BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS DATA
4.1 Umum
Bab ini menganalisis output yang dihasilkan pada simulasi di NS-2. Analisis data output tersebut diklasifikasikan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi
karena perubahan beberapa parameter. Parameter kinerja yang diperoleh antara lain delay, packet loss, jitter dan konsumsi energi pada video.
4.2 Hasil Pengujian 4.2.1
Delay Transmisi
Delay transmisi adalah waktu tunda yang dialami paket data dari proses
kirim ke proses terima.Pengujian dilakukan padasubscriber station. Dengan mengambil nilai uplinkdan bit rate sebesar
615.541,806 bps
serta dilakukan 19 kali percobaan karena keterbatasan memori pada simulator maka dihasilkan nilai rata-
rata delay transmisi untuk semua subscriber station yang ditunjukan pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Hasil pengujian rata-rata delay transmisi
Tanpa Pengaturan Beban
Pengaturan Beban 1
Pengaturan Beban 2
0.097 s 0.100 s
0.096 s 0.103 s
0.104 s 0.094 s
0.099 s 0.104 s
0.094 s 0.095 s
0.098 s 0.095 s
0.109 s 0.101 s
0.100 s 0.110 s
0.097 s 0.104 s
0.100 s 0.100 s
0.096 s 0.104 s
0.111 s 0.093 s
Universitas Sumatera Utara
Untuk Gambar 4.1 menunjukkan perubahan rata-rata delay transmisi pada setiap percobaansubscriber station. Dari tabel dan grafik dapat dilihat
nilaidelaytransmisisaat dilakukan pengaturan beban protokol transportlebih besar dibandingkan sebelum dilakukan pengaturan beban protokol transport.
Gambar 4.1.
Grafik rata-rata delay transmisi Besar total rata-rata delaytransmisi yang diperoleh dari hasil pengujiandapat
dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil pengujian total rata-rata delay transmisi
0,000 0,020
0,040 0,060
0,080 0,100
0,120 0,140
1 6
11 16
De la
y t
ra n
sm is
i d
e ti
k
Percobaan
Tanpa Pengaturan
Beban
Pengaturan Beban 1
Pengaturan Beban 2
0.091 s 0.097 s
0.098 s 0.100 s
0.090 s 0.095 s
0.094 s 0.096 s
0.095 s 0.100 s
0.088 s 0.118 s
0.111 s 0.100 s
0.103 s 0.099 s
0.105 s 0.102 s
0.098 s 0.102 s
0.092 s 0.096 s
0.108 s 0.100 s
0.103 s 0.100 s
0.095 s 0.109 s
0.115 s 0.097 s
0.099 s 0.100 s
0.095 s
Universitas Sumatera Utara
0,050 0,060
0,070 0,080
0,090 0,100
0,110
delay transmisi detik
tanpa pengaturan beban Pengaturan Beban 1
Pengaturan beban 2
Tanpa Pengaturan
Beban Pengaturan
beban 1 Pengaturan
Beban 2
0.097 s 0.102 s
0.101 s
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa nilai delaytransmisi naik pada saat dilakukan pengaturan beban protokol transport. Hal ini disebabkan karena
semakin besar paket yang dikirim maka data yang ditransmisikan semakin besar. Oleh karena itu,delaytransmisi semakin meningkat terhadap besarnya paket yang
dikirim.
Gambar 4.2.
Grafik total rata-rata delay transmisi
4.2.2 Delay Total
Delay total merupakan penjumlahan dari delay transmisi dengan
delaybuffering . Pengujian dilakukan padasubscriber station. Dengan mengambil
nilai uplinkdan bit rate sebesar
615.541,806 bps
serta dilakukan 19 kali percobaan
Universitas Sumatera Utara
karena keterbatasan memori pada simulator maka dihasilkan nilai rata-rata delay
total untuk semua subscriber station yang ditunjukan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil pengujian rata-rata delay total
Tanpa Pengaturan Beban
Pengaturan Beban
1 Pengaturan
Beban 2
0.097 s 0.100 s
0.096 s 0.103 s
0.104 s 0.094 s
0.099 s 0.104 s
0.091 s 0.097 s
0.098 s 0.100 s
0.090 s 0.095 s
0.094 s 0.096 s
0.095 s 0.100 s
0.088 s 0.110 s
0.112 s 0.114 s
0.112 s 0.125 s
0.118 s 0.116 s
0.126 s 0.134 s
0.127 s 0.116 s
0.119 s 0.116 s
0.121 s 0.118 s
0.115 s 0.118 s
0.108 s 0.111 s
0.118 s 0.124 s
0.120 s 0.120 s
0.116 s 0.124 s
0.131 s 0.113 s
0.128 s 0.120 s
0.124 s 0.120 s
0.116 s 0.129 s
0.135 s 0.117 s
0.118 s 0.120 s
0.114 s
Untuk Gambar 4.3 menunjukkan perubahan rata-rata delay total pada setiap percobaansubscriber station. Dari tabel dan grafik dapat dilihat nilaidelay total
saat dilakukan pengaturan beban protokol transportlebih besar dibandingkan sebelum dilakukan pengaturan beban protokol transport.
Universitas Sumatera Utara
0,000 0,020
0,040 0,060
0,080 0,100
0,120 0,140
0,160
1 6
11 16
De la
y t
o ta
l d
e ti
k
Percobaan
Tanpa Pengaturan
Beban
Pengaturan Beban 1
Pengaturan beban 2
Gambar 4.3.
Grafik rata-rata delay total Besar total rata-rata delaytotal yang diperoleh dari hasil pengujiandapat
dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil pengujian total rata-rata delay total
Tanpa Pengaturan
Beban Pengaturan
beban 1 Pengaturan
Beban 2
0.097 s 0.118 s
0.121 s
Universitas Sumatera Utara
0,000 0,010
0,020 0,030
0,040 0,050
0,060 0,070
0,080 0,090
0,100 0,110
0,120 0,130
delay total detik
tanpa pengaturan beban Pengaturan Beban 1
Pengaturan Beban 2
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa nilai delaytotal naik pada saat dilakukan pengaturan beban protokol transport dan buffering. Hal ini disebabkan karena
semakin besar paket yang dikirim maka data yang ditransmisikan semakin besar. Oleh karena itu,delaytotal semakin meningkat terhadap besarnya paket yang
dikirim.
Gambar 4.4. Grafik total rata-rata delay total
4.2.3 Packet loss
Packet Loss adalah jumlah paket data yang hilang saat proses transmisi
terjadi. Dimana saat proses transmisi terjadi terdapat collision dan congestion pada jaringan.Dengan mengambil nilai uplinkdan bit rate sebesar
615.541,806 bps
serta dilakukan 19 kali percobaan karena keterbatasan memori pada simulator maka dihasilkan nilai rata-rata packet loss untuk semua subscriber station yang
ditunjukan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil pengujian rata-rata packet loss
Tanpa Pengaturan
Pengaturan beban 1
Pengaturan Beban 2
Universitas Sumatera Utara
10 20
30 40
50 60
70 80
90
1 6
11 16
P ac
ke t L
os s
Percobaan
Tanpa Pengaturan Beban
Pengaturan Beban 1
Pengaturan Beban 2
Beban
27.84 28.49
30.11 28.27
27.75 29.08
28.61 28.56
29.01 29.18
27.55 29.82
28.44 28.53
28.56 27.41
29.78 30.28
28.82 35.03
35.12 31.92
33.48 33.69
32.88 32.31
34.81 31.90
33.81 33.12
32.40 33.55
33.62 32.83
33.91 25.95
35.08 47.21
31.26 30.56
29.89 33.14
29.58 30.54
28.39 30.78
30.68 30.32
31.02 30.97
30.59 30.85
31.18 31.90
31.76 28.56
79.56
Untuk Gambar 4.5 menunjukkan perubahan rata-rata packet losspada setiap percobaansubscriber station. Dari tabel dan grafik dapat dilihat nilaipacket
loss saat dilakukan pengaturan beban protokol transport lebih besar dibandingkan
sebelum dilakukan pengaturan beban protokol transport.
Universitas Sumatera Utara
26,00 27,00
28,00 29,00
30,00 31,00
32,00 33,00
34,00 35,00
Packet loss
tanpa pengaturan beban Pengaturan Beban 1
Pengaturan Beban 2
Gambar 4.5.
Grafik rata-rata packet loss Besar total rata-rata packet lossyang diperoleh dari hasil pengujian dapat
dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil pengujian total rata-rata packet loss
Tanpa Pengaturan
Beban Pengaturan
beban 1 Pengaturan
Beban 2
28.74 33.82
33.24
Gambar 4.6 menunjukkan bahwa nilai packet loss naik pada saat dilakukan pengaturan beban protokol transport. Hal ini disebabkan karena semakin cepat bit
rate video yang dikirimkan di kanal uplink maka semakin besar pula paket yang
hilang. Oleh karena itu,packet loss semakin meningkat terhadap bertambahnya bit rate
video dikirim.
Gambar 4.6.
Grafik total rata-rata packet loss
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Jitter
Jitter merupakan standar deviasi pada tiap delay yang terjadi pada
pengiriman paket data dalam jaringan jaringan. Perhitungan jitter disini merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas jaringan. Dengan
mengambil nilai uplinkdan bit rate sebesar
615.541,806 bps
serta dilakukan 19 kali percobaan karena keterbatasan memori pada simulator maka dihasilkan nilai rata-
rata jitter untuk semua subscriber station yang ditunjukan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7Hasil pengujian rata-rata jitter
Tanpa Pengaturan Beban
Pengaturan beban 1
Pengaturan Beban 2
0.022 s 0.022 s
0.022 s 0.022 s
0.022 s 0.022 s
0.022 s 0.022 s
0.021 s 0.021 s
0.021 s 0.022 s
0.021 s 0.022 s
0.022 s 0.021 s
0.022 s 0.022 s
0.020 s 0.023 s
0.023 s 0.023 s
0.024 s 0.024 s
0.023 s 0.023 s
0.023 s 0.023 s
0.024 s 0.023 s
0.023 s 0.023 s
0.024 s 0.023 s
0.024 s 0.023 s
0.023 s 0.023 s
0.023 s 0.022 s
0.022 s 0.022 s
0.022 s 0.023 s
0.022 s 0.021 s
0.022 s 0.022 s
0.022 s 0.023 s
0.021 s 0.022 s
0.023 s 0.022 s
0.022 s 0.022 s
0.022 s
Untuk Gambar 4.7 menunjukkan perubahan rata-rata jitterpada setiap percobaansubscriber station. Dari tabel dan grafik dapat dilihat nilaijittersaat
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pengaturan beban protokol transport lebih besar dibandingkan sebelum dilakukan pengaturan beban protokol transport.
Gambar 4.7
. Grafik rata-ratajitter Besar total rata-rata jitteryang diperoleh dari hasil pengujian dapat dilihat
pada Tabel 4.8. Tabel 4.8Hasil pengujian total rata-rata jitter
Tanpa Pengaturan
Beban Pengaturan
beban 1 Pengaturan
Beban 2
0.021 s 0.023 s
0.022 s
Gambar 4.8 menunjukkan bahwa nilai jitter naik pada saat dilakukan pengaturan beban transport. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi nilai suatu
delay maka semakin tinggi pula nilai jitter. Dari data dapat disimpulkan bahwa
kualitas jaringan dari percobaan ini dapat dikatakan kurang baik.
0,00 0,01
0,01 0,02
0,02 0,03
0,03
1 6
11 16
Ji tte
r d
e ti
k
Percobaan
Tanpa Pengaturan Beban
Pengaturan Beban 1
Pengaturan Beban 2
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8.
Grafik Total rata-rata jitter
4.2.5 Konsumsi Energi
Konsumsi energi pada sistem diperoleh dari kuat daya yang dikeluarkan pada suatu mode operasi dikalikan dengan waktu yang digunakan selama mode
tersebut berlangsung. Dengan mengambil nilai uplinkdan
bit rate sebesar
615.541,806 bps
serta dilakukan 19 kali percobaan karena keterbatasan memori pada simulator maka dihasilkan nilai rata-rata jitter untuk semua
subscriber station yang ditunjukan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil pengujian reduksi konsumsi energi
Tanpa Pengaturan
Beban Pengaturan
beban 1 Pengaturan
Beban 2
47.54 J 47.55 J
47.57 J 47.46 J
47.44 J 47.40 J
47.40 J 47.35 J
47.48 J 47.47 J
47.44 J 47.43 J