commit to user 10
Pada tanah-tanah masam sewaktu pengolahan tanah dapat ditambahkan kapur pertanian misalnya calsit, dolomit atau zeolit. Dosis
kapur pertanian tergantung jenis dan pH tanah, atau sebagai pedoman dapat digunakan 2-4 tonhektar, atau ±100 gramlubang tanam.
Wiryanta, 2002. b. Pemberian Pupuk Dasar
Pupuk dasar yang ditebarkan di permukaan bedengan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Diperlukan hingga 30 ton pupuk kandang
untuk tanah-tanah yang tidak begitu subur. Pupuk kandang yang biasa digunakan adalah kotoran sapi, kuda, domba tau kambing dan ayam.
Tujuan pemberian pupuk kandang selain memperbaiki struktur tanah juga meningkatkan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanh serta
kandungan unsur hara. Pupuk kandang yang digunakan harus sudah matang sebelum ditebarkan diatas bedengan. Pupuk kandang yang sudah
matang ditandai dengan bentuknya yang remah, kering dan tidak berbau. Pupuk kandang ditebarkan merata di permukaan bedengan dengan
takaran kira-kira empat kilogram untuk setiap satu meter panjang bedengan Wiryanta, 2002.
Pupuk dasar per-lubang tanam dapat ditambah dengan campuran Urea, TSP dan KCl sebanyak 25 gram lubang tanam. Dosis ketiga jenis
pupuk buatan itu adalah 175 kg Urea, 350 kg TSP dan 200 kg KCl untuk tiap hektarnya. Ada pula pemberian pupuk dasar seperti pupuk kandang,
Urea, TSP dan KCl setelah lahan dibersihkan dengan cara disebar merata pada lahan tersebut. Akan tetapi pupuk yang diberikan dengan
cara disebar kebutuhannya sekitar 10 – 20 Ton ha atau 10 – 20 kgm2. Sedangkan kebutuhan pupuk yang diberikan dalam lubang tanam sekitar
0,5 – 1 kg lubang tanam Setiawan, 1994.
c. Pemasangan Mulsa
Dewasa ini penggunaan plastik hitam-perak sebagai mulsa atau penutup tanah telah banyak dipergunakan oleh petani. Mulsa dapat dibuat
dari daun-daun tanaman bambu, jerami, kelapa atau berupa plastik hitam
commit to user 11
perak. Fungsi mulsa ini adalah untuk menahan pertumbuhan hama dan gulma. Warna perak dipermukaan atas mampu memantulkan sinar ultra
violet yang bisa mengusir hama, terutama yang banyak bersarang di bagian bawah daun tomat. Warna hitam di permukaan bawah mampu
menutup rapat bedengan, sehingga gulma tidak bisa tumbuh karena tidak memperoleh sinar matahari.
Cara pemasangan mulsa yaitu menarik kedua ujung mulsa ke masing-masing ujung bedengan arah memanjang, kemudian dikuatkan
dengan pasak bilah bambu berbentuk “U” yang ditancapkan disetiap sisi bedengan berikutnya. Tarik pula lembar mulsa ke bagian sisi kiri kanan
lebar bedengan hingga rata menutup permukaan bedengan. Kuatkan dengan pasak bilah bambu pada setiap jarak 40-50 cm Rukmana, 1994.
2. Penyemaian Untuk mendapatkan bibit tanaman yang sehat, maka diperlukan cara
penyemaian yang baik sehingga tanaman tidak akan mengalami stress atau stagnasi, disamping itu dengan penyemaian akan diperoleh keseragaman
tanaman dan pertumbuhan tanaman yang kompak sehingga produksi yang diharapkan akan tercapai.
Persemaian untuk tanaman tomat dilakukan dengan sistim boks yaitu benih disemai didalam kotak persemaian atau nampan terlebih dahulu.
Sistem boks sampai saat ini masih digunakan karena cara ini paling baik diterapkan
dibandingkan dengan
menggunakan sistim
kecambah. Keunggulan sistem ini kita dapat memilih tanaman yang pertumbuhannya
baik, tanaman lebih cepat beradaptasi di lahan dan dapat menghemat polybag Rukmana, 1994.
Benih disemaikan terlebih dahulu agar menjadi bibit. Buatlah lahan persemaian dalam bedengan kecil dengan memberi anyaman plastik,
anyaman daun kelapa, atau anyaman alang-alang kemudian benih tersebut ditaburkan dalam barisan agar tidak tumbuh bertumpukan lalu semaian
disiram dengan sprayer halus. Rawat dan pelihara tanaman semaian baik- baik setelah 2 minggu ukuran tanaman sudah cukup untuk dipindah
commit to user 12
kewadah plastik kecil atau kantong kecil lainnya sebagai bibit. Bila langsung ditanam kelahan maka akan banyak yang mati karena bibit
tersebut sulit untuk beradaptasi. Isi kantong plastik tersebut dengan campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 lalu tanam
bibit kedalam wadah setelah berumur 25 hari dari semai barulah bibit tahan untuk ditanam dilahan Nazarudin, 1998.
3. Penanaman Penanaman dilakukan ketika tanaman berumur sekitar 25 - 30 hari
di penyapihan, dan daun berjumlah 3 – 4 buah. Pengambilan bibit tomat dari persemaian dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak perakaran
tanaman. Penanaman dilakukan pada pagi hari agar tanaman dapat cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Jarak antarlubang tanam sekitar 80 x
40 cm atau 60 x 40 cm Setiawan, 1994. Hal
yang perlu
diperhatikan dalam
penanaman dengan
menggunakan sistem mulsa plastik adalah tanaman diusahakan jangan sampai menyentuh plastik mulsa supaya tidak terbakar karena panas, lalu
membusuk. Selain itu tanah dilubang tanaman harus dihindari munculnya rongga yang dapat menyebabkan tanaman mati karena akarnya terkena
panas Wiryanta, 2002. 4. Pemeliharaan
a. Penyiraman Penyiraman dilakukan sejak benih ditaburkan ke bedeng pesemaian
sampai tanaman siap dipindah ke kebun. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan alatgembor yang memiliki lubang halus, agar tidak merusak bibit tanaman yang sudah atau baru tumbuh Pracaya, 1998.
b. Penyulaman Tanaman yang mati sebaiknya segera disulam agar ukurannya
sama. Akan tetapi, apabila tanaman mati karena penyakit menular penyulaman tidak perlu dilakukan karena bibit tanaman yang baru dapat
tertular dan mati Pracaya, 1998.
commit to user 13
c. Penyiangan Gulma yang tumbuh di areal pertanaman tomat harus di siangi agar tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman tomat. Pertumbuhan gulma menyebabkan persaingan dengan tanaman tomat dalam mendapatkan unsur hara, air dan
cahaya matahari, sehingga pertumbuhan tanaman tomat menjadi terhambat atau kerdil serta dapat menurunkan produktivitas tanaman tomat. Gulma juga
dapat menjadi sarang hama dan penyakit yang akan menyerang tanaman tomat. Pemberian mulsa plastik akan mengurangi gulma Setiawan, 1994.
d. PerompesanPemangkasan Pemangkasan dilakukan untuk mengurangi jumlah tunas dan pucuk
batang sehingga perkembangan buahnya maksimal. Selain itu pemangkasan juga berguna untuk mengurangi gangguan hama dan penyakit. Tunas yang
tumbuh di ketiak daun harus di rompes atau dipotong agar tidak menjadi cabang. Perompesan dilakukan satu minggu sekali. Perompesan baik dilakukan
pagi hari agar luka bekas rompesan cepat kering Anonim
b
, 2008. e. Pemasangan ajir
Pemasangan ajir dimaksudkan untuk mencegah tanaman tomat roboh. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Ajir lanjaran terbuat dari bambu atau kayu dengan panjang antara 100-175 cm, tergantung dari varietasnya.
2. Pemasangan ajir dilakukan sedini mungkin, ketika tanaman masih kecil akar masih pendek, sehingga akar tidak putus tertusuk ajir. Akar yang luka akan
memudahkan tanaman terserang penyakit yang masuk lewat luka. Jarak ajir dengan batang tomat ± 10-20 cm.
3. Cara memasang ajir bermacam-macam, misalnya ajir dibuat tegak lurus atau ujung kedua ajir diikat sehingga membentuk segitiga.
4. Tanaman tomat yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat pada ajir. Pengikatan jangan terlalu erat yang penting tanaman tomat
dapat berdiri. Pengikatan dilakukan dengan model angka 8 sehingga tidak terjadi gesekan antara batang tomat dengan ajir yang dapat menimbulkan
commit to user 14
luka. Setiap bertambah tinggi ± 20 cm, harus dilakukan pengikatan lagi agar batang tomat selalu berdiri tegak.
Tugiyono, 2007, f. Pemupukan Susulan
Tanaman tomat yang berumur satu bulan dilakukan pemupukan susulan dengan dosis pemupukannya adalah sekitar 20 grtanaman. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk N, P, K dengan perbandingan 2:3:1 pupuk diletakkan dengan alur yang melingkari batang tanaman ±5 cm dari batang tanaman. Alur
ini selanjutnya ditutup dengan tanah. Pemberian pupuk buatan ini diulangi sekali lagi setelah 2 - 3 minggu kemudian. Untuk tiap hektar tanaman
dibutuhkan 200 kg urea, 300 kg TSP, dan 100 kg KCl Sunarjono, 2004. g. Persilangan
Penyerbukan silang merupakan penyerbukan antara dua tanaman yang sifatnya berlainan dengan cara mengamankan tanaman itu jangan sampai
melakukan penyerbukan sendiri yaitu dengan langsung memotong bunga jantan dari tanaman yang bunga betinanya akan diserbuki dengan bunga jantan
tanaman lain. Dengan memotong bunga jantan ini tanaman tidak akan melakukan penyerbukan sendiri. Sesudah itu kita ambil tepung sari dari
tanaman kedua, untuk ditempelkan pada kepala putik bunga betina tanaman pertama yang sudah dipotong bunga jantannya itu. Selain memotong bunga
jantan dan benang sari kadang-kadang juga perlu mengisolasi tanaman yang akan disilangkan itu maksudnya agar tanaman yang sudah dipotong bunga
jantannya itu tidak keburu menerima tepung sari dari tanaman lain dengan perantaraan kumbang, lebah kupu-kupu atau angin Trubus, 2004.
h. Pengendalian Hama dan Penyakit 1. Hama Tanaman Tomat
Ø Ulat Buah Heliothis armigera Ulat ini menyerang tanaman tomat yang masih muda sehingga saat
buah sudah tua tampak berlubang-lubang dan biasanya busuk karena infeksi. Pengendaliannya dengan disemprot insektisida, misalnya
Diazinon, dan Cymbush.
commit to user 15
Ø Ulat Tanah Agrotis ipsilon Ulat ini berwarna cokelat tua sampai kehitaman, mengkilat, dan
mempunyai garis cokelat pada kedua sisinya. Ulat ini mematahkan dan memotong tanaman yang masih muda, sehingga tanaman menjadi roboh.
Pengendaliannya adalah dengan menaburkan insektisida Furadan 3G di dekat pangkal pohon.
Ø Nematoda Melodogyma sp Cacing ini menyebabkan akar-akar tomat berbintil-bintil, akar
tanaman menjadi puru atau bintil yang bentuknya bulat sampai memanjang, sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan rotasi tanaman yang bukan inang nematoda, serta dapat menggunakan obat-obat kimia seperti
Furadan Pracaya, 1998. 2. Penyakit Tanaman Tomat
Ø Busuk Daun Penyebabnya adalah cendawan Phytophtora infestan. Daun-daun
atau buah dari tanaman yang terserang penyakit ini menjadi bernoda hitam dan akhirnya menjadi kering atau busuk. Gejala awal berupa
bercak kebasah-basahan di bagian tepi atau tengah daun, kemudian bercak melebar sehingga terbentuk daerah nekrotikyang berwarna coklat.
Pada serangan lebih lanjut penyakit ini dapat menyebar ke bagian batang, tangkai dan buah tomat. Penyakit ini menyebabkan bagian yang diserang
kering atau busuk. Pengendaliannya dapat disemprot dengan obat yang mengandung tembaga, seperti bubur Bordeaux 1,5 atau COC 0,8
pada tanaman yang sakit untuk mengurangi infeksi pada tanaman. Ø Layu Bakteri
Disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala awal ditandai dengan layunya daun muda atau menguningnya daun-daun tua.
Kelayuan daun-daun muda dapat menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa hari kemudian. Gejala khas dapat diamati pada batang yang
sakit tampak berkas pembuluhnya berwarna coklat. Pada tingkat
commit to user 16
serangan berat dapat mengakibatkan kehilangan hasil sampai 50. Pengendaliannya dapat menggunakan bakterisida, seperti Agrept-25 WP
dan Agrimicin 151,5 WP. Ø Layu Fusarium
Penyebabnya adalah cendawan Fusarium Oxysporum sp. Gejala awal ditandai pucatnya tulang-tulang daun, terutama daun-daun sebelah
atas. Kemudian tangkai daun merunduk dan tanaman akhirnya layu secara keseluruhan, sehingga tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya
dengan menggunakan Fungisida Difolatan 4F. Ø Bercak Coklat Pada Daun
Penyebabnya adalah cendawan Alternaria solani. Gejala awal berupa bercak kecil pada daun-daun bawah, kemudian bercak
berkembang. Ciri khas serangan alternaria adalah bercak berwarna coklat dengan lingkaran-lingkaran konsentris sepusat. Pada tingkat serangan
cukup berat dapat kehilangan hasil 20-40. Pengendaliannya drngan penyemprotan bubur Bordeaux.
Ø Rebah Berkecambah dan Busuk Akar Penyebabnya adalah cendawan Rhizoctonia solani dan Pythium sp.
Gejala serangan batang diatas tanah berair dan memar. Tanaman terkulai dan akhirnya mati. Bila serangan tidak parahdan tanaman sembuh
kembali maka batang di sekitar luka akan mengeras. Pertumbuhan tanaman terhambat dan umumnya menyerang bibit di persemaian.
Pengendaliannya dengan menjaga sirkulasi udara di persemaian, serta mensterilkan tanah untuk persemaian.
Ø Embun Tepung dan Busuk Buah Penyebab penyakit embun tepung adalah Peronospora parasitica
sedangkan busuk buah antraknose disebabkan oleh cendawan Colletotricum sp. Gejala serangan penyakit embun tepung berupa bercak
keuning-kuningan klorosis diantara tulang daun. Bercak ini berubah menjadi ungudan tekstur daun seperti kertas. Sementara busuk buah
antraknose ditandai dengan bercak bulat yang tenggelam kemudian
commit to user 17
membesar dan bagian tengahnya berwarna gelap serta membusuk akibat infeksi sekunder. Pengendaliannya dapat mengguanakan fungisida yang
mempunyai bahan aktif kaptafol seperti Difolatan 4F, Zincofol 68 WP, Antracol. Setiawan, 1994.
5. Panen dan Pasca Panen a. Panen
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 60-100 hari setelah tanam tergantung pada varietasnya. Varietas tomat yang tergolong
indeterminat memiliki umur panen lebih panjang, yaitu berkisar antara 70-100 hari setelah tanam baru bisa dipetik buahnya, sedangkan varietas
determinite hanya sekitar 60 hari setelah tanam. Dalam menentukan waktu panen, ada bebrapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
Ø Secara visual: dengan melihat warna kulit dan ukuran buah, masih adanya sisa tangkai putik, mengeringnya tepi dau tua dan
mengeringnya tubuh tanaman. Ø Secara fisik: dilihat dari mudah tidaknya buah terlepas dari
tangkai dan berat jenisnya. Ø Secara analisis kimia: kandungan zat padat, zat asam,
perbandingan zat padat dengan zat asam, dan kandungan zat pati. Ø Secara perhitungan: jumlah hari setelah bunga mekar dalam
hubungannya dengan tanggal berbunga dan unit panas. Ø Secara fisiologis: dengan melihat respirasi.
Setiawan, 1994. Waktu pemanenan dapat dilakukan pada pagi, siang, sore hari,
tergantung tujuan panen. Saat pemetikan buah tomat yang baik adalah pada pagi atau sore hari saat keadaan cuaca cerah. Pemetikan yang
dilakukan pada siang hari dari segi teknis kurang menguntungkan karena pada siang hari proses fotosintesis masih berlangsung sehingga
mengurangi zat-zat gizi yang terkandung. Disamping itu, keadaan cuaca yang panas di siang hari dapat meningkatkan temperatur dalam buah
tomat sehingga dapat mempercepat proses transpirasi penguapan air
commit to user 18
dalam buah. Keadaan ini dapat dapat menyebabkan daya simpan buah tomat menjadi lebih pendek Setyowati, 1992
b. Cara Panen Pemanenan dilakukan secara manual yaitu menggunakan tangan.
Buah tomat dipetik satu per satu dengan memutarnya setengah lingkaran dan secara hati-hati. Pemetikan sebaiknya tidak sampai ke daging
buahnya, tetapi hanya pada bagian tangkai buahnya saja. Hal ini dimaksudkan agar buah tidak cepat busuk. Selanjutnya, buah tomat yang
sudah terpetik dapat langsung dimasukkan ke dalam keranjang untuk dikumpulkan di tempat penampungan. Setyowati, 1992.
c. Penanganan Pasca Panen Hasil-hasil pertanian yang telah dipanen sesungguhnya masih
menjalani proses kehidupan, respirasi, atau pernafasan. Jika proses ini tidak diperlambat, maka tanaman atau bagian tanaman yang dipanen
akan cepat rusak. Penyebabnya adalah karena hasil panen yang sudah terpisah dari induk tanaman atau media tumbuhnya sehingga mekanisme
perlindungan dan penyerapan unsur hara sebagai sumber energi telah terputus sama sekali. Untuk melindungi hasil panen dari cepatnya
kerusakan diperlukan perlakuanpenanganan pascapanen. Penanganan pascapanen meliputi, sortasi, pengelasan grading, pengemasan,
penyimpanan, pengangkutan, serta pengolahan Setyowati, 1992. Perlakuan pertama pada buah tomat yang baru dipanen sortasi dan
grading. Sortasi dan grading mempunyai tujuan untuk memilah-milah buah tomat dalam mutu dan ukuran tertentu. Sortasi dilakukan dengan
tujuan memisahkan hasil panen yang baik dan yang jelek. Pengertian baik disini adalah yang tidak mengalami kerusakan fisik dan terlihat
menarik. Sedangkan hasil yang jelek adalah hasil yang mengalami kebusukan atau kerusakan fisik penguapan atau serangan hama dan
penyakit. Grading merupakan pengelompokan atau pengelasan produk dalam hal mutu, selain itu grading juga bertujuan untuk mengelompokan
hasil panen berdasarkan ukuran. Penentuan mutu buah didasarkan pada
commit to user 19
kesehatan, kesegaran, kebersihan, ukuran, bobot, warna, bentuk, kemasakan, kebebesan dari bahan-bahan asing dan penyakit, serta
kerusakan oleh serangga dan luka-luka mekanik. Setiawan, 1994
D. Proses Pembenihan