Perbandingan Kinerja Keuangan BMT UMJ Sebelum dan Sesudah Linkage Program

(1)

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BMT UMJ SEBELUM

DAN SESUDAH LINKAGE PROGRAM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

DENI SUHANDI

NIM : 109046100077

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015 M


(2)

(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini adalah hasil karya Saya sendiri untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, termasuk pencabutan gelar akademik.

Jakarta, Juli 2015


(5)

v

ABSTRAK

Deni Suhandi, NIM 109046100077, Perbandingan Kinerja Keuangan BMT UMJ Sebelum dan Sesudah Linkage Program. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015M.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa baik kinerja keuangan dari BMT UMJ baik sebelum dan sesudah melakukan Linkage Program. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, interview dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menyatakan bahwa dari analisis rasio-rasio keuangan likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas berdasarkan neraca keuangan KSU BMT UMJ periode 2011-2014 menunjukkan kinerja keuangan BMT UMJ masih lebih baik ketika sebelum melakukan linkage program ketimbang sesudah melakukan linkage program.

Kata Kunci : BMT, Linkage Program, Kinerja Keuangan Pembimbing : Dr. Siti Hamidah Rustiana, S.E., Ak., M.Si Daftar Pustaka : Tahun 1993 sampai dengan tahun 2014


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta nikmat yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan Kinerja Keuangan BMT UMJ Sebelum dan Sesudah Linkage Program”.

Shalawat beriring salam tidak lupa penulis haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya. Semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di Yaumil Qiyamah nanti.

Penulis menghadapi berbagai kesulitan dalam penyusunan skripsi ini namun pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak terelepas dari bantuan berbagai pihak, baik bersifat bimbingan, petunjuk maupun kesempatan berdikusi. Oleh karena itu, penulis secara khusus mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Maman Suhandi dan Ibu Samiyah yang senantiasa mencurahkan kasih

sayang, do’a, dukungan, nasihat dan kesabaran bagi anak-anaknya. Kakak Eka Suharmiyati dan Adik Salsabillah Febriyanti serta seluruh Keluarga Besar Baba Kocol (KBBK) yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dimana selalu memberikan do’a, semangat moral dan material kepada penulis.

2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

vii

3. Bapak AM. Hasan Ali, MA. selaku Ketua Prodi Muamalat, dan Bapak Abdurrauf, Lc, M.A. selaku Sekretaris Prodi Muamalat.

4. Ibu Dr. Siti Hamidah Rustiana, S.E., Ak., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu meluangkan waktu, pikiran, tenaga serta kesabarannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Direktur Utama BMT UMJ Bapak Mukhtiar, SE.I beserta staf-stafnya yang telah

memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dengan memberikan data dan informasi terkait proses penelitian.

6. Seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, Perpustakan Syariah dan Hukum yang telah menyediakan buku-buku yang diperlukan penulis.

8. Pembina Majelis Ta’lim Nurul Musthofa Guru Mulia Sayyidil Walid Al Habib Hasan bin Ja’far Assegaf beserta para keluarganya yang telah membimbing saya dijalan Salafunassholihin yang mengenalkan tentang kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya Muhammad SAW.

9. Ust. Muhammad Hamzah beserta para keluarga besar Tim Hadhroh Syabaabun Ba’alawiy (HSB) yang sudah memberikan begitu banyak ilmu agama dan sudah saya anggap sebagai keluarga.

10. Keluarga Besar Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi (FKMB) Bang Ridwan, Bang Nasrullah, Asnawi, Iqbal, Helmi dan seluruh pengurus beserta anggota.


(8)

viii

11. Keluarga Besar Milanisti Indonesia Basis Tangerang Selatan, Bang Ebe, Bang Sofel, Bang Furqon, Bang Ibnu, Bang Masykur, Fajar, Amin, Akil, Robi, Aldi, Ipung, Dahri Daenk, Maw, Regi, M. Rizki serta seluruh pengurus dan anggota. 12. Sahabat-sahabat seperjuangan KEPOMPONG yang saya sayangi, Abdillah

Rizaldi, Romi Armando, Riyan Bahtera, Islah Zamani, Erwin Mahardika, Gurfan Lesmana, Ichsan Galih, Hafiz Satria, M. Hadi, Yudi Akbar, Maulana Hasanudin, Abdul Rahim, Arbi Puap, Farhan Hidayat, Ibrahim, M. Aprizal, dan M. Fadhilah. 13. Teman-teman PSC 2009, KKN Tuah Sakato 2012, KKN Spartan dan seluruh teman-teman di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan bantuan kalian.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terimakasih atas semua pihak yang turut berperan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat dan para akademisi. Tak lupa penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena berbagai keterbatasan dan kemampuan penulis, baik kemampuan akademik maupun kemampuan teknik penulisan.

Jakarta, Juli 2015


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... ii

LEMBAR PENGESAHAN ……… iii

LEMBAR PERNYATAAN ……….... iv

ABSTRAK ……… v

KATA PENGANTAR ……… vi

DAFTAR ISI ………... ix

DAFTAR TABEL ………... xi

DAFTAR GAMBAR ………. xii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Identifikasi Masalah ……… 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………. 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 7

E. Review Studi Terdahulu ………. 9

F. Sistematika Penulisan ………... 12

G. Skema Rancangan Penulisan Skripsi ……… 13

BAB II KERANGKA TEORI A. Kinerja ……….. 16

1. Kinerja Keuangan ………... 16

2. Tujuan Penilaian Kinerja ……… 18

3. Manfaat Penilaian Kinerja ……….. 19

4. Tahap-tahap Dalam Menganalisis Kinerja Keuangan ……… 20

B. Alat Ukur Kinerja Keuangan ……… 21

1. Analisis Rasio ………. 21

2. Jenis-jenis Analisis Rasio ………... 24

3. Manfaat Analisis Rasio Keuangan ………. 30

C. Linkage Program ……….. 31

1. Pengertian Linkage Program ……….. 31

2. Generic Model Linkage Program ………... 38


(10)

x

4. Linkage Program Bank Syariah Mandiri ……… 41

D. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) ……… 44

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 47

A. Pendekatan Penelitian ………... 47

B. Jenis Penelitian ………. 47

C. Objek Penelitian ………... 48

D. Sumber Data ………. 48

E. Teknik Pengumpulan Data ………... 49

F. Teknik Pengolahan Data ……….. 50

G. Teknik Analisis Data ……… 51

H. Teknik Penulisan ……….. 54

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………... 55

A. Gambaran Umum BMT UMJ …….……….. 55

B. Hasil Analisis ……… 61

1. Analisis Rasio Likuiditas ……… 61

2. Analisis Rasio Solvabilitas ………. 64

3. Analisis Rasio Rentabilitas ………. 67

C. Pembahasan ……….. 70

BAB V PENUTUP ……….. 76

A. Kesimpulan ………... 76

B. Saran ………. 77

DAFTAR PUSTAKA ………. 79


(11)

xi

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1. Matriks Peneletian Terdahulu ……… 9

3.1. Standar Penilaian Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas pada Koperasi BMT UMJ (Universitas Muhammadiyah Jakarta) ……….. 53

4.1. Standar perhitungan Current Ratio……….. 61

4.2. Daftar perhitungan analisis rasio lancar BMT UMJ tahun 2011-2014 ……… 62

4.3. Standar perhitungan Cash Ratio……….. 62

4.4. Daftar perhitungan analisis rasio kas BMT UMJ tahun 2011-2014 ……… 63

4.5. Standar perhitungan rasio TH terhadap TA ………. 64

4.6. Daftar perhitungan analisis rasio TH terhadap TA BMT UMJ tahun 2011-2014 ……... 65

4.7. Standar perhitungan rasio Total Hutang Jangka Panjang terhadap Modal Sendiri ……. 66

4.8. Daftar perhitungan analisis rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Modal Sendiri …… 66

4.9. Standar perhitugan Return Of Investment(Rentabilitas Ekonomi) ……….. 67

4.10. Daftar perhitugan analisis ROI (Rentbilitas Ekonomi) BMT UMJ 2011-2014 ………... 68

4.11. Standar perhitungan Return On Equity (Rentabilitas Modal Sendiri) ………. 69

4.12. Daftar perhitungan analisis ROE (Rentabilitas Modal Sendiri) ………... 69

4.13. Hasil Analisis Rasio BMT UMJ 2011-2014 ……… 70


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1.1. Skema Rancangan Penelitian ………... 15

2.1. Pola Executing Linkage Program……… 32

2.2. Pola Channeling Linkage Program………. 33

2.3. pola Joint Financing Linkage Program………... 34


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini banyak Bank - Bank Syariah yang tertarik dengan sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) hal ini disebabkan UMKM masih memegang peranan penting dalam menggerakkan perekonomian nasional. Rata-rata sumbangan sektor UMKM terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) nasional dalam beberapa tahun terakhir mencapai lebih dari 50 %. Selain itu, sektor UMKM merupakan sektor yang lekat dengan semangat kerakyatan dan menyerap tenaga kerja yang besar. Keunggulan UMKM sebagai sektor domestik yang telah mampu menggerakkan perekonomian nasional dikarenakan ketergantungannya yang sangat kuat terhadap muatan lokal. Unit usaha UMKM menggunakan sumber daya dalam negeri baik sumber daya manusia, bahan baku dan peralatan, sehingga UMKM tidak tergantung pada ekspor. Hasil produksi sektor UMKM lebih ditujukan untuk memenuhi pangsa pasar dalam negeri, sehingga tidak tergantung kepada kondisi perekonomian negara lain. Oleh karena itu, sektor inilah yang paling tahan terhadap ancaman krisis global seperti krisis Amerika dan Eropa. 1

Perbankan Syariah sebagai lembaga keuangan yang sangat concern terhadap pengembangan sektor riil telah dapat memanfaatkan peluang atas kebutuhan finansial

1

Bank Indoensia, “Outlook Perbankan Syariah 2012”, Artikel diakses pada 5 November 2014 dari

http://www.bi.go.id/id/publikasi/lain/lainnya/Documents/a09a6dcb151c4916bc6447ef2ec785fcoutlook _perbankan_syariah_2012.pdf


(14)

2

sektor UMKM. Sebesar 55,92% atau Rp 68,66 triliun dari total pembiayaan perbankan syariah (BUS + UUS) disalurkan ke sektor UMKM. Namun demikian, ekspansi pembiayaan yang dapat dipenuhi oleh Bank Syariah terhadap kebutuhan modal sektor UMKM masih sangat terbuka lebar. Hal ini tercermin dari outstanding pembiayaan UMKM pada perbankan nasional di bulan Agustus 2011 telah mencapai Rp 449,9 triliun.2

Pada saat ini pula lembaga keuangan syariah non-bank yang sedang berkembang dengan pesat adalah BMT (Baitul Maal wat Tamwil). Namun terjadi sebuah permasalahan dimana concern Bank Syariah dalam sektor UMKM membuat persaingan dengan BMT yang pangsa pasarnya juga terfokus pada sektor UMKM.3

Dengan demikian maka dibuatlah sebuah sistem kerjasama antara bank dengan BMT agar tidak terjadi perebutan pangsa pasar di sektor mikro. Sistem kerjasama antara bank dan BMT itu disebut dengan linkage program. Hal ini sejalan berdasarkan Kebijakan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 3/2/PBI/2001 tentang “Pemberian Kredit Usaha Kecil” dan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia 03/Per/M.KUKM/III/2009 tentang

“Pedoman Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi”.4

Dimana BMT sebagai perpanjangan tangan dari perbankan syariah yang menyalurkan dana ke Usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) yang selama ini

2

Ibid, h. 6

3

Muamalat Center Indonesia, “Memperebutkan sektor mikro”, Artikel ini diakses pada 5 November 2014 dari http://muamalatcenter.or.id/web/page/46/Bank-Syariah

4

Rouf Ibnu Muthi, “Kebijakan dan Strategi Bank Indonesia dalam pengembangan Bank

Syariah”, Artikel ini diakses pada 6 November 2014 dari


(15)

3

sulit dijangkau oleh bank syariah. Dengan linkage program, maka BMT bisa meningkatkan ketersediaan dananya.5

Untuk melihat apakah sistem kerjasama tersebut berjalan dengan baik atau tidak dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan atau BMT itu sendiri. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh BMT. Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi suatu lembaga keuangan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah analisis rasio keuangan, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Pengertian rasio keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap yaitu angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).6

Adapun alat analisis kinerja keuangan pada perusahaan yang digunakan meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas (rentabilitas), rasio aktivitas dan rasio pasar.

Analisis rasio keuangan merupakan metode analisis yang sering dipakai karena merupakan metode yang paling cepat untuk mengetahui kinerja keuangan BMT. Dengan mengetahui kinerjanya, BMT akan dapat melakukan perkiraan

5Syarif Hidayat, “

Strategi Pemberdayaan BMT”, diakses pada 5 November 2014 dari http://syarifhidayat1992.blogspot.com/2013/04/strategi-pemberdayaan-bmt-dan.html

6

Sofyan Syafri Harahap, “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan”(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 297.


(16)

4

keputusan apa yang diambil guna mencapai tujuannya. Analisis rasio keuangan pada BMT akan menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos-pos tertentu dengan pos-pos lainnya yang dilaporkan. Dalam hal ini analisis rasio keuangan pada BMT akan menggali informasi dari laporan neraca dan laporan hasil usahanya. Analisis rasio keuangan kegiatannya meliputi pengevaluasian aspek-aspek keuangan antara lain adalah tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas (profitabilitas). Dengan mengetahui hasil evaluasi yang tentunya juga dilakukan suatu analisa, maka BMT akan mengetahui apakah dengan adanya linkage program dengan bank dapat membuat kinerja dari BMT tersebut menjadi lebih baik atau tidak.

Adapun dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Maesaroh, tentang

“Efektifitas Linkage Program Bank Syariah Mandiri Dalam Penguatan Pembiayaan

Lembaga Keuangan Mikro” menunjukkan bahwa adanya linkage program belum mempengaruhi tingkat kesehatan LKM secara keseluruhan, sedangkan perbandingan rasio menjelaskan bahwa penerapan linkage program belum mengalami pengaruh terhadap peningkatan laba.7

Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, penulis merasa penting untuk melakukan penelitian yang berjudul, “PERBANDINGAN KINERJA

KEUANGAN BMT UMJ SEBELUM DAN SESUDAH LINKAGE

PROGRAM”.

7

Siti Maesaroh, “Efeketifitas Linkage Program Bank Syariah Mandiri Dalam Penguatan Pembiayaan Lembaga Keuangan MIkro,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2011.


(17)

5

Dengan adanya penelitian ini kami harap dapat diketahui apakah dengan adanya linkage program tersebut dapat meningkatkan kinerja keuangan dari BMT UMJ dibandingkan dengan sebelum adanya Linkage Program.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis melihat beberapa faktor yang terkait dalam pembahasan penelitian ini, yaitu:

1. Banyak Bank – Bank Syariah yang tertarik dengan sektor UMKM disebabkan karena UMKM memegang peranan penting dalam menggerakan perekonomian nasional.

2. Terjadi sebuah permasalahan dimana concern Bank Syariah dalam sektor UMKM membuat persaingan dengan BMT yang pangsa pasarnya juga terfokus pada sektor UMKM. Namun disisi lain BMT juga kurang memiliki kecukupan modal untuk melakukan ekspansi ke sektor UMKM. Untuk mengatasi agar tidak terjadi perebutan pangsa pasar di sektor mikro maka dibentuk sistem kerjasama antara Bank dan BMT yang disebut dengan Linkage Program.

3. Untuk melihat apakah sistem kerjasama tersebut mempunyai dampak positif atau tidak terhadap kinerja keuangan BMT.


(18)

6 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya dari permasalahan yang dibahas, maka dalam penelitian ini akan dibatasi ruang lingkupnya agar penelitian lebih terarah, terfokus, tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian dan dan juga dapat memudahkan analisis. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi. Konteks permasalahan tersebut terdiri dari:

a. Penelitian ini bertempat di BMT UMJ yang beralamatkan: Jl. KH. Ahmad Dahlan, Komplek Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta, Cirendeu - Ciputat, Kota Tangerang Selatan - BANTEN. Telepon: (021) 74706220/32425400.

b. Penelitian ini menggunakan data neraca laporan keuangan BMT UMJ mulai dari periode sebelum melaksanakan linkage program (2011-2012) sampai dengan sesudah melaksanakan linkage program (2013-2014).

c. Rasio Likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio dan Cash Ratio. d. Rasio Solvabilitas yang digunakan adalah Rasio Total Hutang terhadap Total

Asset (DTAR) dan Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Total Ekuitas (DER).

e. Rasio Rentabilitas yang digunakan adalah Return Of Investment (ROI) dan Return On Equity (ROE).


(19)

7 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Pembatasan Penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka penulis merumuskan masalahnya yaitu:

a. Seberapa baik kinerja keuangan dari BMT UMJ sebelum melakukan linkage program?

b. Seberapa baik kinerja keuangan dari BMT UMJ sesudah melakukan linkage program?

c. Apakah linkage program memberikan dampak positif atau tidak terhadap kinerja keuangan BMT UMJ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari permasalahan di atas. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Untuk mengetahui seberapa baik kinerja keuangan dari BMT UMJ sebelum melakukan linkage program.

b. Untuk mengetahui seberapa baik kinerja keuangan dari BMT UMJ sesudah melakukan linkage program.

c. Untuk mengetahui apakah linkage program memberikan dampak positif atau tidak terhadap kinerja keuangan BMT UMJ.


(20)

8 2. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian dan penulisn skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

a. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah cakrawala wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengalaman dalam menganalisis kinerja laporan keuangan lembaga keuangan syariah, dimana penulis dapat menerapkan teori-teori yang diperoleh selama berada dibangku perkuliahan.

b. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan, baik bagi para mahasiswa perbankan syariah maupun kalangan akademisi.

c. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi para praktisi dan masyarakat luas mengenai hasil penelitian yang berupa pengaruh linkage program terhadap kinerja keuangan BMT dapat dijadikan referensi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan permasalahan di atas.

d. Dapat memberikan informasi dan perbandingan-perbandingan sehingga dapat merangsang timbulnya ide-ide yang lebih mampu dalam mengembangkan teori-teori serta dapat menambah khazanah keilmuan dan kepustakaan, khususnya mengenai perbandingan kinerja lembaga keuangan syariah berdasarkan rasio keuangannya.


(21)

9 E. Review Studi Terdahulu

Dari penelitian ini, peneliti menemukan beberapa sumber kajian lain yang telah lebih dahulu membahas terkait dengan Linkage Program, diantaranya adalah:

Table 1.1

Matriks Penelitian Terdahulu

No. Nama & Tahun Judul Hasil Penelitian Perbedaan

1. Siti Maesaroh,

(Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif HIdayatullah Jakarta) 2011 Efektifitas Linkage Program Bank Mandiri Syariah Dalam Penguatan Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro Penelitian ini menggunakan metode CAMEL (Capital, Assets, Management, Equity, Liquidity) dalam mengetahui tingkat kesehatan LKM, dan membandingkan rasio laba, modal, asset, dan jumlah nasabah sebelum dan sesudah linkage program. Hasil perhitungan CAMEL menunjukkan bahwa adanya linkage program belum mempengaruhi tingkat kesehatan LKM secara keseluruhan, sedangkan perbandingan rasio menjelaskan bahwa penerapan linkage program belum

Pada penulisan skripsi ini, penulis hanya mengamati dan menganalisa

perbandingan kinerja keuangan BMT UMJ sebelum dan sesudah linkage program. Yang menjadi alat ukur adalah laporan keuangan BMT UMJ.


(22)

10

mengalami pengaruh terhadap peningkatan laba.

2. Siti Jubaedah,

(Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 2009 Peran Strategis Linkage Program Bank Syariah Terhadap Penguatan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (studi pada Bank Muamalat Indonesia)

Skripsi ini menjelaskan bahwa linkage program melalui pola executing lebih berperan karena lebih signifikan bagi BPRS, dan

permasalahan yang dihadapi BMI adalah ketidaksesuaian potensi dan kompetensi antara BPRS dan BMI, strateginya yaitu penguatan manajemen, administrasi dan operasional BPRS dan memantapkan sistem, SDM, pendampingan yang maksimal dari BMI, penggunaan yang maksimal atas

infrastruktur perbankan syariah Indonesia.

Pada penulisan skripsi ini, penulis hanya mengamati dan menganalisa

perbandingan kinerja keuangan BMT UMJ sebelum dan sesudah linkage program. Yang menjadi alat ukur adalah laporan keuangan BMT UMJ.

3. Satria Laksono,

(Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Pola Hubungan bank Muamalat Indonesia Dengan BMT Shar-E Dalam Penyaluran Pembiayaan Mikro

Hasil penelitian skripsi ini menunjukkan bahwa kemitraan yang terjalin antara BMI dengan LKMS BMT Shar-E ini terjadi dalam beberapa

Pada penulisan skripsi ini, penulis hanya mengamati dan menganalisa

perbandingan kinerja keuangan BMT UMJ sebelum dan sesudah


(23)

11 Syarif

Hidayatullah Jakarta) 2011

pola hubungan yang strategis bagi kemajuan dan perkembangan kedua belah pihak. Hal ini tercermin dalam beberapa pola hubungan yakni pola hubungan kelembagaan,

operasional serta pola hubungan dalam penyaluran pembiayaan linkage program kepda BMT. Kemitraan ini menjadi sinergi yang positif dengan beberapa pengaruh positif pula bagi BMT dalam penguatan,

pengembangan serta peningkatan peran BMT bagi masyarakat.

linkage program. Yang menjadi alat ukur adalah laporan keuangan BMT UMJ.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perbandingan Kinerja Keuangan BMT UMJ Sebelum dan Sesudah Linkage Program”.

Peneletian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat perbedaan dan kesamaan dalam metode penelitian, ada yang menggunakan metode kuantitatif dan juga menggunakan metode kualitatif yang membedakan isi skripsi ini dengan skripsi


(24)

12

terdahulu bahwa skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan BMT UMJ sebelum dan sesudah melakukan linkage program berdasarkan analisis rasio keuangan likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran secara keseluruhan isi penulisan dalam penelitian ini, penyusun menguraikan secara singkat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis membahas mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori dan konseptual, serta sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI

Pada bab ini diuraikan tentang pengertian BMT, Linkage Program, Kinerja Keuangan. Rasio-rasio yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Rasio likuiditas terdiri dari Current Ratio dan Cash Ratio. Solvabilitas terdiri Rasio Total Hutang terhadap Total Asset dan Rasio Hutang Jangka panjang terhadap Total Ekuitas. Sedangkan data mengenai rentabilitas terdiri dari Return Of Investment dan Return On Equity.


(25)

13 BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini dikemukakan tentang Pendekatan Penelitian, Jenis Penelitian, Objek Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan Data, Teknik Analisis Data dan Teknik Penulisan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum BMT UMJ, yang berupa profil dari BMT UMJ, Visi dan Misi dari BMT UMJ, struktur organisasi, produk dan layanan, serta laporan keuangan BMT UMJ sebelum dan sesudah linkage program, dan analisis dari laporan keuangan BMT UMJ, laporan tersebut dianalisis dengan rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitasnya sebelum dan sesudah melakukan linkage program.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan dan saran-saran yang dikemukakan dari pembahasan.

G. Skema Rancangan Penelitian Skripsi

Linkage Program adalah program pembiayaan yang bersifat kemitraan, dimana bank syariah mengeluarkan pembiayaan kepada usaha mikro secara tidak langsung. Pembiayaan ini disalurkan lewat Lembaga Keuangan Mikro.8 Arsitektur Perbankan Indonesia (API) mengeluarkan generic model linkage program yang

8Tony Hidayat, “Linkage Program Solusi Pembiayaan Bagi Hasil”, artikel ini diakses pada 12


(26)

14

merupakan aturan-aturan mengenai pelaksanaan linkage program antara bank umum dan Lembaga Keuangan Mikro, sehingga penerapan linkage program semakin jelas dan terarah. Terdapat tiga skim dalam melaksanakan linkage program, yaitu terdiri dari executing, joint financing, dan channeling.

Lembaga Keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat.9Sedangkan Lembaga Keuangan Mikro atau Micro Finance Institution merupakan lembaga yang melakukan kegiatan penyediaan jasa keuangan kepada pengusaha kecil dan mikro serta masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak terlayani oleh Lembaga Keuangan formal dan yang telah berorientasi pasar untuk tujuan bisnis.10

Dari teori-teori tersebut maka penulis membuat skema rancangan penelitian skripsi sebagai berikut:

9

Ketut Ridjin. Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 13.

10Rudjito, “Peran Lembaga Keuangan Mikro Dalam Otonomi Daerah Guna menggerakkan Ekonomi Rakyat dan Menanggulangi Kemiskinan: Studi kasus: Bank Rakyat Indonesia (BRI)”, artikel


(27)

15

Gambar 1.1. Skema Rancangan Penelitian Laporan Keuangan BMT UMJ

Sebelum Linkage Program Setelah Linkage program

Analisa

Baik Tidak Baik


(28)

16

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Kinerja

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.1

1. Kinerja Keuangan

Pengertian kinerja keuangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah merupakan kata benda yang artinya sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, atau kemampuan kerja. Sedangkan penilaian kinerja adalah penetuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya.2 Organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia sehingga penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas

1

Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin, Analisis Kinerja Keuangan Bank Devisa Dan Bank Non Devisa Di Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan vol. 7 no. 4(Jakarta: 2003), h. 27.

2 Sucipto, “Penilaian Kinerja Keuangan”, Jurnal Universitas Sumatera Utara, diakses


(29)

17

perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi.

Pengertian kinerja keuangan menurut Sucipto adalah penentuan ukuran-ukuran yang dapat mengukur keberhasilan suatu prusahaan dalam menghasilkan laba. Pengukuran kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggung jawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian mengatur besarnya tanggung jawab sekaligus mengukur prestasi keuangan tidaklah mudah sebab ada yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula yang sukar untuk diukur.3

Kinerja keuangan perusahaan adalah sesuatu yang sulit diukur secara eksak dan lebih menyerupai suatu seni karena didalamnya terkandung aspek subjektif dan objektif dari si penilai. Terlepas dari hal tersebut, terdapat beberapa cara yang harus ditempuh agar analisis kinerja keuangan yang dilakukan dapat menjadi suatu tolak ukur yang dapat diandalkan dan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan strategik.4

Selanjutnya dikatakan bahwa, secara khusus para pemimpin strategik memilih sasaran keuangan (financial goals) yang ingin mereka capai antara lain: sasaran pertumbuhan (growth), keuntungan (profitability) dan return to shareholder. Salah satu alasan atas penggunaan kinerja keuangan adalah karena ukuran kinerja keuangan dianggap obyektif untuk mengukur apakah

3Ibid.

4Amir, “Analisis Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Penerbit Pers”, Tesis Universitas


(30)

18

sasaran tercapai atau tidak. Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk menganalisis laporan keuangan.5

Untuk mengukur variable kinerja keuangan digunakan dimensi rasio permodalan, rasio rentabilitas, dan rasio esensi yang diukur melalui indicator capital adequacy ratio (CAR), debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).6

2. Tujuan Penilaian Kinerja

Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31) adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih. 2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut

5

Forum Riset Perbankan Syariah Ke-4, 2011, Universitas Padjadjaran Bandung 6

Siti Hamidah Rustiana. “Gaya Kempemimpinan, Budaya Organisasi, dan Kinerja

Keuangan Bank Syariah di Indonesia.” Review of Islamic Economics, Finance, and Banking. Vol. 1, No. 1 (April 2013): h. 134


(31)

19

dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangaka pendek maupun jangka panjang.

3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atau hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.

3. Manfaat Penilaian Kinerja

Adapun manfaat dari penilaian kinerja perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode kinerja yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya.

2. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. 3. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk


(32)

20

4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya.

5. Sebagai dasar penetuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.

4. Tahap-tahap Dalam Menganalisis Kinerja Keuangan

Terdapat 5 (lima) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum, yaitu:

1) Melakukan review terhadap data laporan keuangan.

Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

2) Melakukan perhitungan

Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan.

3) Melakukan perbandingan terhadap hasil yang telah diperoleh

Dari hasil hitung yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya. Metode yang paling umum dipergunakan untuk melakukan perbandingan ini ada dua, yaitu:


(33)

21

a. Time series analysis, yaitu membandingkan secara anatar waktu atau antar periode, dengan tujuan itu nanti akan terlihat grafik.

b. Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan dan perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan secara bersamaan.

4) Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan.

Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah dilakukan ketiga tahap tersebut, selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perusahaan tersebut.

5) Mencari dan memberikan pemecahan maslaah (solution) terhadap berbagai permaslahn yang ditemukan.

Pada tahap terakhir ini, setelah ditemukan berbagai permasalahan yang dihadapi, maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau masukan agar apa yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan.

B. Alat Ukur Kinerja Keuangan 1. Analisis Rasio

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah dengan menggunakan analisis rasio. Menurut S. Munawir


(34)

22

(2002:33), Analisis Rasio merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laba/rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Dengan menggunakan laporan yang diperbandingkan, termasuk data tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam jumlah rupiah, prosentase serta trendnya, penganalisa menyadari bahwa beberapa rasio secara individu akan membantu dalam menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan suatu perusahaan.7

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.

a. Keunggulan Analisis Rasio

Analisis rasio mempunyai keunggulan dibanding dengan teknik analisi lainnya. Keunggulan tersebut adalah:

i. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

ii. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

iii. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.

7


(35)

23

iv. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.

v. Menstandarisir izin perusahaan.

vi. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lainnya secara periodik.

vii. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

b. Keterbatasan Analisis Rasio

Disamping keunggulan dari teknik ini juga mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu sebagai berikut:

i. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakai.

ii. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatsan teknik ini seperti:

1) Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subyektif.

2) Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

3) Klasifikasi dalam laporan keuangan biar berdampak pada angka rasio.

iii. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.


(36)

24

iv. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

v. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik standar akuntansi yang dipakai tidak sama.

c. Penggolongan Angka Rasio

Menurut S. Munawir (2004:68), berdasarkan sumber datanya, angka rasio dapat dibedakan menjadi:

i. Rasio-rasio Neraca (Balanced Sheet Ratios) yang tergolong dalam kategori ini adalah semua rasio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio, acid test ratio.

ii. Rasio-rasio Laporan Laba Rugi (Income Statement Ratios) yaitu angka-angka raso yang dalam penyusunannya semua datanya diambil dari Laporan Laba Rugi, misalanya gross profit margin, net operating margin, operating ratio dan lain sebagainya.

iii. Rasio-rasio antar Laporan (Interstatement Ratios) ialah semua angka rasio yang penyusunan datanya berdasar dari neraca dan data lainnya dari laporan Laba Rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), tingkat perputaran piutang (account receivable turn over), sales to inventory, sales to fixed asset dan lain sebagainya.

2. Jenis-jenis Analisis Rasio

Jenis-jenis analisis rasio menurut S. Munawir (2002), analisis rasio dibagi menjadi:


(37)

25

a. Likuiditas

Rasio Likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya maupun untuk mengecek efisiensi modal kerja. Rasio Likuiditas melputi:

a. Current Ratio b. Acid Test Ratio c. Cash Ratio b. Solvabilitas

Rasio Solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi atau membayar semua kewajiban-kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio Solvabilitas meliputi:

a. Ratio Total Hutang terhadap Total Asset b. Times Interest Earned

c. Fixed Charge Coverage (FCC) d. Debt-to-Equity Ratio

c. Rentabilitas

Rasio Rentabilitas atau bisa disebut juga dengan Rasio Profitabilitas ini digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam memperoleh keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal yang ada. Rasio ini meliputi:

a. Net Profit Margin (NPM) b. Gross Profit Margin (GPM) c. Return On Asset (ROA)


(38)

26

d. Return On Equity (ROE) d. Aktivitas

Rasio Aktivitas digunakan untuk mengetahui aktivitas aktiva pada tingkat kegiatan tertentu. Rasio Aktivitas ini meliputi:

a. Perputaran Piutang b. Perputaran Persediaan c. Perputaran Aktiva Tetap d. Perputaran Total Aktiva e. Pasar

Rasio Pasar digunakan untuk mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Rasio pasar ini meliputi:

a. Price Earning Ratio (PER) b. Dividend Yield

c. Dividend Payout Ratio (DPR)

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 96/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi pasal 33 mengenai Pengukuran kinerja KSP/USP Koperasi sebagimana dimaksud dalam pasal 28 menyebutkan bahwa analisis rasio yang digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan pada koperasi meliputi rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Berdasarkan pernyataan tersebut, diantara ke lima analisis rasio yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan pada


(39)

27

perusahaan (Munawir : 2002), tiga diantaranya dapat diterapkan dalam menganalisis kinerja keuangan koperasi. Ketiga rasio tersebut meliputi:

1. Likuiditas

Rasio likuiditas yang dapat digunakan pada koperasi meliputi: a. Current Ratio

Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang) ada sekian kalinya hutang jangka pendek.

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.

Aktiva Lancar

Current Ratio = X 100% Hutang Lancar

b. Cash Ratio

Cash Ratio menunjukkan hubungan antara perbandingan kas dan setara kas dengan hutang lancer yang dimiliki oleh koperasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan kas yang sesungguhnya untuk memenuhi hutang-hutangnya tepat pada waktunya.

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan kas yang dimilikinya.

Kas + Bank

Cash Ratio = X 100% Hutang


(40)

28

2. Solvabilitas

Rasio solvabilitas yang dapat digunakan pada koperasi meliputi: a. Rasio Total Hutang terhadap Total Asset (DTAR)

Rasio Total Hutang terhadap Total Asset (Total Debt to Total Asset Ratio) membandingkan jumlah total utang dengan total aktiva yang dimiliki koperasi. Dari rasio ini, dapat digunakan untuk mengetahui beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Biasanya para kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah, sebab semakin rendah rasio utang koperasi yang diberi kredit akan semakin besar tingkat keamanan yang didapat kreditur pada waktu likuidasi.

Pada rasio ini membandingkan jumlah toal hutang dengan aktiva total yang dimiliki perusahaan.

Total Hutang

DTAR = X 100%

Total Aktiva

b. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Total Ekuitas (DER)

Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Total Ekuitas (Long tern Debt to Equity Ratio) membandingkan antara utang jangka panjang dan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan berapa bagian modal yang menjadi jaminan utang jangka panjang. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan modal untuk menutup utang jangka panjang. Semakin rendah rasio ini akan semakin aman bagi kreditur jangka panjang.


(41)

29

Hutang Jangka Panjang

DER = X100% Modal Sendiri

3. Rentabilitas

Rasio rentabilitas yang dapat digunakan pada koperasi meliputi: a. Return Of Investment (ROI)

Return On Investment adalah salah satu bentuk dari rasio rentabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan koperasi dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya koperasi untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU). Dengan demikian rasio ini menghubungkan Sisa Hasil Usaha yang diperoleh dengan jumlah investasi atai aktiva yang digunakan untuk beroperasi. Return On Investment sering disebut juga sebagai Rentabilitas Ekonomi. Membandingkan laba setelah bunga dan pajak dengan jumlah aktiva yang bekerja. Jenis rasio ini dalam koperasi sering disebut juga dengan Rentabilitas Ekonomi.

Sisa Hasil Usaha Setelah Zakat

ROI = X 100% Total Aktiva

b. Return On Equity (ROE)

Return On Equity adalah rasio yang membandingkan antara Sisa Hasil Usaha dan jumlah modal sendiri. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal dalam menghasilkan Sisa Hasil Usaha. Return On Equity disebut juga dengan istilah Rentabilitas Modal Sendiri.


(42)

30

Membandingkan antara laba bersih (laba setelah bunga dan pajak) dan jumlah modal pemilik. Dalam perkoperasian jenis rasio ini disebut juga dengan Rentabilitas Modal Sendiri.

Sisa Hasil Usaha Setelah Zakat

ROE = X 100% Modal Sendiri

3. Manfaat Analisis Rasio Keuangan

Menurut Irham Fahmi (2010), manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakan rasio keuangan, adalah:

1) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan.

2) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan.

3) Analsisi rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.

4) Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor, dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi, dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.

5) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi.


(43)

31

C. Linkage Program

1. Pengertian Linkage Program

Linkage Program merupakan kerjasama yang dilaksanakan bank umum kepada Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam bentuk pembiayaan sebagai upaya untuk meningkatkan kegiatan Usaha Mikro dan Kecil (UMK).8 Pada tahun 2004 Arsitektur Perbankan Indonesia (API) mengeluarkan generic model linkage program yang berisi mengenai aturan-aturan pelaksanaan linkage program antara bank umum dan Lembaga Keuangan Mikro, sehingga penerapan linkage program semakin jelas dan terarah. Salah satu aturannya adalah ditetapkannya tiga skim dalam melaksanakan linkage program, yaitu executing, channeling dan joint financing.

Dalam pola Executing, Bank Konvensional atau Bank Syariah memberikan pembiayaan kepada LKM untuk diteruskan kepada UMK. LKM diberikan kewenangan untuk memutuskan calon mitra yang akan mendapat fasilitas pembiayaan dan sebagai konsekuensinya risiko juga ditanggung oleh pihak BPR, dan untuk pencatatan di bank umum sebagai pembiayaan ke LKM.9

Untuk Bank Syariah yang melaksanakan linkage program dengan LKM digunakan akad mudharabah,10 dengan landasan hukum:

Artinya: “Bahwasanya Nabi SAW, bersabda: Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandung dengan jewawut untuk

8

Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 307.

9

Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program (Antara BUS/UUD dan BPRS), (t.t.: Bank Indonesia, t.th), h.15


(44)

32

keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).11

Sedangkan akad yang digunakan antara LKM dengan UMK disesuaikan dengan kebutuhan UMK:

Gambar 2.1. Pola Executing Linkage Program

Dalam pola channeling, Bank Konvensional atau Bank Syariah memberikan pembiayaan secara langsung kepada UMK sebagai end user melalui LKM yang bertindak sebagai wakil dari bank tersebut. Dalam pola ini risiko ditanggung oleh bank sehingga LKM tidak memiliki kewenangan memutus pembiayaan kecuali setelah mendapatkan surat kuasa dari bank umum dan pencatatan di bank umum sebagai pembiayaan ke UMK sedangkan di LKM dicatat pada off balance sheet.12 Pada bank syariah akad yang digunakan antara bank syariah dan LKM adalah wakalah,13 dengan landasan hukum:

Artinya: “Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya diantara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang diantara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini)?.

11

A. Hassan, Tarjamah Bulughul Hajar Al-Asqalani, (Bandung: CV: Penerbit Diponegoro, 2006), h. 400.

12

Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program (Antara BUS/UUD dan BPRS), (t.t.: Bank Indonesia, t.th), h.15.

13Ibid.

Bank Umum LKM


(45)

33

“Maka menjawab: “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya

kamu berada (disini). Maka suruhlah salah seorang diantara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun”. (Al Kahfi 18:19)

Sedangkan akad antara LKM dan UMK disesuaikan dengan kebutuhan UMK:

Gambar 2.2. Pola Channeling Linkage Program

Dalam pola joint financing pembiayaan dilakukan bersama antara Bank Konvensional atau Bank Syariah dan LKM dalam membiayai UMK, dimana risiko ditanggung bersama oleh kedua belah pihak sesuai porsinya masing-masing sehingga kewenangan memutus pembiayaan ada pada bank umum dan LKM, dan untuk pencatatan di bank umum sebagai pembiayaan ke UMK, sedangkan pencatatan di LKM pada off balance sheet.14 Akad yang digunakan antara bank syariah dan LKM adalah musyarakah, dengan landasan hukum:

14Ibid.

Bank Umum

LKM


(46)

34

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (menggangu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurma dan kerodhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dari pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Al Maidah 5:2)

Sedangkan akad antara LKM dengan UMK disesuaikan dengan kebutuhan UMK:

Gambar 2.3. Pola Joint Financing Linkage Program

Linkage program merupakan kerjasama yang saling menguntungkan bagi semua pihak. Bagi bank yang memiliki keterbatasan jaringan dan infrastruktur, dengan adanya linkage program dapat menjangkau Usaha Mikro dan Kecil yang terbukti tahan terhadap krisis ekonomi dan bagi Lembaga Keuangan Mikro yang memiliki dana terbatas akan sangat terbantu dengan adanya linkage program ini sehingga LKM dapat menyalurkan pembiayaan kepada Usaha Mikro dan Kecil, dan juga menguntungkan bagi

Bank Umum LKM


(47)

35

Usaha Mikro Kecil yang umumnya kesulitan dalam mendapatkan dukungan dana dari bank umum karena termasuk dalam kategori unbankable. Dari uraian tadi terlihat keterkaitan satu sama lain yang menguntungkan. Dalam hal ini agar pelaksanaan linkage program dapat terus berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada, terdapat kode etik yang harus dipatuhi oleh lembaga yang menjalankan linkage program, yaitu:15

1. Bank Umum Syariah (BUS) / Unit Usaha Syariah (UUS) yang melakukan kerjasama linkage program dengan BPRS, tidak diprbolehkan mengambil alih pembiayaan terhadap nasabah BPRS yang sedang dibiayai melaui linkage program dan atau masih menjadi nasabah BPRS. 2. Bagi nasabah BPRS yang telah naik kelas (dari nasabah mikro menjadi

kecil) dan memerlukan dana pembiayaan yang lebih besar, namun BPRS tidak mampu membiayai karena kendala BMPK maka BUS/UUS dapat membiayai nasabah BPRS tersebut.

3. BUS/UUS yang melakukan linkage program dengan BPRS, tidak diperbolehkan mengambil sumber daya manusia BPRS.

4. BUS/UUS dan BPRS harus transparan dalam memberikan dan menyampaikan informasi yang terkait dengan linkage program sejauh tidak melanggar ketentuan yang berlaku (seperti: laporan keuangan struktur pendanaan dan company profile).

5. Bagi BPRS, satu jaminan hanya untuk dijaminkan kepada satu shohibul maal mitra pembiayaan (BUS/UUS).

15Ibid.


(48)

36

6. BUS/UUS tidak diperkenankan untuk memanfaatkan data nasabah pembiayaan dan BPRS untuk kepentingan diluar linkage program.

7. BUS/UUS dan BPRS yang melaksanakan linkage program dengan pola joint financing dan channeling, tidak diperkenankan membenani nasabah pembiayaan dengan margin/nisbah bagi hasil yang lebih tinggi dari harga pasar untuk sektor usaha UMK yang dibiayai.

8. BUS/UUS yang melakukan linkage program dengan BPRS, tidak diperkenankan meminta laporan hasil pemeriksaan BPRS yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

9. BPRS yang mengikuti linkage program harus memlihara tingkat kesehatannya.

10. Setiap pelanggaran kode etik diatas oleh BUS/UUS/BPRS dilaporkan kepada Bank Indonesia oleh pihak yang merasa dirugikan.

Bank umum tidak selalu menjalankan gagasan atau usulan mengaenai produk baru perbankan dari pemerintah maupun Bank Indonesia. Bank umum harus mempelajari dulu gagasan tersebut dan mempertimbangkan keuntungan serta kerugian yang mungkin timbul akibat program tersebut. Sama halnya dalam melaksanakan linkage program yang dicanangkan oleh Bank Indonesia, sebelumnya bank konvensional maupun bank syariah melakukan langkah-langkah atau proses pengembangan produk baru sebagai berikut:16

16


(49)

37

1. Pembangkit gagasan, yaitu pencarian gagasan produk baru secara sistematis melalui berbagai sumber seperti sumber dari intern, pelanggan, pesaing, penyalur, pemerintah, dan sumber-sumber lainnya.

2. Penyaringan gagasan, bertujuan untuk memilih yang trbaik dari sejumlah gagasan yang ada sehingga menghasilkan gagasan yang menguntungkan. 3. Pengembangan dan pengujian konsep, hal ini dilakukan kepada

sekelompok konsumen melalui beberapa pertanyaan konsep yang ditawarkan.

4. Strategi Pemasaran, yang meliputi pengembangan mutu ukuran, model, penjualan, market share, dan laba yang diinginkan, kemudian strategi pemasaran yang menyangkut pula tentang harga yang layak di masyarakat.

5. Analisis bisnis, yaitu melakukan analisis terhadap strategi pemasaran yang akan dijalankan nantinya dengan membeli berbagai alternatif yang ada.

6. Pengembangan produk, dapat berupa gambar, contoh sampai kepada uraian kata-kata.

7. Pengujian pasar, tujuannya untuk menguji penerimaan pasar yang sesungguhnya.

8. Komersialisasi, merupakan tahap akhir setelah pengujian positif mendapat tanggapan pasar.


(50)

38

2. Generic Model Linkage Program

Linkage program sejatinya sudah ada sejak tahun 2001, namun karena aturan dalam pelaksanaannya masih belum jelas maka linkage program belum dapat terealisasi dengan optimal, hingga akhirnya pada tahun 2004 Arsitektur Perbankan Indonesia (API) mengeluarkan generic model linkage program yang menjadikan aturan dalam menjalankan linkage program lebih jelas dan terarah.

Karena prinsip bank syariah dan bank konvensional berbeda maka aturan linkage pada generic model linkage program-nya pun berbeda, disini penulis akan memamparkan aturan yang dimuat dalam generic model linkage program antara Bank Syariah dan LKM diantaranya adalah:17

a. Distribusi pendapatan, pada pola executing distribusi pendapatan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati antara bank syariah dan LKM. Pola channeling bank syariah mendapatkan pendapatan dari nisbah bagi hasil/margin yang telah disepakati dengan UMK, dan LKM mendapatkan upah (fee) yang besarnya disepakati antara bank syariah dengan LKM. Pada pola joint financing bank syariah juga mendapatkan pendapatan dari nisbah bagi hasil/margin yang disepakati dengan UMK dan pembagian pendapatan antara bank syariah dengan LKM sesuai dengan porsi yang telah disepakati.

17


(51)

39

b. Dalam menentukan besarnya nisbah bagi hasil/margin bagu UMK harus merupakan kesepakatan bersama dengan mempertimbangkan harga pasar untuk usaha UMK yang akan dibiayai.

c. Target nasabah untuk pembiayaan dengan pola executing sepenuhnya merupakan wewenang LKM, untuk pola channeling sepenuhnya mrupakan wewenang bank syariah dan untuk pola joint financing merupakan bersama antara bank syariah dan LKM.

d. Batas plafon per nasabah pada pola executing harus sesuai dengan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), pada pola channeling dan joint financing maksimum Rp. 500.000.000,-.

e. Jaminan utama dan tambahan dari UMK, harus sesuai dengan Undang-Undang Perbankan. Pada pola executing jenis dan besarnya jaminan ditentukan oleh LKM dengan tetap memperhatikan akad pembiayaan antara LKM dan UMK, dan jaminan diadministrasikan oleh LKM. Pada pola channeling jenis dan besarnya jaminan ditentukan oleh bank syariah dengan tetap memperhatikan akad pembiayaan antara bank syariah dan UMK, dan jaminan diadministrasikan oleh bank syariah (untuk jaminan tambahan, diadministrasikan dan dapat diadministrasikan oleh LKM). Pada pola joint financing jenis dan besarnya jaminan ditentukan bersama oleh bank syariah dan LKM dengan tetap memperhatikan akad pembiayaan antara bank syariah, LKM, dan UMK, dan jaminan diadministrasikan oleh LKM yang bertindak untuk diri sendiri dan atas nama bank syariah.


(52)

40

f. Akad pembiayaan pada UMK, untuk pola executing dilakukan oleh LKM, channeling dilakukan oleh LKM untuk dan atas nama bank syariah, joint financing dilakukan oleh LKM bertindak untuk diri sendiri dan atas nama bank syariah.

g. Jangka waktu proses persetujuan pembiayaan dalam rangka linkage program bank syariah kepada LKM maksimum dua bulan setelah data dan persyaratan telah dipenuhi secara lengkap.

3. Kebijakan Bank Indonesia Terkait Linkage Program

Bank Indonesia selaku bank sentral Indonesia yang mempunyai tugas di bidang perbankan, seperti memajukan perkembangan yang sehat dari urusan perbankan, dan mengadakan ketentuan atau kebijakan yang berkaitan dengan pengeluaran dana oleh lembaga keuangan.18 Dalam hubungan ini Bank Indonesia telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan mengenai linkage program yaitu sebagai berikut:19

a. Penyediaan informasi kinerja BPR/S (LKM) yang akan menjadi calon peserta linkage program.

b. Perlakuan khusus dalam penialaian kolektibilitas bagi BUK/BUS/UUS yang menggunakan pola channeling.

c. Pertimbangan kemudahan pembukuan jaringan kantor cabang bagi BPR/S (LKM).

d. Penyediaan fasilitas infrastruktur pendukung antara lain pelaporan BPR/S (LKM) ke BI secara online.

18

Thomas Suyatno dkk, Kelembagaan Perbankan (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 22.

19


(53)

41

e. Keikutsertaan dalam workshop setiap 6 (enam) bulan sekali yang terkait kebijakan linkage program.

f. Promosi BUK/BUS/UUS dan BPR/S (LKM) antara lain pencantuman nama bank dalam website Bank Indonesia, pencantuman logo sebagai peserta linkage program di kantor BPR/S (LKM).

g. Linkage program award untuk BUK/BUS/UUS pemberi kredit linkage program terbesar.

h. Bank Indonesia dan BUK/BUS/UUS menyebarkan informasi generic model linkage program di masing-masing website.

4. Linkage Program Bank Syariah Mandiri

Setiap produk yang dikeluarkan oleh bank, membidik segmen yang beragam. Hal ini dimaksudkan agar fungsi bank sebagai lembaga intermediasi dapat berjalan dengan efektif. Linkage program Bank Syariah Mandiri ditujukan kepada:20

a. Lembaga Keuangan Mikro/Syariah (LKM/S), Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).

b. Usaha sudah berjalan selama 2 (dua) tahun.

c. Usaha tersebut memenuhi ketentuan dan persyaratan pembiayaan yang berlaku serta dinyatakan layak oleh PT. Bank Syariah Mandiri. Jika telah memenuhi persyaratan diatas dan ingin menjalin linkage program dengan Bank Syariah Mandiri harus mengikuti standar operasional seperti berikut ini:

20 Bank Syariah Mandiri, “Linkage”, artikel ini diakses pada 15 Oktober 2014 dari

http//www.syariahmandiri.co.id/category/small-micro-business/fasilitas-pembiayaan-smaal-business/linkage/


(54)

42

a. Lembaga Keuangan Mikro mengajukan permohonan pembiayaan ke Cabang PT. Bank Syariah Mandiri.

b. Wawancara dan pemenuhan informasi/data/dokumen persyaratan. Dokumen yang harus dipenuhi oleh BPR/S:21

1) Surat Permohonan yang ditandatangani seluruh pengurus.

2) Laporan keuangan 2 tahun terakhir, termasuk NPF 2 tahun terakhir.

3) Laporan tingkat kesehatan (hasil penilaian sendiri).

4) Legalitas pengurus (KTP/SIM/Paspor, Kartu Keluarga, Curriculum Vitae).

5) Legalitas usaha berbentuk badan hukum (Surat Ijin Operasional dari BI, TDP, SITU, NPWP, Akte Pendirian Usaha dan perubahannya, Lembar Berita Negara).

6) Standard Operating Procedure (SOP) pembiayaan. 7) Rencana usaha 1 (satu) tahun kedepan.

8) Bukti Kepemilikan Jaminan. 9) Daftar nominatif end user.

Sedangkan dokumen yang harus dipenuhi oleh Koperasi Syariah (Kopsyah)/Baitul Maal wat Tamwil (BMT)/Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)/Koperasi Unit Desa (KUD)/Koperasi Simpan Pinjam (KSP) ialah sebagai berikut:22

1) Surat Permohonan yang ditandatangani seluruh pengurus.

21Ibid. 22Ibid.


(55)

43

2) Laporan keuangan 2 tahun terakhir, termasuk NPF 2 tahun terakhir.

3) Laporan tingkat kesehatan (jikla ada: dari Dinas Koperasi Setempat).

4) Legalitas pengurus (KTP/SIM/Paspor, Kartu Keluarga, Curriculum Vitae).

5) Legalitas usaha berbentuk badan hukum (SIUP, TDP, SITU, NPWP, Akte Pendirian Usaha dan perubahannya, serta AD/ART, Lembar Berita Negara).

6) Rencana usaha 1 (satu) tahun kedepan. 7) Bukti Kepemilikan Jaminan.

8) Daftar nominatif end user.

c. On the Spot (OTS) dan transaksi jaminan.

d. Analisa layak atau tidaknya diberikan pembiayaan.

e. Penandatanganan surat persetujuan pembiayaan dari BSM f. Akad pembiayaan

g. Pencairan pembiayaan.

Linkage program BSM terdiri dari dua pola yaitu pola executing dan pola channeling. Untuk pola executing menggunakan akad mudharabah, sedangkan pola channeling biasanya menggunakan akad murabahah kepada calon nasabahnya dengan tingkat margin maksimal 20%.23


(56)

44

Pada pola executing, sebelum LKM dan LKBB mengajukan pembiayaan kepada Bank Syariah Mandiri, biasanya LKM telah mengelompokkan calon anggota yang akan mendapatkan pembiayaan lewat dua dana yang didapat dari Bank Syariah Mandiri, jika belum ada atau sedikit yang akan mendapatkan pembiayaan dari LKM atau LKBB, maka pencairan dana dapat dilakukan secara berangsur. Sedangkan untuk pola channeling, LKM atau LKBB mengajukan kepada calon anggota yang ingin mendapatkan pembiayaan.

D. Baitul Maal wa Tamwil

Bait al-Maal berasal dari dua kata yakni, bait yang berarti adalah rumah, dan al-maal yang berarti harta, kalau kedua kata itu digabungkan mempunyai arti yang tidak jauh berbeda dari penggalan-penggalan katanya yaitu, rumah harta atau perbendaharaan harta. Banyak ahli berbeda pendapat tentang fungsi dari bait al-Maal serta siapa yang pertama kali mendirikan al-Maal.

Mannan membagi bait al-Maal kepada tiga macam:24

1. Bait al-Maal al-Ikhlas, adalah perbendaharaan kerajaan atau dana rahasia, dengan sumber pendapatan dan unsur pengeluaran sendiri. Pengeluaran-pengeluaran itu antara lain pengeluaran pribadi khalifah, istana pensiun anggota keluarga raja, pegawai istana, dan hadiah dari para khalifah kepada pangeran asing.

24

Muhammad Abdul Mannan, Ekonomi Islam : Teori dan Praktek (Dasar-dasar Ekonomi Islam), Terjemahan Potan Arif Harahap, (Jakarta, PT. Intermasa, 1992), h. 180.


(57)

45

2. Bait al-Maal, adalah sejenis bank negara untuk kerajaan. Ini tidak berarti bahwa ia memiliki semua fungsi bank sentral dewasa ini, karena Kerajaan Islam sangat terpusat, baik pada tingkat provinsi maupun tingkat pusat, maka administrasi Bait al-Maal adalah gubernur provinsi. Dia bertugas mengumpulkan dan mngelola pendapatan. Bait al-Maal bertempat di kantor besar provinsi. Pusat Bait al-Maal di ibukota kerajaan sehingga ia langsung dibawah pengawasan khalifah.

3. Bait al-Maal al-Islamin, adalah perbendaharaan kaum muslimin, yang sebenarnya adalah tidak hanya untuk kaum muslimin tetapi untuk seluruh kesejahteraan masyarakat kerajaan Islam tanpa memandang kasta, warna kulit, dan keyakinannya. Fungsi Bait al-Maal ini terdiri dari memelihara pekerjaan umum, jalan-jalan, jembatan, masjid, gereja, dan kesejahteraan serta persediaam untuk si miskin. Bait al-Maal ini berpusat di masjid utama dan pada tingkat pusat dikelola ole Qadi’, sedangkan di tingkat provinsi oleh rekan-rekan Qadi’. Unsur pendapatannya diperoleh dari zakat, infak/shadaqah, ghanimah, fai, kharaj, dan jizyah. Tugas khalifah adalah menjaga agar semua penerimaan ini terpisah satu sama lainnya dalam perbendaharaan, karena masing-masing hal mempunyai kekhususan dan harus dikelola menurut peraturannya sendiri.

Adapun pengertian Baitul Maal adalah lembaga ekonomi berorientasi sosial-keagamaan yang kegiatan utamnya menampung harta masyarakat dari


(58)

46

berbagai sumber termasuk zakat, infak dan shadaqah, dan menyalurkannya untuk tujuan mewujudkan kemaslahatan umat dan bangsa dalam arti seluas-luasnya.25

Adapun secara harfiah Bait al-Tamwil terdiri dari dua kata yakni Bait yang berarti rumah dan al-Tamwil yang berarti pengembangan harta. Jadi pengertian Bait al-Tamwil adalah lembaga ekonomi yang melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.26

Maka pengertian BMT (Baitul Maal wat Tamwil) adalah suatu lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil, dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin.27

25

Makhalul Ilmi. SM, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah,

(Yogyakarta, UII Press, 2002), h. 66.

26

M. Amin Aziz, Buku Saku Tata Cara Pendirian BMT, (Jakarta, PKES, 2006), hal. 1.


(59)

47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang berupa perilaku yang dapat diamati.1

Dalam penelitian ini akan dijabarkan hasil tanya jawab dengan pihak BMT UMJ mengenai hasil analisis kinerja keuangan KSU BMT UMJ sebelum dan sesudah melaksanakan linkage program dengan BSM berdasarkan rasio keuangan likuiditas yang diwakili oleh Current Ratio dan Cash Ratio, rasio keuangan solvabilitas yang diwakili oleh Total Debt to Total Asset Ratio dan Long term Debt to Equity Ratio, dan rasio keuangan rentabilitas yang diwakili oleh Return Of Investment dan Return On Equity.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis yaitu penelitian dilakukan dengan menggambarkan permasalahan

1


(60)

48

yang didasarkan pada data yang ada, yang kemudian dianalisis lebih lanjut untuk dapat ditarik kesimpulannya.2

C. Objek Penelitian

Objek penelitian ini dilakukan pada kinerja keuangan BMT UMJ dalam jangka waktu sebelum dan sesudah linkage program yaitu dari tahun 2011-2014. Kinerja keuangan dari dua periode tersebut dibandingkan melalui analisis laporan keuangan dari masing-masing periode.

D. Sumber data 1. Data Primer

Data primer merupakan data-data yang diperoleh dengan cara langsung dari sumbernya. Cara pengumpulan data ini diperoleh dari wawancara dan observasi langsung di tempat penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari buku-buku yang ada di tempat penelitian maupun literatur yang mendukung data-data penelitian. Data-data ini diperoleh dari dokumentasi maupun buku-buku literatur lainnya.

2

Herman Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian : Buku Pedoman Mahasiswa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), hal. 10


(61)

49 E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam rangka mengumpulkan data untuk menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis semua hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi nonpartisipan, dimana peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti hanya mengamati dan mencatat, menganalisa dan selanjutnya membuat kesimpulan dari kegiatan/aktivitas objek penelitian yang diamati. Observasi dilakukan kepada pihak KSU BMT UMJ.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengambil data secara langsung (dokumentasi) dari instansi yang bersangkutan. Dokumentasi ini dilakukan bertujuan agar dapat mendapatkan bukti tertulis dari pihak yang bersangkutan dengan cara mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan periode 2011-2014 yang diperoleh dari BMT UMJ yang menjadi objek penelitian. Jenis laporan yang digunakan adalah neraca keuangan, laporan laba rugi, laporan kualitas aktiva produktif, perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum, dan perhitungan rasio keuangan.


(62)

50 3. Wawancara

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah semi terstruktur. Pada awalnya peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam pedoman wawancara, kemudian jika ditemukan statement narasumber yang menarik untuk dibahas lebih lanjut, maka peneliti mengajukan pertanyaan diluar pedoman wawancara.

4. Studi Pustaka

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami data atau bahan yang diperoleh dari berbagai literatur, seperti: majalah, surat kabar, buku-buku cetak, artikel, website atau internet yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini berupa data primer dana sekunder. Dalam penelitian kualitatif, analisa data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis data bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, atau mengklasifikasikannya dan menganalisis kinerja keuangan KSU BMT UMJ sebelum dan sesudah melaksanakan kerjasama linkage program dengan BSM.


(63)

51 G. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah menggunakan deskriptif kuantitatif prosetase. Deskriptif merupakan tulisan yang berisi paparan uraian tentang suatu objek sebagaimana adanya pada waktu tertentu. Kuantitatif merupakan data yang dapat diolah atau diukur. Sedangkan prosentase merupakan data yang digunakan untuk menyajikan analisis mengenai objek dengan prosentase. Jadi, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tulisan yang berisi paparan uraian tentang suatu objek sebagaimana adanya pada waktu tertentu dimana data yang digunakan dapat diolah atau diukur dan hasil data yang telah dianalisis tersebut berbentuk prosentase.

Rumus yang digunakan untuk mengkaji analisi data, antara lain: 1. Likuiditas

Rasio likuiditas yang dapat digunakan pada koperasi meliputi: a. Current Ratio

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.

Aktiva Lancar

Current Ratio = X 100% Hutang Lancar

b. Cash Ratio

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan kas yang dimilikinya.


(64)

52 Kas + Bank

Cash Ratio = X 100% Hutang

2. Solvabilitas

Rasio solvabilitas yang dapat digunakan pada koperasi meliputi: a. Rasio Total Hutang terhadap Total Asset (DTAR)

Pada rasio ini membandingkan jumlah toal hutang dengan aktiva total yang dimiliki perusahaan.

Total Hutang

DTAR = X 100%

Total Aktiva

b. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Total Ekuitas (DER)

Pada rasio ini membandingkan hutang jangka panjang dan modal sendiri. Hutang Jangka Panjang

DER = X100% Modal Sendiri

3. Rentabilitas

Rasio rentabilitas yang dapat digunakan pada koperasi meliputi: a. Return Of Investment (ROI)

Membandingkan laba setelah bunga dan pajak dengan jumlah aktiva yang bekerja. Jenis rasio ini dalam koperasi sering disebut juga dengan Rentabilitas Ekonomi.

Sisa Hasil Usaha Setelah Zakat

ROI = X 100% Total Aktiva


(1)

(2)

(3)

(4)

Neraca Kuangan

KSU BMT

UMJ

KETERANGAN 31 Des 2011 (saldo Rp)

31 Des 2012 (saldo Rp)

31 Des 2013 (saldo Rp)

31 Des 2014 (Saldo Rp)

AKTIVA

AKTIVA LANCAR

- Kas & Setara Kas 128.315.300,00 40.667.150,00 76.091.300,00 73.053499,99

- Penempatan Pada Bank Lain 69.818.055,62 134.399.138,68 188.572.729,31 111.388.560,37

- Deposito pada bank 0,00 0 90.000.000,00 100.000.000,00

- Penempatan di Kantin 10.387.100,00 0,00 0,00 0,00

- Penempatan pada BMT rekanan 1.951.655,70 1.321.655,70 608.227,70 608.227,70

- Piutang Murabahah 766.312.193,00 908.001.391,00 934.667.581,00 1.279.127.386,00

- Piutang lainnya 11.060.558,00 12.315.758,00 10.013.108,00 8.113.958,00

- Pembiayaan Mudhorabah 129.395.000,00 184.895.000,00 286.445.000,00 289.980.000,00

- Pembiayaan Musyarakah 0,00 0,00 0,00 20.000.000,00

Total Piutang & Pembiayaan 906.767.751,00 1.105.212.149,00 1.231.125.689,00 1.597.221.344,00 JUMLAH AKTIVA LANCAR 1.117.239.862,32 1.281.600.093,38 1.586.397.946,01 1.882.271.632,06 AKTIVA TETAP

- Kendaraan 10.350.000,00 10.350.000,00 10.350.000,00 10.350.000,00

- Gedung bangunan 11.657.500,00 11.657.500,00 11.657.500,00 11.657.500,00

- Inventaris kantor 0,00

- Perlengkapan kantor 22.505.000,00 30.205.000,00 36.845.000,00 42.787.000,00

- Peralatan kantor 11.447.000,00 111.485.000,00 12.635.000,00

Akumulasi Aktiva Tetap 44.512.500,00 63.659.500,00 70.337.500,00 77.429.500,00

- Penyusutan Aktiva Tetap (17.352.469,38) (18.205.759,38) (25.653.005,34) (33.899.830,39)

JUMLAH AKTIVA TETAP 27.160.030,62 45.453.740,62 44.684.494,66 43.529.669,61 AKTIVA LAIN-LAIN

Aset Lain-lain 63.682.550,33 62.798.250,33 79.235.250,00 95.795.250,33

Amortisasi (14.143.568,00) (26.991.754,00) (39.771.171,59) (64.195.599,38)

JUMLAH AKTIVA LAIN-LAIN 49.538.982,33 35.806.496,33 40.464.078,66 43.529.669,61 Al Qordh 6.563.547,00 28.479.017,50 15.503.143,00 7.426.67,00 JUMLAH AKTIVA 1.200.511.422,27 1.391.339.347,83 1.687.049.662,08 1.964.827.662,6

PASIVA

KEWAJIBAN LANCAR

- Premi Asuransi 1.113.936,00 0 0,00 200.000,00

- Tabungan Wadiah 38.017.583,00 52.363.000 72.098.000,00 98.161.000,00


(5)

- Hutang Lainnya 436.746.656,29 514.414.880,04

JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR 39.581.345,10 52.911.731,82 509.701.590,18 618.331.284,90 Investasi Tidak Terikat

- Tabungan Mudhorabah 259.741.154,81 396.843.102,48 553.612.961,08 651.290.715,30

- Deposito Mudhorabah 173.000.000,00 194.000.000 241.500.000,00 248.100.000,00

JUMLAH INVESTASI TDK TERIKAT 432.741.154,81 590.943.102,48 759.11.961,08 899.390.715,30 JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR 472.322.508,91 643.854.834,30 1.304.814.551,26 1.517.722.000,20 EKUITAS

- Simpanan Pokok Anggota 118.890.600,00 126.335.400 137.535.400,00 134.645.400,00

- Simpanan Wajib Anggota 49.350.000,00 62.850.000 73.500.000,00 94.500.000,00

- Modal Penyertaan Anggota 25.000.000,00 25.000.000 15.000.000,00 10.000.000,00

- Modal Lainnya 9.014.108,18 65.060.605 85.115.483,98 103.896.247,99

JUMLAH EKUITAS 202.254.708,18 279.246.005,39 311.150.883,98 343.041.647,99

- Laba Ditahan (22.683.411,33) (21.018.589,51) (21.018.589,61) (9.894.182,71)

- Total Awal Pasiva 1.581.177.656,46 1.332.400.151,48 1.594.946.845,63 1.850.869465,48

- Laba (Rugi) Tahun Berjalan 42.333.765,81 58.939.196,35 92.102.816,45 113.948.157,15

JUMLAH PASIVA 1.200.511.422,27 1.391.339.347,83 1.687.049.662,08 1.964.817.622,6 Pendapatan Operasional Utama

Pendapatan Murabahah & Ijarah 249.425.922,00 331.226.917,00 353.989.538,00 463.987.237,00

Pendapatan Mudharabah 35.072.600,00 3.475.000,00 56.555.000,00 50.549.400,00

Pendapatan Musyarakah 407.000,00 0,00 0,00 0,00

Pendapatan Operasional Lainnya 556.128,64 584.067,91 2.010.929,99 3.002.435,42

Jumlah Pendapatan Utama 285.461.650,64 335.285.984,91 412.555.462,99 517.539.072,42

Hak DPK atas Bagi Hasil 6.592.422,04 7.212.018,91 8.695.623,92 8.569.440,42

Laba Kotor 278.869.228,60 328.073.966,00 403.859.839,07 508.969.632,00 Pendapatan Operasional Lainnya

Pend Adm Pembiayaan 35.635.500,00 26.670.902,00 29.736.900,00 47.342.375,00

Pend Adm Tabungan 928.517,80 2.351.979,69 1.702.605,99 1.945.374,91

Pend Adm Deposito 72.000,00 780.000,00 147.000,00

Pend Adm Lainnya 10.000,00 100.000,00 90.000,00 849.000,00

Pendaptan Operasional Lainnya 3.891.460,00 4.225.300,00 9.137.700,00 4.386.143,00

Jumlah Pend Opr Lainnya 40.465.477,80 31.420.181,69 41.447.205,99 54.669.892,91 Jumlah Pendapatan Operasional 319.334.706,40 359.494.147,69 445.307.045,06 563.639.524,91 Beban Operasional


(6)

Biaya Administrasi 3.514.757,13 2.829.917,15 3.016.051,69 4.296.461,51

Biaya Tenaga Kerja 116.623.800,00 144.163.400,00 186.354.900,00 220.295.300,00

Biaya Pemeliharaan 3.719.500,00 3.733.000,00 2.394.000,00 7.551.000,00

Biaya Operasional Lainnya 23.182.350,00 37.123.303,07 52.571.250,00 63.267.724,00

Biaya Penyusutan AT & Inventaris 14.978.564,80 13.701.476,00 19.226.663,88 33.671.252,51

Jumlah Beban Operasional 260.393.344,58 287.450.149,34 343.518.559,58 417.603.210,13 SISA SEMENTARA HASIL USAHA 58.941.361,82 72.043.998,35 101.788.485,48 146.036.314,78 BEBAB NON OPERASIONAL 58.941.361,82 72.043.998,35 101.788.485,58 146.036.314,78 SHU ATAU R/L BERJALAN 7.621.743,17 13.104.802,00 9.685.669,03 17.624.000,00

Zakat 0,00 - - 2.951.257,64

Pajak 0,00 - - 11.512.900,00