36
semakin kuat dan kompak, jadi intensitas kerjasama di antara mereka juga lebih tinggi, dikarenakan persamaan tujuan yang ada diantara mereka. Kerjasama dapat
bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai perasaan tidak puas karena keinginan-keinginan pokoknya
tidak dapat terpenuhi karena adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu. Keadaan tersebut menjadi lebih tajam lagi apabila kelompok
demikian merasa tersinggung atau dirugikan sistem kepercayaan atau dalam salah satu bidang sensitif kebudayaan Soerjono Soekanto, 2006: 101.
2.5. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yakni penelitian dari Irvan Usman pada tahun 2013 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Gorontalo yang
berjudul “Perilaku Bullying Ditinjau Dari Peran Kelompok Teman Sebaya dan Iklim Sekolah Pada Siswa SMA Di Kota Gorontalo
” , penelitian ini mengangkat
bagaimana pengaruh kepribadian, komunikasi, kelompok teman sebaya dam iklim sekolah pada perilaku bullying siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah
kuantitatif dan teknik pengumpulan data adalah observasi dan penyebaran angket. Hasil dari penelitian ini adalah peran kelompok teman sebaya terbukti
berpengaruh negatif terhadap perilaku bullying pada siswa SMA di kota Gorontalo. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nation dkk 2007
yang menemukan bahwa perilaku bullying disebabkan oleh tekanan dari teman sebaya agar dapat diterima dalam kelompoknya. Kelompok teman sebaya adalah
sekelompok teman yang mempunyai ikatan emosional yang kuat dan siswa dapat berinteraksi, bergaul, bertukar pikiran, dan pengalaman dalam memberikan
Universitas Sumatera Utara
37
perubahan dan pengembangan dalam kehidupan sosial dan pribadinya. baik komunikasi interpersonal yang dibangun remaja dengan orangtuanya, semakin
besar peran kelompok teman sebaya untuk mengajak temannya dalam menerapkan norma-norma positif yang ada dalam mayarakat serta semakin
kondusif iklim di sekolah maka semakin rendah perilaku bullying pada siswa SMA di Kota Gorontalo. Lokasi penelitian ini dilakukan pada SMA di Gorontalo.
Selanjutnya Penelitian yang dilakukan Dara Agnis Septiyuni pada tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku
Bullying Siswa Di Sekolah” peneliti ini menggunakan metode kuantitatif. Hasil dari penelitian ini adalah Berdasarkan hasil analisis koefisien korelasi, terdapat
hasil pengujian yang menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel kelompok teman sebaya dengan variabel perilaku bullying adalah hubungan yang
positif dan signifikan dengan nilai korelasi sebesar 0,360 dan ρ 0,05 artinya kelompok teman sebaya berpengaruh terhadap terjadinya perilaku bullying siswa
di sekolah, dengan kontribusi pengaruh sebesar 13. Penelitian ini di lakukan
pada SMA Negeri di Kota Bandung.
Berdasarkan beberapa penelitian-penelitian terdahulu dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada pola hubungan pertemanan dikalangan siswa
yang mempengaruhi perilaku bullying. penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih luas lagi adakah pengaruh hubungan pertemanan terhadap perilaku bullying
di kalangan siswa SMA Kota Medan. Dan apa yang menjadi factor factor terjadinya perilaku bullying dikalangan siswa SMA.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kekerasan merupakan suatu fenomena krisis moral. Krisis yang didapat dari berbagai macam tekanan hidup. Suatu krisis yang bisa menjadi barometer
kegagalan membangun karakter diri para remaja dan masyarakat. Banyak sekali kasus kekerasan di kalangan remaja. Kekerasan antar teman sebaya atau yang
biasa dikenal dengan bullying merupakan suatu tindak kekerasan fisik maupun psikologis yang dilakukan seseorang atau kelompok, yang dimaksudkan untuk
melukai, membuat takut atau membuat tertekan seseorang yang dianggap lemah, yang biasanya secara fisik lebih lemah, minder dan kurang mempunyai teman,
sehingga tidak mampu untuk mempertahankan diri. Perilaku bullying dari waktu ke waktu terus menghantui anak-anak
Indonesia, alasannya sering kali tidak jelas. Kasus bullying yang sering dijumpai adalah dengan menggunakan kedok perpeloncoan, penggemblengan mental, aksi
solidaritas dan juga senioritas. Terjadinya kekerasan antar sebaya semakin menguat, mengingat adanya factor pubertas dan krisis identitas yang normal
terjadi pada masa perkembangan remaja. Dalam rangka mencari identitas dan ingin eksis, biasanya remaja gemar membentuk geng. Di temukan fakta seputar
bullying berdasarkan survei yang dilakukan oleh Latitude News pada 40 negara. Salah satu faktanya adalah bahwa pelaku bullying biasanya para siswa atau
mahasiswa laki-laki. Sedangkan siswi atau mahasiswi lebih banyak menggosip ketimbang melakukan aksi kekerasan dengan fisik. Dari survei tersebut juga
Universitas Sumatera Utara