APLIKASI BRIKET CANGKANG KELAPA SAWIT DALAM BUDIDAYA TANAMAN CABAI MERAH KERITING (Capsicum annuum L.) DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL

(1)

APLIKASI BRIKET CANGKANG KELAPA SAWIT DALAM

BUDIDAYA TANAMAN CABAI MERAH KERITING

(

Capsicum annuum L.)

DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS

BANTUL

SKRIPSI

Disusun oleh :

Nazri Fadhlani Dalimunthe 20120210121

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA


(2)

(

Capsicum annuum L.)

DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS

BANTUL

SKRIPSI

Disusun oleh :

Nazri Fadhlani Dalimunthe 20120210121

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA


(3)

(4)

CABAI MERAH KERITING (CAPSICUM ANNUM L.) PADA LAHAN PASIR PANTAI SAMAS, BANTUL, YOGYAKARTA

The Application Of Oil Palm Shells Briquettes On Red Chili Cultivation (Capsicum Annum L.) In Coastal Sandy Land, Samas Beach, Bantul,

Yogyakarta

Nazri Fadhlani Dalimunthe

Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP / Ir. Mulyono, MP Agroteknology Department Faculty of Agriculture

Muhammadiyah University of Yogyakarta

Abstract

The research entitled “The Application of Oil Palm Shells Briquettes on Red Chili Cultivation (Capsicum annum L.) in Coastal Sandy Land, Samas

Beach, Bantul, Yogyakarta” was conducted at farm of University Muhammadiyah Yogyakarta from February 2016 up to Mei 2016. This study aimed to examine the influence of briquettes oil palm shells fertilizer on growth and yield of red chili.

The research was conducted using experimental method, and arranged in completely randomized design (CRD) with treatments of P0 : Kontrol (600 gram of briquettes dung fertilizer) of 20 tons/hectare, P1 : (300 gram of briquetts palm shells) of 10 tons/hectare , P2 : (450 gram of briquettes palm shells) of 15 tons/hectare, P3 : (600 gram of briquettes palm shells) of 20 tons/hectare, P4 : (750 gram of briquettes palm shells) of 25 tons/hectare, P5 : (900 gram of briquettes palm shells) of 30 tons/hectare. Each treatment was replicated 3 times and each experimental units consisting of theree plant samples.

The result showed that the application of oil palm shell briquettes effect on plant growth processes red chili. Treatment P1 is the most efficient treatment to be applied and the results of 1.25 tons red chili per hectare.


(5)

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan laju jumlah penduduk di Indonesia mengakibatkan kebutuhan pangan dan produk hortikultura lainnya meningkat. Peningkatan laju pertumbuhan ini tidak diimbangi dengan luas lahan pertanian produktif untuk sebagai media penyedia produk pertanian. Dari tahun ke tahun lahan produktif pertanian menyusut, pada tahun 2011 – 2012 mengalami penyusutan dari luasan 39.796.838,00 hektar menjadi 39.594.536,91 hektar (Kementerian Pertanian, 2013). Penyusutan berlangsung secara terus menerus. Oleh karena itu, perlu adanya pemanfaatan lahan marginal untuk kegiatan budidaya, salah satunya adalah lahan pasir pantai, Samas, Bantul, Yogyakarta.

Lahan pasir pantai merupakan salah satu lahan marginal yang belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan maupun hortikultura.Indonesia memiliki panjang garis pantai mencapai 106.00 km dengan potensi luas lahan 1.060.000 hektar (Nasih, 2009). Dengan luas lahan tersebut apabila dikembangkan untuk budidaya dapat menjadi lahan pertanian produktif. Salah satu komoditas hortikultura yang dikembangkan di lahan pasir pantai adalah cabai merah keriting.

Cabai merah keriting (Capsicum annuum L) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomis di Indonesia.Kebutuhan cabai keriting di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Luas panen cabai keriting pada tahun 2012 seluas 211.566 hektar dengan produksi sebesar 1.053.060 ton,


(6)

sementara untuk tingkat konsumsi cabai keriting sebesar 1,13 % per tahun, dengan rata-rata konsumsi 1,550 kg per kapita (BPS.2013). Peningkatan produksi cabai keriting tidak diimbangi dengan kestabilan stok dipasaran yang menyebabkan fluktuasi harga. Untuk itu perlu perlu adanya pemanfaatan lahan marjinal untuk kegiatan budidaya cabai merah keriting, pada lahan pasir pantai, Samas, Bantul, Yogyakarta.

Lahan pasir pantai memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian untuk meningkatkan produktivitas cabai merah keriting. Namun, disisi lain lahan pasir pantai memiliki beberapa kekurangan dalam hal menyimpan air, kandungan bahan organik rendah, dan porositas tanah yang tinggi (Gunawan Budiyanto, 2009), ketidakcukupan kandungan mineral liat dan bahan organik menyebabkan tanah pasir tidak mampu mengikat air dan kapasitasnya dalam menyimpan kation menjadi rendah.

Kekurangan – kekurangan yang dimiliki lahan pasir pantai dapat diminimalkan dengan menambahkan bahan organik ke dalam tanah pasir pantai. Penambahan bahan organik pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Salah satu bahan organik yang dapat ditambahkan adalah limbah cangkang kelapa sawit. Cangkang kelapa sawit memiliki kadar Kalium K20

setelah dilakukan proses pembakaran pada suhu 1.200 oC selama 3 jam, maka jika direaksikan dengan asam sulfat akan terbentuk kalium sulfat dan H20. Mekanisme

reaksi tersebut merupakan reaksi anorganik, dimana reaksi anorganik umumnya berlangsung cepat, sehingga dalam hal ini terdapat kandungan unsur-unsur lain


(7)

3

dalam cangkang kelapa sawit yang dapat terikat oleh asam sulfat, diantaranya P, Na, Ca, Mg, Zn (Santi Purwanigsih., 2000).

Salah satu cara untuk mengatasi kelamahan tersebut adalah dengan cara memodifikasi limbah cangkang kelapa sawit menjadi bentuk briket. Briket merupakan bentuk lain bahan organik yang dimodifikasi penampilannya menjadi padat.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, diperlukan input yang dapat memperbaiki kualitas koloid tanah pasir pantai, dan salah satu input yang perlu diteliti adalah pemberian kompleks koloid buatan yang berbentuk briket. Dalam hal ini bahan yang digunakan dalam pembuatan briket tersebut adalah limbah cangkang kelapa sawit, sehingga bahan pembuatan briket mudah didapatkan di daerah industri kelapa sawit.

Dengan demikian permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Berapakah dosis briket cangkang kelapa sawit yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan di tanah pasir pantai Samas Bantul pada tanaman cabai merah keriting ?

2. Apakah pemberian bahan organik dalam bentuk briket cangkang kelapa sawit di tanah pasir pantai memberikan pertumbuhan dan hasil yang terbaik pada tanaman cabai merah keriting?


(8)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menetapkan dosis briket cangkang kelapa sawit yang efisien pada tanah pasir pantai samas serta dapat memberikan pertumbuhan dan hasil yang terbaik pada tanaman cabai merah keriting.


(9)

5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lahan Pasir Pantai

Tanah pasir pantai merupakan tanah muda (baru) yang umumnya belum mengalami perkembangan horizon, bertekstur kasar, struktur kersai atau berbutir tunggal, konsistensi lepas-lepas sampai gembur dan kandungan bahan organik rendah. Lahan pasiran adalah lahan yang tekstur tanahnya memiliki fraksi pasir >70%, dengan porositas total <40%, kurang dapat menyimpan air karena memiliki daya hantar air cepat, dan kurang dapat menyimpan hara karena kekurangan kandungan koloid tanah. Pemberian bahan organik ke dalam tanah pasir merupakan praktek yang paling dianjurkan, dan biasanya diberikan dalam takaran yang melebihi anjuran pada umumnya (Gunawan Budiyanto, 2014).

Tanah pasiran umumnya memiliki pH netral, berwarna cerah sampai kelam tergantung kandungan bahan organik dan airnya, dan tidak atau belum membentuk horizon (Gunawan Budiyanto, 2014).

Lahan pasir pantai yang terdapat di daerah Samas merupakan gumuk-gumuk pasir. Karakteristik lahan di gumuk-gumuk pasir wilayah ini adalah tanah bertekstur pasir, struktur berbutir tunggal, daya simpan lengasnya rendah, status kesuburannya rendah, evaporasi tinggi dan tiupan angin laut kencang. Menurut Syamsul dan Siti (2007), pasir pantai selatan ini bahan pembentuknya berasal dari deposit pasir hasil kegiatan erupsi gunung merapi yang berada di bagian utara.


(10)

Deposit pasir ini diangkut dan diendapkan dengan berbagai kecepatan serta bercampur dengan berbagai bahan baik yang berasal dari daerah aliran sungai maupun yang berasal dari laut.

Berikut ini merupakan sifat-sifat tanah pasir yaitu : 1. Sifat kimia

pH tanah berkisar antara 6-7, kaya akan unsur-unsur hara seperti posfor dan kalium kecuali nitrogen tetapi belum terlapuk sehingga perlu penambahan pupuk organik.

2. Sifat fisika

Butiran tanahnya kasar dan berkerikil, belum menampakkan adanya diferensiasi horizontal, warnanya bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, dan coklat kekuningan dan konsistensi lepas sampai gembur. 3. Sifat biologi

Di tanah ini hanya sedikit mikroorganisme yang dapat memfiksasi nitogen dari udara. Terdapat banyak bakteri bacillus yang dapat melarutkan senyawa fosfat dan kalium di dalam tanah

Produktivitas lahan pasir pantai yang rendah disebabkan oleh faktor pembatas yang berupa kemampuan memegang dan menyimpan air rendah, infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan organik sangat rendah dan efisiensipenggunaan air rendah (Bambang.D.K, 2001). Produktivitas tanah dipengaruhi oleh kandungan C organik, tekstur dan warna.


(11)

7

Tanah pasir dicirikan bertekstur pasir, struktur berbutir tunggal, konsistensi lepas, sangat porous, sehingga daya sangga air dan pupuk sangat rendah, miskin hara dan kurang mendukung pertumbuhan tanaman (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1994). Tekstur tanah pasir ini sangat berpengaruh pada status dan distribusi air, sehingga berpengaruh pada sistem perakaran, kedalaman akar, hara dan pH (Bulmer, E.C.,and D. G. Simpson. 2005).

Kendala utama dalam pemanfaatan tanah pasir yaitu miskin mineral, lempung, bahan organik dan tekstur yang kasar. Tekstur yang kasar dan struktur berbutir tunggal menyebabkan tanah ini bersifat porus, aerasinya besar, dan kecepatan infiltrasinya tinggi.

Keadaan tersebut menyebabkan pupuk yang diberikan mudah terlindih. Kandungan bahan organik yang dimiliki oleh tanah pasiran rendah karena temperatur dan aerasi memungkinkan tingkat dekomposisi bahan organik tinggi.

Selain itu, stabilitas agregat dan kandungan liat tanah pasiran rendah sehingga pada saat hujan, air dan hara akan mudah hilang melalui proses pergerakan air ke bawah (Gunawan Budiyanto,2009). Hasil analisis yang dilakukan (Gunawan Budiyanto, 2014) terhadap lahan pasir pantai yang sampelnya di ambil dari Lahan Pantai Trisik, Banaran, Galur Kabupaten Dati II Kulon Progo DIY menunjukan bahwa daya dukung lahan dan potensi kesuburan rendah.


(12)

Untuk meningkatkan kesuburan lahan maka perlu penambahan bahan organik dan biasanya dalam jumlah yang melebihi anjuran pada umumnya. Kebutuhan bahan organik pada lahan pasiran lebih banyak dari lahan konvensional yaitu sekitar 15–20 ton/hektar sedangkan kebutuhan tanah lempung berkisar 60 ton/hektar. Sehingga pemberian bahan organik ke dalam tanah pasir dapat di berikan dalam jumlah 30-40 ton/hektar dari berbagai sumber bahan organik. Salah satu bahan organik yang dapat di manfaatkan guna meningkatkan kesuburan tanah pasir pantai yaitu pemanfaatan limbah cangkang kelapa sawit yang di berikan dalam bentuk briket.

B. Briket

Briket adalah gumpalan atau padatan yang terbuat dari bahan berukuran kecil yang dimampatkan dengan tekanan. Briket pada dasarnya densifikasi atau pemampatan bahan baku yang bertujuan untuk memperbaik sifat fisik suatu bahan sehingga memudahkan penanganannya.

Arang merupakan bahan padat yang berpori dan merupakan hasil pengarangan bahan yang mengandung karbon. Sebagian besar pori-pori arang masih tertutup oleh hidrokarbon, dan senyawa organik lain yang komponennya terdiri dari karbon tertambat (Fixed Carbon), abu, air, nitrogen dan sulfur.

Sedangkan, briket arang merupakan arang yang dibuat dari aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, rumput, jerami, ataupun limbah pertanian lainnya (Gustan dan Hartoyo, 1983).

Secara morfologis briket memiliki pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah yang akan dilepaskan secara perlahan sesuai konsumsi dan


(13)

9

kebutuhan tanaman (slow release). Selain itu briket bersifat higroskopis sehingga hara dalam tanah tidak mudah tercuci, sehingga briket dapat dimanfaatkan dalam pertanian. Dengan struktur tanah yang baik serta dengan perimbangan dan

penyebaran pori yang baik, maka agregat tanah dapat pula memberikan imbangan padat dan ruang pori yang lebih menguntungkan terutama bagi tanaman (Gustan dan Hartoyo, 1983).

Pembuatan briket arang dari limbah pertanian dapat dilakukan dengan menambah bahan perekat, yang bahan bakunya diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik maupun manual dan selanjutnya dikeringkan (Gustan dan Hartoyo, 1983). Pembuatan briket arang terdiri dari beberapa proses berikut:

1. Karbonasi

Proses pengarangan (pirolisis) adalah penguraian biomassa (lisis) menjadi panas (piro) pada suhu lebih dari 150 0C Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisis yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer (Abdullah, dkk., 1991).


(14)

2. Bahan perekat

Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah. Dengan bantuan bahan perekat, butir-butir arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Pembuatan briket dengan penggunaan bahan perekat akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan perekat. Disamping meningkatkan nilai kepadatannya, kekuatan briket arang dari tekanan luar juga lebih baik (Sudrajat, 1983). Perekat yang digunakan dalam pembuatan briket bahan organik ini yaitu dengan menggunakan daun randu. Daun randu atau daun kapas memiliki getah yang dapat di manfaatkan sebagai perekat. Penggunaan perekat dapat meningkatkan agregat briket agar briket bahan organic tidak mudah rekah

3. Pemampatan dan pencetakan

Tekanan diberikan untuk menciptakan kontak antara permukaan bahan yang direkat dengan bahan perekat. Setelah bahan perekat dicampurkan dan tekanan mulai diberikan maka perekat yang masih dalam keadaan cair akan mulai mengalir ke permukaan bahan. Pada saat yang bersamaan dengan terjadinya aliran maka perekat juga mengalami perpindahan dari permukaan yang diberi perekat kepermukaan yang belum terkena perekat (Agus Salim, 1995). Adonan yang sudah jadi siap untuk dicetak menjadi briket dengan cara memasukan adonan ke dalam cetakan kemudian dimampatkan.

4. Pengeringan

Pengeringan ini bertujuan untuk menguapkan kembali air yang telah ditambahkan pada proses pencampuran. Pengeringan dilakukan terhadap


(15)

11

briket, agar air yang tersimpan dalam briket dapat diuapkan, sehingga briket dapat dimanfaatkan pada tanaman (Widayanti., 1995).

C. Pupuk

Pupuk anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Fungsi utama pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai beberapa kelebihan dan kelemahan pupuk anor-ganik.

1. Nitrogen (N)

Sebagian besar N tanah berada dalam bentuk N-organik. Nitrogen dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila lingkungan baik ammonium dioksidakan menjadi nitrit kemudian nitrat. Tanaman mengambil nitrogen terutama dalam bentuk NH4+ dan NO3-. Senyawa N digunakan tanaman untuk membentuk klorofil. Senyawa N juga berperan dalam memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N berwarna lebih hijau. Gejala kekurangan N akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan tanaman terbatas, daun menguning dan gugur. Gejala kelebihan N menyebabkan keterlambatan kematangan tanaman yang diakibatkan terlalu banyaknya pertumbuhan vegetatif, batang lemah dan mudah roboh serta mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno, 1995).


(16)

2. Phosphor (P)

Mobilitas unsur hara P dalam tanah sangat rendah karena reaksi dengan komponen tanah maupun dengan ion - ion logam dalam tanah seperti Ca, Al, Fe, akan membentuk senyawa yang kurang larut dan dengan tingkat kelarutan yangberbeda- beda. Reaksi tanah (pH) memegang peranan sangat penting dalam mobilitas unsur ini. Unsur P berperan dalam proses pemecahan karbohidrat untuk energi, selain itu berperan dalam pembelahan sel melalui peranan nucleoprotein yang ada dalam inti sel. Unsur P juga menentukan pertumbuhan akar, mempercepat kematangan dan produksi buah dan biji (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Gejala defisiensi P mengakibatkan pertumbuhan terhambat karena pembelahan sel terganggu dan daun menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun (Hardjowigeno, 1995).

3. Kalium (K)

Kalium merupakan unsur kedua terbanyak setelah nitrogen dalam tanaman. Kalium diserap dalam bentuk kation K+. Kalium berperan dalam pembelahan sel, pembukaan stomata, fotosintesis (pembentukan karbohidrat), translokasi gula, reduksi nitrat dan selanjutnya sintesis protein dan dalam aktivitas enzim (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Kalium juga merupakan unsur logam yang paling banyak terdapat dalam cairan sel, yang dapat mengatur keseimbangan garam-garam dalam sel tanaman sehingga memungkinkan pergerakan air ke dalam akar. Tanaman yang kekurangan unsur K akan kurang tahan terhadap kekeringan, lebih peka terhadap penyakit, dan kualitas produksi berkurang.


(17)

13

D. Cangkang Kelapa Sawit

Arang merupakan hasil pembakaran dari bahan yang mengandung karbon yang berbentuk padat dan berpori. Sebagian besar porinya masih tertutup dengan hidrokarbon, dan senyawa organik lain yang komponennya terdiri dari abu, air,nitrogen dan sulfur. Proses pengarangan akan menentukan dan berpengaruh terhadap kualitas arang yang dihasilkan (Sudradjat, 1983).

Keuntungan pemberian arang sebagai pembangun kesuburan tanah yaitu karena arang mempunyai kemampuan dalam memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah, sehingga dapat merangsang pertumbuhan akar serta memberikan habitat yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Selain dapat meningkatkan pH tanah, arang juga dapat memudahkan terjadinya pembentukan dan peningkatan jumlah spora maupun endomikoriza (Gusmailina dkk., 1999), mengemukakan bahwa pemberian arang pada tanah selain dapat membangun kesuburan tanah, berfungsi sebagai pengikat.

Limbah kelapa sawit adalah sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk utama atau merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan kelapa sawit. Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit adalah cangkang kelapa sawit.


(18)

Cangkang kelapa sawit yang dihasilkan sebanyak 7% per ton tandan buah segar (TBS) atau sekitar 50,4 ton setiap harinya, dengan asumsi kapasitas produksi 30 ton/jam dengan waktu operasi 24 jam per hari (Santi Purwanigsih., 2000). Hasil analisis limbah kelapa sawit memiliki potensi hara, sebagai berikut ; Tabel 1. Analisis limbah yang terdapat pada kelapa sawit

Komposisi Kadar (%)

Abu 15

Selulosa 40

Lignin 21

Hemiselulosa 24

(SantiPurwanigsih.,2000)

Cangkang kelapa sawit memiliki kadar Kalium K20 sebesar 70.360,81 mg/L setelah dilakukan proses pembakaran pada suhu 1.200 oC selama 3 jam, maka jika direaksikan dengan asam sulfat akan terbentuk kalium sulfat dan H20. Mekanisme reaksi tersebut merupakan reaksi anorganik, anorganik ini umumnya berlangsung cepat, sehingga dalam hal ini terdapat kandungan unsur-unsur lain dalam cangkang kelapa sawit yang dapat terikat oleh asam sulfat, di antaranya P, Na, Ca, Mg, Zn (Santi Purwanigsih., 2000).

Secara umum arang yang dihasilkan dari serbuk cangkang kelapa sawit mempunyai kandungan hara N berkisar antara 0,4 %; K2O 30-40% ; P2O5 7% ;

CaO 9% ; dan MgO 3%. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu Fe tersedia berkisar antara 1.200 ppm ; Mn berkisar antara 100 ppm ; Zn berkisar antara 400 ppm ; dan Cu berkisar antara 100 ppm (Santi Purwanigsih., 2000).


(19)

15

Penggunaan arang baik yang berasal dari limbah eksploitasi maupun yang berasal dari industri pengolahan baik untuk peningkatan kesuburan tanah, merupakan salah satu alternatif pemanfaatan arang selain sebagai sumber energi. Secara morfologis arang memiliki pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah.

Oleh sebab itu aplikasi arang pada lahan-lahan terutama lahan miskin hara seperti tanah pasir pantai dapat membangun dan meningkatkan kesuburan tanah, karena dapat meningkatkan beberapa fungsi antara lain: sirkulasi udara dan air tanah, pH tanah, merangsang pembentukan spora endo dan ektomikoriza, dan menyerap kelebihan CO2 tanah.

Namun tanah pasir pantai membutuhkan bahan organik dapat bentuk padat seperti briket yang tidak mudah terlindih dan dapat menyediakan unsur hara dalam waktu yang lebih lama. Sehingga dapat meningkatkan kesuburan lahan pasir pantai dan meningkatkan hasil tanaman cabai merah.

E. Tanaman Cabai Merah Keriting

Tanaman cabai merah keriting (Capsicum annuum L ) adalah tanaman perdu dengan rasa buah pedas yang disebabkan oleh kandungan Capsaicin. Tanaman ini termasuk tanaman semusim yang tergolong kedalam suku

Solonaceae. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1, dan Vitamin C (Piay., dkk., 2010)


(20)

Secara morfologi tanaman cabai memiliki batang pendek tegak dengan tinggi 50-90 cm, daun tanaman cabai berbentuk lonjong dan bagian ujungnya runcing dengan panjang daun 4-10 cm, lebar 1,5- 4 cm, dengan jarak tanam adalah 50 x 60 cm (Tjahjadi, 1991). Tanaman cabai mampu tumbuh di dataran rendah dan datara tinggi (maksimal 1400 m dpl) pada berbagai jenis tanah tingkat kemasaman (pH) tanah yang sesuai adalah 6-7. Untuk suhu udara adalah 25-27oC dan curah hujan 600-1200 mm per tahun (Sumarni dan Muharam, 2005).

Tanaman cabai dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi dengan ketinggian 0 meter – 70 meter di atas permukaan laut. Daerah yang mempunyai suhu udara 16oC pada malam hari dan minimal 23oC pada siang hari sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman ini. Apabila suhu udra malam hari dibawah 16oC dan siang hari di atas 32oC, proses pembungaan dan pembuahan tanaman cabai akan mengalami kegagala. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini yaitu 50 %- 80% dengan curah hujan 600 mm-1.250 mm pertahun (Cahyono, 2003).

Kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah

lempung berpasir, karena dengan kondisi tanah tersebut dapat cepat berbuah sedangkan pada tanah liat cenderung agak lambat. Tanaman cabai tumbuh baik

pada tanah yang subur (kaya humus), gembur, porous, bebas dari nematoda dan bakteri layu, mempunyai pH 5,5 - 6,5 serta cukup air (Cahyono, 2003).


(21)

17

Menurut Cahyono (2003), menyatakan bahwa tanah yang paling ideal untuk tanaman cabai adalah yang mengandung bahan organik sekitar 1,5 % dan memerlukan sinar matahari penuh (tidak memerlukan naungan). Keadaan tanah dan iklim adalah hal utama dalam menentukan lokasi penanaman cabai (Pitojo, 2003).

Penggunaan pupuk yang tepat pada usaha tani pada tanaman cabai merah keriting merupakan upaya untuk meningkatkan produktivitas cabai dan dapat meningkatkan pendapatan petani (Cahyono, 2003). Menurut Pitojo, (2003), pupuk organik dan anorganik dapat menambah unsur hara dalam tanah serta dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman secara optimal.

Pupuk anorganik merupakan pupuk buatan pabrik, berbahan dasar dari mineral dan udara. Bahan dasar pupuk nitrogen adalah nitrogen dari udara sedangkan P, K, Ca, Mg dari tambang (Pitojo, 2003). Menurut cahyono, (2003), pupuk yang tepat pada tanaman cabai merah keriting adalah urea 500 kg/hektar, SP-36 310 kg/hektar, dan KCl 230 kg/hektar.

Ruang tanam merupakan ruang hidup tanaman atau populasi tanaman karena dengan adanya jarak tanam, tanaman dapat hidup dan berfotosintesis dengan baik. Ruang tanam yang digunakan tidak terlalu rapat, karena dapat menyebabkan tanah menjadi lembab dan dapat merangsang berkembangnya cendawan ataupun penyakit yang dapat merugikan tanaman cabai merah keriting. Ruang tanam yang rapat dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan cabang dan ranting tanaman.


(22)

Hal ini dapat mempengaruhi produksi buah. Menurut Wiwin dkk., (2007) ruang tanam cabai keriting yang baik digunakan adalah 70 cm x 70 cm atau 70 cm x 60 cm.

Tanaman cabai merah keriting dapat dipanen pada umur 75-85 hari setelah tanam. Budidaya cabai keriting di lahan pantai sedikit berbeda dengan teknik budidaya cabai keriting pada umumnya. Pengaturan jarak tanam pada lahan pasir pantai akan lebih kecil untuk menekan laju transpirasi dan evaporasi. Penyiraman di lahan pasir pantai lebih intensif yang mana tanah lahan pasir pantai bersifat porus sehingga air mudah lolos ke bawah. Selain itu penambahan bahan organik pada lahan pasir pantai biasanya diberikan melebihi takaraan umumnya, yakni sekitar 30-40 ton/ hektar (Gunawan Budiyanto, 2014).

F. Hipotesis

Perlakuan 600 gram briket cangkang kelapa sawit/tanaman setara dengan 20 ton/hektar merupakan perlakuan terbaik sebagai komposisi briket dalam meningkatkan kesuburan tanah pasir pantai serta meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah keriting.


(23)

19

III.

TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai bulan Mei 2016 di lahan penelitian Fakultas Pertanian, dan Laboratorim Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu pasir pantai Samas, arang cangkang kelapa sawit, benih cabai merah keriting, Urea, SP-36, KCl, daun randu. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan analitik, polybag, ember, meteran, drum, paralon 1 dim, blender, saringan ukuran 0,5 mm, nampan, karung, dan alat tulis. Alat-alat untuk pengambilan tanah pasir pantai samas.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan rancangan perlakuan faktor tunggal terdiri dari 6 perlakuan. Adapun susunan perlakuan sebagai berikut:

1. Per1akuan P0 : Kontrol (600 gram briket Pupuk Kandang /tanaman)


(24)

2. Perlakuan P1 : 300 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman setara

dengan 10 ton/hektar.

3. Perlakuan P2 : 450 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman setara

dengan 15 ton/hektar

4. Perlakuan P3 : 600 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman setara

dengan 20 ton/hektar.

5. Perlakuan P4 : 750 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman setara

dengan 25 ton/hektar.

6. Perlakuan P5 : 900 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman setara

dengan 30 ton/hektar.

Dengan demikian diperoleh 6 unit perlakuan, tiap unit terdiri atas 3 ulangan, setiap ulangan terdiri atas 3 unit tanaman sampel, sehingga total keseluruhan unit penelitian adalah 54 unit percobaan (lampiran 1).

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu pasir pantai Samas, arang cangkang kelapa sawit, benih cabai merah keriting, Urea, SP36, KCl, daun randu. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan analitik, polybag, ember, meteran, drum, paralon 1 dim, blender, saringan ukuran 0,5 mm, nampan, cangkul, karung, dan alat tulis.


(25)

21

2. Pengambilan Sampel Pasir Pantai

Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pasir pantai yang diambil secara komposit dari pantai samas, Bantul, Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membersihkan bagian permukaan pasir pantai samas kemudian menggali sedalam 30 cm dan diambil sesuai kebutuhan yaitu 540 kg.

3. Pembuatan Arang Cangkang Kelapa Sawit

Proses pengarangan/karbonisasi arang cangkang kelapa sawit yaitu: a. Bahan dan alat yang diperlukan dipersiapkan terlebih dahulu (cangkang

kelapa sawit, korek api, air, ember, seng dan drum bekas)

b. cangkang kelapa sawit dimasukkan ke dalam drum kemudian dibakar. Ketika api terlihat membesar maka cangkang kelapa sawit ditambahkan kedalam drum hingga yang terlihat hanya asap yang keluar, bila cangkang kelapa sawit kering telah terbakar semua, drum langsung ditutup.

c. Arang cangkang kelapa sawit yang sudah jadi didinginkan sampai sekitar 45 menit kemudian dikeluarkan dan dipisahkan antara yang terbakar dengan yang tidak dan yang menjadi abu. Cangkang kelapa sawit yang di ambil hanya yang menjadi arang.

d. Kemudian arang ditumbuk menggunakan mortar dan pistil hingga halus. Setelah itu, arang cangkang kelapa sawit diayak menggunakan ayakan 0,5 mm.


(26)

4. Pembuatan Briket Arang Cangkang Kelapa Sawit

Proses pembuatan briket cangkang kelapa sawit, yaitu ;

a. Arang cangkang kelapa sawit yang telah selesai di ayak dicampurkan dengan pupuk Urea, SP-36 dan KCl sesuai kebutuhan, setelah itu kemudian dicampurkan dengan daun randu yang sudah dihancurkan dengan kebutuhan 30% dari setiap perlakuan, kegiatan ini dilakukan agar arang cangkang kelapa sawit dapat merekat dengan baik.

b. Adonan yang sudah tercampur rata dimasukkan ke dalam paralon 1 dim ukuran kecil yang telah dipotong sepanjang 5 cm. Kemudian bagian bawah paralon dilapisi papan dan semua adonan briket dimasukkan ke dalam paralon. Selanjutnya ditekan menggunakan kayu kecil untuk memadatkan adonan sehingga keras dan berbentuk bongkahan. Kemudian briket dikeluarkan dari cetakan dan dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari sampai briket menjadi kering dan keras.

c. Briket yang sudah kering siap diaplikasikan pada tanaman cabai merah keriting.


(27)

23

5. Aplikasi Briket Pada Tanaman Cabai a. Persiapan Media Tanam

Pada penelitian ini, media tanam yang digunakan adalah tanah pasir pantai yang diambil dari pantai Samas, Bantul, Yogyakarta. Tanah pasir pantai yang akan digunakan sebagai media tanam dikering anginkan terlebih dahulu salama beberapa hari, setelah itu pasir yang telah dikering anginkan ditimbang dan dimasukkan ke dalam polybag dan ditambahkan briket cangkang kelapa sawit yang digunakan sebagai pupuk untuk kebutuhan tanaman selama melawati proses pertumbuhan vegetatif dan generatif sesuai perlakuan ke dalam polybag.

b. Persiapan benih cabai

Proses persiapan media tanam dilakukan dengan cara melakukan penyemaian terlebih dahulu yaitu dengan mencampurkan pupuk kompos, sekam, dan tanah dengan perbandingan yang digunakan adalah 1:1:1. Media dimasukkan kedalam nampan sebagai media tumbuh dari benih cabai merah keriting. Nampan yang telah diisi benih cabai merah keriting kemudian ditutup dengan kertas dan disiram, hal ini digunakan untuk menjaga kelembaban.

a. Persiapan media penelitian

Media tanam yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah pasir. Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, tanah pasir diayak terlebih dahulu menggunakan saringan untuk menghilangkan kotoran. Setelah diayak, pasir pantai dapat dimasukkan kedalam polybag dengan ukuran yang digunakan 35 x35 cm sebanyak 10 kg.


(28)

b. Penanaman cabai

Bibit cabai dapat dipindahkan ke dalam polybag pada umur 21 – 24 hari kedalam polybag. Penanaman diawali dengan mencampurkan briket ke dalam polybag dan didiamkan selama kurang lebih 3 hari. Kemudian disusul dengan meletakkan bibit beserta tanahnya dan ditumbun dengan pasir agar dapat memperkokoh akar dan tanaman dapat berdiri kokoh.

c. Pemeliharaan Cabai merah keriting

Pada penelitian ini pemeliharaan yang akan dilakukan meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Penyiraman dilakukan satu kali sehari dan dilakukan pada sore hari. Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang mati di dalam polybag. Sementara untuk penyiangan di dalam pot dilakukan secara kondisional dan untuk penyiangan di luar pot dilakukan dalam satu mingg sekali.

d. Panen

Pada penelitian ini proses panen dilakukan apabila tanaman sudah memasuki fase generatif. Buah tanaman cabai merah keriting yang siap di panen dapat dilihat secara visual dengan cara melihat bauh tanaman cabai merah keriting sudah berwarna merah sekitar 70%, dan cara panen yang dilakukan pada penetitian ini adalah dengan memetik buah.


(29)

25

E. Parameter Pengamatan

1. Tinggi tanaman (centimeter)

Tinggi tanaman diukur setiap 1 mingu sekali sejak tanaman berumur 1 minggu setelah tanam sampai tanaman tanaman berumur 8 minggu setelah tanam. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur mulai dari pangkal batang bawah hingga ujung tertinggi.

2. Berat segar tanaman (gram)

Berat segar tanaman diukur setelah panen. Pengukuran dilakukan dengan cara mengangkat seluruh bagian tanaman sampel dari media tanam kemudian dibersihkan dari sisa tanah yang berada pada bagian akar. Setelah sampel tanaman dibersihkan kemudian baru dilakukan penimbangan.

3. Berat kering tanaman (gram)

Berat kering tanaman diukur setelah panen. Tanaman sampel yang telah ditimbang berat segarnya dijemur pada terik sinar matahari sampai kering, kemudian tanaman sampel dibungkus dengan kertas dan dioven dengan suhu 650C sampai berat tanaman sampel konstan.

4. Berat Buah (gram)

Berat buah segar per tanaman diperoleh dengan menimbang semua buah yang terdapat pada tanaman, penimbangan dilakukan pada saat panen. Kriteria buah cabai merah keriting yang dipanen adalah apabila buah tanaman cabai merah


(30)

keriting sudah terlihat warna merah sekitar 70% dari satu buah tanaman cabai merah keriting.

5. Jumlah buah

Jumlah buah per tanaman diperoleh dengan menghitung banyaknya buah per tanaman, penghitungan dilakukan pada saat panen.

F. Analisi Data

Analisis data hasil pengamatan disidik Ragam (Analysis Of Variance) dengan taraf nyata 5 %. Apabila diperoleh pengaruh perlakuan yang berbeda nyata maka di Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf nyata 5%.


(31)

27

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Variabel Vegetatif

Variabel pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, berat segar tanaman, dan berat kering tanaman.

1. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan variabel yang menunjukkan aktivitas pertumbuhan vegetatif sauatu tanaman. Pertumbuhan tanaman sangat dipegaruhi oleh faktor lingkungan, fisiologi, dan genetik dari tanaman itu sendiri. Pertumbuhan tanaman terutama pada tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh fitohormon, yaitu auksin. Auksin yang dihasilkan ujung tanaman berpengaruh langsung pada pucuk tanaman yang terbentuk karena adanya nitrogen, ketersediaan unsur hara. Nitrogen juga berpengaruh pada perbedaan tinggi tanaman. Selain nitrogen, unsur hara kalium juga berperan pada pertumbuhan, karena berpengaruh langsung pada pembentukan sel pada tanaman dan juga membantu perkembangan akar.

Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (Lampiran 5). Untuk rerata tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel 2.


(32)

Tabel 2. Rerata tinggi tanaman minggu ke-8

Perlakuan Rerata (cm) Tinggi Tanaman P0 = Kontrol (600 gram briket Pupuk Kandang /tanaman)

P1 = 300 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P2 = 450 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P3 = 600 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P4 = 750 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P5 = 900 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman

66,600 62,067 63,167 72,500 74,600 74,200

Keterangan : hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman cabai merah keriting menunjukkan bahwa semua perlakuan menghasilkan pengaruh yang tidak berbeda nyata.

Dari hasil tabel di atas, pengaruh yang ditimbulkan oleh semua aplikasi perlakuan adalah tidak berbeda nyata. Dari hasil pengaruh aplikasi perlakuan pada penelitian yang dilakukan, semua perlakuan briket cangkang kelapa sawit mampu menggantikan pupuk kandang (Kontrol) pada lahan pasir pantai. Namun untuk penggunaan perlakuan briket yang lebih efisien pada lahan pasir itu sendiri baik digunakan pada perlakuan P1 dengan kebutuhan briket cangkang kelapa sawit yaitu 300 gram/tanaman.

Pengaruh yang tidak berbeda nyata dari semua aplikasi perlakuan karena aplikasi bahan organik berupa cangkang kelapa sawit dan pupuk kandang dalam bentuk briket pada tanah yang diberikan sudah mampu memperbaiki sifat agregat tanah pasir, dimana dalam hal ini briket yang diberikan ke dalam tanah pasir adalah untuk mengurangi porositas


(33)

29

pada tanah pasir sehingga ketersediaan air dan unsur hara dapat tersedia lebih lama bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nasih (2009) yang menyatakan bahwa, bahan organik berperan memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, meningkatkan kemampuan menahan air sehingga drainase tidak berlebihan, serta kelembapan dan temperature tanah menjadi stabil.

Di samping itu briket yang diberikan ke dalam tanah pasir sudah pecah sehingga akar tanaman dapat menyerap unsur hara yang tersedia pada briket. Dalam hal ini unsur hara berupa N, P, dan K yang dikomposisikan ke dalam briket cangkang kelapa sawit dan briket pupuk kandang sudah mampu menyediakan kebutuhan tanaman cabai pada fase vegetatif, dimana jumlah pupuk yang diformulasikan kedalam briket adalah sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk untuk tanaman cabai sehingga pengaruh pertumbuhan tinggit tanaman cabai relatif sama (Lampriran 2).

Hal ini sejalan dengan pernyataan Ekawati. (2006) yang mengatakan bahwa pada saat jumlah nitrogen tercukupi, pembentukan auksin akan baik dan akhirnya pertumbuhan tinggi tanaman juga akan baik. Unsur Nitrogen yang dibutuhkan tanaman digunakan sebagai penyusun utama klorofil dan protein tanaman. Di samping itu, unsur Nitrogen juga merupakan unsur yang mempunyai peranan penting pada saat tanaman mengalami proses pertumbuhan vegetatif. Selain Nitrogen, Fosfor, dan Kalium juga merupakan unsur hara utama karena berperan dalam memacu pertumbuhan terutama pada tinggi tanaman.


(34)

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00

1 2 3 4 5 6 7 8

P0 P1 P2 P3 P4 P5 Ting g i Ta na man (Cm)

Umur Tanaman (Minggu)

Di samping itu apabila dilihat dari hasil sidik ragam yang menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata antar semua perlakuan, pada proses pertumbuhan vegetatif tanaman cabai kurang dipengaruhi oleh media tanam / tanah pasir dalam hal ini disebabkan karena bahan organik yang diberikan dalam bentuk briket mampu memperbaiki struktur tanah pasir itu sendiri sehingga dengan adanya bahan organik dalam bentuk briket yang bersifat slow release

sehingga mampu mengurangi porositas yang terjadi pada media pasir. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nasih (2009) yang menyatakan bahwa bahan organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding bahan pembenah lainnya.

Pola laju pertumbuhan tinggi tanaman cabai keriting dari minggu ke-1 sampai minggu ke-8 dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Laju pertumbuhan tinggi tanaman, Keterangan : P0 (Kontrol (600 gram briket Pupuk Kandang /tanaman), P1 (300 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman, P2 (450 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman, P3 (600 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman, P4 (750 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman dan P5 (900 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman)


(35)

31

Dari gambar 1 diatas, menunjukkan akumulasi dari laju pertumbuhan tinggi tanaman selama 8 minggu. Laju pertumbuhan tinggi tanaman ini dapat dilihat dari pertambahan tinggi tanaman yang terjadi pada minggu ke-1 hingga minggu ke-8.

Berdasarkan gambar 1 diatas laju pertumbuhan tinggi tanaman pada minggu ke-1 sampai minggu ke-4 pertambahan laju tinggi tanaman pada semua peralakuan relatif sama. Hal ini disebabkan karena tanaman dari semua perlakuan sudah mulai dapat beradaptasi dengan media pasir sehingga semua laju pertumbuhan terlihat relatif sama. Disamping itu akar tanaman pada minggu ke-1 sampai minggu ke-4 belum mampu secara maksimal memanfaatkan unsur hara dan air yang terdapat pada briket yang diberikan dalam hal ini akar tanaman masih terlalu pendek untuk dapat mencapai keberadaan briket yang diletakkan ditengah polybag sebagai tempat tumbuh tanaman cabai merah keriting.

Pada minggu ke-5 dan minggu ke-6 laju pertumbuhan tinggi tanaman pada aplikasi perlakuan P4 (750 gram briket cangkang kelapa sawit), P5 (900 gram briket cangkang kelapa sawit) dan P3 (600 gram briket cangkang kelapa sawit) merupakan aplikasi perlakuan briket cangkang kelapa sawit yang memiliki pengaruh laju pertumbuhan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan pengaruh aplikasi perlakuan P0 (600 gram briket Pupuk Kandang) yang merupakan perlakuan kontrol.

Dalam hal ini pada aplikasi perlakuan P4, P5 dan P3 aplikasi briket yang diberikan sudah pecah sehingga unsur hara yang dikomposisikan dengan briket


(36)

cangkang kelapa sawit dapat dimanfaatkan oleh akar tanaman untuk digunakan pada proses pertumbuhan di fase vegetatif tanaman. Sementara pada perlakuan P0 (600 gram briket pupuk kandang) briket pupuk kandang yang diberikan belum pecah dikarenakan tekstur briket pada pupuk kandang lebih keras sehingga unsur hara yang dikomposisikan dengan briket pupuk kandang belum dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

Sementara laju pertumbuhan tinggi tanaman pada minggu ke-7 dan ke-8 menunjukkan laju pertumbuhan tinggi tanaman yang kembali relatif sama, semua tanaman sudah mengalami batas tinggi maksimal pada tanaman cabai merah keriting, sehingga laju pertumbuhan tanaman cabai pada semua aplikasi perlakuan mengalami laju pertumbuhan konstan. Pada minggu ke-7 dan ke-8 ini pula tanaman cabai merah keriting mulai memasuki masa generatif.

Masa generatif yang ditandai dengan munculnya bunga yang akan menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman secara perlahan mulai konstan. Dalam dalam hal ini pada masa generatif ini unsur hara yang diserap oleh tanaman digunakan untuk proses pembelahan sel guna memproduksi bunga hingga bakal buah, sehingga sehingga suplai unsur hara untuk pertumbuhan tinggi tanaman akan dibagi untuk proses produksi bakal buah dan pertumbuhan tinggi tanaman akan stabil.

Dalam hasil penelitian yang dilakukan diperoleh pengaruh yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan dalam hal ini dosis briket cangkang kelapa sawit tidak berpengaruh secara signifikan pada variabel tinggi tanaman cabai merah keriting. Peningkatan dosis pemupukan diperlukan oleh tanaman


(37)

33

sudah cukup tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan Ekawati. (2006) bahwa tidak selamanya pemupukan dengan dosis tinggi memberian hasil terbaik hal ini justru akan membuat pertumbuhan terhambat dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada tanaman. Dengan demikian penggunaan briket cangkang kelapa sawit dan briket pupuk kandang ke dalam tanah pasir sudah mampu memperbaiki struktur tanah pasir itu sendiri, hal ini dapat dilihat dari variabel tinggi tanaman cabai merah keriting yang menunjukkan tanaman dapat tumbuh dengan baik di tanah pasir pantai.

2. Berat segar dan kering tanaman a. Berat segar tanaman (gram)

Berat segar tanaman merupakan total berat tanaman yang diperoleh dari proses aktivitas metabolisme tanaman selama hidup. Pada parameter berat segar tanaman dilakukan perhitungan pada saat akhir penelitian dengan cara ditimbang secara langsung setelah tanaman dipanen dan sudah dibersihkan dari sisa-sisa tanah pasir yang masih menempel dipermukaan akar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar nutrisi dan air yang dapat diserap oleh tanaman (Benyamin Lakitan, 2008).

Hasil sidik ragam 5% terhadap berat segar tanaman menunjukkan masing-masing perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh berbeda nyata (Lampiran 5). Hasil Uji Jarak Berganda Duncan 5% terhadap berat segar tanaman disajika dalam tabel 3.


(38)

Tebel 3.Uji Jarak ganda Duncan 5% terhadap Berat segar tanaman

Perlakuan Rerata (gram) Berat Segar

Tanaman P0 = Kontrol (600 gram briket Pupuk Kandang /tanaman)

P1 = 300 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P2 = 450 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P3 = 600 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P4 = 750 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P5 = 900 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman

49,643ab 24,467c 30,483c 64,000ab 78,607a 68,860a

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata

Berdasarkan hasil uji jarak ganda duncan 5% pada berat segar tanaman cabai menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata antara aplikasi perlakuan P4 dan P5 serta pengaruh berbeda tidak nyata di tunjukkan oleh aplikasi perlakuan P0 dan P3.

Pada hasil penelitian yang dilakukan pada berat segar tanaman pengaruh dosis perlakuan briket P3 (600 gram briket cangkang kelapa sawit/tanaman) mampu menggantikan perlakuan P0 Kontrol (600 gram briket pupuk kandang/tanaman) pada lahan pasir. Namun untuk hasil berat segar tanaman yang lebih tinggi dari pupuk kandang dapat digunakan briket cangkang kelapa sawit dengan dosis perlakuan P4 (750 gram briket cangkang kelapa sawit/tanaman) dan dosis perlakuan P5 (900 gram briket cangkang kelapa sawit/tanaman).


(39)

35

Berat segar tanaman cenderung dipengaruhi oleh kandungan air dalam tubuh tanaman itu sendiri. Pada hal ini pengaruh yang tidak berbeda nyata pada perlakuan P4 dan P5 serta pengaruh perlakuan yang berbeda tidak nyata antara perlakuan P0 dan P3 yang ditunjukkan pada berat segar tanaman pada penelitian ini briket cangkang kelapa sawit dan briket pupuk kandang yang diberikan pada media pasir mampu memperbaiki struktur media pasir itu sendiri dimana mampu mengurangi erosi atau porositas yang terjadi pada media pasir sehingga ketersediaan air yang dibutuhkan tanaman dapat tercukupi sehingga diperoleh pengaruh perlakuan pada berat segar tanaman yang tidak berbeda nyata pada perlakuan P4 dan P5 serta pengaruh perlakuan yang berbeda tidak nyata pada perlakuan P0 dan P3.

Di samping itu Briket cangkang kelapa sawit dan pupuk kandang yang diberikan pada masing-masing perlakuan pada dasarnya adalah membantu meningkatkan daya ikat air pada media tanah pasir sehingga tanaman akan tercukupi ketersediaan air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Istiqlalia, dkk.(2013) menjelaskan bahwa berat segar brangkasan selain ditentukan oleh ukuran organ-organ tanaman yang dipengaruhi oleh banyaknya timbunan asimilat juga ditendukan oleh ketersediaan kadar air yang kemudian diserap oleh akar untuk bagian-bagian tanaman itu sendiri.


(40)

Sebagaimana diketahui bahwa tanah pasir pantai memiliki tingkat porositas yang tinggi sehingga sukar mengikat air dan pupuk akan mudah terlindih sebelum diserap oleh tanaman. Sehingga dengan adanya penambahan bahan organik berupa briket cangkan kelapa sawit dan briket pupuk kandang kedalam tanah pasir mampu memperbaiki struktur tanah pasir dan mampu menyediakan air yang cukup untuk kebutuhan tanaman.

Di samping itu ketersediaan unsur hara yang ada pada aplikasi perlakuan briket cangkang kelapa sawit dan pupuk kandang juga mampu memberikan pengaruh terhadap berat segar tanaman dimana kandungan N dan K yang ada dalam briket telah tersedia dengan cukup dan berfungsi sebagai pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam hal ini ketersediaan unsur hara yang diberikan pada aplikasi perlakuan adalah menggunakan dosis anjuran.

Dari hasil uji jarak ganda duncan pada berat segar tanaman pengaruh yang berbeda nyata yang ditunjukkan oleh aplikasi perlakuan P1 dan P2 terhadap aplikasi perlakuan yang lain (P0, P3, P4 dan P5) karena tanaman tidak mendapatkan suplay nutrisi unsur hara dan air yang baik. Dalam hal ini komposisi cangkang kelapa sawit dalam bentuk briket yang diberikan kurang dari pupuk anjuran yang seharusnya diberikan kepada tanaman cabai yaitu sekitar 20 ton/hektar, dalam hal ini untuk aplikasi perlakuan P1 dan P2 hanya diberikan 10 ton/hektar dan 15 ton/hektar.


(41)

37

Dengan demikian hal ini mempengaruhi fungsi dari diberikannya briket pada media tanah pasir yaitu diharapkan mampu memperbaiki struktur tanah pasir yang dimana tanah pasir memiliki tingat porositas yang tinggi. Dalam hal ini kurangnya ketersediaan unsur hara dan air serta masih terjadinya erosi pada tanah pasir sebagai media tumbuh bagi tanaman menjadi pemicu terjadinya pengaruh yang berbeda nyata yang ditunjukkan oleh aplikasi perlakuan.

Menurut wilkinson, et al., (1989), ketersediaan pupuk N, P, dan K telah mengandung unsur hara yang lengkap bagi pertumbuhan tanaman baik unsur makro maupun mikro. Unsur N cukup berperan terhadap peningkatan berat segar tanaman cabai merah keriting, penambahan N akan mempercepat laju pertumbuhan dan pemanjangan sel, pertumbuhan akar, batang, dan daun berlangsung cepat sedangkan unsur K dapat meningkatkan luas daun tanaman dan berperan dalam pembukaan stomata dan proses pembelahan sel. Namun hal ini tidak terjadi pada perlakuan P1 dan P2 sehingga keadaan ini juga mempengaruhi pengaruh berbeda nyata yang diperoleh dari semua perlakuan.

b. Berat kering tanaman (gram)

Bobt kering tanaman merupakan gambaran jumlah biomasa yang diserap oleh tanaman. Menurut Gardner, dkk., 1991, berat kering tanaman total merupakan akibat efisiensi penyerapan unsur hara dan air yang tersedia sepanjang musim tanam. Pengukuran berat kering tanaman dilakukan pada saat akhir pengamatan.


(42)

Hasil sidik ragam 5% terhadap berat kering tanaman menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh berbeda nyata atau tidak sama (Lampiran 5). Hasil Uji Jarak Berganda Duncan 5% terhadap berat kering tanaman disajikan dalam tabel 4.

Tabel 4. Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% terhadap Berat kering tanaman

Perlakuan Rerata (gram) Berat Kering

Tanaman P0 = Kontrol (600 gram briket Pupuk Kandang /tanaman)

P1 = 300 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P2 = 450 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P3 = 600 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P4 = 750 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P5 = 900 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman

16,827ab 8,393c 10,590c 21,557ab 27,980a 24,540a

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan hasil berbeda nyata

Berdasarkan hasil Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% pada berat segar tanaman cabai menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata antara aplikasi perlakuan P4 dan P5 serta pengaruh berbeda tidak nyata di tunjukkan oleh aplikasi perlakuan P0 dan P3.


(43)

39

Pada hasil penelitian yang dilakukan pada berat kering tanaman dosis perlakuan briket P3 (600 gram briket cangkang kelapa sawit/tanaman) mampu menggantikan perlakuan P0 Kontrol (600 gram briket pupuk kandang/tanaman) pada lahan pasir. Namun untuk hasil berat kering tanaman yang lebih tinggi dari pupuk kandang dapat digunakan briket cangkang kelapa sawit dengan dosis perlakuan P4 (750 gram briket cangkang kelapa sawit/tanaman) dan dosis perlakuan P5 (900 gram briket cangkang kelapa sawit/tanaman).

Berat kering tanaman merupakan akibat efisiensi penyerapan unsur hara dan air yang tersedia sepanjang musim tanam (Gardner dkk., 1991). Pada hal ini pengaruh yang tidak berbeda nyata pada perlakuan P4 dan P5 serta pengaruh perlakuan yang berbeda tidak nyata antara perlakuan P0 dan P3 yang ditunjukkan pada berat kering tanaman pada penelitian ini, karena tanaman yang diberikan pada perlakuan ini mampu mengoptimalkan unsur hara yang diberikan sehingga organ-organ vegetatif tanaman terbentuk dengan baik.

Di samping itu ketersediaan briket pada aplikasi perlakuan yang diberikan juga mampu mengurangi leaching atau pelindihan unsur hara dan air sehingga dapat tersedia lebih lama. Dalam hal ini jumlah cangkang kelapa sawit dan pupuk kandang yang diberikan pada aplikasi perlakuan yang diberikan adalah sama dan lebih tinggi dari pada pupuk anjuran yang diberikan pada tanaman cabai yaitu 20 ton/hektar. Sehingga aplikasi perlakuan mampu mengurangi porositas dan memperbaiki struktur tanah pasir pantai yang digunakan sebagai media tanaman cabai.


(44)

Hal ini sesuai dengan pernyataan Gunawan Budiyanto. (2014) akar permasalahan dari media pasir adalah kecilnya kandungan bahan organik dan tidak adanya fraksi lempung sehingga untuk mengatasi akar permasalahannya adalah dengan pemberian bahan organik ke dalam tanah yang merupakan praktek yang paling dianjurkan dan biasanya diberikan dalam takaran yang melebihi anjuran pada umumnya.

Di samping itu dari hasil Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% pengaruh yang berbeda nyata pada berat kering tanaman yang ditunjukkan oleh aplikasi perlakuan P1 dan P2 disebabkan karena tanaman pada aplikasi perlakuan ini tidak dapat mengoptimalkan unsur hara yang diberikan sehingga organ-organ vegetatif tanaman tidak terbentuk dengan baik.

Di samping itu ketersediaan briket pada aplikasi perlakuan yang diberikan juga tidak mampu menyediakan unsur hara dan air dalam waktu yang lebih lama dalam hal ini, ketika dilakukannya penyiraman, unsur hara yang terdapat pada briket cenderung mudah terlepas karena porositas media tanah pasir belum mampu diperbaiki. Dalam hal ini aplikasi perlakuan P1 dan P2 yang menunjukkan hasil berbeda nyata dengan aplikasi perlakuan yang lain dikarenakan bahan organik yang dimasukkan ke dalam tanah kurang dari jumlah anjuran pada umumnya yaitu 10 ton/hektar dan 15 ton/hektar sehingga media tanam masih terjadi infiltrasi yang akan berakibat pada proses rendahnya efisiensi pemupukan karena sebagian besar hara pupuk keluar dari komplek perakaran seiring dengan air gravitasi.


(45)

41

B. Variabel Generatif

Variabel generatif tanaman pada penelitian ini terdiri atas jumlah buah dan berat buah.

1. Jumlah buah per tanaman

Jumlah buah merupakan total seluruh buah yang dihasilkan setiap tanaman. Jumlah buah pertanaman diperoleh dengan menghitung banyaknya jumlah buah pertanaman. Dari hasil sidik ragam 5% terhadap jumlah buah menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (Lampiran 5). Hasil Uji Jarak Berganda Duncan 5% terhadap Jumlah Buah disajikan dalam tabel 5.

Tabel 5. Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% terhadap Jumlah Buah Per tanaman Perlakuan Rerata jumlah

buah P0 = Kontrol (600 gram briket Pupuk Kandang /tanaman)

P1 = 300 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P2 = 450 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P3 = 600 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P4 = 750 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P5 = 900 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman

42,00b 41,33b 35,67b 43,33b 76,00a 55,00ab

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan pengaruh hasil berbeda nyata


(46)

Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan (UJGD) 5% pada jumlah buah tanaman cabai menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata antara aplikasi perlakuan P4 (750 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman) dengan aplikasi yang lain. Sementara pengaruh berbeda tidak nyata yang ditunjukkan pada perlakuan P5 (900 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman) terhadap perlakuan P0 Kontrol (600 gram briket Pupuk Kandang /tanaman), P1 (300 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman), P2 (450 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman) dan P3 (600 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman).

Pada hasil penelitian yang dilakukan pada jumlah buah tanaman dosis perlakuan briket P1 (300 gram briket cangkang kelapa sawit/tanaman), P2 (450 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman), dan P3 (600 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman) mampu menggantikan perlakuan P0 Kontrol (600 gram briket pupuk kandang/tanaman) pada lahan pasir pantai. Namun untuk pengaruh hasil jumlah buah pertanaman yang cenderung lebih baik dari pupuk kandang dapat digunakan briket cangkang kelapa sawit dengan dosis perlakuan P4 (750 gram briket cangkang kelapa sawit/tanaman).

Pengaruh yang berbeda nyata yang ditunjukkan oleh perlakuan P4 (750 gram cangkang kelapa sawit) terhadap perlakuan yang lain diduga karena pada perlakuan ini tanaman mendapatkan suplai unsur hara P dan K yang terkandung pada briket cangkang kelapa sawit lebih tercukupi bagi tanaman cabai sehingga


(47)

43

dapat meningkatkan hasil tanaman cabai, disamping itu pengaruh perlakuan P4 (750 gram cangkang kelapa sawit) juga dapat memperbaiki struktur tanah pasir sehingga dapat menjaga ketersediaan air lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya sehingga air yang tersedia dapat mendukung proses pnyerapan unsur hara oleh tanaman secara maksimal serta dapat memproduksi bunga dan buah.

Pada perlakuan P2 (450 gram cangkang kelapa sawit) menunjukkan pengaruh hasil rerata jumlah buah lebih rendah jika dilihat dari pengaruhi perlakuan yang lain, hal ini disebabkan karena beberapa sampel tanaman pada perlakuan P2 (450 gram cangkang kelapa sawit) mengalami gangguan ketika pada fase generatif tanaman. Hal ini terjadi terhambatnya penyerapan unsur hara P dan K oleh tanaman yang tersedia pada perlakuan akibat dari terjadinya pelindihan pada tanah pasir pantai.

Selain itu munculnya buah yang kecil menandakan bahwa fotosintat yang dihasilkan tanaman rendah sehingga translokasi fotosintat ke organ lain terganggu. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Istiqlalia., (2013) bahwa peningkatan jumlah dan ukuran buah cabai tersebut disebabkan oleh produktivitas fotosintesis. Di samping itu disetiap perlakuan juga tidak diberikan pupuk susualan sehingga juga mempengaruhi jumlah buah pada tanaman cabai.


(48)

2. Berat buah per tanaman

Buah merupakan hasil dari pembungaan yang dihasilkan tanaman dan merupakan hasil akhir yang diharapkan dalam suatu budidaya tanaman hortikultura. Hasil sidik ragam 5% terhadap berat buah menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (Lampiran 5). Hasil Uji Jarak Ganda Duncan 5% terhadap berat buah disajikan dalam tabel 6.

Tabel 6. Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% terhadap rerata berat buah per tanaman

Perlakuan Rerata (gram) Berat Buah P0 = Kontrol (600 gram briket Pupuk Kandang /tanaman)

P1 = 300 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P2 = 450 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P3 = 600 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P4 = 750 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P5 = 900 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman

44,940 37,697 40,663 41,800 60,323 51,363

Keterangan : hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman cabai merah keriting menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata.


(49)

45

Dari hasil uji Anova yang dilakukan, pengaruh yang ditimbulkan oleh semua aplikasi perlakuan adalah tidak berbeda nyata. Dari hasil penelitian yang dilakukan semua perlakuan briket cangkang kelapa sawit mampu menggantikan pupuk kandang (Kontrol) pada lahan pasir pantai, namun untuk pengaruhnya sendiri perlakuan P1 dengan 300 gram briket cangkang kelapa sawit/tanaman merupakan perlakuan yang lebih efisien untuk diaplikasi pada tanah pasir pantai.

Berat buah pertanaman sangat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu kandungan air yang ada pada buah dan ketebalan daging bauh tersebut. Formulasi yang diberikan pada semua aplikasi perlakuan dapat memberikan unsur hara kalium yang cukup pada fase pengisian buah. Pembentukan buah dan pengisian buah sangat dipengaruhi oleh unsur hara kalium yang akan digunakan sebagai penyusun karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin yang akan ditranslokasikan kebagian penyimpanan buah (Sri Setyati Harjadi .,1991) hal ini diperkuat oleh pernyataan Suprihartini yang menyatakan bahwa untuk perkembangan buah sangat dipengaruhi oleh pembentukan auksin pada biji-biji yang sedang berkembang dan bagian-bagian lain pada buah yang berfungsi untuk menyuplai cadangan makanan guna meningkatkan perkembangan buah.

Pada penelitian ini pemberian formulasi briket cangkang kelapa sawit dan briket pupuk kandang dapat menyediakan unsur hara kalium pada fase pengisian buah karena kandungan unsur hara yang ada dalam briket sudah dapat terlepas dan diserap oleh akar tanaman.


(50)

Semua perlakuan aplikasi yang dilakukan dapat menyuplai unsur hara yang dibutuhan tanaman pada fase pertumbuhan. Dalam hal ini perlakuan aplikasi briket yang diberikan sudah mampu memperbaiki struktur tanah pasir, sehingga mampu memberikan pengaruh yang baik bagi tanaman. Selain itu, pemberian formulasi dalam bentuk briket juga dapat memudahkan akar dari tanaman cabai menyerap unsur hara yang tersedia.

Pemberian briket cangkang kelapa sawit ke dalam tanah pasir pantai dapat memperbaiki struktur tanah sehingga dapat meningkatkan serapan hara pupuk oleh cabai merah keriting karena pemberian briket dapat menurunkan pelindihan hara pupuk N, P dan K.

Pada penelitian ini berat buah cabai per tanaman semua perlakuan berkisar antara 1-2 gram. Berat buah cabai per buah yang relatif sama menandakan bahwa kemampuan adaptasi tanaman cabai dengan mengalokasikan hasil fotosintat ke buah dengan volume yang sama. Hasil perhitungan berat buah dapat dilihat pada lampiran 4.

Dari hasil perhitungan yang dilakukan berat buah yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian memang tidak sesuai dengan berat buah tanaman cabai keriting pada umumnya dimana hasil berat buah yang diperoleh dalam satu hektar berdasarkan varietas cabai TM-999 adalah berkisar antara 5 ton/hektar pada lahan konvensional dengan hasil buah pertanaman berkisar 0,8-1,2 kg dan


(51)

47

rerata berat buah 5-6 gram dengan Sementara pada penelitian yang di lakukan hasil berat buah yang diperoleh dalam satu hektar adalah berkisar antara 1, 25- 2, 07 ton/hektar (lampiran 4 ) dengan hasil buah per tanaman berkisar 37,697 – 60,323 gram dan rerata berat buah antara 1-2 gram.

Dalam hal ini pada saat penelitian, tanaman cabai merah keriting dilakukan penanaman pada tanah pasir pantai, dimana pasir pantai adalah tanah yang memiliki kandungan bahan organik rendah, sehingga jarang berada dalam ikatan partikel tanah (tidak membentuk gumpalan), dengan rendahnya kandungan bahan organik menyebabkan tanah tidak membentuk agregat serta berada dalam kondisi berbutir tunggal. Sebagai akibatnya, tanah pasir tidak memiliki kandungan air yang cukup untuk menopang pertumbuhan tanaman (Gunawan Budiyanto, 2014).


(52)

48

A.

Kesimpulan

1. Pada pertumbuhan Vegetatif tanaman perlakuan aplikasi P3 (600 gram briket cangkang kelapa sawit/tanaman) merupakan perlakuan aplikasi yang efisien di tanah pasir pantai untuk pertumbuhan tanaman cabai merah keriting.

2. Pada perlakuan pertumbuhan Generatif tanaman perlakuan aplikasi P1 (300 gram briket cangkang kelapa sawit/pertanaman) merupakan perlakuan aplikasi yang efisien di tanah pasir pantai dengan hasil 1, 25 ton tanaman cabai merah keriting/hektar.

B.

Saran

1. Perlu adanya penelitian untuk mengetahui tingkat kekerasan pada briket cangkang kelapa sawit yang tepat pada tanaman cabai merah keriting sehingga dalam penggunaanya dapat lebih maksimal pada tanaman cabai merah keriting.

2. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk menguji perlakuan aplikasi briket cangkang kelapa sawit di lahan pasir pantai.


(53)

49

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, K., A.K. Irwanto, N. Siregar, E. Agustina, A.H. Tambunan, M. Yamin, dan E. Hartulistiyoso, 1991. Energi dan Listrik Pertanian, JICA IPB. Bogor.

Abdul Syukur. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat-Sifat Tanah Dan Petumbuhan Caisim Di Tanah Pasir Pantai. J. Ilmu Tanah Dan Lingkungan 5 (1) : 30-38

Agus Salim, 1995. Pengaruh Ukuran Butiran Arang Dan Persentase Perekat Dalam Pembuatan Briket Arang Kombinasi Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Arang Tempurung Kelapa Sawit. Laporan Hasil Penelitian Mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian, UNHAS

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 1994. Pedoman Teknis Pembuatan Briket Arang. Departemen Kehutanan No.3

Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Bambang, D, Kertonegoro. 2001. Gumuk Pasir Pantai Di D.I.Yogyakarta : Potensi

Dan Pemanfaatan Untuk Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Universitas Wangsa Manggala Pada Tanggal 02 Oktober 2001. H46-54

Benyamin Lakitan. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Bulmer, E.C., And D.G. Simpson. 2005. Soil Compaction And Water Content As Factor Affecting The Growth Of Lodgapole Pine Seedling On Sandy Clay Loam Soil. Can J.Soil Sci. 85 : 667

Cahyono. 2003. Cabai Rawit, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.

Ekawati. 2006. Pengaruh Media Multiplikasi Terhadap Pembentukan Akar Dan Tunas In Vitro Nenas (Ananas comosus Lmerr) Cv. Smooth Cayeene

Pada Media Penangkaran. Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Istitut Pertanian Bogor.

Gardner, F. P., R. B. Pearce Dan R. L. Mitchell. 1998. Fisiologi Tanaman Budidaya.Universitas Indonesia Press.Jakarta.

Gunawan Budiyanto, Dja’far Shiddieq dan M. Drajat. 1997. Pengaruh

Pemanfaatan Blotong Terhadap Kejituan Serapan Kalium Tanaman Jagung di Tanah Regosol Pantai Selatan Kulon Progo. Jurnal Pascasarjana. BPPS-UGM. 10 (3B):427-444


(54)

Gunawan Budiyanto. 2009. Bahan Organik dan Pengelolaan Nitrogen Lahan Pasir. Unpad Press. Bandung. 192 h.

Gunawan Budiyanto. 2014. Manajemen Sumberdaya Lahan. Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Gusmailina, S., Komarayati Dan Nurhayati, T., 1990. Pemanfaatan Residu Fermentasi Padat Sebagai Kompos Pada Pertumbuhan Anakan

Eucalyptus urophylla, Jurnal Penelitian Hasil Hutan. (4) : 157-163 Gustan Pari dan Hartoyo. 1983. Beberapa Sifat Fisis Dan Kimia Briket Arang

Dari Limbah Arang Aktif. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Bogor Hafsjah.2003.Karakteristik.Lahan.Pasir.Pantai.http://Repository.Ipb.Ac.Id/Bitsream/

Handle/123456789/BAB%20II%20tinjuan%20pustaka.Pdf. Diakses Pada Tanggal 26 Maret 2015 Istiqlalia, RK, Sartono,J.S Dan Sri, H. 2013, Pengaruh Konsentrasi Dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Csbai Merah Keriting. INNOFRAM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol.12, No. 2, Oktober 2013 Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika pressindo. Jakarta.

Sri Setyati Harjadi. 1991. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Istiqlalia, Sartosono dan Sri, H. 2013. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah Keriting. INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 12. No. 2, Oktober 2013

Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk (Edisi Revisi). PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2013. Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian. Kementrian Pertanian. Jakarta Selatan.

Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Diktat Kuliah. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.

Nasih, Y.W. 2009. Membangun Kesuburan Tanah di Lahan Marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 2. Halaman 137-141

Novizan.2007. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Balai Pengkajiaan Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Ungaran. 60 Halaman. Pitojo. 2003. Benih Cabai. Kanisius, Yogyakarta


(55)

51

Piay,S.P, Ariati, T, dan Rudi, P.H. 2010. Budidaya dan Pascapanen Cabai Merah

(Capsicum annum L.). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Santi Purwaningsih. 2000. Pemanfaatan Arang Aktif Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Adsorben Pada Limah Cair Kayu Lapis. Laporan Penelitian Tahunan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda. 2000.

Sarjono. 2013. Studi EksperimentalPerbandingan Nilai Kalor Briket Campuran Bioarang.Sekam.Padi.Dan.Tempurung.Kelapa.

Http://Simetris.Sttrcepu.Ac.Id/

Index.Php/SIMETRIS/Article/View/25/33 Diakses 13 Maret 2013 Sudrajat. 1983. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat, Dan Tekanan Kempa

Terhadap Kualitas Arang Briket. Laporan LPHH No. 165. Bogor. Sumarni N, A.Muharam. 2005. Budidaya Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman

Sayuran. Bandung. 34 Halaman.

Sunardi Dan Y. Sarjono. 2007. Penentuan Kandungan Unsur Makro Pada Lahan Pasir Pantai Samas Bantul Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN). Prosiding PPI – PDIPTN: 123-129.

Syamsul A. Siradz Dan Siti Kabirun. 2007. Pengembangan Lahan Marginal Pesisir Pantai Dengan Bioteknologi Masukan Rendah. Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan. 7(2): 83-92.

Tjahjadi, N. 1991. Seri Budidaya Cabai. Kanisius.Yogyakarta. 47 Halaman. Partoyo.2005. Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian Di Lahan Pasir Pantai

Samas Yogyakarta. Ilmu Pertanian. 12(2): 140-151.

Piay.SP, A. Tyasdjaja, Y. Ernawati, dan F.Rudi PH. 2010. Budidaya Dan Pascapanen Cabai Merah Keriting (Capsicum Annuum L). Badan Penelitian Dan Pengembagan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Ungaran.60 Halaman.

Pitojo, S. 2003. Benih Cabai. Yogyakarta: Kanisius.p.23-24.

Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimat. 1994. Survei Tanah Detail Di Segagian Wilayah D. I. Yogyakarta (Skala 1 : 50.000). Proyek LREP II Part C. Puslittanak. Bogor.

Wilkinson, Geoffrey Dan C. Albert. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Hal. 463

Widayanti, N., 1995. Pengeringan Hasil Panen dengan Tenaga Sekam. Penebar Swadaya, Jakarta.


(56)

Wiwin, S.Rini,M. Gina, A.S dan Tri,H.2007. Petunjuk teknis Budidaya Tanaman dan Sayuran. Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran.


(57)

53

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lay out penelitian

Keterangan :

1. Per1akuan P0 : Kontrol (600 gram pupuk kandang)

2. Perlakuan P1 : 300 gram briket cangkang kelapa sawit

3. Perlakuan P2 : 450 gram briket cangkang kelapa sawit

4. Perlakuan P3 : 600 gram briket cangkang kelapa sawit

5. Perlakuan P4 : 750 gram briket cangkang kelapa sawit

6. Perlakuan P5 : 900 gram briket cangkang kelapa sawit

P3.1 P4.1

P4.2

P0.1 P1.1

P5.1 P2.1

P5.2 P3.2

P0.2

P5.3

P2.3

P1.2 P2.2

P4.3

P1.3

P3.3

P0.3


(1)

7

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00

1 2 3 4 5 6 7 8

P0

P1

P2

P3

P4

P5

Gambar 1. Laju pertumbuhan tinggi tanaman, Keterangan : P0 (Kontrol (600 gram briket Pupuk Kandang /tanaman), P1 (300 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman, P2 (450 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman, P3 (600 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman, P4 (750 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman dan P5 (900 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman)

2. Berat segar dan kering tanaman a. Berat segar tanaman (gram)

Berat segar tanaman merupakan total berat tanaman yang diperoleh dari proses aktivitas metabolisme tanaman selama hidup. Pada parameter berat segar tanaman dilakukan perhitungan pada saat akhir penelitian dengan cara ditimbang secara langsung setelah tanaman dipanen dan sudah dibersihkan dari sisa-sisa tanah pasir yang masih menempel dipermukaan akar.

Hasil sidik ragam 5% terhadap berat segar tanaman menunjukkan masing-masing perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh berbeda nyata(Lampiran 5). Hasil Uji Jarak Berganda Duncan 5% terhadap berat segar tanaman disajika dalam tabel 3.

Tebel 3.Uji Jarak Berganda Duncan 5% terhadap Berat segar tanaman

Perlakuan Rerata (gram)

P0 = Kontrol (600 gram briket Pupuk Kandang /tanaman) P1 = 300 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P2 = 450 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P3 = 600 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P4 = 750 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P5 = 900 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman

49,643ab 24,467c 30,483c 64,000ab 78,607a 68,860a

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%


(2)

8

a. Berat kering tanaman (gram)

Bobt kering tanaman merupakan gambaran jumlah biomasa yang diserap oleh tanaman. Menurut Gardner et al., 1991, berat kering tanaman total merupakan akibat efisiensi penyerapan unsur hara dan air yang tersedia sepanjang musim tanam. Pengukuran berat kering tanaman dilakukan pada saat akhir pengamatan.

Hasil sidik ragam 5% terhadap berat kering tanaman menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh berbeda nyata atau tidak sama (Lampiran 5). Hasil Uji Jarak Berganda Duncan 5% terhadap berat kering tanaman disajikan dalam tabel 4.

Tabel 4. Uji Jarak Berganda Duncan 5% terhadap Berat kering tanaman

Perlakuan Rerata (gram)

P0 = Kontrol (600 gram briket Pupuk Kandang /tanaman) P1 = 300 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P2 = 450 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P3 = 600 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P4 = 750 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P5 = 900 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman

16,827ab 8,393c 10,590c 21,557ab 27,980a 24,540a

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%

B. Variabel Generatif

Variabel generatif tanaman pada penelitian ini terdiri atas jumlah buah dan berat buah.

1. Jumlah buah

Jumlah buah merupakan total seluruh buah yang dihasilkan setiap tanaman. Jumlah buah pertanaman diperoleh dengan menghitung banyaknya jumlah buah pertanaman. Dari hasil sidik ragam 5% terhadap jumlah buah menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (Lampiran 5). Hasil Uji Jarak Berganda Duncan 5% terhadap Jumlah Buah disajikan dalam tabel 5.

2. Berat buah

Buah merupakan hasil dari pembungaan yang dihasilkan tanaman dan merupakan hasil akhir yang diharapkan dalam suatu budidaya tanaman hortikultura. Hasil sidik ragam 5% terhadap berat buah menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (Lampiran 5). Hasil Uji Jarak Berganda Duncan 5% terhadap berat buah disajikan dalam tabel 6.


(3)

9

Tabel 5. Uji Berganda Duncan 5% terhadap Jumlah Buah Per tanaman

Perlakuan Rerata jumlah

buah P0 = Kontrol (600 gram briket Pupuk Kandang /tanaman)

P1 = 300 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P2 = 450 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P3 = 600 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P4 = 750 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P5 = 900 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman

42,00b 41,33b 35,67b 43,33b 76,00a 55,00ab

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%

Tabel 6. Uji Berganda Duncan 5% terhadap rerata berat buah

Perlakuan Rerata (gram)

P0 = Kontrol (600 gram briket Pupuk Kandang /tanaman) P1 = 300 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P2 = 450 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P3 = 600 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P4 = 750 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman P5 = 900 gram briket cangkang kelapa sawit /tanaman

44,940 37,697 40,663 41,800 60,323 51,363

Keterangan : hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman cabai merah keriting menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

1. Pada pertumbuhan Vegetatif tanaman perlakuan aplikasi P3 (600 gram briket cangkang kelapa sawit/tanaman) merupakan perlakuan aplikasi yang efisien di tanah pasir pantai untuk pertumbuhan tanaman cabai merah keriting.

2. Pada perlakuan pertumbuhan Generatif tanaman perlakuan aplikasi P1 (300 gram briket cangkang kelapa sawit/pertanaman) merupakan perlakuan aplikasi yang efisien di tanah pasir pantai dengan hasil 1, 25 ton tanaman cabai merah keriting/hektar.

B.

Saran

1. Perlu adanya penelitian untuk mengetahui tingkat kekerasan pada briket cangkang kelapa sawit yang tepat pada tanaman cabai merah keriting


(4)

10

sehingga dalam penggunaanya dapat lebih maksimal pada tanaman cabai merah keriting.

2. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk menguji perlakuan aplikasi briket cangkang kelapa sawit di lahan pasir pantai.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, K., A.K. Irwanto, N. Siregar, E. Agustina, A.H. Tambunan, M. Yamin, dan E. Hartulistiyoso, 1991. Energi dan Listrik Pertanian, JICA IPB. Bogor.

Abdul Syukur. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat-Sifat Tanah Dan Petumbuhan Caisim Di Tanah Pasir Pantai. J. Ilmu Tanah Dan Lingkungan 5 (1) : 30-38

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 1994. Pedoman Teknis Pembuatan Briket Arang. Departemen Kehutanan No.3

Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Bambang, D, Kertonegoro. 2011. Gumuk Pasir Pantai Di D.I.Yogyakarta : Potensi

Dan Pemanfaatan Untuk Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Universitas Wangsa Manggala Pada Tanggal 02 Oktober 2001. H46-54

Benyamin Lakitan. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Bulmer, E.C., And D.G. Simpson. 2005. Soil Compaction And Water Content As Factor Affecting The Growth Of Lodgapole Pine Seedling On Sandy Clay Loam Soil. Can J.Soil Sci. 85 : 667

Cahyono. 2003. Cabai Rawit, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.

Ekawati, M. 2006. Pengaruh Media Multiplikasi Terhadap Pembentukan Akar Dan Tunas In Vitro Nenas (Ananas comosus Lmerr) Cv. Smooth Cayeene Pada Media Penangkaran. Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Istitut Pertanian Bogor.

Gardner, F. P., R. B. Pearce Dan R. L. Mitchell. 1998. Fisiologi Tanaman Budidaya.Universitas Indonesia Press.Jakarta.

Gunawan Budiyanto, Dja’far Shiddieq dan M. Drajat. 1997. Pengaruh Pemanfaatan Blotong Terhadap Kejituan Serapan Kalium Tanaman


(5)

11

Jagung di Tanah Regosol Pantai Selatan Kulon Progo. Jurnal Pascasarjana. BPPS-UGM. 10 (3B):427-444

Gunawan Budiyanto. 2009. Bahan Organik dan Pengelolaan Nitrogen Lahan Pasir. Unpad Press. Bandung. 192 h.

Gunawan Budiyanto. 2014. Manajemen Sumberdaya Lahan. Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M). Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

Gusmailina, S., Komarayati Dan Nurhayati, T., 1990. Pemanfaatan Residu Fermentasi Padat Sebagai Kompos Pada Pertumbuhan Anakan Eucalyptus urophylla, Jurnal Penelitian Hasil Hutan. (4) : 157-163 Gustan Pari dan Hartoyo. 1983. Beberapa Sifat Fisis Dan Kimia Briket Arang

Dari Limbah Arang Aktif. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Bogor Hafsjah.2003.Karakteristik.Lahan.Pasir.Pantai.http://Repository.Ipb.Ac.Id/Bitsrea

m/Handle/123456789/BAB%20II%20tinjuan%20pustaka.Pdf. Diakses Pada Tanggal 26 Maret 2015 Istiqlalia, RK, Sartono,J.S Dan Sri, H. 2013, Pengaruh Konsentrasi Dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Csbai Merah Keriting. INNOFRAM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol.12, No. 2, Oktober 2013

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika pressindo. Jakarta.

Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk (Edisi Revisi). PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2013. Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian. Kementrian Pertanian. Jakarta Selatan.

Kirana, M. 1985. Pengaruh Tekanan Pengempaan Dan Jenis Perekat Dalam Pembuatan Briket Tempurung Kelapa Dalam Agus Salim, 1995. Pengaruh Ukuran Butiran Arang Dan Persentase Perekat Dalam Pembuatan Briket Arang Kombinasi Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Arang Tempurung Kelapa Sawit. Laporan Hasil Penelitian Mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian, UNHAS

Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Diktat Kuliah. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.

Novizan.2007. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Santi Purwaningsih. 2000. Pemanfaatan Arang Aktif Cangkang Kelapa Sawit

Sebagai Adsorben Pada Limah Cair Kayu Lapis. Laporan Penelitian Tahunan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda. 2000.


(6)

12

Sarjono. 2013. Studi EksperimentalPerbandingan Nilai Kalor Briket Campuran Bioarang.Sekam.Padi.Dan.Tempurung.Kelapa.

Http://Simetris.Sttrcepu.Ac.Id/

Index.Php/SIMETRIS/Article/View/25/33 Diakses 13 Maret 2013 Sudrajat. 1983. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat, Dan Tekanan Kempa

Terhadap Kualitas Arang Briket. Laporan LPHH No. 165. Bogor. Sumarni N, A.Muharam. 2005. Budidaya Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman

Sayuran. Bandung. 34 Halaman.

Sunardi Dan Y. Sarjono. 2007. Penentuan Kandungan Unsur Makro Pada Lahan Pasir Pantai Samas Bantul Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN). Prosiding PPI – PDIPTN: 123-129.

Syamsul A. Siradz Dan Siti Kabirun. 2007. Pengembangan Lahan Marginal Pesisir Pantai Dengan Bioteknologi Masukan Rendah. Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan. 7(2): 83-92.

Tjahjadi, N. 1991. Seri Budidaya Cabai. Kanisius.Yogyakarta. 47 Halaman. Partoyo.2005. Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian Di Lahan Pasir Pantai

Samas Yogyakarta. Ilmu Pertanian. 12(2): 140-151.

Piay.SP, A. Tyasdjaja, Y. Ernawati, dan F.Rudi PH. 2010. Budidaya Dan Pascapanen Cabai Merah Keriting (Capsicum Annuum L). Badan Penelitian Dan Pengembagan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Ungaran.60 Halaman.

Pitojo, S. 2003. Benih Cabai. Yogyakarta: Kanisius.p.23-24.

Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimat. 1994. Survei Tanah Detail Di Segagian Wilayah D. I. Yogyakarta (Skala 1 : 50.000). Proyek LREP II Part C. Puslittanak. Bogor.

Wilkinson, Geoffrey Dan C. Albert. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Hal. 463

Widayanti, N., 1995. Pengeringan Hasil Panen dengan Tenaga Sekam. Penebar Swadaya, Jakarta.

Wiwin, S.Rini,M. Gina, A.S dan Tri,H.2007. Petunjuk teknis Budidaya Tanaman dan Sayuran. Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran