Jadwal Penelitian METODE PENELITIAN

dengan formulasi 15 tonhektar enceng gondok + 1,5 tonhektar NPK dalam bentuk Briket, perlakuan C dengan formulasi 20 tonhektar enceng gondok + 1 tonhektar dalam bentuk Briket, dan perlakuan E dengan formulasi 25 tonhektar enceng gondok + 0,5 tonhektar NPK dalam bentuk Briket, tetapi perlakuan B tidak beda nyata dengan perlakuan D dengan formulasi 20 tonhektar enceng gondok + 1 tonhektar NPK dalam bentuk butiran dan perlakuan F dengan formulasi 25 tonhektar enceng gondok + 0,5 tonhektar NPK dalam bentuk Butiran. Pada fase pertumbuhan, tanaman memerlukan unsur N dan P yang cukup terutama dalam pertumbuhan tinggi tanaman. Perlakuan B dengan formulasi 15 tonhektar enceng gondok + 1,5 tonhektar NPK memperlihatkan pengaruh menonjol pada pertumbuhan tinggi tanaman, hal ini dikarenakan unsur N dan P yang terkandung dalam pupuk NPK telah mencukupi kebutuhan unsur hara N dan P pada tanaman cabai merah keriting sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik terutama pada pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini diperkuat oleh Ekawati, dkk. 2006 yang mengatakan pada saat jumlah nitrogen tercukupi, pembentukan auksin baik dan akhirnya pertumbuhan tinggi tanaman akan lebih baik. Unsur nitrogen yang dibutuhkan tanaman digunakan sebagai penyusun utama klorofil dan protein tanaman. Unsur nitrogen juga merupakan unsur yang mempunyai peran luas pada saat tanaman mengalami proses pertumbuhan vegetatif. Selain Nitrogen, Fosfor dan Kalium juga merupakan unsur hara utama tanaman karena berperan dalam memacu pertumbuhan terutama pada tinggi tanaman, sedangkan pada perlakuan E dengan formulasi 25 tonhektar enceng gondok + 0,5 tonhektar NPK dalam bentuk Briket memberikan tinggi tanaman yang lebih rendah ini dikarenakan Briket yang bersifat lepas lambat pupuk menyebabkan kebutuhan unsur hara mikro maupun makro tidak terpenuhi yang akan menyebabkan tanaman tidak tumbuh dengan baik, selain itu briket yang bersifat keras mengakibatkan akar muda pada tanaman cabai merah lambat menembus briket untuk menyerap unsur hara yang terkandung dalam briket, hal ini mengakibatkan pertumbuhan terganggu yang menyebabkan tinggi tanaman rendah. Pola laju pertumbuhan tinggi tanaman Cabai dari minggu ke-1 sampai minggu ke-8 dapat dilihat dalam gambar 1. Gambar 1. Grafik Rerata Tinggi Tanaman Keterangan : A. 15 tonhektar enceng gondok + 1,5 tonhektar NPK Briket B. 15 tonhektar enceng gondok + 1,5 tonhektar NPK Butiran C. 20 tonhektar enceng gondok + 1 tonhektar NPK Briket D. 20 tonhektar enceng gondok + 1 tonhektar NPK Butiran E. 25 tonhektar enceng gondok + 0,5 tonhektar NPK Briket F. 25 tonhektar enceng gondok + 0,5 tonhektar NPK Butiran Gambar 1 menunjukkan akumulasi dari laju pertumbuhan tinggi tanaman selama 8 minggu. Laju pertumbuhan tinggi tanaman ini dapat dilihat dari pertambahan tinggi tanaman yang terjadi pada minggu ke-1 hingga minggu ke-8. Laju pertumbuhan tinggi tanaman identik dengan perpanjangan sel tanaman mulai dari pangkal tanaman sampai ujung tanaman pucuk. Laju pertumbuhan mulai umur 1 minggu sampai dipanen dapat menunjukkan perpanjangan luas dan jumlah sel Gardner, et al., 1991. Berdasarkan gambar 1, penggunan berbagai formulasi dan bentuk pupuk menghasilkan laju pertumbuhan tinggi tanaman yang berbeda pada semua perlakuan selama 8 minggu. Perlakuan B dengan formulasi 15 tonhektar enceng gondok + 1,5 tonhektar NPK, perlakuan D dengan formulasi 20 tonhektar enceng gondok + 1 tonhektar NPK dan perlakuan F dengan formulasi 25 tonhektar enceng gondok + 0,5 tonhektar NPK yang merupakan perlakuan dalam bentuk butiran memiliki laju pertumbuhan lebih cepat dari perlakuan A dengan formulasi 15 tonhektar enceng gondok + 1,5 tonhektar NPK, perlakuan C dengan formulasi 20 tonhektar enceng gondok + 1 tonhektar NPK, dan perlakuan E dengan formulasi 25 tonhektar enceng gondok + 0,5 tonhektar NPK yang merupakan perlakuan dalam bentuk briket.