Aspek-aspek Upacara Pangguni Uttiram (Suatu Ritual Hindu-Tamil di Kuil Shri Thendayudabani, Kota Lubuk Pakam, Sumatera Utara)

BAB III RANGKAIAN RITUAL PANGGUNI UTTIRAM

3.1 Aspek-aspek Upacara

3.1.1 Tempat Pelaksanaan Upacara Pangguni Uttiram dilakukan di beberapa tempat yaitu di kuil, sungai, dan jalan. Masing-masing tempat mempunyai tujuan dan makna tertentu. a. Kuil Kuil adalah tempat suci umat Hindu Tamil. Kuil juga disebut dengan Aalayam yaitu Aa yang merupakan singkatan Atma berarti jiwa, dan Layam berarti bersamadhi. Jadi Aalayam berarti tempat dimana jiwa bersamadhi. Dalam konsep Hindu, Tuhan berada di semua tempat. Tuhan mengambil wujud agar jiwa dapat menyembah. Agar dapat mencapai tujuan diwujudkan dalam bentuk arca atau patung Dewa di kuil untuk mempermudah umatnya mengingat serta menyembahnya. Karena itu, di kuil banyak terdapat arca sehingga bangunan ini disebut sebagai rumah Tuhan. Pada bangunan kuil terdapat beberapa bagian seperti: Raaja Koburam, Thoobi, Vimaanam, Arthamandaban, Maha Mandabam Nirutha Mandabam, dan lain sebagainya. Setiap bagian kuil ini memiliki makna masing-masing. - Raaja Koburam, adalah bagian yang paling tinggi yang didirikan di atas pintu utama. Raaja Koburam juga disebut Thoola Linggam. Bagian ini dianalogikan dengan bagian tubuh manusia yaitu kepala. Universitas Sumatera Utara 40 - Vimaanam, adalah tempat arca utama yang terdapat di kuil atau disebut juga karppa kiragam. - Thoobi, adalah puncak atau bumbung di atas vimaanam. - Arthamandaban, adalah ruang yang terdapat di hadapan vimaanam. Di sinilah para pendeta berdiri untuk melakukan upacara. - Mahamandaban, adalah ruang yang terdapat dihadapan aartamandaban yang digunakan umat yang datang untuk bersembahyang. - Vahanam, adalah wahana Dewa yang terletak dihadapan karpakiraham. Setiap arca suci utama mempunyai vahanam masing-masing. Burung Merak merupakan vahanam bagi Dewa Murugar. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah, bangunan kuil dianalogikan dengan tubuh manusia. Gambar 3.4. “Sebuah tubuh manusia diambil sebagai bentuk dasar, dan kuil yang merupakan sebuah tempat pemujaan dikonstruksikan dengan bentuk itu sebagai dasarnya.” Universitas Sumatera Utara 41 Setiap kuil akan diberi nama dengan mengacu pada arca suci utama yang berada di dalam kuil tersebut. Karena Kuil Shri Thendayudabani memiliki arca utama Murugar maka kuil ini dinamakan kuil Murugar. Beberapa ritual dilakukan di bagian dalam bangunan utama dan bagian luar atau di halaman kuil. Seperti yang digambarkan dalam denah Kuil Shri Thendayudabani, Lubuk Pakam berikut ini: Keterangan: Halaman Depan: No. 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 adalah arca suci No. 1 = Permal 2 = Amen Dewi Parwati atau Shri Mariaman 3 = Siwen 4 = Sanisparem 5 = Muniandi 6 = Idemben No. 19 = gapura kuil I halaman depan bangunan utama Universitas Sumatera Utara 42 Bangunan utama: No. 7 = arca suci utama Murugar No. 16,17 = arca Ganisher 8 = arca Murugar 18 = Mulestanem 9 = arca Ganesha Ganisher 14 = tiang bendera 10,11 = arca Dewane Walli istri Murugar 15 = arca Ganisher 12 = Mail Waganem wahana Merak 20 = kereta kencana 13 = Pilipidem radoo 21 = tempat untuk umat bersembahyang Bangunan utama kuil terdiri dari beberapa ruangan yang memiliki fungsi masing-masing. Seperti keterangan pada gambar tanda: I adalah ruangan yang tepat berada di bawah thoobi bumbungan kuil, dimana dalam ruangan ini diletakkan arca suci utama. Arca suci utama ini menghadap ke arah Timur atau matahari terbit. Sejajar di hadapan arca suci utama terdapat wahana Burung Merak sebagai kendaraan dan mulastanem tombak yang ujungnya berbentuk w atau tri sula sebagai senjata kebesaran Murugar. Arca suci tidak hanya di dalam bangunan utama kuil. Tepatnya di halaman depan kuil ada beberapa arca yang juga turut dipuja. Diantaranya arca Dewa Shri Mariaman Amen, Siwen, Permal, Sanisparem, Ganisher, Muniandi dan Idemben. Muniandi adalah penjaga kuil. Di setiap kuil akan dijumpai arca Muniandi. Ganisher yang diletakkan di depan tiang bendera, hanya arca biasa, namun juga dihormati. Paling belakang bangunan kuil adalah aula. Ruangan berukuran panjang ini adalah tempat yang digunakan untuk acara makan bersama. Setiap perayaan yang diadakan di kuil akan dilakukan ritual makan bersama yang makanannya disediakan oleh pengurus kuil. Dalam bangunan aula ini ada pula dapur dan kamar mandi. Universitas Sumatera Utara 43 Ada beberapa ketentuan dalam memasuki kuil. Jika seseorang dalam keadaan kotor, dilarang memasuki bangunan utama kuil. Ia hanya boleh berada di luar bangunan utama atau di aula saja. Begitu juga seseorang yang sedang berduka. Jika anggota keluarganya meninggal dunia, selama 3 bulan ia tidak boleh memasuki kuil. Kuil Shri Thendayudabani yang terletak di Kota Pakam adalah kuil Murugar yang dibangun pada tahun 1880 Masehi. Kuil ini didirikan oleh Orang- orang Cetti. Pada umumnya setiap bangunan kuil memiliki bagian yang sama. Namun, ada beberapa bagian yang ternyata tidak terdapat di Kuil Shri Thendayudabani ini. Bagi masyarakat Hindu Tamil, semua kuil memiliki fungsi yang sama. Selain sebagai tempat ibadah, kuil juga menjadi tempat pelaksanaan upacara- upacara adat seperti upacara perkawinan. b. Sungai Sungai menjadi salah satu tempat pelaksanaan upacara. Ritual yang dilakukan di sungai adalah Alagu atau alu yang berarti jarum yakni ritual menusuk bagian tubuh dengan besi-besi yang bentuknya beragam. Saat para peserta akan melakukan Alagu, terlebih dahulu mereka melakukan mandi suci. Mandi suci ini dilakukan di Sungai Tangsi, Lubuk pakam. Dalam mitologi Hindu, ada sungai yang dianggap suci oleh umat Hindu. Sungai Gangga dianggap memberi kesucian dan kemakmuran bagi masyarakat India. Sehingga dalam ajaran Hindu, mandi suci menjadi ritual penting sebelum melaksanakan upacara keagamaan. Hal serupa juga dilakukan masyarakat Hindu Universitas Sumatera Utara 44 Tamil di Lubuk Pakam dengan menjadikan Sungai Tangsi sebagai tempat untuk mensucikan diri. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Pendeta Nadhin 40 tahun: “Setiap peserta wajib mengikuti ritual mandi suci ini. Ini dimaksudkan agar mereka diberi kekuatan dan kelancaran selama tubuhnya ditusuk. Mandi suci ini dilakukan di dalam air yang mengalir. Sesudah mandi, peserta wirtho yang menjalani puasa akan menjalani ritual cucuk Alagu. Untuk memanggil kekuatan dari Dewa, maka ritual ini harus dilakukan di tempat terbuka. Jika kekuatan telah merasuk ke dalam tubuh peserta, maka tidak ada hambatan saat menusukan besi ke tubuh peserta.” Saat satu persatu peserta mencelupkan diri ke dalam sungai, selanjutnya mereka melakukan persiapan di pinggir sungai. Semua bahan dan peralatan yang digunakan diletakkan di area yang dijaga secara ketat. Area ini akan dijaga agar tidak tersentuh pengaruh yang jahat yang dilakukan oleh orang-orang tertentu yang ingin menggagalkan acara. Untuk itu, pendeta akan membaca mantra di sekitar area di pinggir sungai. Setelah peserta dibacakan mantra-mantra khusus, satu persatu akan ditusuk lidah atau bagian tubuh lainnya dengan besi-besi yang bentuknya beragam. Sementara yang lainnya berdoa mengharapkan keselamatan dari Dewa. Dalam ritual mandi suci ini, air menjadi sarana penting yang diberi makna suci agar seseorang yang melakukannya merasa bersih dari hal-hal yang kotor. Mandi suci ini dilakukan sebelum melakukan Alagu. Peserta wajib bersih atau dalam keadaan bersih. c. Jalan Jalan raya yang biasa dilalui kendaraan umum juga menjadi tempat pelaksanaan upacara. Jalur yang dilalui sudah ditentukan sebelumnya oleh panitia penyelenggara. Pemilihan route jalur mengambil lokasi yang banyak terdapat rumah orang Hindu Tamil. Route ini mengambil jalan kota Lubuk Pakam, antara lain sebagai berikut: Kuil - Jl. Sultan Hasanuddin - Jl. K.H. Ahmad Dahlan - Jl. Universitas Sumatera Utara 45 Sutomo - Jl. Tuanku Imam Bonjol - Jl. Sultan Hasanuddin - Jl. Tengku Fachruddin - Jl. Teuku Cik Di Tiro - Jl. Sultan Hasanuddin - Kuil. Seperti yang terlihat pada peta jalan berikut Gambar 4. Jalur jalan yang dilalui setiap tahun atau setiap pelaksanaannya bisa berubah. Pada route jalan ini, diperhitungkan sekitar 2 Kilometer jauhnya jarak yang ditempuh pada arak-arakan Kavadigal dan Ratham dilakukan. Sebenarnya tidak ada ketentuan khusus seberapa jauh jalan yang harus dilalui. Namun, pihak panitia harus memberi kesempatan waktu kepada masyarakat yang ingin memberikan persembahan kepada Dewa, dengan mendatangi rumah-rumah masyarakat. Arak-arakan Kavadigal adalah ritual dimana setelah seorang wirtho yang sebelumnya telah berniat untuk menusuk bagian tubuhnya dengan besi, kemudian Gambar 3.5. Peta Kelurahan dimana tertera route jalur yang digunakan untuk arak-arakan. Kuil Shri Thendayudabani Universitas Sumatera Utara 46 diarak keliling kota dari sungai menuju kuil. Pada arak-arakan ini, peserta lainnya ada yang membawa susu, rangkaian bunga, dan buah-buahan. Pada saat arak- arakan, ada pula pertunjukkan kesenian tradisional seperti Barongsai dan Jaran Kepang. Jalannya arak-arakan ini diatur atau dikendalikan oleh pendeta-pendeta yang memiliki ilmu magis. Ini dikarenakan sebagian peserta dalam kondisi trance tidak sadarkan diri. 3.1.2 Saat-saat Waktu Upacara Pangguni adalah bulan ke-12 dari 12 bulan yang terdapat dalam kalender Hindu di India. Uttiram adalah bintang ke-12 dari 27 bintang dalam astrologi Hindu. Uttiram juga berarti purnama atau bulan terang. Sehingga saat-saat seperti ini umat Hindu melakukan sembahyang kepada Dewa. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Salam 60 tahun, seorang tokoh masyarakat Tamil: “Pada bulan ke-12 tepatnya full-Moon Day malam purnama di Kuil Murugar, diadakan sebuah upacara sembahyang yang ditujukan kepada Shri Murugar yang mencerminkan Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi cahaya. Dalam upacara tersebut, umat Hindu memohon agar terhindar dari kegelapan dalam kehidupannya.” Untuk menyambut perayaan ini, masyarakat Tamil melakukan persiapan. Bagi setiap orang yang berniat melakukan Alagu diwajibkan melakukan ritual berpuasa. Berpuasa adalah menahan haus dan lapar, serta menghindarkan diri dari segala yang kotor baik sesuatu yang bersifat amis atau sesuatu yang mengandung darah maupun perbuatan tidak baik yang dapat mengotori niat mereka. Ritual puasa ini dilakukan selama 48 hari. Puasa dilakukan selama 24 jam. Jika dimulai siang hari atau jam 12 siang maka akan diakhiri jam 12 siang keesokan harinya. Karena beratnya persyaratan ini, ritual ini hanya dijalankan oleh orang-orang tua saja. Sedangkan peserta yang masih berusia muda hanya menjalankan sesuai kemampuannya. Universitas Sumatera Utara 47 Perayaan Pangguni Uttiram berlangsung selama 5 lima hari. Dimana pada hari pertama dilakukan ritual sebagai berikut: penaikan bendera kuil dan puja khusus di kuil. Pada hari ketiga dilakukan ritual seperti, Abhisegam, Archanai, arakan Kavadigal, dan arakan Ratham. Memasuki hari kelima dilakukan ritual puja Idumban dan penurunan bendera kuil. Namun setelah penurunan bendera kuil masih terdapat ritual yang juga penting yaitu makan bersama. Pada selang waktu yakni hari kedua dan hari keempat, umat Hindu hanya melakukan kebaktian atau puja-puja di kuil. Puja-puja yang dilakukan adalah sembahyang yang biasa dilakukan sehari-hari. Seluruh umat Hindu Tamil yang telah menjalani puasa dari hari-hari menjelang masuknya hari Pangguni Uttiram masih terus menjalani puasa hingga penurunan bendera kuil. Setelah penurunan bendera kuil selesai dilakukan, barulah mereka boleh memakan apa saja tanpa ada pantangan seperti pada saat berpuasa. Pada saat penurunan bendera kuil selesai maka itu pertanda perayaan Pangguni Uttiram telah berakhir. Makan bersama menjadi ritual yang tidak bisa dilepaskan dalam sebuah upacara keagamaan. Pada saat perayaan Pangguni Uttiram, mulai dari hari pertama hingga hari kelima atau hari terakhir, panitia akan menyediakan waktu dan tempat untuk semua yang hadir dalam perayaan untuk makan bersama. Pada saat-saat di atas, makanan yang dimakan tetap tidak boleh mengandung amis. Namun, pada saat upacara berakhir, ada sebuah ritual dimana orang Tamil akan mempersembahkan kambing atau lembu untuk Muniandi yang menjadi penjaga kuil. Daging hewan tersebut akan dimasak dan dimakan bersama-sama. Universitas Sumatera Utara 48 Ritual yang tampak dilakukan secara berulang-ulang adalah puja-puja atau sembahyang para Dewa. Seperti pada hari pertama yang ditandai dengan penaikan bendera kuil. Sebelum dan sesudah menaikkan bendera, peserta melakukan puja- puja Dewa dipimpin oleh pendeta. Begitu juga pada saat akan melakukan ritual alagu, akan dilakukan puja-puja di kuil. 3.1.3 Pelaku Upacara Pelaku upacara adalah orang-orang yang melakukan ritual serta upacara baik yang bertindak sebagai pemimpin, peserta upacara, maupun umat yang datang hanya untuk bersembahyang. a. Pemimpin upacara. Pemimpin upacara adalah orang yang bertugas memimpin jalannya upacara. Pemimpin upacara antara lain gurukkal dan pendeta atau pandarem. Namun tidak semua pendeta dapat memimpin suatu upacara. Biasanya, seperti pendeta kuil hanya bertugas memimpin sembahyang atau puja-puja dewa. Sedangkan jika untuk upacara besar, akan dipimpin oleh gurukkal yang telah berpengalaman dan memiliki pengetahuan agama yang dalam. Dalam setiap upacara pada umumnya dipimpin oleh satu pendeta. Jika tampak ada beberapa yang ikut memimpin upacara, mereka adalah orang-orang yang ditunjuk oleh pemimpin upacara untuk membantu tugasnya. Sebelum upacara dimulai akan ada ritual sembahyang dimana orang-orang tersebut akan dibekali kekuatan dengan membacakan mantra-mantra khusus. Beberapa ritual terutama yang bersifat magis seperti pada ritual Alagu akan tampak ada beberapa orang yang turut mengendalikan jalannya upacara. Mereka bertugas memanggil roh-roh atau kekuatan gaib. Seperti pada arak-arakan Universitas Sumatera Utara 49 Gambar 3.6. Achien, salah seorang peserta dari etnis thionghoa beragama Budha saat ikut ritual Pangguni Uttiram. dok. Sardi Kavadigal, pemipimpin upacara akan dibantu oleh beberapa orang yang ikut menjaga jalannya prosesi agar terhindar dari ilmu-ilmu jahat yang ingin menggagalkan upacara. b. Peserta Peserta adalah orang yang ikut di dalam upacara. Peserta harus mematuhi segala persyaratan dan ketentuan menurut ajaran agama Hindu. Dalam sistem upacara Pangguni Uttiram ini tidak pernah membatasi jenis kelamin, suku, agama, dan usia. Setiap orang diperbolehkan menjadi peserta. Dalam pelaksanaannya ternyata ada pula peserta yang berasal dari luar Hindu-Tamil. Achien 45 tahun, seorang Budha yang selalu mengikuti perayaan Pangguni Uttiram beberapa tahun ini. Baginya, kepercayaan Hindu dengan Budha hampir sama. Seperti yang diungkapkannya: “Saya sudah beberapa tahun ini mengikuti upacara Pangguni Uttiram. Karena saya pernah berniat jika keinginan saya terpenuhi maka saya akan membayarnya pada saat hari raya Pangguni Uttiram. Bagi saya, ketika menjalani ritual ini bersama-sama, saya melakukan cara yang sama dengan umat Hindu-Tamil lainnya, tapi pikiran dan jiwa saya tetap tertuju pada Tuhan saya Sang Budha.” Universitas Sumatera Utara 50 Dalam ritual Alagu, peserta lebih banyak dari kaum laki-laki. Ini disebabkan persyaratan untuk mengikuti ritual Alagu yang berat untuk dijalankan oleh kaum perempuan. Persyaratannya antara lain, menjalani puasa selama 48 hari, 21 hari, atau 7 hari tanpa putus, memisahkan diri dari hal-hal yang bersifat kotor seperti barang-barang yang pernah terkena darah atau amis. Diharapkan peserta harus menjaga dirinya agar bersih selalu. Jika ada dari kaum perempuan yang pernah memiliki keinginan dan terwujud, biasanya hanya membayarnya dengan memberi sesaji berupa susu sapi, buah-buahan, bunga, kelapa, dan bentuk sesaji lainnya sesuai yang telah diniatkan. Mereka akan membawa susu atau sesaji yang sebelumnya telah dibacakan mantra oleh pendeta, kemudian dibawa di atas kepala dan berkeliling mengikuti arak-arakan Kavadigal. Namun, jika ada dari kaum perempuan yang memenuhi persayaratan tersebut di atas, ia boleh saja mengikuti ritual Alagu. Meskipun itu sudah jarang sekali ditemukan. Gambar 3.7. Salah seorang peserta Alagu dari kalangan perempuan. dok. Sardi Universitas Sumatera Utara 51 3.1.4 Bahan dan Alat Upacara Pelaksanaan upacara tidak terlepas dari bahan dan peralatannya. Berbagai macam bahan dan peralatan harus disediakan oleh peserta. Bahan-bahan dan peralatan ini berbeda-beda sesuai dengan makna dan tujuan yang ingin dicapai. a. Penaikan Bendera Kuil Untuk penaikan bendera kuil, peserta baik panitia maupun peserta yang tinggal di kuil harus menyiapkan bahan-bahan sebagai berikut: daun Mint, daun Mangga, daun Kunyit, dan tali. Semua ini akan diikat ke tiang bendera. Jumlahnya bisa 3 tiga atau 5 lima buah. Peralatan yang digunakan antara lain: 2 dua buah bendera kuil dan sebuah Idemban serta lonceng. Bendera kuil adalah kain berwarna kuning dan bergambar Ayam Jago. Warna kuning melambangkan kesucian dan Ayam Jago sebagai lambang kemenangan Murugar. Selain bendera kuil, ada pula Idemban yaitu sebuah besi panjang atau tombak yang salah satu ujungnya berbentuk simbol AUM 7 yang melambangkan kekuatan Murugar. Lonceng akan digunakan pada saat pendeta membacakan mantra. Bunyi lonceng berfungsi sebagai seruan untuk memanggil umat mendatangi kuil. Selain itu bunyi lonceng akan membuat konsentrasi pada pusat acara. b. Puja Khusus Puja khusus adalah sembahyang yang berupa pemujaan kepada Murugar. Pada saat ini digunakan bahan-bahan antara lain: kelapa, bunga, nasi manis, 7 AUM Ang-Ung-Mang atau yang dibaca “Om”. Ang menunjukkan dunia yang bangun, Ung menunjukkan dunia yang bermimpi, dan Mang menujukkan dunia yang tertidur pulas. Panava AUM ini yang digunakan sebagai salam pembuka maupun penutup bagi sesama umat Hindu. Universitas Sumatera Utara 52 kacang hijau yang ditumis, pisang, sirih, pinang, kapur barus sudem, kemenyan, minyak makan, serta buah-buahan yang beraneka macam. Setelah semua bahan-bahan di atas dipersembahkan kepada Dewa, dilanjutkan dengan memberi persembahan atau yang disebut dengan Akiom. Pada saat Akiom digunakan bahan -bahan dan peralatan antara lain: 1. Kayu dengan formasi: 21 macam, 128 macam, 100 macam; 2. Minyak sapi; 3. Sudem kapur barus; 4. Buah-buahan jumlahnya harus ganjil; 5. Kepala Muda 6 buah; 6. Gula Merah dan Gula Batu; 7. Batu Bata 60 biji. Pada saat akiom ini bermacam sesaji dimasukkan ke dalam api pembakaran. Ini diwujudkan sebagai persembahan kepada Dewa Murugar. c. Abhisegam Abhisegam adalah ritual memandikan arca Dewa-dewa di kuil. Abhisegam pada perayaan Pangguni Uttiram tidak seperti biasanya yang dilakukan setiap Gambar 3.8. Aneka macam sesaji yang disiapkan untuk puja-puja khusus. dok. Ayu Universitas Sumatera Utara 53 hari. Bahan-bahan yang digunakan khusus diberikan untuk menghormati para Dewa di kuil. Bahan-bahan tersebut masing-masing memiliki makna antara lain seperti yang terlihat pada tabel: Bahan Makna 1. Susu Sapi Memberikan kesucian, kesehatan, dan umur panjang. 2. Madu Memberikan kebahagiaan, kekayaan pengetahuan, seni, dan kebebasan. 3. Air Kelapa Muda Memberikan kesucian. 4. Tepung Kunyit Memberikan segala kebaikan membuat daya tarik bagi yang belum menikah. 5. Persembahan Bunga Memberikan kesucian trikaya Parisuddha perbuatan, perkataan, dan pikiran. 6. Minyak wangi Menghilangkan segala ketakutan. 7. Persembahan Dhupa kemenyan Menghilangkan avidya kebodohan. 8. Persembahan Dhipa cahaya Memberikan penerangan berupa pengetahuan. 9. Air Memberikan kebersihan, kesejukan, dan kepuasan. 10. TayirSusu Asam Memberikan karunia anak. 11. Air Tebu Menghilangkan penyakit. 12. Gula Memberikan kasih sayang. 13. Buah Mangga Memberikan karunia anak. 14. Aranggampul rumput halus Memberikan kebenaran. 15. Jeruk Nipis Menghancurkan segala kesusahan dan penyakit 16. Wibuthi tinnuru Memberikan kebijaksanaan. 17. Santhanam tepung cendana Memberikan berkat kesucian. 18. Kungkuman Memberikan berkat Tri Sakti kekuatan, kekayaan, dan pengetahuan. 19. Neiwetyaman makanan Menghilangkan kelaparan, memberikan kepuasan, dan memberikan kebahagiaan. 20. Panzamertham pisang, gula merah, masu, nagka, dan mangga Memberikan kesehatan, kesucian, kemanisan, kebahagiaan, dan kekuatan. 21. Minyak Nallane Memberikan kesehatan bagi yang sakit kulit. 22. Tepung Beras Mengatasi masalah keuangan. 23. Rempah Ratus Menghilangkan penyakit. 24. Panza Kawiyan kotoran lembu, kencing lembu, susu Menghilangkan kesusahan akibat karma buruk. Universitas Sumatera Utara 54 asam, susu, dan minyak sapi 25. Jeruk Manis Memberikan kebenaran. 26. Buah Delima Menghilangkan sifat pemarah. d. Archanai Archanai adalah persembahan kepada Dewa Ganesha Ganisher. Ada dua macam Archanai, yaitu Tengga Archanai dan Pal Archanai. Tengga Archanai berupa kelapa, pisang, sirih, pinang, kapus barus sudem, batti hiu, sambrani kemenyan. Sesaji ini akan dipersembahkan kepada Dewa melalui pendeta. Sehingga peserta harus memberikan uang atau mahar kepada pendeta dengan jumlah seikhlas hati. Sedangkan Pal Archanai berupa bunga-bungaan. Sesaji ini dapat diberikan jika peserta tidak mampu menyediakan sesaji berupa tengga archanai. d. Alagu Ritual Cucuk Ritual cucuk yang dilakukan di sekitar pinggiran sungai menggunakan alat dan bahan seperti api, kapur barus sudem, dan lonceng. Semuanya berguna untuk memanggil roh atau kekuatan dari Dewa agar ritual ini dapat terlaksana tanpa hambatan. Sebagian peserta mengenakan pakaian khusus dengan dominasi warna putih dan kuning. Pada leher mereka melingkar kalung semacam biji-bijian, dan di kakinya dikenakan gelang. Sehingga pada saat peserta trance dan melakukan gerakan tari-tarian, bunyi-bunyian dari gelang dan musik penuntun nadagem yang dimainkan oleh sekelompok pemain musik akan memberi semangat kepada peserta. e. Arakan Kavadigal Arakan Kavadigal adalah ritual membawa atau mengarak kavedi yang terdiri dari bermacam-macam bentuk. Kavedi adalah benda-benda yang digunakan Universitas Sumatera Utara 55 untuk persembahan. Kavedi yang ditusukkan ke tubuh berbentuk seperti kail pancing, berbentuk panjang dan runcing, dan lain-lain. Kavedi lainnya adalah Mail Kavedi yang terdiri dari bulu merak, Puspa Kavedi yang dipenuhi warna- warni bunga, dan 2 Weple Kavedi yang terdiri dari 2 buah keranjang daun weple yang telah dirangkai. Kavedi-kavedi ini akan dipanggul di atas kepala oleh peserta. Bahan dan peralatan lainnya yang digunakan adalah kapur barus sudem, air kunyit, serta cambuk. Sudem akan digunakan untuk membuat api atau penerangan dan untuk memanggil roh atau kekuatan gaib. Air kunyit akan disediakan oleh orang-orang Tamil yang rumahnya dilalui arakan Kavadigal. Mereka akan menyiramkan air kunyit ini ke kaki para peserta sebagai penyejuk. Cambuk digunakan untuk menghalau pengaruh jahat yang ingin mengganggu jalannya ritual. f. Arakan Ratham Pada saat arak-arakan Ratham, kereta kencana akan dikeluarkan. Arca Dewa Murugar dalam wujudnya yang berbeda akan dinaikkan ke dalam kereta kencana radoo. Selanjutnya kereta kencana ini akan ditarik oleh Lembu keliling kota dimana banyak terdapat masyarakat Tamil. Pada saat ritual ini berlangsung masyarakat Tamil akan diberi kesempatan untuk meminta berkah kepada Dewa Murugar dengan memberikan sesaji. Sesaji ini bisa berupa: pisang, kelapa, dan dupa. Pendeta akan membacakan mantra- mantra pada sesaji yang dipersembahkan kepada Dewa, dan kemudian sesaji itu dikembalikan kepada pemiliknya. Universitas Sumatera Utara 56 g. Ritual Penutup Penurunan bendera kuil menjadi pertanda sebuah hajatan telah selesai. Ini berarti semua sudah terbebas dari larangan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat. Para peserta sudah dapat menjalani kehidupannya seperti semula. Sebelum penurunan bendera kuil, dilakukan terlebih dahulu puja Idumban. Puja Idumban dilakukan untuk menghormati Muniandi sebagai rasa terima kasih karena telah menjaga kuil dan umat saat menjalani upacara. Setelah bendera diturunkan, kegiatan belum berakhir. Ada lagi ritual lain yang menjadi ritual penutup, yakni memotong seekor kambing atau lebih. Panitia akan menyiapkan hewan kambing untuk dipersembahkan kepada Muniandi penjaga kuil. Muniandi terwujud pada arca yang pada setiap kuil diletakkan di dekat pintu gerbang masuk. Dari semua wujud Dewa yang ada di kuil, hanya Muniandi yang tidak memiliki pantangan dengan darah. Sehingga, pada saat dilakukan pemotongan hewan, semua arca akan ditutup kain.

3.2 Persiapan Upacara