Sumber Daya USSC UNITED STATES SECURITY COORDINATOR USSC

50 sebesar 400 juta dolar pada tahun 2008-2010 karena mempekerjakakan sebanyak 73 staf yang terdiri dari 45 staf militer dan sipil serta 28 instruktur pelatihan. Dana tersebut juga dialokasikan untuk melatih dan memberikan peralatan militer tiap cabang pasukan keamanan nasional yang berjumlah sebanyak 9.300-9.700 personil. Selanjutnya, dana yang dialokasikan oleh EUPOL COPPS untuk reformasi keamanan Palestina lebih difokuskan untuk polisi sipil yang berjumlah 7.300-8.300 personil dan 66 staf internasional dan local Sayigh, 2011:5. Tabel III.C.2 Daftar Bantuan USSC EUPOL COPPS terhadap Palestina 2008-2010 Misi bantuan Juta dolar USSC 2008, 2009, dan 2010 400 Pelatihan 160 Perlengkapan keamanan 89 Pembangunan atau rehabilitasi fasilitas 99 Peningkatan kapasitas 22 Biaya perencanaan program pengawalan kendaraan lapis baja untuk personil USSC 23 EUPOL COPPS 2008 and 2009 47 Pelatihan 16 Peralatan 31 Total 447 angka di atas adalah perkiraan kantor akuntan umum AS Sumber: Carnegie Endowment for International Peace oleh Yezid Sayigh pada 2011, Policing the People, Building the State; Authoritarian Transformation in the West Bank and Gaza. Secara struktur EUPOL COPPS dipimpin oleh Henrik Malmquist, Head of Mission Police Commissioner yang bertugas mengatur dan memastikan program keamanan untuk Palestina dilaksanakan oleh sumber daya sesuai rencana. Sebagai polisi senior di Swedia, ia memiliki banyak pengalaman bekerja di banyak negara. Elemen lain yang terdapat dalam struktur EUPOL COPPS yaitu advisory section, programme coordination section, dan administration section Official Journal of the European Union, 2005: 66; QCEA, 2012: 15. Advisory section berperan 51 mengkordinir bantuan yang nantinya digunakan untuk keperluan memperbaiki institusi polisi Palestina Palm, 2010: 19. Henrik Malmquist sebagai pemimpin EUPOL COPPS membawahi 53 pegawai Uni Eropa dan 27 pegawai lokal. Para pegawai tersebut berasal dari 19 negara Anggota Uni Eropa, Norwegia, dan Kanada QCEA, 2012: 15. Pelatih yang memberikan materi mengenai hak asasi manusia HAM dan gender dalam EUPOL COPPS disebut sebagai Human Rights Experts HRE. HRE juga memiliki partner kerja dengan lembaga-lembaga yang memiliki fokus di bidang HAM Palm, 2010: 19. Sebagai lembaga yang mengupayakan reformasi bagi sistem keamanan Palestina, EUPOL COPPS bersikap terbuka pada media dan publik dalam memberikan informasi seputar program dan misinya melalui Press and Public Information Officer PPIO misalnya berupa factsheet dan newsletter Palm, 2010: 22. Secara spesifik, program yang dijalankan EUPOL COPPS terbagi ke dalam dua kategori yaitu pertama, level strategik dan politik berupa misi untuk menyelesaikan inti masalah konflik Israel-Palestina; kedua, level praktis dan operasional yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas polisi Palestina Kerkkanen, Rantanen, Sundqvist, 2008: 3. c. Jordanian International Police Training Center JIPTC JIPTC dibentuk pada 2003 dengan donor dari AS untuk melatih polisi Irak. Pasukan yang dilatih berasal dari Tepi Barat. Pasukan ini akan dilatih untuk keperluan cadangan pasukan dan bala bantuan. Palestinian Guard dilatih secara khusus dalam pelatihan di JIPTC Zanotti, 2010: 15-16. 52 2. Jumlah Anggota CIA, Israel Security Service Shabak, Jordan intelligence, dan intelijen Palestina memiliki catatan mengenai nama-nama yang terlibat kasus kekerasan dan aktivitas teroris. Nama yang tercatat oleh keempat lembaga tersebut tidak diperbolehkan untuk ikut terlibat dalam pelatihan pasukan USSC Kushner dan Bedein, 2011: 6. Dalam jangka waktu antara Januari 2008 hingga Maret 2009, sebanyak 2.100 pria dilatih di JIPTC Sayigh, 2009: 5. Bagan III.C.1 Struktur Elemen Keamanan Palestina Struktur dan Garis Koordinasi Lembaga Keamanan Palestina Presiden Perdana Menteri Menteri Dalam Negeri Menteri Keuangan Keamanan Internal Keamanan Nasional Pengawal Presiden Intelijen Militer Polisi sipil Aparatur pencega- han keamanan Departe- men Intelijen Umum 9.300- 9.700 CIA EUPOL COPPS USSC 2.300 1.500- 2.000 3.000- 3.500 3.500 7.300- 8.000 Pasukan Keamanan Nasional 53 Key: Kewenangan formal Kontrol Kewenangan focal dan kontrol Bantuan resmi Bantuan tidak resmi Total PASF: 27.000-29.000 including 1.000+in auxiliary service Presiden otonomi Palestina berada di bawah mandate hukum tahun 2003 sebagai pemegang otoritas tertinggi pasukan keamanan nasional, tapi mendelegasikan tanggungjawab keamanan internal pada Menteri Dalam Negeri. Presiden memegang kontrol penuh semua lembaga keamanan. 54

BAB IV EFEKTIVITAS KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA

SERIKAT TERHADAP PALESTINA MELALUI USSC

A. Evaluasi Reformasi Sektor Keamanan USSC

Penelitian ini menganalisa efektivitas kebijakan luar negeri AS terhadap Palestina melalui USSC menggunakan konsep bantuan luar negeri dan kepentingan nasional yang sudah dijelaskan pada Bab I. Penelitian ini mengevaluasi USSC melalui laporan program reformasi sektor keamanan dan menganalisis dampaknya terhadap keamanan dan ketertiban sipil di Palestina. Penilaian terhadap USSC dapat menjadi alat ukur dari tujuan kebijakan luar negeri AS terhadap Palestina. AS menggunakan bantuan luar negeri sebagai instrumen dari kebijakan luar negerinya. Dana yang dikeluarkan kongres AS untuk bantuan luar negeri sebesar satu setengah dari satu persen anggaran federal. Sehingga dana tersebut dapat digunakan secara efisien jika dapat mencapai tujuan kebijakan luar negeri AS Levin, 2000:1. Untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari setiap kebijakan perlu ada perbandingan antara tujuan awal dengan hasil dari bantuan luar negeri. Menurut Lawson 2013:4, jika bantuan luar negeri berhasil maka yang perlu dilakukan hanya pemantauan kinerja atau performance monitoring. Sedangkan jika mengalami kegagalan maka dilakukan evaluasi kinerja atau performance evaluation. Penilaian efektivitas bantuan luar negeri dilakukan dengan mengevaluasi dampak sebuah kebijakan dari hasil penilaiannya. Setelah dibentuk USSC pada tahun 2005 untuk membantu reformasi sektor keamanan Palestina, terdapat sejumlah laporan mengenai hasil kinerjanya. USSC melaporkan pencapaian reformasi sektor keamanan pada pemerintah AS. 55 Lalu pemerintah AS yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri melaporkan hasil tersebut pada Kuartet. Dalam memberikan laporan kinerja, pejabat USSC kurang memberikan penilaian dan evaluasi melainkan hanya menggambarkan hal-hal teknis yang telah dilakukan seperti jumlah personil yang telah dilatih dan dilengkapi peralatan militer. Mereka juga tidak memiliki indikator untuk mengukur bagaimana keberhasilan mereka dalam mereformasi sektor keamanan di Palestina dan sejauh mana USSC telah membantu Palestina dalam memenuhi kewajiban dalam Road Map Obligations GAO:27. Awal mula dibentuk sebagai lembaga yang bertugas mereformasi sektor keamanan Palestina, USSC memiliki visi dan misi yang menjadi pedoman untuk menjalankan programnya. Untuk menilai keberhasilan atau kegagalan implementasi programnya, penelitian ini mengamati apakah program tersebut telah sesuai dengan misi USSC. Pencapaian USSC juga akan dibandingkan dengan poin-poin kewajiban yang harus dipatuhi Palestina dalam Road Map for Peace. Untuk itu, USSC akan dievaluasi berdasarkan laporan-laporan tersebut yang terdiri dari laporan mengenai konstruksi infrastruktur bagi polisi Palestina di Tepi Barat pada Maret 2011 dan laporan pelatihan dan pendukung logistik untuk polisi Palestina pada Juli 2011. Visi dan misi tersebut diturunkan ke dalam program-program. Adapun program USSC difokuskan ke dalam empat yaitu pertama, melakukan pelatihan dan memberikan perlengkapan militer terhadap Palestina; kedua, meningkatkan kapasitas kementerian dalam negeri Palestina yang bertanggungjawab terhadap seluruh pasukan keamanan; ketiga, pembangunan infrastruktur yang layak. 56 Ketiga hal tersebut secara teknis pelaksanaan cukup berjalan dan terealisasi. USSC berhasil mengkoordinasikan bantuan keamanan dari negara- negara pendukung lainnya dan menjalankan pelatihan maupun pembangunan infrastruktur. Namun, setelah program-program tersebut tercapai, USSC dapat dikatakan belum berhasil menjadi salah satu faktor pendukung untuk membawa permasalahan Israel-Palestina untuk melakukan negosiasi damai. Untuk lebih mendalam, penelitian ini membandingkan sejauh mana program-program tersebut dapat sesuai dengan misi USSC yang terdiri tiga poin. Misi pertama yaitu memfasilitasi kerjasama Palestina dan Israel dan memastikan kapabilitas Palestinian Authority Security Force PASF tidak mengancam Israel. Kaitannya antara bantuan luar negeri AS terhadap Palestina dengan Israel, menurut Levin 2000:1 Israel merupakan negara di Timur Tengah yang dapat menjadi jembatan pengaruh di wilayah tersebut. Sehingga tidak mengherankan jika AS sangat protektif terhadap keamanan Israel. Dalam implementasinya, distribusi dana yang dikelola USSC memang tidak diperbolehkan diberikan atau digunakan untuk kelompok militan yang anti Israel seperti Hamas. Sehingga polisi dan pasukan keamanan nasional yang dilatih pun tidak boleh berstatus sebagai anggota Hamas. Israel tetap memegang peranan penting untuk memantau bantuan keamanan untuk Palestina. Bantuan keamanan terhadap Palestina dapat memperkuat kapasitas lembaga keamanan sehingga berpotensi membahayakan keamanan Israel. Sehingga tidak mengherankan jika AS bekerjasama dengan Israel menggunakan sistem yang ketat untuk menyaring bentuk bantuan keamanan yang tepat untuk Palestina yang tidak membahayakan posisi Israel. 57 Selain itu, melalui reformasi sektor keamanan Palestina, sipil mendapatkan wewenang untuk mengontrol militer. Adanya kontrol sipil diharapkan Palestina akan lebih condong terhadap negosiasi untuk mencapai kesepakatan daripada aksi kekerasan yang membahayakan Israel. Bedein mengutip Mohammed J. Herzallah, mantan pemimpin gerakan solidaritas Palestina Harvard yang juga peneliti Carnegie Endowment for International Peace berpendapat bahwa program yang dijalankan USSC berbahaya karena AS melakukan intervensi secara langsung terhadap organ inti Palestina. Herzallah menambahkan bahwa koordinasi keamanan oleh USSC juga melemahkan kepresidenan Palestina dan membuat Palestina bergantung pada bantuan AS Bedein, 2009:10. Bantuan keamanan AS melalui USSC melemahkan legitimasi politik pemerintahan Mahmoud Abbas karena secara keuangan bergantung pada AS. Ketergantungan secara ekonomi untuk mereformasi sektor keamanan dapat membuat pemerintahan Abbas membuat kebijakan berdasarkan kepentingan AS. Apalagi AS yang memiliki status sebagai aliansi Israel, tentu memberikan bantuan keamanan untuk tujuan keamanan Israel. Hal itu menunjukkan bahwa dibalik bantuan keamanan terhadap Palestina, AS memiliki tujuan untuk melindungi Israel. Kewaspadaan AS dalam memberikan bantuan keamanannya terhadap Palestina di Tepi Barat tidak mengancam Israel memang berhasil. Tapi di sisi lain, bantuan keamanan AS menjadi pemicu bantuan keamanan negara lain terhadap Hamas seperti dari Iran.