KESIMPULAN DAN SARAN ANALISIS PELAYANAN PUBLIK SEKTOR PENDIDIKAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Studi Kasus Pada Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SD Negeri 2 Labuhan Ratu dan SD Negeri 3 Gunung Terang)

Berdasarkan konteks negara modern, pelayanan publik telah menjadi lembaga dan profesi yang semakin penting. Pelayanan Publik tidak lagi merupakan aktivitas sambilan, tanpa payung hukum, gaji dan jaminan sosial yang memadai, sebagaimana terjadi di banyak negara berkembang pada masa lalu. Sebagai sebuah lembaga, pelayanan publik menjamin keberlangsungan administrasi negara yang melibatkan pengembangan kebijakan pelayanan dan pengelolaan sumber daya yang berasal dari dan untuk kepentingan publik. Sebagai profesi, pelayanan publik berpijak pada prinsip-prinsip profesionalisme dan etika seperti akuntabilitas, efektifitas, efisiensi, integritas, netralitas, dan keadilan bagi semua penerima pelayanan. Berdasarkan Alinea ke 4 empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen mengamanatkan bahwa salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini mencerdaskan kehidupan bangsa harus diartikan secara mendalam dan menyeluruh. Artinya bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya dijadikan sebuah alat untuk menaikkan derajat sosial ekonomi saja, namun harus dapat menjadikan manusia sebagai manusia seutuhnya. Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan tidak optimal maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan. Oleh sebab itu perlu ada perencanaan yang baik dan bahkan perlu diformulasikan standar pelayanan pada masyarakat sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat pada pemerintah daerah. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami secara berbeda tergantung pada konteksnya. Dalam konteks pemberantasan Korupsi Kolusi Nipotisme KKN, good governance sering diartikan sebagai pemerintahan yang bersih dari praktik KKN. Sebagian kalangan ada yang mengartikan good governance sebagai penerjemahan kongkrit dari demokrasi dengan meniscayakan adanya budaya sipil civil culturesebagai penopang kelangsungan sustainability demokrasi itu sendiri. Pada umumnya good governance diartikan sebagai pengelolaan pemerintahan yang baik, Koirudin 2005: 160. Good governance, sebenarnya sudah lama menjadi mimpi banyak orang Indonesia. Kendati pemahaman mereka mengenai good governance berbeda-beda, namun setidaknya sebagian besar dari mereka membayangkan bahwa dengan good governance mereka akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih baik. Dengan demikian, kualitas pelayanan publik akan menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah dan pemerintah semakin peduli dengan kepentingan warga. Subarsono 2005: 34 mendefenisikan pelayanan publik sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna. Berdasarkan hasil penelitian Ulbert Silalahi Utomo, 2003: 62 atas pelayanan publik sebelum reformasi diperoleh data bahwa tingkat kepuasan layanan aparatur negara yang diberikan kepada masyarakat menunjukkan presentase rata-rata 33.7 yang dikategorikan rendah. Wujud atau bentuk pelayanan publik tersebut yang merupakan sins of service dosa pelayanan dari sikap pelayanan aparatur