekuitas saham (Return on Equity-ROE). Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk


(41)

setiap rupiah modal dari pemilik, yang diperoleh dengan cara membagi laba bersih dengan total ekuitas saham.

3. Return on Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio untuk mengukur profitabilitas perusahaan, yaitu merupakan perbandingan antara laba bersih dengan rata-rata total aktiva. Dimana rata-rata total aktiva dapat diperoleh dari total aktiva awal tahun ditambah total aktiva akhir tahun dibagi dua. Menurut Syahyunan (2004:85), “Return on Assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan”.

Return on Assets bisa diperoleh dari Net Profit Margin dikalikan dengan Asset Turn Over. Asset Turn Over adalah penjualan bersih dibagi rata-rata total aktiva. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. Return on Asset (ROA) mengukur berapa persentase laba bersih terhadap total aktiva perusahaan tersebut.

Rumus Return on Assets (ROA) adalah:

Dengan mengetahui rasio ini, dapat dinilai apakah perusahaan telah efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan, karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk

ROA = ×

Aktiva Total

Bersih Laba


(42)

i. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Ada dua penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini, yaitu: a.Chatrine E.Y. Sitorus (2008)

Penelitian yang dilakukan oleh Chatrine berjudul “ Analisis terhadap Hubungan antara Program Corporate Social Resposibilities dengan Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus PT. Toba Pulp Lestari Tbk)”. Variabel independen yang digunakan adalah Program CSR, sedangkan variabel dependen adalah Profitabilitas Perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa program CSR dan Profitabilitas Perusahaan tidak berhubungan secara nyata. Meskipun koefisien korelasi menyatakan hubungan yang kuat antara Program CSR dengan Profitabilitas, namun disebabkan signifikansi yang nilainya terlalu besar, mengakibatkan hubungan tersebut tidak nyata atau tidak berdampak langsung terhadap perusahaan (hubungan negatif).

b. Rina Tresnawati (2008)

Penelitian yang dilakukan oleh Rina berjudul “Pengaruh Sebelum dan Setelah Penerapan Program Corporate Social Responsibility terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus terhadap PT. TELKOM). Variabel independen yang digunakan adalah Program CSR, sedangkan variabel dependen adalah Profitabilitas Perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Program Corporate Social Responsibility membawa pengaruh yang positif terhadap Profitabilitas Perusahaan. Hal


(43)

tersebut dapat dilihat dari peningkatan Profitabilitas setelah diterapkannya Program CSR yang didukung oleh pengujian hipotesis.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Metodologi

Penelitian Hasil Penelitian Chatrine E.Y. Sitorus (2008) Analisis Terhadap Hubungan Antara Program Corporate Social Responsibilities dengan Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus PT. Toba Pulp Lestari Tbk.) Program CSR sebagai variabel independen (X) dan Profitabilitas perusahaan sebagai variabel dependen (Y) Metode Penelitian Asosiatif yang menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan yang mengukur profitabilitas dengan rasio GPM dan ROA.

Metode analisis data menggunakan Korelasi Product Moment dan uji hipotesis. Program CSR dan Profitabilitas perusahaan tidak berhubungan secara nyata. Rina Tresnawati (2008) Pengaruh Sebelum dan Setelah Penerapan Corporate Social Responsibility terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus terhadap PT. Telkom) Program CSR sebagai variabel independen (X) dan Profitabilitas perusahaan sebagai variabel dependen (Y) Metode Penelitian Deskriptif yang menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan yang mengukur profitabilitas dengan rasio ROA. Metode analisis data menggunakan uji selisih rata-rata (uji beda). Terdapat pengaruh yang signifikan dengan diterapkannya program Corporate Social Responsibility terhadap Profitabilitas perusahaan.

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2010

D. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual


(44)

sesudah penerapan Program Corporate Social Responsibility. Variabel yang diukur yaitu Profitabilitas Perusahaan dan Program Corporate Social Responsibility. Profitabilitas Perusahaan diukur dengan Rasio Profitabilitas, yaitu menggunakan Rasio Return on Asset (ROA). Dalam hai ini, ROA yang diteliti berasal dari laporan keuangan Tahun 1998-2008. Sedangkan Program CSR diukur berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 dan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007. Hasil penelitian ini akan dapat menjawab apakah Tingkat Profitabilitas PT. Pelabuhan Indonesia I sesudah penerapan Program CSR mengalami peningkatan atau penurunan dibandingkan sebelum penerapan Program CSR.

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis, maka dapat dirumuskan kerangka konseptual sebagai berikut:

Sebelum: Sesudah:

dibandingkan

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Peneliti, 2010

Profitabilitas Perusahaan

Profitabilitas Perusahaan Program CSR


(45)

2. Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2008:49), “Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris, yang menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih.” Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Berdasarkan landasan teori dan kerangka

konseptual yang telah disusun, maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut:

“Terdapat perbedaaan Tingkat Profitabilitas antara sebelum dan sesudah penerapan program CSR pada PT. Pelabuhan Indonesia I”.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

20. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah Metode Penelitian Komparatif. Menurut Sugiyono (2006:11), “Penelitian Komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan antara dua variabel untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam kurun waktu yang berbeda.” Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan profitabilitas sebelum dan sesudah penerapan program CSR.

Jenis pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Studi Kasus. Dengan menggunakan metode ini, penelitian dilakukan secara lebih rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu, dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk kondisi dan lingkungan masa lalunya. Selanjutnya peneliti berusaha menemukan hubungan antara faktor-faktor tersebut.

C. Populasi dan Sampel

Menurut Erlina (2008:74), “Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data


(47)

Tingkat Profitabilitas PT. Pelabuhan Indonesia I.

Menurut Erlina (2008:75), “Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Sampel yang diambil untuk penelitian ini terdiri dari Sepuluh tahun yang terbagi atas dua kelompok, yaitu:

1. Kelompok I (Sebelum Penerapan CSR), yaitu Tingkat Profitabilitas PT. Pelabuhan Indonesia I tahun 1998-2002

2. Kelompok II (Sesudah Penerapan CSR), yaitu Tingkat Profitabilitas PT. Pelabuhan Indonesia I tahun 2004-2008

Dalam hal ini, tahun 2003 merupakan Cut-Off antara dua kelompok, karena tahun 2003 merupakan awal pelaksanaan Program CSR di PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I secara terstruktur. Cut-Off ini berfungsi sebagai pembatas untuk membedakan tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan dalam kurun waktu beberapa tahun yang dapat dipengaruhi oleh penerapan Program CSR.

D. Jenis dan Sumber Data

Data penelitian adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder. “Data Sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data” (Erlina, 2008:24). Data sekunder yang digunakan adalah data Laporan Keuangan Konsolidasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I, yaitu laporan keuangan tahun 1998-2008. selain itu, peneliti juga membutuhkan dokumen dan catatan lain yang berkenaan dengan


(48)

kegiatan CSR yang telah diterapkan perusahaan, sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, dan data kelengkapan lainnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data yang telah dikumpulkan sebelumnya dan telah menjadi dokumentasi.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:

1. Penelitian Lapangan (Field Research) adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian langsung pada objek yang hendak diteliti.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) adalah penelitian yang merupakan dasar atau landasan untuk digunakan dalam penelitian lapangan dan untuk mendapatkan data pendukung.

F. Variabel Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu “Perbandingan Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Penerapan Program Corporate Social Responsibilities”, maka terdapat 2 macam variabel yang menjadi atribut dalam penelitian yang dilakukan, yaitu :

1. Variabel Bebas (Independen), yaitu variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang


(49)

positif ataupun negatif bagi variabel dependen. Dalam hal ini, variabel independen adalah Program CSR (variabel x).

2. Variabel Terikat (Dependen), yaitu variabel yang dapat dipengaruhi oleh Variabel Independen. Dalam hal ini, Variabel Dependen adalah Profitabilitas Perusahaan (variabel y). Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio Return On Asset (ROA).

G. Definisi Operasional

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dan definisinya adalah sebagai berikut:

1. Program CSR adalah cara perusahaan utnuk mengatur proses usaha guna memproduksi dampak positif pada komunitas dan berdasarkan tiga prinsip dasar, yaitu Profit, People, dan Planet. Variabel ini menggunakan skala rasio, yang diukur berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 dan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007.

2. Profitabilitas Perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Variabel ini menggunakan skala rasio, yang diukur dengan Rasio Return On Asset (ROA). Cara pengukurannya adalah dengan rumus:

ROA = ×

Aktiva Total

Bersih Laba


(50)

Tabel 3.1 Definisi Operasional Jenis

Variabel

Definisi Indikator Pengukuran Independen

Program CSR (X)

Program CSR adalah cara perusahaan untuk mengatur proses usaha guna memproduksi dampak positif pada komunitas, yang berdasarkan tiga prinsip dasar, yaitu Profit, People, dan Planet.

Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 dan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 Rasio Dependen Profitabilitas Perusahaan (Y) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.

ROA = ×

Aktiva Total Bersih Laba 100% Rasio

Sumber : Hasil Olahan Peneliti,2010

H. Metode Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan pengujian hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik.

c) Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas data yang bertujuan untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data pada penelitian ini digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat α = 5%. Ketentuannya adalah sebagai berikut:


(51)

6. Distribusi data tidak normal jika Nilai Assymp Sig. (2-tailed) < 0,05 7. Distribusi data normal jika Nilai Assymp Sig (2-tailed) > 0,05

d) Uji Hipotesis

Pengujian Hipotesis dilakukan dengan menganalisis apakah terdapat perbedaan Tingkat Profitabilitas perusahaan antara sebelum dan sesudah diterapkannya Program CSR dengan menggunakan Uji Beda (Paired

SampleT-test). “Paired SampleT-test digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan

rata-rata dua sampel bebas yang berpasangan. Dua sampel yang dimaksud adalah sampel yang sama namun mengalami proses pengukuran maupun perlakuan yang berbeda” (Nugroho, 2005:29).

Hipotesis statistik yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya perbedaan profitabilitas perusahaan sebelum dan setelah penerapan program CSR, yaitu sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Program CSR.

Ha : Terdapat perbedaan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Program CSR.

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah sebagai berikut: Ha diterima jika : Nilai probabilitas Sig. (2-tailed) < 0,05


(52)

Ha ditolak jika : Nilai probabilitas Sig. (2-tailed) > 0,05 t-hitung < t-tabel

4) Jadwal dan Lokasi Penelitian

Untuk keperluan ini, penulis melakukan penelitian pada PT. Pelabuhan Indonesia I, Jl. Krakatau Ujung No. 100, Medan 20241. Waktu penelitian adalah selama Bulan Desember 2009 sampai dengan Bulan Januari 2010.


(53)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum PT Pelindo I a. Sejarah Perusahaan

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 1991 dengan akte Notaris Imas Fatimah SH No. 1 tanggal 1 Desember 1992 sebagaimana dimuat dalam Tambahan Berita Negara Rl No. 8612 Tahun 1994, beserta perubahan terakhir sebagaimana telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Rl tanggal 2 Januari 1999 Nomor 1. Nama lengkap perusahaan adalah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I disingkat PT. Pelabuhan I, berkantor pusat di Jalan Krakatau Ujung No. 100 Medan 20241, Sumatera Utara, Indonesia.

Pada masa penjajahan Belanda perseroan ini diberi nama ”Haven Badrift”. Selanjutnya setelah kemerdekaan Rl tahun 1945 s.d. 1950, perseroan berstatus sebagai Jawatan Pelabuhan. Pada tahun 1960 s.d. 1969, Jawatan Pelabuhan berubah menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan status Perusahaan Negara Pelabuhan disingkat dengan nama ”PN Pelabuhan”. Pada periode 1969 s.d. 1983, PN Pelabuhan berubah menjadi Lembaga Penguasa Pelabuhan dengan nama ”Badan Pengusahaan Pelabuhan” atau BPP. Pada tahun 1983, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1983 Badan Pengusahaan Pelabuhan diubah menjadi ”Perusahaan Umum Pelabuhan I” atau Perumpel I.Berdasarkan Peraturan


(54)

Pemerintah No. 56 Tahun 1991 Perumpel I berubah status menjadi ”PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I” yang berkedudukan dan berkantor pusat di Medan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 64 thn 2001 kedudukan, tugas dan kewenangan Menteri Keuangan selaku pemegang saham pada Persero/Perseroan Terbatas dialihkan kepada Menteri BUMN. Pembinaan Teknis operasional berada ditangan Departemen Perhubungan dan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

b. Visi dan Misi Perusahaan 1) Visi Perusahaan

Visi Perusahaan dirumuskan sebagai berikut: "Mewujudkan pelayanan kepelabuhanan berkualitas dan berada didalam jaringan transportasi laut global serta mampu memenuhi harapan stakeholder". Visi mengandung makna sebagai berikut :

I. Perusahaan berorientasi pasar, berdaya saing dan berdaya cipta tinggi serta memiliki core bussines dan core competence yang memberikan high added value.

J. Perusahaan memiliki ciri kemandirian, sehat, transparansi, memiliki sumber daya manusia yang professional.

K. Memiliki pelabuhan andalan yang tangguh dalam jaringan transportasi laut global.


(55)

L. Merupakan andalan dan kebanggaan masyarakat serta Pemerintahan Daerah dalam kepedulian terhadap lingkungan (community development).

2) Misi Perusahaan

Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang jasa kepelabuhanan, PT (Persero) Pelabuhanan Indonesia I mempunyai dua misi.yaitu corporate mission untuk memperoleh laba, dan port mission untuk mengembang wilayah didalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misi Perusahaan dirumuskan sebagai berikut: "Menyediakan jasa kepelabuhanan berkualitas yang berperan sebagai pusat logistik, memberikan nilai tambah, serta mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah".

Misi tersebut mengandung enam hal yang merupakan pondasi dalam mengelola perusahaan sabagai berikut:

4. Bisnis inti perusahaan adalah pengusahaan jasa kepelabuhanan.

5. Tujuan utama yang hendak dicapai adalah untuk memuaskan pelanggan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

6. Laba yang diperoleh dapat meningkatkan pertumbuhan usaha dan memberikan kontribusi kepada negara.

7. Kepuasan pelanggan dicapai melalui produk yang berkualitas.

8. Produk berkualitas dicapai melalui peningkatan dan pemberdayaan sumber daya manusia dan keandalan alat produksi.

9. Pengusahaan dan pengelolaan jasa kepelabuhanan dilaksanakan dalam kerangka Good Corporate Governance (GCG).


(56)

c. Kebijakan Perusahaan

Kebijakan perusahaan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Direksi sebagai pegangan manajemen dalam melaksanakan kegiatan usaha, yaitu :

1) Pengembangan kemitraan yang berfokus kepada nilai pelanggan (customer value) dan kepuasan pelanggan (customer satisfaction).

2) Pengalihan kegiatan yang bukan core bisnis menjadi anak perusahaan. 3) Penerapan sistem pentarifan yang berfokus kepada customer value,

customer satisfaction dan mendorong produktivitas kerja di Pelabuhan. 4) Pembangunan/pemeliharaan pelabuhan didasarkan pada rencana induk

pelabuhan, yang harus disesuaikan dengan perkembangan hinterland dan tuntutan teknologi.

5) Peningkatan pengendalian pelaksanaan Sispro dan pemenuhan kebutuhan fasilitas dan peralatan serta penerapan ISPS Code.

6) Perubahan struktur organisasi yang lebih terfokus pada kepentingan pelanggan.

7) Pengalihan sebagian wewenang Kantor Pusat kepada Cabang dengan maksud untuk meningkatkan otonomi Cabang.

d. Sasaran dan Strategi Perusahaan 1) Sasaran Perusahaan

Sasaran yang ditentukan di dalam RKAP Tahun 2009 pada dasarnya merupakan penjabaran dari sasaran-sasaran yang ditetapkan di dalam RJPP Tahun 2004-2008. Sasaran perusahaan pada tahun 2009 adalah :


(57)

a) Penerapan Good Corporate Governance yang konsisten

b) Optimalisasi fasilitas dan peralatan melalui penataan fisik dan penataan operasional

c) Rekonfigurasi Segmen Usaha dan Perbaikan Bisnis Proses d) Penataan Financing System untuk pendanaan investasi strategik

e) Laba sebelum pajak serta total aktiva maupun passiva diharapkan lebih meningkat dari tahun yang sebelumnya.

f) Tingkat Kesehatan Perusahaan berada pada kondisi “Sehat” dengan predikat “AAA”

2) Strategi Perusahaan

Upaya mencapai sasaran perusahaan sebagaimana tersebut diatas dilaksanakan melalui penerapan strategi-strategi sebagai berikut :

a) Strategi Korporasi, Strategi diversifikasi terpusat, Strategi kerjasama, Startegi biaya rendah, Strategi pembenahan

b) Strategi Bisnis Unit, Strategi Bisnis Unit diterapkan terhadap cabang-cabang dan segmen usaha berdasarkan posisi masing-masing dalam analisa daya tarik industri/pasar dan daya saing produk/jasa, antara lain, Investasi maksimal untuk meningkatkan pertumbuhan (UTPK Belawan), Spesialisasi produk untuk meningkatkan daya saing (Lhokseumawe, Dumai, Pekanbaru, Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun, Rumah Sakit Pelabuhan dan Unit Galangan Kapal), Pertimbangan restrukturisasi (Malahayati, Tanjung Balai Asahan,


(58)

Sibolga, Gunung Sitoli, Bengkalis, Selat Panjang dan Rengat), Efisiensi dan meminimalkan investasi (Tembilahan)

c) Strategi Bidang, Strategi korporasi dan strategi bisnis unit diatas dijabarkan menurut masing-masing fungsi atau bidang di perusahaan. Strategi bidang dimaksud antara lain: Kemitraan usaha, Penetrasi pasar, Spesialisasi produk

Dengan mengacu pada sasaran-sasaran lima tahun yang telah ditetapkan didalam RJPP 2004-2008, maka untuk merealisasikannya telah disusun program dan rencana kerja yang meliputi :

a) Penerapan praktek Good Corporate Governance sesuai keputusan Menteri Negara BUMN Nomor 27 Tahun 2000, dengan program berupa lanjutan Implementasi Good Corporate Governance yang telah dilaksanakan selama ini.

b) Kondisi sarana dan prasarana yang siap operasi serta penambahan kapasitas produksi dari fasilitas dan alat melalui program : Penambahan container crane untuk terminal internasional dan terminal antar pulau di UTPK Belawan, Penambahan kapal tunda untuk Pelabuhan Dumai, Penambahan transtainer untuk UTPK Belawan melalui kerjasama operasi maupun pengadaan sendiri, Perawatan secara selektif dan terencana, Pengembangan pelabuhan berwawasan lingkungan melalui intensifikasi pembangunan selektif dengan memanfaatkan teknologi maju tepat guna, Mengintegrasikan semua sistem informasi berbasis komputer di lingkungan perusahaan.


(59)

c) Meningkatkan pendapatan melalui peningkatan pangsa pasar, meliputi : Peningkatan pangsa pasar UBM, RS Pelabuhan Medan dan Unit Galangan Kapal, Pengelolaan langsung kegiatan bongkar muat peti kemas antar pulau (Konvensional) di UTPK Belawan, dimana selama ini dikelola oleh pihak ketiga.

d) Meningkatkan efisiensi melalui program pengurangan biaya dan peningkatan produktivitas asset yaitu: Pembangunan sarana pemeriksaan barang di Unit Terminal Peti Kemas yang dikoordinasikan dengan Bea dan Cukai, Peningkatan pendapatan melalui perubahan pola bisnis pada segmen tertentu, Efisiensi biaya melalui perubahan manajemen operasional, Penataan asset yang tidak produktif dan menjaga keseimbangan yang sehat antara hutang dengan modal, Penetapan penanggung jawab pengelolaan piutang, Pengembangan sistem informasi keuangan yang terintegrasi dengan master plan SIM, Pengembangan fungsi dan peran Satuan Pengawasan Intern, Pengembangan kemitraan dengan penyediaan barang dan jasa, Pemilihan penyedia barang dan atau jasa terseleksi melalui prinsip-prinsip keterbukaan, persaingan yang sehat, efisiensi, dan profesionalisme.

e) Meningkatkan kualitas pelayanan jasa kepelabuhanan, melalui: Peningkatan level of service Unit Terminal Peti Kemas melalui penambahan peralatan, Optimalisasi operasional terminal curah kering dan penataan kembali curah cair di Pelabuhan Belawan, Pembangunan


(60)

sarana pemeriksaan barang di Unit Terminal Peti Kemas yang dikoordinasikan dengan Bea dan Cukai, Peningkatan daya saing melalui perbaikan kualitas pelayanan, Efektifitas pelayanan melalui perbaikan sispro.

f) Meningkatkan kesejahteraan dan kualitas SDM, melalui program-program antara lain: Penataan sistem perawatan kesehatan pegawai, Melakukan pendidikan dan latihan yang mengutamakan keterampilan operasional, Penyempurnaan sistem pemberian kesejahteraan pegawai, Melakukan restrukturisasi organisasi, Pemberdayaan manajemen cabang agar lebih mandiri, Penyeragaman sistem adminstrasi dan kearsipan di lingkungan perusahaan.

g) Penyempurnaan sistem perencanaan dan pengendalian manajemen sebagai tindak lanjut terhadap Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor 88 Tahun 1998, melalui Penyempurnaan sistem perencanaan dan pengendalian manajemen, Implementasi program data base tanah. h) Peningkatan Pembinaan manajemen, pemberian bantuan modal usaha,

dan pelatihan teknis kepada mitra binaan.

e. Kegiatan Usaha

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang melaksanakan kegiatan di bidang Pelayanan Jasa Kepelabuhanan, saat ini mengelola 15 Cabang Pelabuhan, 11 (sebelas) Pelabuhan


(61)

Perwakilan, 4 (empat) Unit Usaha Lainnya meliputi Unit Terminal Peti Kemas, Rumah Sakit Pelabuhan Medan, Unit Galangan Kapal dan Unit Depo Peti Kemas.

Cabang pelabuhan dan unit usaha PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I adalah Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Dumai, Pelabuhan Pekanbaru, Pelabuhan Tanjung Pinang, Pelabuhan Lhokseumawe, Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, Pelabuhan Sibolga, Pelabuhan Malahayati, Pelabuhan Tanjung Balai Asahan, Pelabuhan Tembilahan, Pelabuhan Kuala Langsa, Pelabuhan Gunung Sitoli, Pelabuhan Bengkalis, Pelabuhan selat Panjang, dan Pelabuhan Rengat.

Sedangkan Pelabuhan Perwakilannya adalah Pelabuhan Meulaboh, Pelabuhan Sabang, Pelabuhan Kuala Tanjung, Pelabuhan Pangkalan Susu, Pelabuhan Bagan Siapi-Api, Pelabuhan Sei Pakning, Pelabuhan Kuala Enok, Pelabuhan Batam, Pelabuhan Tanjung Uban, Pelabuhan Pulau Sambu, dan Pelabuhan Sei Kolak Kijang.

Wilayah kerja PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I yang ditunjuk oleh Pemerintah mengelola jasa kepelabuhanan meliputi Propinsi Naggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau, secara geografis letaknya sangat strategis karena berada di jalur perdagangan internasional. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I mempunyai misi menyediakan jasa kepelabuhan berkualitas yang berperan sebagai pusat logistik, memberikan nilai tambah serta mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Berpijak dari misi tersebut, perusahaan selalu berusaha menunjang program pemerintah dalam pembangunan dunia usaha serta dapat memberikan kontribusi kepada bangsa dan Negara.


(62)

senantiasa berusaha secara optimal agar produktivitas kerja dapat terus ditingkatkan baik dalam hal kesiapan fasilitas peralatan bongkar/muat yang harus dipenuhi serta peningkatan keterampilan SDM baik pada bidang operasional dan bidang administrasi. Sebagai upaya optimalisasi peningkatan pelayanan kepada pengguna jasa PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) membentuk Unit Usaha Depo Peti Kemas Belawan. Segmen usaha baru ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan kepada perusahaan. Upaya lain yang dilakukan adalah diversifikasi jasa dengan melakukan kerjasama antara PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan Pemda/Pemko di wilayah kerja Perseroan dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan kepelabuhanan, melakukan penataan sistem operasional pada Cabang Pelabuhan belawan, Dumai dan Unit Terminal Peti Kemas Belawan serta melakukan kerjasama usaha dengan mitra strategis untuk segmen tertentu.

Kegiatan usaha yang dilaksanakan dalam menyelenggarakan pelayanan jasa kepelabuhanan dan usaha lainnya yang menunjang pencapaian tujuan perusahaan, meliputi :

1) Kolam-kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu-lintas dan tempat-tempat berlabuhnya kapal.

2) Jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduan (pilotage) dan penundaan kapal.

3) Dermaga dan fasilitas lain untuk bertambat, bongkar muat barang termasuk hewan dan fasilitas naik turunnya penumpang.

4) Gudang-gudang dan tempat penimbunan barang-barang angkutan bandar, alat bongkar muat serta peralatan pelabuhan.


(63)

5) Tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan, industri dan gedung-gedung/bangunan yang berhubungan dengan kepentingan kelancaran angkutan laut.

6) Penyediaan listrik bahan bakar, minyak, air minum instalasi limbah pembangunan.

7) Jasa terminal, kegiatan konsolidasi dan distribusi barang termasuk hewan. 8) Jasa konsultasi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan

kepelabuhanan.

9) Usaha-usaha lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan, seperti: Jasa pelayanan kesehatan, Jasa transportasi di laut, Jasa persewaan fasilitas dan peralatan, Jasa perbaikan fasilitas dan peralatan di bidang pelabuhan, Properti di daerah lingkungan pelabuhan, Kawasan industri di daerah lingkungan pelabuhan, Kawasan wisata di daerah lingkungan pelabuhan, Depo peti kemas, Jasa konsultan dibidang kepelabuhanan, Jasa komunikasi dan informasi dibidang kepelabuhanan, dan Jasa konstruksi di bidang kepelabuhanan.

f. Penataan dan Pengembangan Pelabuhan

Untuk meningkatkan kinerja operasional dan mutu pelayaran, manajemen PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I telah melakukan upaya penataan dan pengembangan pelabuhan. Penataan dan pengembangan yang dilakukan meliputi peningkatan kapasitas dari fasilitas dan peralatan pelabuhan, serta peningkatan nilai perusahaan melalui peningkatan pendapatan sesuai dengan pertumbuhan


(64)

permintaan jasa kepelabuhanan.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan operasional pelabuhan dilakukan melalui berbagai kegiatan investasi baik prasarana maupun sarana pelabuhan serta pengembangan system. Investasi Fisik yang dilakukan antara lain untuk :

1) Pengerukan alur pelayaran di Belawan 2) Lanjutan pengadaan kapal tunda di Dumai

3) Pengadaan head truck beserta chasis di UTPK Belawan

4) Pembuatan fasilitas penunjang ISPS Code di Pelabuhan Belawan 5) Penataan Gate In/Out di UTPK Belawan.

Sedangkan Investasi Non Fisik diantaranya dilakukan untuk: 1) Penataan dan pengembangan usaha

2) Pengembangan organisasi dan sumber daya manusia

3) Pengembangan Sistem Informasi Manajemen di Kantor Pusat, Cabang Tanjung Pinang, Cabang Belawan dan UTPK Belawan.

4) Pelestarian lingkungan Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Dumai, Pelabuhan Tanjung Pinang, Pelabuhan Pekanbaru, Pelabuhan Tanjung Balai Karimun dan Pelabuhan Sabang.

5) Audit Lingkungan di Wilayah Sumatera Utara. 6) Sosialisasi AMDAL.

Ada berbagai fasilitas tambahan yang dikembangkan untuk dapat menunjang kegiatan operasional PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I, diantaranya adalah sebagai berikut:


(1)

secara keseluruhan. Setiap sektor usaha terkena dampaknya, apalagi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan yang bergerak di bidang Jasa Kepelabuhanan. Kegiatan yang dilaksanakan menyangkut Transportasi Laut yang memiliki Tingkat Risiko tinggi. Namun dalam keadaan demikian, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan tetap mampu bertahan dan berusaha mengembangkan sektor usahanya agar lebih baik lagi.

Dengan demikian, hasil penelitian ini cenderung sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Chatrine (2008), yang menunjukkan bahwa Program CSR tidak berhubungan secara nyata atau tidak berdampak langsung terhadap tingkat Profitabilitas Perusahaan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Hasil Uji Beda dan Pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Program Corporate Social Responsibilities (CSR) telah dilaksanakan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan sejak Tahun 2003, sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, khususnya dalam pasal 74. Namun, ketentuan besarnya dana yang dikeluarkan untuk Program CSR, terutama untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan melebihi dari apa yang telah tercantum dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003.

2. Terbukti bahwa terdapat perbedaan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Program CSR pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan. Perbedaan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Program CSR adalah sebesar 7,48%, dimana Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum penerapan Program CSR adalah 18,53% dan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sesudah penerapan Program CSR adalah 11,05%. Oleh karena itu, Hipotesis Penelitian (Ha) diterima.


(3)

3. Dari keseluruhan penelitian, dapat dikatakan bahwa Program CSR pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan tidak berpengaruh secara langsung terhadap Profitabilitas Perusahaan. Oleh karena itu, hasil penelitian ini cenderung sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Chatrine (2008), yang menunjukkan bahwa Program CSR dan Profitabilitas Perusahaan tidak berhubungan secara nyata atau program CSR tidak berdampak langsung terhadap Profitabilitas Perusahaan.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai beikut:

1. Penelitian ini hanya mengambil satu perusahaan saja sebagai objek penelitiannya sehingga kesimpulan penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk perusahaan lain yang menerapkan Program CSR.

2. Rasio yang digunakan hanya rasio Profitabilitas yang diwakili oleh Return On Assets (ROA).

3. Diduga terdapat faktor lain yang mempengaruhi Profitabilitas Perusahaan diluar dari Program CSR.

C. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti, yaitu:

1. Bagi peneliti lain yang ingin mengangkat topik yang sama, sebaiknya menggunakan objek yang lebih banyak (tidak hanya satu perusahaan), sehingga hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan. Selain itu,


(4)

disarankan pula menggunakan Rasio Profitabilitas selain daripada Return On Assets (ROA).

2. Diharapkan pula bagi peneliti selanjutnya agar lebih membahas secara detail tentang faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi Profitabilitas Perusahaan, selain Program CSR.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Kedua, USU Press, Medan.

F. Brigham, Eugene dan Joel F. Houston, 2006. Fundamentals of Financial Management, Edisi Sepuluh, Terjemahan Ali Akbar Yulianto, PT. Salemba Empat, Buku I, Jakarta.

Gitman, lawrence J., 2003. Principle of Managerial Finance, Tenth edition, Pearson Education, Inc, United Stated.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

Menteri Badan Usaha Milik Negara, 2003. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-236/MBU/2003 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Nugroho, Bhuono Agung, 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian

dengan SPSS, Edisi I, ANDI, Yogyakarta.

Rahendrawan, 2006. CSR: A Merecharity Cost for Company, Economics Business Accounting Review, Edisi III.

Republik Indonesia, 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Rudito, Bambang dan Melia Famiola, 2003. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia, Rekayasa Sains, Bandung.

Sitorus, Chatrine EY, 2008. “Analisis Terhadap Hubungan Antara Program Corporate Social Responsibilities dengan profitabilitas perusahaan (Studi Kasus PT. Toba Pulp Lestari Tbk.)”, Skripsi, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan kesembilan, Alfabeta, CV, Bandung.

Syahyunan, 2004. Manajemen Keuangan II (Perencanaan, Analisis, dan Pengemdalian Keuangan), USU Press, Medan.

Tresnawati, Rina, 2008. “Pengaruh Sebelum dan Setelah Penerapan Corporate Social Responsibility terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus terhadap PT. TELKOM)”, Skripsi, Departemen Akuntansi Fakultas


(6)

Ekonomi, Universitas Widyatama, Jakarta.

Umar, Husein, 2003. Strategic Management in Action, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Van Horne, James C. Dan M. John Wachowicz, 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Edisi Kedua Belas, Terjemahan Aria Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik Hendrawan, PT. Salemba Empat, Buku I, Jakarta.

Wibisono, Yusuf, 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR, Fascho Publishing, Gresik.