Sikap Petani Terhadap Materi Dan Media Penyuluhan Pertanian.

(1)

SIKAP PETANI TERHADAP MATERI DAN MEDIA

PENYULUHAN PERTANIAN

(Studi Kasus : Petani Komoditi Belimbing Desa Namoriam dan Tiang Layar, Kecamatan pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :

RIKKI BENS HUTABARAT 0 5 0 3 0 9 0 0 7

S E P / P K P

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SIKAP PETANI TERHADAP MATERI DAN MEDIA

PENYULUHAN PERTANIAN

(Studi Kasus : Petani Komoditi Belimbing Desa Namoriam dan Tiang Layar, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI Oleh :

RIKKI BENS HUTABARAT 0 5 0 3 0 9 0 0 7

S E P / P K P

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. YUSAK MARYUNIANTA, MSi) (Ir. A.T. Hutajulu, MS)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

RIKKI BENS HUTABARAT (050309007), dengan judul penelitian

”SIKAP PETANI TERHADAP MATERI DAN MEDIA PENYULUHAN PERTANIAN)”, dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si dan Ibu Ir. A.T. Hutajuju, MS.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap materi dan media penyuluhan yang disampaikan oleh PPL, serta bagaimana pelaksanaan program peyuluhan pertanian di Desa Namoriam dan Tiang Layar, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah secara sensus. Untuk metode penelitian adalah dengan menggunakan metode pengukuran skala likert, metode analisis CIPP (contex, input, process, product) serta dengan metode diskriptif.

Dari hasil penelitian diperoleh hal-hal sebagai berikut :

1. Pelaksanaan penyuluhan di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik, dimana rata – rata kehadiran petani dalam setiap kegiatan penyuluhan adalah 28 petani, dengan persentase kehadiran yaitu 93,3 %.

2. Syarat – syarat yang harus dimiliki oleh materi penyuluhan agar petani respon di WKPP Tiang Layar adalah harus sesuai dengan potensi desa, harus berbiaya murah dan harus menguntungkan secara nyata

3. Media yang di gunakan oleh penyuluh cenderung media yang sederhana, agar dapat dengan mudah dimengerti oleh petani

4. Sikap petani terhadap materi dan media penyuluhan di Desa Namoriam dan Tiang Layar adalah 56,67 % Positif dan 43,33 % negatif

5. Pelaksanaan program Penyuluhan Pertanian di desa Namoriam dan Tiang Layar, kecamatan Pancur Batu, kabupaten Deli Serdang telah dapat dikategorikan berhasil. Nilai tingkat keberhasilan program Penyuluhan Pertanian di daerah penelitian adalah 43,59 dengan persentase ketercapainya sebesar 90,75 %.

6. Masalah – masalah yang dihadapi oleh penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah: PPL sulit menentukan waktu kunjungan, PPL tidak memiliki dana dan PPL tidak memiliki sarana dan prasaran pembantu penyuluhan pertanian.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Onan Ganjang, Kecamatan Onan Ganjang, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara pada tanggal 25 November 1986 dari Bapak S.H. Hutabarat dan Ibu M. Purba. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh Penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1999 menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 173441 Onan Ganjang.

2. Tahun 2002 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Onan Gnajang.

3. Tahun 2005 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Onan Ganjang.

4. Tahun 2005 diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMDK.

5. Tahun 2009 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sarin Tonu Kecamatan Tiga Lingga Kabupaten Dairi dari tanggal 15 Juni sampai 16 Juli 2009.

6. Tahun 2010 melakukan penelitian skripsi di Desa Namoriam dan Tiang Layar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi yaitu :

1. Pengurus dalam Organisasi Mahasiswa Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) Fakultas Pertanian tahun 2009 - 2011.

2. Aktif dalam organisasi Kemahasiswaan Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP).


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah Sikap Petani Terhadap Materi dan Media Penyuluhan Pertanian, studi kasus : Petani komoditas Belimbing di Desa Namoriam dan Tiang Layar, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. A.T. Hutajulu, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Seluruh Staff Pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Dalam kesempatan ini penulis memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda tercinta S.H. Hutabarat atas dukungan semangat, motivasi, materi dan doa yang diberi pada penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan kepada Ibunda M. Purba yang terus mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis. Juga ucapan terima kasih kepada keluarga besar penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.


(6)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada saudara/saudari saya yang tercinta. Kepada kakak yang tercinta Sham Ira Wenny Hutabarat, SP, Lela Siska Hutabarat,SS, dan kepada abang saya yang tersayang Irwan Ferdinand Hutabarat, AMd, dan kepada adik saya tersayang Uci Putri Ayu Hutabarat, yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan kepada saya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Johanes Kapri Pandingan, SP, Fenytha Bangun, SP, Binsar Situmorang, SP, Herry Yanto Siburian, SP, Henri Siregar, SP, Boydo Pardede, STP, Nehemia Simanjuntak STP, Angga Y Siagian, SP, dan semua rekan-rekan mahasiswa angkatan 2005, angkatan 2007, angkatan 2008 Program Studi Agribisnis serta para pengurus PEMA FP USU yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, untuk persahabatan selama ini yang senantiasa mendukung penulis dalam doa dan pemikiran.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dalam penyusunannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 8

2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.2 Landasan Teori... 13

2.3 Kerangka Pemikiran ... 18

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

3.2 Metode Penelitian Pengambilan Sampel ... 21

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.4 Metode Analisis Data ... 23

3.4 Definisi dan Batasan Operasional ... 27

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 29

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 32

4.2 Karakteristik Petani Sampel ... V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1 Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian di WKPP Tiang Layar .. 34

5.2 Materi Penyuluhan Pertanian Yang di Sampaikan di WKPP Tiang Layar ... 35


(8)

5.3 Keberhasilan Program Penyuluhan Pertanian di WKPP Tiang Layar . 39 5.4 Masalah – Masalah yang Dihadapi PPL dalam Menyusun Materi dan

Media Penyuluhan Pertanian ... 46

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

6.1 Kesimpulan ... 48

6.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Daftar Kelompok Tani di WKKP Tiang Layar Yang Menanam

Tanaman Belimbing 22

2. Jumlah Sampel masing – masing Desa 22 3. Penilaian Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian di

Desa Tiang Layar 24

4. Skor Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian 26 5. banyak penduduk di Desa Namoriam dan Tiang Layar menurut

Jenis kelamin 29

6. Jumlah Penduduk menurut agama di WKPP Tiang Layar 30 7. Jumlah Alat Angkutan/Transport di Desa Namoriam dan Tiang

Layar

30 8. Jumlah Kendaraan Roda Dua di Desa Namoriam dan Tiang

Layar 31

9. Sarana Perhubungan di Desa Namoriam dan Tiang Layar 31 10. Karakteristik Petani Sampel di Desa Namoriam dan Tiang Layar 32 11. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian di Desa Namoriam dan Tiang

Layar 34

12. Sikap Petani Terhadap Materi dan Media Penyuluhan 31 13. Penilaian Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian di Desa

Tiang Layar

40 Hasil Transformasi Nilai Pelaksanaan Program Penyuluhan

Pertanian di Desa Namoriam dan Tiang Layar


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Karakteristik Petani Sampel yang mengikuti Penyuluhan Pertanian ...1

2. Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Program Penyuluhan (Context) ...2

3. Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Program Penyuluhan (Input) ...4

4. Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Program Penyuluhan (Process) ...6

5. Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Program Penyuluhan (Product) ...8

6. Hasil Pernyataan Sikap Petani terhadap Materi dan Media Penyuluhan Pertanian ...10

7. Skor Jawaban Sikap Petani Terhadap Materi dan Media Penyuluhan Pertanian ...11

8. Total Skor Jawaban Terhadap Pernyataan Petani ...12

9. Nilai T Jawaban Petani ...13

10.Pernyataan Positif dan Negatif Mengenai Materi dan Media Penyuluhan Pertanian ...14


(11)

ABSTRAK

RIKKI BENS HUTABARAT (050309007), dengan judul penelitian

”SIKAP PETANI TERHADAP MATERI DAN MEDIA PENYULUHAN PERTANIAN)”, dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si dan Ibu Ir. A.T. Hutajuju, MS.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap materi dan media penyuluhan yang disampaikan oleh PPL, serta bagaimana pelaksanaan program peyuluhan pertanian di Desa Namoriam dan Tiang Layar, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah secara sensus. Untuk metode penelitian adalah dengan menggunakan metode pengukuran skala likert, metode analisis CIPP (contex, input, process, product) serta dengan metode diskriptif.

Dari hasil penelitian diperoleh hal-hal sebagai berikut :

1. Pelaksanaan penyuluhan di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik, dimana rata – rata kehadiran petani dalam setiap kegiatan penyuluhan adalah 28 petani, dengan persentase kehadiran yaitu 93,3 %.

2. Syarat – syarat yang harus dimiliki oleh materi penyuluhan agar petani respon di WKPP Tiang Layar adalah harus sesuai dengan potensi desa, harus berbiaya murah dan harus menguntungkan secara nyata

3. Media yang di gunakan oleh penyuluh cenderung media yang sederhana, agar dapat dengan mudah dimengerti oleh petani

4. Sikap petani terhadap materi dan media penyuluhan di Desa Namoriam dan Tiang Layar adalah 56,67 % Positif dan 43,33 % negatif

5. Pelaksanaan program Penyuluhan Pertanian di desa Namoriam dan Tiang Layar, kecamatan Pancur Batu, kabupaten Deli Serdang telah dapat dikategorikan berhasil. Nilai tingkat keberhasilan program Penyuluhan Pertanian di daerah penelitian adalah 43,59 dengan persentase ketercapainya sebesar 90,75 %.

6. Masalah – masalah yang dihadapi oleh penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah: PPL sulit menentukan waktu kunjungan, PPL tidak memiliki dana dan PPL tidak memiliki sarana dan prasaran pembantu penyuluhan pertanian.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 1985).

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh Negara kita karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi. Keadaan inilah yang menampakkan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang andal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional (Husodo dkk, 2004 ).

Pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat serta pembangunan industri yang terus berkembang mengakibatkan permintaan akan lahan semakin besar, hal ini yang berpengaruh pula terhadap meningkatnya permintaan terhadap penyediaan bahan pangan sehingga diperlukan upaya-upaya dalam memenuhi kebutuhan pangan guna menciptakan kemandirian dan ketahanan pangan nasional. Disisi lain terjadinya alih fungsi lahan dari pertanian menjadi non pertanian, pencapaian tingkat produksi pangan tidak sesuai karena menciutnya luas lahan dan juga terjadinya penuruna kualitas lahan yang ada, akibatnya terjadi degradasi lahan dan air (Tohir, K.A, 1983).

Sektor pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup petani yang dicapai melalui dtrategi investigasi dan kebijakan pengembangan


(13)

profesionalisme dan produktivitas tenaga kerja pertanian, pengembangan IPTEK disertai penataan dan pengembangan kelembagaan pedesaan secara konseptual maupun empiris, sektor andalan ekonomi nasional termasuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani (Mubyarto, 1985).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat 37,2 juta jiwa. Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin (Departemen Pertanian, 2009).

Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut Pemerintah menetapkan Program Jangka Menengah (2005-2009) yang fokus pada pembangunan pertanian perdesaan. Salah satunya ditempuh melalui pendekatan mengembangkan usaha agrbisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan (Departemen Pertanian, 2009).

Meningkatkan produksi pertanian suatu Negara adalah suatu tugas yang sangat kompleks, bahkan tidak jarang merupakan tugas yang memusingkan. Dikatakan kompleks karena sedemikian banyak kondisi berbeda-beda harus dibina atau diubah oleh orang atau kelompok yang berbeda-beda pula memusingkan karena semangat


(14)

cukup hanya dengan tekhnologi saja tetapi juga harus didukung kerja keras semua pihak sehingga dapat meningkatkanketerampilan dan pengetahuan para petani (A.T.Moser,1983).

Pada tahun lima puluh dan enam puluhan para pakar sosiologi pedesaan di Amerika banyak melakukan penelitian mengenai proses adopsi oleh para petani. Menurut Dudung Abdul Adjid, dalam proses adopsi dapat dibedakan lima tahapan sebagai berikut :

 Sadar, pertama kali mendapat suatu ide, prakter baru yang menarik bagi petani  Minat, mencari irncian informasi yang baru serta berkaitan dengan usaha

taninya

 Evaluasi, menilai manfaat inovasi sampai dimana menguntungkannya  Mencoba, menerapkan inovasi pada skala kecil sambil memperagakannya  Adopsi, menerapkan inovasi pada skala besar dalam kegiatan-kegiatan usaha

tani.

Untuk menciptakan perubahan perilaku masyarakat petani, penyuluh pertanian pun diharapkan mampu mengarahkan wawasan berfikir dan menumbuhkan karakter sebagai bangsa yang sedang melakukan pembangunan (E.Sastraatmadja,1993).

Timbulnya perubahan dalam tata cara berusaha tani karena ada penyerapan ilmu dan tekhnologi pertanian melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Petani akan sukar menerima hal baru yang sekiranya hal tersebut tidak dapat dimengerti oleh mereka. Untuk mengatasi masalah demikian dalam penyuluhan pertanian segala sesuatunya dijabarkan menjadi bentuk materi yang dapat diterima oleh petani dilengkapi dan diubah menjadi bahasa yang sesuai dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh petani (Samsudin,1982).


(15)

Petani-petani pada umumnya sudah mempunyai banyak pengalaman berusaha tani. Sehingga memberikan kesan pada mereka, bahwa caranya adalah yang paling mantap. Kalau ada cara yang baru, maka sikapnya adalah menanti dahulu, atau harus dibuktikan dengan contoh - contoh yang meyakinkan (S.Wiriaatmadja,1986).

Kenyataan petani biasanya tidak menerima begitu saja ide-ide baru (teknologi baru) pada saat pertama kali mereka mendengar, mereka mungkin hanya mengetahui saja tetapi untuk sampai pada tahapan mereka mau menerima ide baru tersebut diperlukan waktu yang relative lama. Suatu keputusan untuk mau melakukan perubahan dari yang semula yang hanya mengetahui sampai sadar dan mengubah sikapnya untuk melakukan suatu ide baru tersebut, biasanya juga merupakan suatu ururtan kejadian dan pengaruh-pengaruh tertentu berdasarkan perubahan waktu tertentu, dengan kata lain suatu perubahan sikap yang dilakukan petani atau komunikasi adalah merupakan suatu proses yang memerlukan waktu yang berbeda-beda satu sama lainnya. Perberbeda-bedaan ini disebabkan oleh berbagai hal yang melatar belakangi petani itu sendiri, misalnya kondisi petani itu sendiri, lingkungannya, karakteristik teknologi baru yang mereka adopsi (Soekartawi,1988).

Materi penyuluhan pertanian harus sesuai dengan kebutuhan sasaran (petani) dengan demikian maka petani akan tertarik perhatiannya dan terangsang untuk mempraktekannya. Materi yang menarik perhatian para petani tentunya adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi, perbaikan tingkat pendapatan dan perbaikan tingkat kehidupannya (A.G.Kartasapoetra,1994).

Penyuluhan Pertanian adalah suatu upaya atau usaha untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai pengetahuan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan – kegiatan meningkatkan hasil usaha dan tingkat kehidupannya.


(16)

Penjelasan diatas dapat memperlihatkan pentingnya perhatian khusus mengenai masalah – masalah petani terutama yang berada diwilayah pedesaan mengenai sikap petani terhadap materi dan media yang disampaikan oleh petugas – petugas penyuluhan. Bagaimana sebenarnya tanggapan petani tehadap materi dan media penyuluhan pertanian, apakah mereka mau menerima dan menerapkan materi dan media yang diberikan kepada mereka, dan apakah materi dan media penyuluhan tersebut dapat meningkatkan pendapatan mereka. Dalam hal ini, petani yang menjadi sampel penelitian adalah petani komoditi belimbing. Alasan memilih komoditi belimbing adalah karena didaerah ini komoditi belimbing merupakan komoditi utama di daerah penelitian dan telah mengeksport ke luar negeri. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah materi dan media penyuluhan pertanian yang ada di daerah penelitian mempengaruhi dan berperan terhadap petani sehingga mereka dapat mengeksport komoditi tersebut keluar negeri.


(17)

Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di daerah penelitian? 2. Materi apa saja yang diperoleh oleh petani?

3. Media penyuluhan apa saja yang di gunakan didaerah penelitian ?

4. Bagaimana sikap petani responden terhadap materi dan media penyuluhan yang disampaikan oleh PPL ?

5. Bagaimana keberhasilan program penyuluhan pertanian yang di laksanakan di daerah penelitian?

6. Masalah – masalah apa saja yang dihadapi PPL dalam menyusun materi dan media penyuluhan pertanian yang sesuai dengan kebutuhan ?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui Jenis materi yang diperoleh oleh petani.

3. Untuk mengetahui media penyuluhan yang di gunakan di daerah penelitian. 4. Untuk mengetahui bagaimana sikap petani responden terhadap materi dan

media penyuluhan yang di sampaikan PPL.

5. Untuk mengetahui keberhasilan program penyuluhan yang dilaksanakan di daerah penelitian.

6. Untuk mengetahui masalah – masalah apa saja yang dihadapi oleh PPL dalam menyusun materi dan media penyuluhan pertanian yang sesuai dengan kebutuhan.


(18)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan skripsi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian seperti ini.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Dengan semakin maju ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kemajuan masyarakat, tantangan yang akan kita hadapi adalah bagaimana kita mengkomunikasikan kemajuan ilmu pengetahuan kedalam wawasan masyarakat agar kemajuan masyarakat yang kita gapai saat ini dapat kita pertahankan serta ditingkatkan melalui penggunaan ilmu dan tekhnologi yang semakin berkembang tersebut. Kita menyadari bahwa peranan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi akan tidak bermakna sama sekali mana kala ilmu pengetahuan dan tekhnologi tidak dikomunikasikan atau disebarluaskan ketengah tengah masyarakat (Levis, 1996).

Dalam kenyataannya, menyebarkan inovasi ke masyarakat itu tidaklah semudah dan selancar penciptaannya walaupun kadang – kadang banyak juga gagasan – gagasan, tindakan atau barang – barang baru yang tidak terbendung lagi penyebarannya (Everett M. Rogers dan F. Floyd shomaker, 1987).

Ketika suatu inovasi diperkenalkan kepada masyarakat petani, diharapkan para petani memiliki tingkah laku yang dinamis, ide baru itu menyatu dalam pola cara – cara bertani, dan setingkat lebih baik hasil produksi pertanian itu dicapai. Hal demikian itu menunjukkan perubahan yang terjadi dalam sistem masyarakat petani untuk menyesuaikan diri (A.T. Mosher, 1983).

Menurut A.T. Mosher, materi yang diberikan seharusnya memiliki syarat :  Berbau memecahkan masalah

 Bersifat hangat dan aktual  Terjamin nilai kebenarannya


(20)

 Lebih banyak membahas masalah – masalah yang erat hubungannya dengan materi – materi yang bersifat pengetahuan umum.

a. Materi Penyuluhan

Materi Penyuluhan adalah informasi atau teknologi atau inovasi yang akan disampaikan kepada sasaran penyuluhan (masyarakat tani).

Menurut Arboleda (1980 dalam Mardikanto, 1992), materi penyuluhan terbagi atas :

1. Materi pokok, 2. Materi penting, 3. Materi penunjang, 4. Materi tambahan.

Persyaratan suatu materi penyuluhan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:

1. Secara ekonomis menguntungkan,

2. Secara teknis dapat diterapkan oleh petani (masyarakat) 3. Secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.

Selain persyaratan diatas materi penyuluhan juga harus memenuhi persyaratan :

1. Materi harus mempunyai resiko kegagalan yang kecil baik secara fisik maupun secara ekonomis,

2. Materi harus sederhana dalam banyak hal,

3. Materi harus tersedia dalam jangkauan petani (available),

4. Materi penyuluhan harus segera diterapkan dan memberi manfaat,

5. Materi penyuluhan untuk menerapkan tidak memerlukan biaya yang terlalu tinggi (inexpensive),

6. Materi harus bersifat expandable,


(21)

8. Materi penyuluhan harus dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat, 9. Materi penyuluhan mempunyai faktor tambahan,

10.Materi yang kita suluhkan tidak mempunyai akibat sampingan,

11.Materi harus mempunyain daya atau memberikan motivasi yang kuat kepada penyuluh maupun petani agar dapat memberikan daya tarik yang tinggi

12.Materi penyuluhan harus mempunyai sifat komplementer daripada teknologi yang sudah diterapkan petani.

b. Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah alat penyampai atau penghantar suatu materi pesan sehingga dapat sampai kepada penerima (sasaran penyuluh). menurut A. G. Kartasaputra, media penyuluhan adalah saluran yang dapat menghubungkan penyuluh dengan materi penyuluhannya dengan petani yang memerlukan penyuluhannya.

Pada dasarnya media penyuluhan itu dapat berupa media hidup dan media mati. Media hidup adalah orang – orang tertentu yang telah menerapkan materi penyuluhan atau pengetahuannya dari bidang pertanian. Media mati adalah sarana tertentu yang selalu digunakan atau dapat digunakan untuk memperantai hubungan tersebut, seperti Radio, Televisi, Majalah, Surat Kabar. Koran Masuk Desa, Poster dan sebagainyaAdapun jenis-jenis media penyuluhan pertanian adalah :

1. Dilihat dari sifatnya, media penyuluhan dapat dibagi menjadi:  media hidup

 media tak hidup

2. Dilihat dari jangkauannya, media penyuluhan terdiri dari:  media massa

 media non massa.


(22)

 Media grafis foto  Media gambar  media grafik  media kartun  media peta.

Bentuk dasar tersebut akan disajikan dalam berbagai jenis media presentasi seperti:  flipchart

 over head transparency (OHT)  poster

 leaflet  folder. 2. Media Foto

kelebihan dari media foto adalah :  Bersifat konkrit

 Mengatasi batasan ruang dan waktu

 Mengatasi pengamatan langsung indera mata  Memperjelas pesan

 Relatif mudah untuk diproduksi, direproduksi, dimanipulasi, didokumentasi, dan dipresentasi.

Syaratnya dari media foto adalah :  Autentik

 Sederhana

 Menampilkan ukuran relatif  Mengandung gerak dan aktivitas  Sesuai dengan tujuan


(23)

 Sesuai dengan teknis maupun seni fotografi. 3. Media audio

 Mudah dinikmati atau dimanfaatkan secara individual  Luwes untuk disajikan

 Dapat menggugah situasi ruang atau individu. 4. Media audio- visual

merupakan media yang menyajikan visual dan audio dalam suatu unit media Sasaran (penerima) penyuluh pertanian.

Ragam sasaran penyuluh pertanian adalah: 1. Sasaran utama penyuluh pertanian

2. Sasaran penentu dalam penyuluh pertanian 3. Sasaran pendukung penyuluhan pertanian


(24)

Landasan Teori

Evaluasi, dari awal kemunculannya sampai dengan saat ini terus mengalami perkembangan. Evaluasi merupakan istilah baru dalam kajian keilmuan yang telah berkembang menjadi disiplin ilmu sendiri. Walaupun demikian, bidang kajian evaluasi ternyata telah banyak memberikan manfaat dan kontribusinya didalam memberikan informasi maupun data, khususnya mengenai pelaksanan suatu program tertentu yang pada gilirannya akan menghasilkan rekomendasi dan digunakan oleh pelaksana program tersebut untuk menentukan keputusan, apakah program tersebut dihentikan, dilanjutkan, atau ditingkatkan lebih baik lagi. Dan saat ini, evaluasi telah berkembang menjadi tren baru sebagai disiplin ilmu baru dan sering digunakan oleh hampir semua bidang dalam suatu program tertentu seperti, evaluasi program training pada sebuah perusahaan, evaluasi program pembelajaran dalam pendidikan, maupun evalausi kinerja para pegawai negeri sipil pada sebuah instansi tertentu.

Model evaluasi ialah model disain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar - pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap pembuatannya. Model-model ini dianggap model standar atau dapat dikatakan merek standar dari pembuatannya.

Dalam implementasinya ternyata evaluasi dapat berbeda satu sama lain, hal ini tergantung dari maksud dan tujuan dari evaluasi tersebut dilaksanakan. Seperti evaluasi program pembelajaran tidak akan sama dengan evaluasi kinerja pegawai. Evaluasi program pembelajaran dilakukan dengan dituan untuk melihat sejauh mana hasil belajar telah tercapai dengan optimal sesuai dengan target dan tujuan pembelajaran itu sediri. Sedangkan evaluasi kinerja pegawai dilakukan dengan tujuan untuk melihat kualitas, loyalitas, atau motivasi kerja pegawai, sehingga akan


(25)

menentukan hasil produksi. Dengan adanya perbedaan tersebut lahirlah beberapa model evaluasi yang dapat menjadi pertimbangan evaluator dalam melakukan evaluasi. Dari beberapa model evaluasi yang ada, penulis hanya akan membahas model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam.

Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan, proses, dan produk. Untuk memahami hubungan model CIPP dengan pembuat keputusan dan akuntabilitas dapat diamati pada visualisasi sebagai berikut :

Tipe Evaluasi Konteks Input Proses Produk Pembuat

Keputusan

Obyektif Solusi strategi desain prosedur

Implementasi Dihentikan Dilanjutkan Dimidifikasi Program Ulang Akuntabilitas Rekaman

Obyektif

Rekaman pilihan strategi desain dan desain

Rekaman Proses Akutual

Rekaman

pencapaian dan keputusan ulang

Stafflebeam (1969, 1971, 1983, Stufflebeam & Shinkfield 1985) adalah ahli yang mengusulkan pendekatan yang berorientasi kepada pemegang keputusan (a decision oriented evaluation approach structured) untuk menolong administrator membuat keputusan. la merumuskan evaluasi sebagai "Suatu proses menggambarkan,


(26)

memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan". Dia membuat pedoman, membagi evaluasi-menjadi empat macam yaitu: 1. Context Evaluation to serve planning decision. Konteks evaluasi ini membantu

merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program. Context merupakan deskripsi rinci mengenai kekhususan karakteristik lokasi daerah dan masyarakatnya, sebagai dasar untuk menentukan strategi yang paling tepat bagi pelaksanaan program. Berbagai hal yang perlu dikaji antara lain meliputi kondisi masyarakat,kondisi sosial budaya masyarakat petani.

2. Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan. Bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Input merupakan usaha yang dilakukan dengan menyajikan beragam hal baik fisik maupun non fisik yang menjadi dasar dan kelengkapan untuk terselenggaranya proses dan mekanisme kerja bagi tercapainya tujuan. Beragam input yang diselenggarakan antara lain: fasilitas fisik dan dana yang disediakan untuk pelaksanaan program Penyuluhan Pertanian dalam menyampaikan materi Penyuluhan Pertanian.

3. Process Evaluation, to serve implementing decision. Evaluasi proses untuk membantu mengimplimentasikan keputusan. Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan? Apa yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat dimonitor, dikontrol dan diperbaiki. Process merupakan pelaksanaan beragam kegiatan dan mekanisme kerja program bagi pencapaian tujuan. Proses kegiatannya meliputi: survey lokasi dan pendataan


(27)

petani, melakukan penyuluhan pertanian sesuai dengan program penyulhan pertanian, dan traning petani.

4. Product Evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? apa yang dilakukan setelah program berjalan? Huruf pertama dari konteks evaluasi dijadikan ringkasan CIPP model ini terkenal dengannama model CIPP oleh Stafflebeam. Product merupakan hasil dari proses kegiatan program yang menggambarkan tingkat efektivitasnya, dengan adanya product ini dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan petani

Dari uraian diatas, maka dapat di simpulkan : 1. Context, meliputi :

a. Kondisi masyarakat yang meliputi umur dan tingkat pendidikan formal petani

b. Kondisi sosial budaya masyarakat, yaitu kebiasaan yang masih berlaku dalam masyarakat yang meliputi: norma yang ada, organisasi kemasyarakatan yang ada dan tingkat interaksi dengan masyarakat luar.

2. Input, meliputi :

a. Fasilitas fisik, yaitu alat yang disediakan dalam penyuluhan pertanian, seperti alat tulis, gambar, brosur, tempat (lokasi), dll

b. Dana, yaitu sejumlah uang yang digunakan untuk menjalankan proses penyuluhan.


(28)

a. Survei lokasi dan pendataan peserta, survei lokasi untuk menentukan lokasi yang tepat untuk penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Pendataan peserta meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin peserta penyuluhan.

b. Pertemuan, yaitu Penyuluh Pertanian dan Petani memusyawarahkan hal-hal yang berhubungan dengan yang disuluhkan.

4. Product, meliputi :

a. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petani.

b. Meningkatkan kerjasama kelompok dalam berusaha tani yaitu kerjasama petani dalam kelompoknya setelah mengikuti program penyuluhan pertanian diukur melalui baik, sedang dan rendah.

c. Meningkatkan kualitas agro ekosistem yaitu kualitas agro ekosistem setelah mengikuti Penyuluhan Pertanian diukur melalui baik, sedang dan rendah.


(29)

kerangka pemikiran

Penyuluhan Pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Di lain pihak, petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran yang diberikan penyuluh pertanian.

Faktor penting dalam komunikasi ini adalah adanya peran aktif dari masing – masing pihak, yanitu penyuluh lapangan (PPL) sebagai komunikator dan kelompok tani sebagai penerima pesan. Komunikasi merupakan inti dari kegiatan penyuluhan karena melalui komunikasi ini akan terjadi alih pengetahuan dan keterampilan dari penyuluh lapangan kepada anggota – anggota kelompok tani, yang pada gilirannya anggota kelompok tani akan meneruskan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya kepada anggota keluarga masing – masing yang membantu mengusahakan usaha taninya.

Pelaksanaan penyuluhan dalam sektor pertanian, dapat dipermudah dengan membagi wilayah kerja pertanian, yang mana di Indonesia dibagi dalam wilayah kerja penyuluhan yang lebih kecil. Sebagai unit terkecil dalam pembagian wilayah kerja penyuluhan pertanian ini adalah Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP).

Hubungan tau tujuan yang tidak tercapai, mungkin sebahagian dapat disebabkan apabila ide yang disampaikan itu bertentangan dengan adat istiadat dan kepercayaan petani setempat. Mungkin juga karena yang disampaikan tidak sesuai dengan tingkat kemapuan dan jenis usaha tani yang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat yang di beri anjuran. Atau mungkin kurang tanggapnya pembuat rencana pembangunan pertanian dalam hal penyiapan media dan penyusunan materi penyuluhan serta para petugas penyuluhan lapangan terhadap petani.


(30)

Pada akhirnya, perubahan sikap terjadi pada semua masyarakat dan dalam setiap proses waktu. Namun dampak perubahan tersebut dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Terjadinya perubahan sikap merupakan gejala yang wajar didalam kehidupan sehari – hari dalam masyarakat.


(31)

Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: hubungan : dampak

WKPP

PPL

Kegiatan Penyuluhan

Proses Komuniksi

Materi dan media Penyuluhan

Kelompok Tani

Petani

Sikap


(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN, PENETAPAN SAMPEL, DEFENISI DAN BATASAN OPERASIONAL

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive. Daerah yang ditentukan yaitu di Desa Namoriam dan Tiang Layar, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Adapun dasar pemilihan kedua desa ini sebagai desa penelitian karena di desa ini telah mengekspor buah belimbing ke daerah lain bahkan ke luar negeri.

Metode penentuan sampel

Penentuan sampel penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang menanam tanaman belimbing di desa Namoriam dan Desa Tiang layar, Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

Para petani ini tergabung dalam 8 kelompok tani, dimana 6 diantaranya terdapat di Desa Namoriam,dan 2 lagi terdapat di desa Tiang Layar.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 sampel. Penentuan jumlah sampel untuk masing-masing desa dilakukan secara proporsional yaitu sebagai berikut Tabel 2. Jumlah Sampel masing – masing Desa

Nama Desa Jumlah Populasi Jumlah Sampel

Namoriam 220 22

Tiang Layar 120 8

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari PPL dan kelompok tani di WKPP Tiang Layar, Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang melalui wawancara langsung


(33)

dengan menggunakan daftar pertanyaan (quisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu Kantor Kepala Desa, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Kantor Camat yang berada di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang serta literatur yang mendukung dan berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1),dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, hal yang dianalisis adalah mengenai program penyuluhan pertanian di daerah penelitian.

Untuk identifikasi masalah (2), dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, hal yang dianalisis adalah materi penyuluhan pertanian yang di gunakan di daerah penelitian.

Untuk identifikasi masalah (3) dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, hal yang dianalisis adalah media penyuluhan pertanian yang di gunakan di daerah penelitian.

Untuk identifikasi masalah (4), dianalisis dengan menggunakan skala pengukuran likert, dengan rumus :

T = 50 + 10

s x

x

Keterangan :

T = Skor standart x = Skor responden

x = Skor rata-rata responden s = Deviasi standart skor kelompok


(34)

Kriteria Pengujian :

T ≥ 50 = Sikap petani sampel adalah positif T < 50 = Sikap petani sampel negatif

(Azwar, 2005).

Petani akan diberikan beberapa pertanyaan yang akan bersifat positif dan juga negatif, yang berhubungan dengan materi dan media penyuluhan pertanian. Kemudian petani responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pertanyaan ke dalam lima kategori, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), ragu – ragu (R), setuju (S), dan sangat setuju (SS).

Untuk identifikasi masalah (5), dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan Model CIPP ( Contexts, Input, Process, Product) dan memberikan pertanyaan kepada petani yang mengikuti program Penyuluhan Pertanian mengenai pelaksanaan Program Pertanian di Desa Namoriam dan Tiang Layar, kemudian jawaban dari sampel tersebut diskoringkan berdasarkan pemberian skor atas pelaksanaan Program Peyuluhan Pertanian, skor penilaiannya ditentukan sebagai berikut :

 Pertanyaan dijawab A Skor 3  Pertanyaan dijawab B Skor 2  Pertanyaan dijawab C Skor 1


(35)

Tabel 3. Penilaian Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian di Desa Tiang Layar No Model

CIPP

Indikator Kinerja Penilaian skor

1 .

Context 1. Perencanaan program penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan petani

2. Perencanaan program penyuluhan dapat meningkatkan pendapatan petani 3. Perencanaan program penyuluhan dapat

membantu petani dalam berusaha tani 4. Perencanaan program penyuluhan dapat

mempercepat tingkat adopsi petani

a.Ya

b.Kadang – kadang c.tidak

a.Ya

b.Kadang – kadang c.tidak

a.Ya

b.Kadang – kadang c.tidak

a.Ya

b.Kadang – kadang c.tidak 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 2 .

Input 1. Terjadi rasa saling percaya antara Penyuluh dan petani

2. Penyuluhan di lakukan oleh penyuluh sebagai fasilitator Program Penyuluhan. 3. Penyuluh dapat menjamin keberhasilan

program penyuluhan

4. Program penyuluhan dapat

memperdayakan kemampuan petani

a.Ya

b.Kadang – kadang c.tidak

a.Ya

b.Kadang – kadang c.tidak

a.Ya

b.Kadang – kadang c.tidak

a.Ya

b.Kadang – kadang c.tidak 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 .

Process 1. Penyuluh memberikan penyuluhan secara langsung.

2. Penyuluh dapat memenuhi

permintaan/keinginan yang sesuai dengan kebutuhan petani.

3. Petani melaksanakan apa yang dianjurkan oleh peyuluh.

4. Frekwensi pelaksanaan pelatihan yang berkaitan dengan program penyuluhan

a.Ya

b.Kadang – kadang c.tidak

a.Ya

b.Kadang – kadang c.tidak

a. Ya

b.Kadang – kadang c.tidak

a.Ya

b.Kadang – kadang c.tidak 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 4 .

Product 1. Peningkatan produksi setelah adanya program penyuluhan.

2. Perubahan kemampuan tingkat adopsi petani

3. Peningkatan pendapatan petani setelah adanya program penyuluhan

4. Kepuasan petani terhadap program

penyuluhan pertanian.

a.Ya

b.Kadang – kadang c.tidak

a.Ya

b.Kadang – kadang c.tidak

a.Ya

b.Kadang – kadang c.tidak

a.Ya

b.Kadang – kadang c.tidak 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1


(36)

Untuk mengetahui hasil penjumlahan seluruh skor dari masing-masing pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian, dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 4. Skor Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian

No Model

CIPP

Jumlah Parameter

Skor Rentang

1. Context 4 1-3 4-12

2. Input 4 1-3 4-12

3. Process 4 1-3 4-12

4. Product 4 1-3 4-12

Total 16 16-48

Hasil penilaian menghasilkan skor, dari skor tersebut akan ditentukan bagaimana pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian. Skor pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian berada di antara 16 – 48, dimana panjang kelas dapat dihitung dengan range dibagi jumlah kelas. Range adalah jarak/selisih antara data terbesar dan terkecil (Subagyo, 1992 : 10).

Keterangan :

Skor 38-48 : Kinerja baik

Skor 27-37 : Kinerja kurang baik Skor 16-26 : Kinerja tidak baik

Untuk identifikasi masalah (6) dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, hal yang dianalisis adalah mengenai masalah – masalah yang yang di hadapi oleh penyuluh pertanian.


(37)

Defenisi dan Batasan Operasional

1. Petani sampel adalah petani yang ada di Desa Namoriam dan Desa Tiang Layar

2. Sikap adalah hasil dari suatu proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya

3. Materi Penyuluhan Pertanian adalah informasi atau teknologi atau inovasi yang akan disampaikan kepada sasaran penyuluhan (masyarakat tani)

4. Media penyuluhan Pertanian adalah alat penyampai atau penghantar suatu materi pesan sehingga dapat sampai kepada penerima (sasaran penyuluh) 5. Pengukuran sikap digunakan Skala Likert, dimana dalam pendekatan ini tidak

diperlukan adanya kelompok panel penilaian dikarenakan nilai skala setiap pernyataan tidak akan ditentukan oleh derajat fariabelnya masing – masing tetapi akan ditentukan oleh distributor respon setuju atau tidak setuju dari kelompok responden yang bertindak sebagai kelompok uji coba. Yang merupakan metode rating yang dijumlahkan, dimana responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima kategori jawaban, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), ragu – ragu (R), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Dengan skor masing – masing STS = 0, TS = 1, R = 2, S = 3, SS = 4, dengan demikian nilai skala mengunakan deviasi normal dengan rumus : Nilai Skala = Z + (nilai STS), yang mana Z diperoleh dari pk, pk = penjumlahan dari pernyataan sebelumnya dengan melihat p = , yang mana f adalah jumlah responden keseluruhan. Kemudian skor sikap yang sudah diperoleh diubah menjadi skor standar.


(38)

6. PPL adalah orang yang menyampaikan informasi pengetahuan untuk petani dan keluarga petani dipedesaan, dan bertangung jawab atas terlaksananya kegiatan penyuluhan pertanian di suatu WKPP

7. Penyuluhan adalah suatu cara atau media yang dipakai sebagai alat pendidikan yang digunakan sebagai dari transformasi informasi yang dianggap perlu, yang disampaikan kepada sasaran baik berupa ilmu pengetahuan, tekhnologi maupun cara-cara yang dianggap cocok sesuai dengan tujuan yang di tetapkan.


(39)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskriptif Daerah Penelitian

Keadaan Umum Kecamatan Pancur Batu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Namoriam dan Tiang Layar yang terletak di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan Pancur Batu memiliki luas wilayah 122,53 Km² dengan jumlah penduduk 87.267 jiwa terdiri dari 20.248 KK. Kecamatan Pancur Batu terdiri dari 25 desa/kelurahan, salah satu desanya adalah Desa Namoriam dan Tiang Layar. Desa Namoriam memiliki luas 5,15 Km², sedangkan Desa Tiang Layar memiliki luas 4,15 Km².

Adapun batas-batas geografis desa penelitian sebagai berikut :  Sebelah utara : WKKP Durin Sembelang  Sebelah Selatan : Desa WKPP Bintang Meriah  Sebelah Timur : Desa Kecamatan Namorambe  Sebelah Barat : Desa Kutalimbaru

Keadaan Penduduk

Penduduk di Desa Namoriam berjumlah 1737 jiwa, terdiri dari 850 jiwa laki-laki, dan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 867 jiwa. Sedangkan penduduk di Desa Tiang Layar Jumlah 1680 jiwa, dengan 844 jiwa yang berjenis kelamin laki – laki dan 836 yang berjenis kelamin perempuan.

Tabel 5, banyak penduduk di Desa Namoriam dan Tiang Layar menurut Jenis kelamin

No Jenis Kelamin Namoriam Tiang Layar

1 Laki – laki 870 844

2 Perempuan 867 836

3 Jumlah 1737 1680


(40)

Sedangkan jumlah Penduduk di Desa Namoriam dan Tiang Layar menurut agama dapat di lihat pada tabel berikut ini

Tabel 6, Jumlah Penduduk menurut agama di WKPP Tiang Layar

No Agama Namoriam Tiang Layar

1 Islam 169 399

2 Katolik 11 88

3 Protestan 964 825

4 Hindu 0 0

5 Budha 0 0

6 Lain – lain 273 107

Sumber : Kecamatan Pancur Batu dalam angka, 2010

Dari tabel 6, dapat dilihat agama di Desa Namoriam dan Tiang Layar mayoritas beragama Kristen Protestan, dan di ikuti Agama Islam.

Banyaknya alat angkutan/transport di Desa Namoriam dan Tiang Layar dapat di lihat pada tabel berikut ini

Tabel 7, Jumlah Alat Angkutan/Transport di Desa Namoriam dan Tiang Layar

No Jenis Angkutan Namoriam Tiang Layar

1 Bus Umum - -

2 Bus Mini 2 3

3 Truk 1 3

4 Taxi - 1

5 Mobil Pribadi - 6

6 Mobil Dinas - -

Sumber : Kecamatan Pancur batu dalam angka,2010

Dari Tabel 7, dapat dilihat bahwa alat angkutan di Desa Namoriam dan Tiang Layar kurang memadai, hal ini disebabkan karena ke dua desa ini merupakan jalur provinsi yang dilewati oleh banyak kendaraan, sehingga alat angkutan yg dimiliki oleh ke dua desa ini tergolong sedikit.


(41)

Sedangkan banyaknya Jumlah kendaraan roda dua di Desa Namoriam dan Tiang Layar dapat di lihat pada tabel berikut ini

Tabel 8, Jumlah Kendaraan Roda Dua di Desa Namoriam dan Tiang Layar

No Jenis Kendaraan Namoriam Tiang Layar

1 Sepeda Motor 40 40

2 Sepeda 10 4

3 Becak Dayung 2 1

4 Becak Mesin 3 9

5 Peadti 5 -

Sumber : Kecamatan Pancur batu dalam angka,2010

Dari tabel 8, dapat di lihat bahwa kendaraan roda dua di Desa Namoriam dan Tiang Layar berjumlah 103 unit, dimana sepeda motor masing – masing berjumlah 40 unit, sepeda 10 unit di desa Namoriam dan 4 unit di Desa Tiang Layar, becak dayung hanya berjumlah 3 unit, yaiut 2 unit di Desa Namoriam dan 1 unit di Desa Tiang Layar. Sedangkan Becak mesin bejumlah 11 unit, 2 unit di Desa Namoriam dan 9 buah di Desa Tiang Layar.

Banyaknya Sarana perhubungan di Desa Namoriam dan Tiang Layar dapat di lihat pada tabel berikut ini

Tabel 9. Sarana Perhubungan di Desa Namoriam dan Tiang Layar

No Sarana Namoriam Tiang Layar

1 Telefon 0 0

2 Televisi 200 150

3 Antena Parabola 3 5

4 Radio 49 96

Sumber : Kecamatan Pancur batu dalam angka,2010

Dari tabel 9, sarana perhubungan di Desa Namoriam dan Tiang Layar terbilang kurang memadai, dimanan sarana telefon tidak terdapat,Televisi berjumlah 350 unit,Antena Parabola bejumlah 8 unit dan Radio berjumlah 155 unit.


(42)

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel yang dimaksud disini adalah karakteristik sosial ekonomi petani, yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel di Desa Namoriam dan Tiang Layar

No Uraian Range Rataan

1 Umur (tahun) 31-53 41,06

2 Tingkat pendidikan (tahun) 6-12 8,1

3 Pengalaman bertani (tahun) 8-33 19,73

4 Luas lahan (Ha) 0,2-2 1,42

Sumber : Data diolah dari lampiran 1.

Umur

Tabel menunjukkan bahwa umur petani sampel mempunyai range antara 31-53 tahun dengan rataan sebesar 41,06 tahun. Data ini menjelaskan bahwa petani sampel masih berada dalam kategori usia produktif, sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki oleh petani sampel di dalam mengelola usaha tani nya. Sehingga pada PPL memberikan sebuah program yang berbasis inovasi teknologi maka petani dengan senantiasa menerima akan adanya program tersebut, dan mereka tertarik untuk mengadopsi teknologi yang diberikan oleh PPL.

Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usaha tani. Pendidikan formal juga sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam hal menerima dan menyerap teknologi, informasi untuk mengoptimalkan usaha tani nya. Tingkat pendidikan formal petani sampel mempunyai range 6-12 dengan rataan 8,1 tahun. Artinya rata-rata petani sampel sudah menyelesaikan pendidikan formal hingga SMP, dengan demikian wawasan pengetahuan serta cara berpikir dan


(43)

bertindak petani sampel dalam mengelola usaha tani nya tergolong sudah lumayan baik.

Pengalaman Bertani

Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam mengelola usaha taninya adalah lama bertani. Rataan lama bertani atau pengalaman bertani petani adalah 19,23 tahun dengan range 8 - 33 tahun. Berdasarkan rataan tersebut pengalaman bertani petani sampel sudah cukup lama, sehingga dapat dikatakan bahwa petani sampel memiliki wawasan serta pengetahuan yang lebih baik dan berhati-hati dalam menerapkan inovasi baru dalam usaha taninya.

Luas Lahan

Rataan luas lahan petani adalah 1.42 Ha, dengan range 0,2-2 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel termasuk petani yang memiliki luas lahan yang masih tergolong rendah.


(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan penyuluhan di daerah penelitian

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan di daerah penelitian dapat di lihat pada tabel 10 berikut.

Tabel 11. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian di Desa Namoriam dan Tiang Layar No Aspek Materi

Penyuluhan Frekwensi (kali) bulan Kegiatan % Kehadiran Target Realisasi 1 Budidaya atau teknologi Kampanye Pola Tanam

2 2 Mengkampanyekan

menanam belimbing pada waktu yang sama

28 (93,3%) 2 Budidaya atau teknologi Pengunaan Varietas

2 2 Menerapkan

pergiliran varietas 30 (100%) 3 Budidaya atau teknologi Pengolahan tanah

2 2 Menerapkan

pengolahan tanah yang sempurna 28 (93,3%) 4 Budidaya atau teknologi

Penyemaian 2 2 Menerapkan

cara-cara yang baik agar bibit tahan terhadap HPT 29 (96,6%) 5 Budidaya atau teknologi

Pemupukan 2 2 Memperkenalkan

jenis pupuk yang sesuai dengan kondidi setempat

28 (93,3%)

6 Budidaya

atau teknologi

Penanaman 2 2 Memperkenalkan

persiapan lahan yang baik/bibit yang baik 30 (100%) 7 Budidaya atau teknologi

Pengairan 2 2 Dianjurkan

menghindari penggenagan air pada saat penyemaian 28 (93,3%) 8 Budidaya atau teknologi Pengendalian HPT

2 2 Diperkenalkan

pestisida apabila tejadi tanda-tanda serangan HPT

30 (100%)

9 Sosial Dinamika

kelompok

2 2 Peningkatan

dinamika kelompok tani

25 (83,33%) Sumber : PPL WKPP Tiang Layar,2010

Dari tabel 10, ada 9 materi penyuluhan yang di lakukan didaerah penelitian, namun tidak semua kegiatan tersebut diikuti atau dihadir oleh semua petani. Persentasi kehadiran petani dalam mengikuti penyuluhan pertanian ternyata bervariasi.


(45)

Materi penyuluhan yang meliputi penggunaan varietas, penanaman dan pengendalian HPT ( Hama dan Penyakit Tumbuhan), ternyata diikuti oleh 100 % petani. Hal ini dikarenakan karena materi ini menyangkut kepada masalah utama dalam usaha taninya.

Seluruh kegiatan penyuluhan dihadiri lebih dari 90 % petani, kecuali pada materi penyuluhan dinamika kelompok, yang hanya dihadiri oleh 25 petani (83,33 %). Hal ini disebabkan karena materi penyuluhan tersebut tidak berhubungan langsung kepada kegiatan usaha taninya.

Secara keseluruhan, dapat dikemukakan bahwa pelaksanaan penyuluhan di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik, dimana rata – rata kehadiran petani dalam setiap kegiatan penyuluhan adalah 28 petani, dengan persentase kehadiran yaitu 93,3 %.

Materi Penyuluhan Pertanian yang disampaikan di daerah penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di daerah penelitian, Materi penyuluhan yang diberikan oleh penyuluh cenderung lebih ditentukan oleh keinginan dari petani. Penyuluh lebih dulu bertanya kepada petani apa yang sedang mereka butuhkan saat ini, sehingga penyuluh mengetahui apa yang dibutuh oleh petani.

PPL di daerah penelitian menyiapkan materi penyuluhan pertanian juga berusaha agar materi penyuluhan yang diberikannya berguna bagi petani, dapat meningkatkan produksinya, sehingga akan meningkatkan pendapatannya dan dapat meningkatkan tingkat kehidupannya. Sebagian besar isi dari materi dan media penyuluhan pertanian yang diberikan oleh PPL membahas bagaimana meningkatkan produksinya, yaitu target tanam dan produktifitas tanaman. Hal ini disebabkan karena petani merasa dengan meningkatnya produksi, maka pendapatan mereka akan meningkat juga, dan akan meningkatkan tingkat kehidupanya.


(46)

Adapun isi Materi yang akan diberikan oleh penyuluh kepada petani adalah sebagai berikut :

1. Target tanam dan produktifitas, yang terdiri dari :

a) Kampanye Pola Tanam, menanam belimbing pada waktu yang bersamaan

b) Penggunaan varietas, menerapkan pergiliran varietas c) Pengolahan tanah, yaitu pengolahan tanah yang sempurna

d) Penyemaian, yaitu menerapkan cara – cara yang baik agar bibit dapat bertahan dari serangan Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT)

e) Pemupukan, memperkenalkan jenis pupuk yang yang sesuai dengan kodisi tanaman dan kondisi lingkungan

f) Penanaman, memperkenalkan persiapan bibit – bibit yang baik

g) Pengairan, dianjurkan menghindari penggenangan air dalam waktu penyemaian

h) Pengendalian HPT, memperkenalkan pestisida apabila terjadi tanda – tanda adanya serangan HPT

i) Dinamika Kelompok, memberikan pengarahan bagaimana cara kerja kelompok tani yang baik dan kerja sama antar kelompok tani.

2. Dinamika kelompok, hubungan sosial petani, yaitu hubungan antara kelompok tani di daerah penelitian.

3. Ekonomi, yaitu memberikan Kredit Usaha Tani (pinjaman) kepada petani melalui Koperasi .

Pada dasarnya, PPL di daerah penelitian menyiapkan materi penyuluhan dimana materi itu harus memiliki syarat – syarat, yaitu :

1. Harus sesuai dengan potensi desa, dalam hal ini, potensi desa penelitian adalah Belimbing


(47)

2. Harus menguntungkan secara nyata, hasil dari pelaksanaan kegiatan penyuluhan dapat dirasakan manfaatnya oleh petani di desa tersebut, sehingga dapat di lihat dari peningkatan hasil dan pendapatan petani

3. Harus berbiaya murah dan tidak mahal, isi materi yang di sampaikan haruslah berbiaya murah dan dapat dijangkau oleh petani.

Media Penyuluhan di Daerah Penelitian

Dalam penyampaian materi penyuluhan pertanian, PPL lebih mengunakan media langsung, yaitu melakukan kontak langsung dengan petani. Hal ini disebabkan karena petani di daerah penelitian lebih mudah mengerti dan memahami apa yang yang disampaikan oleh PPL jika dilakukan secara langsung, petani dapat bertanya secara langsung kepada PPL jika mereka kurang memahami apa yang di sampaikan oleh PPL.

PPL pernah mencoba menggunakan media tidak langsung seperti folder dan poster dalam melakukan penyuluhan, namun cara inin tidak disenangi oleh petani karena petani tidak dapat bertemu langsung dengan PPL sehingga petani tidak dapat melakukan diskusi secara langsung dengan PPL.

Sikap petani terhadap materi dan media penyuluhan yang disampaikan oleh PPL

Sikap petani terhadap materi dan media penyuluhan pertanian yang disampaikan oleh PPL dapat diketahui dengan melihat jawaban-jawaban petani responden terhadap kuisioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang diberikan. Pernyataan ini dibagi kedalam 13 pernyataan positif dan 13 pernyataan negatif. Sikap dalam hal ini merupakan suatu respon dalam wujud suka atau tidak suka terhadap suatu objek.


(48)

Ragu-ragu (R) diberi nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 4 dan sangat setuju (SS) diberi nilai 5. Demikian sebaliknya untuk pernyataan negatif, jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 5, tidak setuju (TS) diberi nilai 4, ragu-ragu (R) diberi nilai 3, setuju (S) diberi nilai 2 dan sangat setuju (SS) diberi nilai 1.

Dari jawaban setiap pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap katagori kemudian secara komulatif dilihat deviasinya menurut deviasi normal, sehingga diperoleh skor (nilai skala untuk masing-masing kategori jawaban), kemudian skor terhadap masing-masing pernyataan dijumlahkan.

Interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut kedalam skor standart, yang mana dalam hal ini digunakan model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi skor T menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan standart deviasi S = 5,29, sehingga apabila skor standart >50, berarti mempunyai sikap yang positif dan jika skor standart ≤ 50, berarti mempunyai sikap negatif.

Tabel 12, Sikap Petani Terhadap Materi dan Media Penyuluhan

No Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Positif 17 56,67

2 Negatif 13 43,33

Jumlah 30 100

Sumber : Diolah dari Lampiran 12

Berdasarkan pada tabel 11, dapat dilihat bahwa dari 30 sampel petani yang diwawancarai, jumlah sampel petani yang menyatakan sikap positif terhadap materi dan media penyuluhan pertanian yaitu 17 orang (56,67%), sedangkan yang menyatakan sikap negatif sebanyak 13 orang (43,33%). Petani yang menyatakan sikap positif tersebut disebabkan oleh tanggapan petani yang merasa bahwa Materi dan Media Penyuluhan yang diberikan PPL memberikan kemudahan dan masukan kepada


(49)

petani dalam mengolah usaha taninya. Sedangkan petani yang menyatakan sikap negatif tersebut disebabkan oleh tanggapan petani yang merasa bahwa materi dan media penyuluhan pertanian yang di berikan oleh PPL tidak memberikan kemudahan dan masukan bagi mereka dalam mengolah usaha taninya.

Secara umum petani di daerah penelitian dapat menerima Materi dan Media penyuluhan yang disampaikan oleh PPL. Hal ini terjadi karena Materi dan Media Penyuluhan tersebut dianggap perlu dan banyak membantu petani, yaitu para petani menjadi lebih memahami cara bertani yang lebih baik, sehingga dapat menigkatkan produksi usaha taninya. Secara tidak langsung, juga menaikkan pendapatan petani.

Keberhasilan program penyuluhan pertanian yang di laksanakan di WKPP Tiang Layar

Menurut Fuddin (2009) model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu : evaluasi konteks (melayani keputusan perencanaan), evaluasi input (untuk menolong mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud), evaluasi proses (membantu keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan), evaluasi produk (yaitu meninjau kembali keputusan).

Keempat macam evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) tersebut dapat divisualisasi ke dalam aspek penilaian pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian di daerah penelitian.

Dari indikator context, dapat diketahui hasil transformasi pelaksanaan program penyuluhan pertanian di daerah penelitian, yaitu pada tabel berikut.


(50)

Tabel 13, Hasil transformasi Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pada Indikator Context (Masukan)

Indikator Penilaian

A B C

1 2 3 4

21 (70 %) 21 (70%) 23 (76,67%) 19 (63,33%) 9 (30%) 9 (30%) 7 (23,33%) 11 (36,67%) 0 0 0 0

Rata- rata 21 (70%) 9 (30%) 0

Sumber : diolah dari lampiran 2

Berdasarkan dari tabel 13, jumlah sampel petani yang menyatakan bahwa perencanaan program penyuluhan pertanian di Desa Manoriam dan Tiang Layar sudah berjalan dengan baik, dimana rata – rata petani yaitu 21 orang (70 %) menyatakan bahwa pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik, sedangkan 9 orang (30 %) dari sampel petani menyatakan bahwa perencanaan program pertanian belum berjalan atau kurang berjalan dengan baik.

Dari indikator Input (masukan), hasil transformasi pelaksanaan program penyuluhan di Desa Namoriam dan Tiang Layar dapat di lihat pada tabel berikut. Tabel 14, Hasil transformasi Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pada Indikator Input (masukan)

Indikator Penilaian

A B C

1 2 3 4

30 (100 %) 28 (93,33%) 5 (16,67%) 22 (73,33%) 0 2 (6,67%) 16 (53,33%) 8 (26,67%) 0 0 9 (30%) 0 Rata - rata 21,25 (70,83%) 6,5 (21,67%) 2,25 (7,5 %) Sumber : diolah dari lampiran 4

Berdasarkan tabel 14, Jumlah sampel petani yang menyatakan bahwa masukan atau sarana dan prasaran yang mendukung terlaksananya program penyuluhan pertanian di


(51)

daerah penelitian sudah berjalan dengan baik yaitu rata – rata 21 orang (70,83%), sedangkan yang menyatakan kurang berjalan dengan baik yaitu rata - rata 7 orang (21,67 %), dan yang menyatakan tidak berjalan dengan baik yaitu 2 orang (7,5 %). Dapat disimpulkan bahwa masukan atau sarana dan prasaran yang mendukung terlaksananya program penyuluhan pertanian di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik.

Untuk indikator Process (proses), hasil transformasi Pelaksanaan program penyuluhan pertanian dapat di lihat pada tabel berikut.

Tabel 15. Hasil Transformasi Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian pada indikator Process (proses)

Indikator Penilaian

A B C

1 2 3 4

29 (96,67 %) 14 (46,67%) 28 (93,33%) 19 (63,33%)

1 (3,33%) 16 (53,33%)

2 (6,67%) 10 (33,33%)

0 0 0 1 (3,33%) Rata – rata 22,5 (75%) 7,25 (21,16%) 0,25 (0,83%) Sumer : diolah dari data 6

Dari tabel 15, sampel petani yang menyatakan bahwa proses berjalannya program penyuluhan pertanian di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik yaitu sekitar 22 orang (75 %) dari keseluruhan responden. Petani yang menyatakan kurang berjalan dengan baik yaitu sekitar 7 orang (21,16%),dan menyatakan tidak berjalan dengan baik tidak sampai rata – rata 1 orang (0,83%). Dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan program penyuluhan di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik.

Untuk indikator product (hasil), hasil transformasi pelaksanaan program penyuluhan di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.


(52)

Tabel 16. Hasil Transformasi Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian pada indikator Product (Hasil)

Indikator Penilaian

A B C

1 2 3 4

23 (76,67 %) 26 (86,67%) 25 (83,33%) 24 (80%) 7 (23,33%) 4 (13,33%) 5 (16,67%) 6 (20%) 0 0 0 0 Rata – rata 24,5 (81,67%) 5,5 (18,33%)

Sumber : diolah dari lampiran 8

Dari tabel 16, sampel petani yang menyatakan bahwa product (hasil) dari pelaksanaan program penyuluhan pertanian di daerah penelitian sudah baik, yaitu sekitar 25 orang (81,67%), sampel petani yang menyatakan kurang baik yaitu sekitar 5 orang (18,33%). Dapat disimpulkan bahwa product atau hasil dari pelaksanaan program penyuluhan pertanian sudah baik.

Berdasarkan indikator penilaian pelaksanaan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diketahui hasil transformasi pelaksanaan program di daerah penelitian secara keseluruhan (context, input, process dan product) dapat dilihat pada tabel.

Tabel 17. Hasil Transformasi Nilai Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian di Desa Namoriam dan Tiang Layar

No Uraian Indikator Nilai yang diharapkan

Nilai yang diperoleh

% Ketercapaian

1 Context (konteks) 4-12 10,8 90 %

2 Input (masukan) 4-12 10,53 87,78 %

3 Process (proses) 4-12 11 91,39 %

4 Product (produk) 4-12 11,26 93,89 %

Jumlah nilai yang diharapkan 16-48

Jumlah nilai yang diperoleh 43,59

Jumlah total % ketercapaian

CIPP 90,75 %

Sumber : Diolah dari lampiran 2,4,6,8

Dari Tabel 17, dapat diketahui bahwa untuk indikator kinerja berdasarkan pada contex (konteks) didapatkan nilai yang diharapkan pada kisaran 4-12 dan nilai yang diperoleh sebesar 10,8. Dengan persentase ketercapaian sebesar 90 %, maka


(53)

dapat diketahui bahwa dalam perencanaan program Penyuluhan Pertanian ini di dalam contex (konteks) dapat ditingkatkan kinerjanya sebesar 10 % lagi (sisa dari 90 %) agar mencapai nilai yang optimal.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat dilihat bahwa contex (konteks) atau pelaksanaan program Penyuluhan Pertanian di daerah penelitian belum mencapai nilai maksimal, tetapi telah dapat dikatakan berjalan baik karena sudah memperoleh nilai yang memuaskan. Untuk mencapai nilai maksimal, PPL perlu lebih memperhatikan kebutuhan para petani dalam menyusun suatu program.

Dari Tabel 11, dapat diketahui bahwa untuk indikator input (masukan) didapatkan nilai yang diharapkan pada kisaran 4-12, dan nilai yang diperoleh sebesar 10.53, dengan persentase ketercapaian sebesar 87,78 %. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, ketercapaian nilai indikator input (masukan) belum mencapai nilai maksimal karena masih terdapat beberapa kekurangan dalam pelaksanaan indikator input (masukan) yaitu :

- Belum semua petani merasa bahwa program penyuluhan pertanian dapat membantu mereka.

- Belum optimalnya potensi agribisnis yang terdapat didaerah penelitian. Dari Tabel 11, dapat diketahui bahwa untuk indikator pelaksanaan program berdasarkan Process (proses) didapatkan nilai yang diharapkan pada kisaran 4-12 dan nilai yang diperoleh sebesar 11, dengan persentase ketercapaian sebesar 91,39 %. Maka dapat diketahui bahwa Penyuluh di daerah penelitian dapat meningkatkan kinerjanya dalam indikator proses sebesar 6,11 % persen lagi agar mencapai nilai yang maksimal. Untuk meningkatkan pencapaian nilai maksimal pada tahapan proses, sebaiknya penyuluh lebih sering melakukan penyuluhan di daerah penelitian, serta petani mau melakukan apa yang di anjurkan oleh penyuluh.


(54)

Indikator lainnya dalam pelaksanaan program Penyuluhan Pertanian adalah Product (produk). Dalam bagian ini dapat dilihat hasil akhir dari semua tahapan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan program Penyuluhan Pertanian. Dari tabel 11, dapat kita lihat bahwa nilai yang diperoleh pada tahapan produk ini mencapai 11,26 dengan persentase ketercapaian sebesar 93,89 %. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program Penyuluhan Pertanian didaerah penelitian sudah berjalan dengan baik walaupun belum mencapai nilai yang maksimal.

Masalah – masalah yang dihadapi PPL dalam menyusun materi dan media penyuluhan pertanian

Walaupun Penyuluhan sudah berjalan dengan baik di daerah penelitian, tetapi masih ada saja masalah ataupun hambatan bagi PPL dalam menyusun materi dan media penyuluhan pertanian.

Beberapa masalah yang sering dihadapi oleh PPL dalam menyusun materi dan media penyuluhan pertanian di daerah penelitian adalah :

1. PPL sulit menemukan waktu yang tepat untuk melakukan penyuluhan, hal ini dikarenakan petani sangat sulit untuk dikumpulkan secara bersamaan oleh PPL. Untuk mengatasi masalah ini, PPL menemui langsung petani yang tidak dapat hadir di hari penyuluhan telah ditentukan.

2. PPL tidak memiliki dana yang cukup untuk membuat alat bantu penyuluhan pertanian, sehingga PPL lebih sering melakukan penyuluhan dengan bertemu langsung dengan petani. Untuk mengatasinya, PPL telah mengajukan bantuan dari pemerintah.

3. Penyuluh tidak mendapat sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana penyuluhan tersebut sangat menunjang atau berperan terhadap keberhasilannya kegiatan penyuluhan. Untuk masalah ini, PPL telah mengajukan permohonan bantuan dari Dinas Pertanian dan Holtikultura


(55)

Kabupaten Deli Serdang, namun sampai saat ini belum ada bantuan yang dapat direalisasikan.

Adapun masalah – masalah yang di hadapi oleh petani dalam menerima materi dan media penyuluhan adalah sebagai berrikut.

1. Seperti hal dengan PPL, petani juga sulit untuk menentukan waktu yang tepat buat mereka dapat bertemu secara bersama – sama untuk menerima materi dan media penyuluhan pertanian dari PPL. Hal ini diesebabkan karena petani memiliki kesibukan sendiri – sendiri.

2. Petani juga terkadang kesulitan menerima materi penyuluhan pertanian yang terkadang menggunakan bahasa – bahasa asing, dalam masalah ini PPL telah berusaha menggunakan bahasa yang lebih sederhana dalam menyampaikan materi penyuluhan pertanian.

3. PPL dalam menyampaikan materi penyuluhan pertanian terkadang tidak didukung oleh alat pertanian yang dimaksud oleh PPL. Contohnya dalam penggunaan alat ukur pH tanah, PPL menerangkan cara penggunaannya,tetapi petani tidak memiliki alat tersebut.


(56)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

7. Pelaksanaan penyuluhan di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik, dimana rata – rata kehadiran petani dalam setiap kegiatan penyuluhan adalah 28 petani, dengan persentase kehadiran yaitu 93,3 %.

8. Syarat – syarat yang harus dimiliki oleh materi penyuluhan agar petani respon di WKPP Tiang Layar adalah harus sesuai dengan potensi desa, harus berbiaya murah dan harus menguntungkan secara nyata

9. Media yang di gunakan oleh penyuluh cenderung media yang sederhana, agar dapat dengan mudah dimengerti oleh petani

10.Sikap petani terhadap materi dan media penyuluhan di Desa Namoriam dan Tiang Layar adalah 56,67 % Positif dan 43,33 % negatif

11.Pelaksanaan program Penyuluhan Pertanian di desa Namoriam dan Tiang Layar, kecamatan Pancur Batu, kabupaten Deli Serdang telah dapat dikategorikan berhasil. Nilai tingkat keberhasilan program Penyuluhan Pertanian di daerah penelitian adalah 43,59 dengan persentase ketercapainya sebesar 90,75 %.

12.Masalah – masalah yang dihadapi oleh penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah: PPL sulit menentukan waktu kunjungan, PPL tidak memiliki dana dan PPL tidak memiliki sarana dan prasaran pembantu penyuluhan pertanian.

Saran.

- Saran kepada Dinas Pertanian

- Hendaknya Dinas Pertanian memberikan bantuan kepada petani dalam menentukan materi dan media penyuluhan


(57)

- Diharapkan Dinas Pertanian lebih sering memberikan pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan pengetahuan petani.

- Saran kepada Penyuluh Pertanian Lapangan

Diharapkan kepada penyuluh untuk lebih meningkatkan proses pengawasan dan meningkatkan proses penyampaian informasi.

- Saran kepada petani

Disarankan kepada petani agar lebih aktif dalam proses pencarian informasi yang dapat mendukung usahatani mereka tanpa harus menunggu kedatangan PPL ke tempat mereka.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2001. Evaluasi Penyuluhan Pertanian.. http://images.rikania09.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SUdfiwoK CF8AADuyo-81/Rika%20Eva.doc?nmid=148657139.

Anonimus, 2007. Evaluasi Program SLPHT Tanaman Jagung dengan Menggunakan Model CIPP di Desa Ngunut Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar.H0404055’s Blog.

Anwar, S. 1995.Sikap manusia teori dan Pengukurannya.Kanisius,Yogyakarta Azwar, S. 1995. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Kanisius, Yogyakarta. BPS, Deli Serdang Dalam Angka.2010. Jumlah Penduduk Menurut Desa. BPS.

Medan

Departemen Pertanian. 2009. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan.

Dudung Abdul Adjid.2001.Penyuluhan Pertanian.Yasaguna Pengembangan Sinar Tani.Jakarta.

Everett M. Rogerrs dan F.Floyd Shomaker,1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Usaha Nasional, Surabaya.

Kartasapoetra, A. G.1993. Tekhnologi Penyuluhan Pertanian.Bumi aksara,Jakarta. Levis. 1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan.PT.Citra Aditya Bakti,Bandung. Mosher, A.T.1983.Menggerakkan dan Membangun Pertanian.Yasaguna,Jakarta. Mubyarto. 1985. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta

Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang. 2010.Rencana Kerja PPL Tiang Layar. Samsudin,1982. Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian.Bina Cipta,Bandung. Sastraatmadja, E.1993.Penyuluhan Pertanian.Alumni,Bandung.

Soekartawi,1988.Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.UI Press,Jakarta. Subagyo,P., 1992. Statistik Deskriptif. BPFE, Yogyakarta

Soedijanto. 1996. Administrasi Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta Tohir. K.A., 1983. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Rineka Cipta.

Jakarta.


(59)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar pertanyaan kuisioner pada tahap contex (konteks)

1. Perencanaan program penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan petani a) Ya

b) Kadang-kadang c) tidak

2. Perencanaan program penyuluhan dapat meningkatkan pendapatan petani a) Ya

b) Kadang-kadang c) tidak

3. Perencanaan program penyuluhan dapat membantu petani dalam berusaha tani a) Ya

b) Kadang-kadang c) tidak

4. Perencanaan program penyuluhan dapat mempercepat tingkat adopsi petani a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak

Keterangan : Jawaban a = nilai 3 Jawaban b = nilai 2 Jawaban c = nilai 1


(60)

Lampiran 2. Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian (Context )

No Sampel Indi kator I Indik ator II Indik ator III Indikat or IV Nilai Indikato r I Nilai Indikator II Nilai Indikator III Nilai Indikator IV Total nilai

1 B B B B 2 2 2 2 8

2 A A A A 3 3 3 3 12

3 B B A A 2 2 3 3 10

4 A A A A 3 3 3 3 12

5 A A B A 3 3 2 3 11

6 B B B B 2 2 2 2 8

7 A A B B 3 3 2 2 10

8 A A A B 3 3 3 2 11

9 B B B A 2 2 2 3 9

10 A A A B 3 3 3 2 11

11 A A A B 3 3 3 2 11

12 A A A A 3 3 3 3 12

13 A A B A 3 3 2 3 11

14 A A A A 3 3 3 3 12

15 B B A B 2 2 3 2 9

16 A A B A 3 3 2 3 11

17 B B A A 2 2 3 3 10

18 A A A B 3 3 3 2 11

19 A A A B 3 3 3 2 11

20 A A A A 3 3 3 3 12

21 B B A A 2 2 3 3 10

22 B B A A 2 2 3 3 10

23 A A A B 3 3 3 2 11

24 A A A A 3 3 3 3 12

25 A A A A 3 3 3 3 12

26 A A A A 3 3 3 3 12

27 B B A A 2 2 3 3 10

28 A A A A 3 3 3 3 12

29 A A A B 3 3 3 2 11

30 A A A A 3 3 3 3 12

81 81 83 79 324

2.7 2.7 2.76666666 7

2.633333333 10.8 90.00% 90.00% 92.22% 87.78%


(61)

Lampiran 3. Daftar pertanyaan kuisioner pada tahapan masukan (Input)

1. Terjadi rasa saling percaya antara Penyuluh dan petani a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak

2. Penyuluhan di lakukan oleh penyuluh sebagai fasilitator Program Penyuluhan a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak

3. Penyuluh dapat menjamin keberhasilan program penyuluhan a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak

4. Program penyuluhan dapat memperdayakan kemampuan petani a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak


(62)

Lampiran 4. Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian (Input )

No Samp el Indika tor I Indikat or II Indikat or III Indikat or IV Nilai Indikator I Nilai Indikator II Nilai Indikator III Nilai Indikator IV Total nilai

1 A B A A 3 2 3 3 11

2 A A C A 3 3 1 3 10

3 A A A A 3 3 3 3 12

4 A A B A 3 3 2 3 11

5 A A B A 3 3 2 3 11

6 A B B B 3 2 2 2 9

7 A A B A 3 3 2 3 11

8 A A C B 3 3 1 2 9

9 A A C A 3 3 1 3 10

10 A A B A 3 3 2 3 11

11 A A B B 3 3 2 2 10

12 A A B A 3 3 2 3 11

13 A A B A 3 3 2 3 11

14 A A B A 3 3 2 3 11

15 A A A A 3 3 3 3 12

16 A A C A 3 3 1 3 10

17 A A C B 3 3 1 2 9

18 A A B A 3 3 2 3 11

19 A A B B 3 3 2 2 10

20 A A B B 3 3 2 2 10

21 A A A A 3 3 3 3 12

22 A A B A 3 3 2 3 11

23 A A B A 3 3 2 3 11

24 A A C B 3 3 1 2 9

25 A A C A 3 3 1 3 10

26 A A C A 3 3 1 3 10

27 A A B A 3 3 2 3 11

28 A A B A 3 3 2 3 11

29 A A C B 3 3 1 2 9

30 A A A A 3 3 3 3 12

90 88 56 82 316

3 2.933333333 1.866666667 2.733333333 10.533333 100.00% 97.78% 62.22% 91.11%


(63)

Lampiran 5. Daftar pertanyaan kuisioner pada tahapan proses (Process)

1. Penyuluh memberikan penyuluhan secara langsung a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak

2. Penyuluh dapat memenuhi permintaan/keinginan yang sesuai dengan kebutuhan petani

a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak

3. Petani melaksanakan apa yang dianjurkan oleh peyuluh a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak

4. Frekwensi pelaksanaan pelatihan yang berkaitan dengan program penyuluhan a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak


(1)

Lampiran 3. Daftar pertanyaan kuisioner pada tahapan masukan (Input)

1. Terjadi rasa saling percaya antara Penyuluh dan petani a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak

2. Penyuluhan di lakukan oleh penyuluh sebagai fasilitator Program Penyuluhan a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak

3. Penyuluh dapat menjamin keberhasilan program penyuluhan a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak

4. Program penyuluhan dapat memperdayakan kemampuan petani a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak


(2)

Lampiran 4. Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian (Input )

No Samp el Indika tor I Indikat or II Indikat or III Indikat or IV Nilai Indikator I Nilai Indikator II Nilai Indikator III Nilai Indikator IV Total nilai

1 A B A A 3 2 3 3 11

2 A A C A 3 3 1 3 10

3 A A A A 3 3 3 3 12

4 A A B A 3 3 2 3 11

5 A A B A 3 3 2 3 11

6 A B B B 3 2 2 2 9

7 A A B A 3 3 2 3 11

8 A A C B 3 3 1 2 9

9 A A C A 3 3 1 3 10

10 A A B A 3 3 2 3 11

11 A A B B 3 3 2 2 10

12 A A B A 3 3 2 3 11

13 A A B A 3 3 2 3 11

14 A A B A 3 3 2 3 11

15 A A A A 3 3 3 3 12

16 A A C A 3 3 1 3 10

17 A A C B 3 3 1 2 9

18 A A B A 3 3 2 3 11

19 A A B B 3 3 2 2 10

20 A A B B 3 3 2 2 10

21 A A A A 3 3 3 3 12

22 A A B A 3 3 2 3 11

23 A A B A 3 3 2 3 11

24 A A C B 3 3 1 2 9

25 A A C A 3 3 1 3 10

26 A A C A 3 3 1 3 10

27 A A B A 3 3 2 3 11

28 A A B A 3 3 2 3 11

29 A A C B 3 3 1 2 9

30 A A A A 3 3 3 3 12

90 88 56 82 316

3 2.933333333 1.866666667 2.733333333 10.533333

100.00% 97.78% 62.22% 91.11%

25.00% 24.44% 15.56% 22.78% 87.78%


(3)

Lampiran 5. Daftar pertanyaan kuisioner pada tahapan proses (Process)

1. Penyuluh memberikan penyuluhan secara langsung a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak

2. Penyuluh dapat memenuhi permintaan/keinginan yang sesuai dengan kebutuhan petani

a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak

3. Petani melaksanakan apa yang dianjurkan oleh peyuluh a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak

4. Frekwensi pelaksanaan pelatihan yang berkaitan dengan program penyuluhan a) Ya

b) Kadang-kadang c) Tidak


(4)

Lampiran 6. Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian (Process )

No Sampel Indik ator I Indikat or II Indikat or III Indikat or IV Nilai Indikator I Nilai Indikator II Nilai Indikator III Nilai Indikat or IV Total nilai

1 B B B C 2 2 2 1 7

2 A B A A 3 2 3 3 11

3 A A A A 3 3 3 3 12

4 A B A A 3 2 3 3 11

5 A B A A 3 2 3 3 11

6 A A A B 3 3 3 2 11

7 A B A B 3 2 3 2 10

8 A B A B 3 2 3 2 10

9 A A A A 3 3 3 3 12

10 A B A A 3 2 3 3 11

11 A B A A 3 2 3 3 11

12 A B A A 3 2 3 3 11

13 A A A B 3 3 3 2 11

14 A A B B 3 3 2 2 10

15 A B A A 3 2 3 3 11

16 A A A A 3 3 3 3 12

17 A B A B 3 2 3 2 10

18 A B A B 3 2 3 2 10

19 A A A A 3 3 3 3 12

20 A A A A 3 3 3 3 12

21 A A A A 3 3 3 3 12

22 A B A B 3 2 3 2 10

23 A B A A 3 2 3 3 11

24 A A A A 3 3 3 3 12

25 A A A A 3 3 3 3 12

26 A B A A 3 2 3 3 11

27 A A A A 3 3 3 3 12

28 A B A A 3 2 3 3 11

29 A A A B 3 3 3 2 11

30 A A A B 3 3 3 2 11

89 74 88 78 329

2.966666667 2.466666667 2.933333333 2.6 11

98.89% 82.22% 97.78% 86.67

%

24.72% 20.56% 24.44% 21.67

%

91.39%


(5)

Lampiran 7. Daftar pertanyaan kuisioner pada tahapan hasil (Product)

1. Peningkatan produksi setelah adanya program penyuluhan

 Ya

 Kadang-kadang  Tidak

2. Perubahan kemampuan tingkat adopsi petani

 Ya

 Kadang-kadang  Tidak

3. Peningkatan pendapatan petani setelah adanya program penyuluhan

 Ya

 Kadang-kadang  Tidak

4. Kepuasan petani terhadap program penyuluhan pertanian

 Ya

 Kadang-kadang  Tidak


(6)

Lampiran 8. Jawaban Responden Atas Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian (Product )

No Sampel Indik ator I Indi kator II Indik ator III Indi kator IV Nilai Indikator I Nilai Indikator II Nilai Indikator III Nilai Indikator IV Total nilai

1 A A A B 3 3 3 2 11

2 A A A A 3 3 3 3 12

3 A A A A 3 3 3 3 12

4 A A A A 3 3 3 3 12

5 A A A A 3 3 3 3 12

6 B A A A 2 3 3 3 11

7 A A B A 3 3 2 3 11

8 A A B A 3 3 2 3 11

9 B A A A 2 3 3 3 11

10 A A B B 3 3 2 2 10

11 A A B B 3 3 2 2 10

12 A B A B 3 2 3 2 10

13 A A A A 3 3 3 3 12

14 A A A A 3 3 3 3 12

15 A A A A 3 3 3 3 12

16 B A A B 2 3 3 2 10

17 A A A A 3 3 3 3 12

18 A A A A 3 3 3 3 12

19 A A A B 3 3 3 2 11

20 B A A A 2 3 3 3 11

21 A B A A 3 2 3 3 11

22 A A A A 3 3 3 3 12

23 A B A A 3 2 3 3 11

24 B B A A 2 2 3 3 10

25 A A A A 3 3 3 3 12

26 A A A A 3 3 3 3 12

27 A A A A 3 3 3 3 12

28 B A A A 2 3 3 3 11

29 A A B A 3 3 2 3 11

30 B A A A 2 3 3 3 11

83 86 85 84 338

2.766666667 2.866666667 2.833333333 2.8 11.266667

92.22% 95.56% 94.44% 93.33%

23.06% 23.89% 23.61% 23.33% 93.89%


Dokumen yang terkait

Efektifitas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Terhadap Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Di Sumatera Utara

1 88 95

Dampak Kegiatan Penyuluhan Pertanian Yang Dikelola Oleh Petani Terhadap Sosial Ekonomi Petani

0 36 98

Sikap Petani Terhadap Berbagai Media Penyuluhan Pertanian (Studi Kasus : Desa Tanjung Rejo, Kec. Perçut Sei Tuan Kab. Deli Serdang)

2 49 89

Sikap Petani Terhadap Materi Penyuluhan Yang Disampaikan PPL (Studi Kasus: Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara)

1 46 109

Koordinasi Penyuluhan Pertanian Dalam Rangka Persiapan Materi Dan Media Penyuluhan Di Kabupaten Toba Samosir

1 35 109

Evaluasi Terhadap Petani Peserta Program Penyuluhan Pertanian SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu)(Kasus : Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir)

8 72 80

Evaluasi Petani Terhadap Program Penyuluhan Pertanian Sl Ptt (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu): Hama Terpadu (Kasus : Petani Padi Sawah, Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

3 67 67

Tinjauan Program Penyuluhan Pertanian Petani Padi Sawah Di Wkpp Sei Beras Sekata, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

11 126 106

PENGARUH PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN (Studi pada Petani di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

4 25 113

DETERMINASI PERILAKU PETANI DALAM PENYULUHAN PERTANIAN DI MALUKU

0 2 11