Posisi perempuan dalam berita

commit to user

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis data 21 berita, dapat dikemukakan ada kecenderungan harian Jawa Pos mewacanakan posisi perempuan sebagai posisi yang marjinal. Artinya, dengan berita-berita yang ada, kehadiran perempuan dimanipulasi agar tidak sejajar dengan laki-laki. Adapun praktek marjinalisasi perempuan dapat dilihat dari hasil analisis berita sebagai berikut:

1. Posisi perempuan dalam berita

Posisi perempuan sebagai subjek jika dilihat dari kedudukan, peranan, dan pekerjaan tidak terjadi penghambatan peran. Hal ini karena untuk berita yang seimbang dan tidak berpihak salah satu aktor, perempuan memang seharusnya berposisi sebagai subjek. Mereka ‘diciptakan’ sebagai sosok yang lemah, tidak berdaya dan membutuhkan bantuan. Dan, ‘bantuan’ ini selalu diposisikan datangnya dari pihak laki-laki. a. Aspek Status Dari aspek status, perempuan dibentuk dengan status, yaitu status yang sengaja atau tidak sengaja mereka dapatkan. Permasalahan terletak ketika perempuan mendapat status yang terberi. Status ini menjadikan perempuan tidak dapat melawan karena sifatnya mutlak diperoleh oleh perempuan. Lain halnya dengan status diberi, status yang diberi atau sengaja diberikan tidak menimbulkan gesekan yang berdampak ketidakadilan bagi perempuan. Sebab, perempuan 108 commit to user digambarkan mendapat status yang tidak sepatutnya ia dapat, tanpa ada opini atau yang melemahkan. b. Aspek Peranan Sama halnya dengan peranan, pada posisi ini perempuan juga diskenariokan mendapat peranan berbeda, yaitu peran overt publik dan peran covert pribadi. Permasalahan muncul ketika posisi perempuan sebagai objek, kedua peran tersebut dicampuradukan dalam sebuah berita, sehingga perempuan mepunyai peran ganda dual role . Kondisi ini membuat perempuan harus menentukan salah satu pilihan terhadap kedua peran tersebut. c. Aspek Pekerjaan Beberapa berita mengangkat popularitas aktor sebagai entertainment menjadi alat pelemah. Wacana yang dibangun, prestasi yang mereka peroleh secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh popularitas sang aktor. Kondisi ini berakibat pada munculnya persepsi bagi pembaca jika kemampuan politik atau prestasi dalam mendapatkan suara dalam Pemilu tidak terlepas dari popularitas mereka. Padahal, realitas sesungguhnya banyak perempuan yang memang memiliki kemampuan dan prestasi yang baik diluar dia sebagai selebritis.

2. Faktor pasivasi aktor dalam berita