2.3 Magnesium Silikat
Magnesium silikat terdiri dari dua bahan baku utama yaitu magnesium oksida MgO dan silika SiO
2
yang berbentuk bubuk powder putih, amorf, tidak berbau dan tidak larut dalam air namun sangat mudah larut dalam HF merck index, 2001.
Berikut Gambar 2.1 adalah struktur perspektif mineral magnesium silikat:
Gambar 2.1 Struktur Perspektif Magnesium Silikat Johnson, l97l.
Magnesium silikat terdapat di alam sebagai mineral, Seperti clonoenstantite, enstantite dan protoenstantite merck index, 2001. Rasio molekul magnesium silikat
dan perlakuan temperatur berperan penting dalam pembentukan komposit magnesium silikat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Diagram Fasa Komposit Magnesium Silikat Sumarnadi, 1998
Pada Gambar 2.2 menunjukkan bahwa MgO dan SiO
2
hanya akan membentuk anhydrous silicate yaitu forsterite Mg
2
SiO
4
dan enstantie MgSiO
3
. Kedua anhydrous silicate tersebut adalah fasa yang stabil dalam sistem MgSiO
3
. Selama berlangsungnya proses sinteringkalsinasi, fosteritisasi berlangsung melalui tahap
dehidrasi, reorganisasi kation, pembentukan forsterite dan enstantite. Pada tahap dehidrasi, terjadi pelepasan gugus hidroksil dan pembentukan fasa oksida dimana
serpentinit dan magnesit terurai menjadi MgO dan SiO
2
. Pada tahap reorganisasi kation, terjadi pemisahan kation seiring meningkatnya suhu sintering dan pada fasa
stabil MgSiO
3
membentuk forsterite dan sedikit enstantite sedangkan MgO yang berlebih akan membentuk periclase Sumarnadi, dkk., 1998.
Magnesium silikat memiliki konduktivitas termal 2,6 Wm
-1
K
-1
dan ekspansi termal 7,8×10
-6
K
-1
artinya memiliki ketahanan terhadap suhu tinggi sehingga dapat digunakan sebagai isolator suhu tinggi. Magnesium silikat juga memiliki luas
permukaan 612 m
2
g dan densitas 2,90 gcm
3
Sumarnadi, dkk., 1998 yang dapat diaplikasikan sebagai bahan katalis. MgSiO
3
dapat dibuat dengan metode sol-gel. Metode sol-gel adalah metode untuk mendapatkan padatan yang homogen dengan cara
pembentukan suspensi koloid yang berbentuk gel melalui proses gelasi sol pada suhu ruang Ni et al., 2007; Kharaziha, et al., 2010 yang tidak membutuhkan suhu tinggi
dan waktu reaksi yang panjang Sriyanti, dkk., 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Asam Oleat