Umum 28.49 28.27 29.08 28.56 29.18 29.82 28.53 27.41 30.28 35.03 31.92 33.69 32.31 31.90 33.12 33.55 32.83 25.95 47.21 30.56 33.14 30.54 30.78 30.32 30.97 30.85 31.90 28.56 J 47.55 J J 47.46 J J 47.40 J J 47.35 J J 47.47 J

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS DATA

4.1 Umum

Bab ini menganalisis output yang dihasilkan pada simulasi di NS-2. Analisis data output tersebut diklasifikasikan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi karena perubahan beberapa parameter. Parameter kinerja yang diperoleh antara lain delay, packet loss, jitter dan konsumsi energi pada video. 4.2 Hasil Pengujian 4.2.1 Delay Transmisi Delay transmisi adalah waktu tunda yang dialami paket data dari proses kirim ke proses terima.Pengujian dilakukan padasubscriber station. Dengan mengambil nilai uplinkdan bit rate sebesar 615.541,806 bps serta dilakukan 19 kali percobaan karena keterbatasan memori pada simulator maka dihasilkan nilai rata- rata delay transmisi untuk semua subscriber station yang ditunjukan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil pengujian rata-rata delay transmisi Tanpa Pengaturan Beban Pengaturan Beban 1 Pengaturan Beban 2 0.097 s 0.100 s 0.096 s 0.103 s 0.104 s 0.094 s 0.099 s 0.104 s 0.094 s 0.095 s 0.098 s 0.095 s 0.109 s 0.101 s 0.100 s 0.110 s 0.097 s 0.104 s 0.100 s 0.100 s 0.096 s 0.104 s 0.111 s 0.093 s Universitas Sumatera Utara Untuk Gambar 4.1 menunjukkan perubahan rata-rata delay transmisi pada setiap percobaansubscriber station. Dari tabel dan grafik dapat dilihat nilaidelaytransmisisaat dilakukan pengaturan beban protokol transportlebih besar dibandingkan sebelum dilakukan pengaturan beban protokol transport. Gambar 4.1. Grafik rata-rata delay transmisi Besar total rata-rata delaytransmisi yang diperoleh dari hasil pengujiandapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil pengujian total rata-rata delay transmisi 0,000 0,020 0,040 0,060 0,080 0,100 0,120 0,140 1 6 11 16 De la y t ra n sm is i d e ti k Percobaan Tanpa Pengaturan Beban Pengaturan Beban 1 Pengaturan Beban 2 0.091 s 0.097 s 0.098 s 0.100 s 0.090 s 0.095 s 0.094 s 0.096 s 0.095 s 0.100 s 0.088 s 0.118 s 0.111 s 0.100 s 0.103 s 0.099 s 0.105 s 0.102 s 0.098 s 0.102 s 0.092 s 0.096 s 0.108 s 0.100 s 0.103 s 0.100 s 0.095 s 0.109 s 0.115 s 0.097 s 0.099 s 0.100 s 0.095 s Universitas Sumatera Utara 0,050 0,060 0,070 0,080 0,090 0,100 0,110 delay transmisi detik tanpa pengaturan beban Pengaturan Beban 1 Pengaturan beban 2 Tanpa Pengaturan Beban Pengaturan beban 1 Pengaturan Beban 2 0.097 s 0.102 s 0.101 s Gambar 4.2 menunjukkan bahwa nilai delaytransmisi naik pada saat dilakukan pengaturan beban protokol transport. Hal ini disebabkan karena semakin besar paket yang dikirim maka data yang ditransmisikan semakin besar. Oleh karena itu,delaytransmisi semakin meningkat terhadap besarnya paket yang dikirim. Gambar 4.2. Grafik total rata-rata delay transmisi

4.2.2 Delay Total

Delay total merupakan penjumlahan dari delay transmisi dengan delaybuffering . Pengujian dilakukan padasubscriber station. Dengan mengambil nilai uplinkdan bit rate sebesar 615.541,806 bps serta dilakukan 19 kali percobaan Universitas Sumatera Utara karena keterbatasan memori pada simulator maka dihasilkan nilai rata-rata delay total untuk semua subscriber station yang ditunjukan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil pengujian rata-rata delay total Tanpa Pengaturan Beban Pengaturan Beban 1 Pengaturan Beban 2 0.097 s 0.100 s 0.096 s 0.103 s 0.104 s 0.094 s 0.099 s 0.104 s 0.091 s 0.097 s 0.098 s 0.100 s 0.090 s 0.095 s 0.094 s 0.096 s 0.095 s 0.100 s 0.088 s 0.110 s 0.112 s 0.114 s 0.112 s 0.125 s 0.118 s 0.116 s 0.126 s 0.134 s 0.127 s 0.116 s 0.119 s 0.116 s 0.121 s 0.118 s 0.115 s 0.118 s 0.108 s 0.111 s 0.118 s 0.124 s 0.120 s 0.120 s 0.116 s 0.124 s 0.131 s 0.113 s 0.128 s 0.120 s 0.124 s 0.120 s 0.116 s 0.129 s 0.135 s 0.117 s 0.118 s 0.120 s 0.114 s Untuk Gambar 4.3 menunjukkan perubahan rata-rata delay total pada setiap percobaansubscriber station. Dari tabel dan grafik dapat dilihat nilaidelay total saat dilakukan pengaturan beban protokol transportlebih besar dibandingkan sebelum dilakukan pengaturan beban protokol transport. Universitas Sumatera Utara 0,000 0,020 0,040 0,060 0,080 0,100 0,120 0,140 0,160 1 6 11 16 De la y t o ta l d e ti k Percobaan Tanpa Pengaturan Beban Pengaturan Beban 1 Pengaturan beban 2 Gambar 4.3. Grafik rata-rata delay total Besar total rata-rata delaytotal yang diperoleh dari hasil pengujiandapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil pengujian total rata-rata delay total Tanpa Pengaturan Beban Pengaturan beban 1 Pengaturan Beban 2 0.097 s 0.118 s 0.121 s Universitas Sumatera Utara 0,000 0,010 0,020 0,030 0,040 0,050 0,060 0,070 0,080 0,090 0,100 0,110 0,120 0,130 delay total detik tanpa pengaturan beban Pengaturan Beban 1 Pengaturan Beban 2 Gambar 4.4 menunjukkan bahwa nilai delaytotal naik pada saat dilakukan pengaturan beban protokol transport dan buffering. Hal ini disebabkan karena semakin besar paket yang dikirim maka data yang ditransmisikan semakin besar. Oleh karena itu,delaytotal semakin meningkat terhadap besarnya paket yang dikirim. Gambar 4.4. Grafik total rata-rata delay total

4.2.3 Packet loss

Packet Loss adalah jumlah paket data yang hilang saat proses transmisi terjadi. Dimana saat proses transmisi terjadi terdapat collision dan congestion pada jaringan.Dengan mengambil nilai uplinkdan bit rate sebesar 615.541,806 bps serta dilakukan 19 kali percobaan karena keterbatasan memori pada simulator maka dihasilkan nilai rata-rata packet loss untuk semua subscriber station yang ditunjukan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil pengujian rata-rata packet loss Tanpa Pengaturan Pengaturan beban 1 Pengaturan Beban 2 Universitas Sumatera Utara 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 6 11 16 P ac ke t L os s Percobaan Tanpa Pengaturan Beban Pengaturan Beban 1 Pengaturan Beban 2 Beban

27.84 28.49

30.11 28.27

27.75 29.08

28.61 28.56

29.01 29.18

27.55 29.82

28.44 28.53

28.56 27.41

29.78 30.28

28.82 35.03

35.12 31.92

33.48 33.69

32.88 32.31

34.81 31.90

33.81 33.12

32.40 33.55

33.62 32.83

33.91 25.95

35.08 47.21

31.26 30.56

29.89 33.14

29.58 30.54

28.39 30.78

30.68 30.32

31.02 30.97

30.59 30.85

31.18 31.90

31.76 28.56

79.56 Untuk Gambar 4.5 menunjukkan perubahan rata-rata packet losspada setiap percobaansubscriber station. Dari tabel dan grafik dapat dilihat nilaipacket loss saat dilakukan pengaturan beban protokol transport lebih besar dibandingkan sebelum dilakukan pengaturan beban protokol transport. Universitas Sumatera Utara 26,00 27,00 28,00 29,00 30,00 31,00 32,00 33,00 34,00 35,00 Packet loss tanpa pengaturan beban Pengaturan Beban 1 Pengaturan Beban 2 Gambar 4.5. Grafik rata-rata packet loss Besar total rata-rata packet lossyang diperoleh dari hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil pengujian total rata-rata packet loss Tanpa Pengaturan Beban Pengaturan beban 1 Pengaturan Beban 2

28.74 33.82

33.24 Gambar 4.6 menunjukkan bahwa nilai packet loss naik pada saat dilakukan pengaturan beban protokol transport. Hal ini disebabkan karena semakin cepat bit rate video yang dikirimkan di kanal uplink maka semakin besar pula paket yang hilang. Oleh karena itu,packet loss semakin meningkat terhadap bertambahnya bit rate video dikirim. Gambar 4.6. Grafik total rata-rata packet loss Universitas Sumatera Utara

4.2.4 Jitter

Jitter merupakan standar deviasi pada tiap delay yang terjadi pada pengiriman paket data dalam jaringan jaringan. Perhitungan jitter disini merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas jaringan. Dengan mengambil nilai uplinkdan bit rate sebesar 615.541,806 bps serta dilakukan 19 kali percobaan karena keterbatasan memori pada simulator maka dihasilkan nilai rata- rata jitter untuk semua subscriber station yang ditunjukan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7Hasil pengujian rata-rata jitter Tanpa Pengaturan Beban Pengaturan beban 1 Pengaturan Beban 2 0.022 s 0.022 s 0.022 s 0.022 s 0.022 s 0.022 s 0.022 s 0.022 s 0.021 s 0.021 s 0.021 s 0.022 s 0.021 s 0.022 s 0.022 s 0.021 s 0.022 s 0.022 s 0.020 s 0.023 s 0.023 s 0.023 s 0.024 s 0.024 s 0.023 s 0.023 s 0.023 s 0.023 s 0.024 s 0.023 s 0.023 s 0.023 s 0.024 s 0.023 s 0.024 s 0.023 s 0.023 s 0.023 s 0.023 s 0.022 s 0.022 s 0.022 s 0.022 s 0.023 s 0.022 s 0.021 s 0.022 s 0.022 s 0.022 s 0.023 s 0.021 s 0.022 s 0.023 s 0.022 s 0.022 s 0.022 s 0.022 s Untuk Gambar 4.7 menunjukkan perubahan rata-rata jitterpada setiap percobaansubscriber station. Dari tabel dan grafik dapat dilihat nilaijittersaat Universitas Sumatera Utara dilakukan pengaturan beban protokol transport lebih besar dibandingkan sebelum dilakukan pengaturan beban protokol transport. Gambar 4.7 . Grafik rata-ratajitter Besar total rata-rata jitteryang diperoleh dari hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8Hasil pengujian total rata-rata jitter Tanpa Pengaturan Beban Pengaturan beban 1 Pengaturan Beban 2 0.021 s 0.023 s 0.022 s Gambar 4.8 menunjukkan bahwa nilai jitter naik pada saat dilakukan pengaturan beban transport. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi nilai suatu delay maka semakin tinggi pula nilai jitter. Dari data dapat disimpulkan bahwa kualitas jaringan dari percobaan ini dapat dikatakan kurang baik. 0,00 0,01 0,01 0,02 0,02 0,03 0,03 1 6 11 16 Ji tte r d e ti k Percobaan Tanpa Pengaturan Beban Pengaturan Beban 1 Pengaturan Beban 2 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.8. Grafik Total rata-rata jitter

4.2.5 Konsumsi Energi

Konsumsi energi pada sistem diperoleh dari kuat daya yang dikeluarkan pada suatu mode operasi dikalikan dengan waktu yang digunakan selama mode tersebut berlangsung. Dengan mengambil nilai uplinkdan bit rate sebesar 615.541,806 bps serta dilakukan 19 kali percobaan karena keterbatasan memori pada simulator maka dihasilkan nilai rata-rata jitter untuk semua subscriber station yang ditunjukan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil pengujian reduksi konsumsi energi Tanpa Pengaturan Beban Pengaturan beban 1 Pengaturan Beban 2

47.54 J 47.55 J

47.57 J 47.46 J

47.44 J 47.40 J

47.40 J 47.35 J

47.48 J 47.47 J

47.44 J 47.43 J