UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD PADA MATEMATIKA KELAS IV SDN LABUHAN RATU IX TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Dalam Undang-undang ini, secara tersirat diungkapkan bahwa Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan terjadi karena adanya proses pembelajaran, belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik, dengan pengetahuan-pengetahuan yang mendukung proses pembelajaran tersebut.

Menurut Piaget dan Freire dalam Asma (2006: 2), pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh peserta didik. Pendidik menciptakan kondisi dan situasi, yang memungkinkan peserta didik membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan, yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut.


(2)

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa peserta didik aktif dalam pembelajaran, yaitu menemukan, membentuk dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan pendidik hanya berperan sebagai pencipta kondisi dan situasi, yaitu kondisi dan situasi yang baik dan bermakna, kondusif dan partisipatif.

Kemudian Ausubel dalam Isjoni (2009: 35) bahan pelajaran yang dipelajari haruslah ”bermakna” (meaning full). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat peserta didik.

Selain itu, Suparno dalam Isjoni (2009: 35) juga mengatakan bahwa, pembelajaran bermakna adalah proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, tujuan mata pelajaran matematika yaitu memahami konsep matematika, menggunakan penalaran pada pola dan sifat, memecahkan masalah, mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain, serta agar peserta didik mampu memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan (Kurikulum 2006).

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa permasalahan yang masih banyak ditemukan adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar peserta didik, terutama pada mata pelajaran matematika. Seperti yang dinyatakan oleh Gagne dalam Hamdani (2008: 89) bahwa aktivitas belajar dipengaruhi oleh iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh pendidik, iklim pembelajaran yang seharusnya bersifat kondusif, peserta didik aktif dan partisipatif, sehingga tercipta pembelajaran yang bermakna bagi


(3)

peserta didik. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran juga sangat dipengaruhi oleh kompetensi dan ketepatan pendidik dalam memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan pendidik Matematika yang mengajar di kelas IV SDN Labuhan Ratu IX, bahwa kondisi pelaksanaan pembelajaran Matematika masih bersifat Teacher Dominated Learning, yaitu pembelajaran yang didominasi oleh pendidik. Dalam hal ini, pendidik mendominasi kegiatan pembelajaran dan peserta didik hanya menerimanya tanpa ada usaha yang bermakna. Selain itu, kondisi pembelajaran masih sering diwarnai pendekatan dengan model pembelajaran tradisional yaitu penggunaan metode ceramah, sehingga peserta didik kurang terlibat aktif, kurang tertarik dalam proses pembelajaran, dan terkesan membosankan, serta kurang memahami pelajaran matematika. Hal lain yang terjadi juga dalam proses pembelajaran, penerapan metode tanya jawab yang belum berjalan maksimal karena banyak peserta didik yang belum berani dalam mengajukan atau menjawab pertanyaan.

Menurut Rohani (2010: 9) bahwa pada sekolah yang bercorak tradisional, seperti ceramah, pendidiklah yang aktif, yang melakukan segala sesuatu untuk peserta didik. Peserta didik pasif, menekan apa yang diberikan dan telah dipikirkan oleh pendidik. Memang menerima dan mendengarkan sesuatu dari orang yang ahli atau lebih berpengalaman memilki nilai guna bagi individu/peserta didik, tetapi mendengar dan menerima itu harus diikuti dengan membuat sendiri, memikirkan sendiri, dan membuktikan sendiri.

Selain melakukan pengamatan langsung dalam proses pembelajaran, peneliti juga melakukan studi dokumentasi hasil belajar peserta didik mata pelajaran matematika dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu


(4)

55. Peserta didik yang dapat mengerjakan tes sumatif dengan nilai ≥ 55 sebanyak 8 peserta didik (40%) dari jumlah keseluruhan 20 peserta didik, yaitu diperoleh nilai rata-rata peserta didik 52,45 dengan nilai terendah 36,00 dan nilai tertinggi 75,00 (data nilai peserta didik kelas III semester II tahun pelajaran 2010/2011, diperoleh pada tanggal 11 Juli 2011). Sehubungan dengan permasalahan di atas, diperlukan adanya suatu model atau pendekatan yang dapat menempatkan peserta didik pada posisi yang aktif, partisipatif, serta menyenangkan, dan dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, sehingga hasil belajar peserta didik meningkat.

Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah model Cooperative Learning tipe Student Team Achievement Division (STAD). Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

Slavin dalam Asma (2006: 51) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD, peserta didik ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang, yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat peserta didik yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis serta kelompok sosial lainnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diadakan perbaikan kualitas pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan strategi pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD


(5)

untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada matematika kelas IV SDN Labuhan Ratu IX.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1) Kondisi pembelajaran yang bersifat Teacher Dominated Learning yaitu pembelajaran yang masih didominasi oleh pendidik.

2) Penggunaan metode tradisional seperti ceramah masih mendominasi pembelajaran sehingga peserta didik kurang tertarik dan merasa bosan, serta penerapan metode tanya jawab yang belum berjalan maksimal karena banyak peserta didik merasa belum berani dalam mengajukan atau menjawab pertanyaan.

3) Kurangnya pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran matematika.

4) Peserta didik kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga aktivitas belajar peserta didik rendah.


(6)

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimanakah langkah-langkah meningkatkan aktivitas belajar peserta didik melalui Cooperative Learning tipe STAD pada matematika kelas IV SDN Labuhan Ratu IX tahun pelajaran 2011/2012?

2) Bagaimanakah langkah-langkah meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui Cooperative Learning tipe STAD pada matematika kelas IV SDN Labuhan Ratu IX tahun pelajaran 2011/2012?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk:

1) Meningkatkan aktivitas belajar peserta didik melalui cooperative learning tipe STAD, pada matematika kelas IV SDN Labuhan Ratu IX. 2) Meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui cooperative learning


(7)

1.5. Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang dipaparkan di atas, hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1) Peserta didik, yaitu dapat meningkatkan pemahaman konsep pada mata pelajaran matematika di kelas IV semester 1, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2) Pendidik, yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan pendidik tentang strategi Cooperative Learning tipe STAD, sehingga dapat di gunakan untuk meningkatkan kemampuan profesional dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

3) Sekolah, yaitu dapat menambah informasi mengenai model-model pembelajaran yang dapat dikembangkan, dan memberikan sumbangan pengetahuan yang berguna sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran sekolah yang bersangkutan.

4) Peneliti, yaitu dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti, sehingga dapat menjadi bekal untuk menjadi seorang pendidik yang profesional.


(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Belajar

Belajar merupakan kewajiban setiap manusia, karena dengan belajar manusia memperoleh pengetahuan dan wawasan sehingga menjadi tahu dan bisa dalam melakukan sesuatu atau memecahkan masalah, belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, tidak memandang usia dan bisa dilakukan sepanjang hayat.

Skinner dalam Syah (2006: 90) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Kemudian Gagne dalam Suwarjo (2008: 33) mendefinisikan belajar merupakan suatu proses yang terorganisasi, sehingga terjadi perubahan perilaku pembelajaran akibat pengalaman. Abu Ahmadi dan Widodo Supriono (2004: 128) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Dudi Online: 2011).

Selanjutnya, belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke lianglahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang


(9)

bersifat pengetahuan, keterampilan, maupun yang menyangkut nilai dan sikap (Sadiman, 2006: 2).

Menurut Piaget dalam Hepratiwi (2009: 79) manusia belajar melalui proses kontruksi satu struktur logika setelah struktur logika lain tercapai. Maksudnya, manusia dapat mempelajari sesuatu yang baru setelah sesuatu yang lain dipelajari. Pengetahuan tidak dipelajari secara pasif oleh seseorang melainkan melalui tindakan. Reber dalam Syah (2006: 91) membatasi belajar dengan dua macam definisi, pertama, belajar yaitu proses memperoleh pengetahuan dan definisi, kedua belajar yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Hilgard dan Bower (1975: 156) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan (Dudi Online: 2011).

M. Sobry Sutikno (2004: 34) mengartikan belajar adalah suatu proses usaha seseorang yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Titin Online: 2010).

Melalui pendapat beberapa ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa, belajar merupakan kegiatan yang dialami dan dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya, melalui pengalaman-pengalaman yang dapat membawa perubahan pada tingkah laku manusia yaitu perubahan


(10)

yang bersifat pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang tentunya menuju kearah yang positif dan lebih baik.

2.2. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2001: 93 dalam Juliantara online: 2010).

Gie (Junaidi online: 2010) menyatakan bahwa Keberhasilan peserta didik dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan.

Menurut Junaidi (online: 2010) aktivitas belajar peserta didik adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri peserta didik, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu melakukan kegiatan.

Selanjutnya, Juliantara (online: 2010) mengemukakan aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas peserta didik dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan, ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.


(11)

Melalui pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan oleh penulis bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran, yang dapat menghasilkan perubahan-perubahan pada pengetahuan, sikap dan nilai-nilai yang menuju pada arah positif.

2.3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah belajar, yaitu sesuatu hal yang positif yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (Indramunawar online: 2009) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi peserta didik dan dari sisi pendidik. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi pendidik, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Kemudian Achmad dalam Baharrudin & Nur (2008: 26) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai, sedangkan belajar berasal dari kata dasar ajar yang berarti menuntut ilmu. Selanjutnya, menurut Staton dalam Lapono (2008: 1.12) hasil belajar diukur berdasarkan terjadi-tidaknya perubahan tingkah laku atau pemodifikasian tingkah laku yang lama menjadi tingkah laku yang baru.

Hamalik (2001: 159) menyatakan prestasi merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku peserta didik. Jadi prestasi adalah hasil maksimal dari sesuatu, baik berupa belajar maupun bekerja. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi pendidik. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak


(12)

tersebut bermanfaat bagi pendidik dan peserta didik. (Muslihati 2005 dalam online: 2011).

Kemudian Howard Kingsley (Indramunawar online: 2009) membagi 3 macam hasil belajar yaitu (a) Keterampilan dan kebiasaan, (b) Pengetahuan dan pengertian, serta (c) Sikap dan cita-cita. Hasil belajar tercermin dalam perubahan prilaku, baik secara material, substansial, struktural-fungsional, maupun secara behavior (Bahri & Zain, 2006: 11). Poerwadarmita (1996: 169) menyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja.

Menurut Woordworth dalam Ismihyani, 2000 (Online: 2011), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.

Penulis simpulkan pengertian hasil belajar, melalui beberapa pendapat ahli di atas yaitu hasil belajar merupakan terjadinya perubahan tingkah laku pada manusia setelah mengalami proses belajar, berupa keterampilan, kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Dalam hal ini, peserta didik mengalami perubahan baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor yang terwujud melalui proses belajar yang telah dilalui, dan evaluasi belajar.

2.4. Strategi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative Learning adalah belajar kelompok, yaitu pembelajaran yang terbagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok itu terdiri


(13)

dari beberapa peserta didik. Slavin, 1985 dalam Isjoni (2009: 12) menyatakan Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Kemudian, Jacob dalam Suwarjo (2008: 102) mengungkapkan strategi pembelajaran kooperatif merupakan sebuah inovasi dan reformasi pendidikan yang sangat kuat dan penuh potensial diberikan kepada masyarakat yang berbeda budaya, kemampuan, ras, dan etnik.

Slavin dalam Asma (2006: 11) mendefinisikan belajar kooperatif sebgai berikut: “Cooperative learning methods share the idea that student works together to learn and are responsible for their teammates learning as well as their own”. Definisi ini mengandung pengertian bahwa, dalam belajar kooperatif peserta didik belajar bersama, saling menyumbang pemikiran, dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok. Kebanyakan pembelajaran kooperatif melibatkan peserta didik dalam kelompok belajar yang teridri atas empat atau lima peserta didik dengan kemampuan yang beragam (Slavin, 1994; Johnson & Johnson, 1994; Kagan, 1992; Jacob, 1999 dalam Suwarjo, 2008: 101). Selanjutnya, Cooper dan Heinich dalam Asma (2006: 11) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerjasama belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial.

Menurut Stahl, 1994 (Titin Online: 2010) proses pembelajaran dengan Cooperative Learning ini mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 orang siswa. Hasil penelitian


(14)

Suryadi 1999 dalam Isjoni (2009: 12) menyatakan, pada pembelajaran Matematika menyimpulkan bahwa salah satu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa adalah Cooperative Learning.

Menurut Hamid Hasan dalam Solihatin dan Raharjo (2007: 4) cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Jadi, belajar kooperatif adalah belajar dengan memanfaatkan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar (Muhammad Nur, 1998: 6 dalam Dzaki online: 2009). Selanjutnya Djahiri K, 2004 dalam Isjoni (2009: 19) menyebutkan Cooperative Learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang siswa sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Menurut Ibrahim, (2001: 7) Ada tiga tujuan pembelajaran kooperatif yang akan dicapai yaitu, (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan terhadap keberagaman, dan (3) pengembangan keterampilan sosial.

Watchword of the American Revolution dalam Johnson & Johnson 1994 (dalam Isjoni 2009: 18) mengemukakan istilah “Together we stand, divided we fall” atau “bersama kita bisa, berpisah kita jatuh”, untuk menggambarkan tentang Cooperative Learning. Michaels dalam Solihatin dan Raharjo (2007: 5) Cooperative Learning dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata


(15)

dimasyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar.

Menurut Posamentier dalam Rachmadi (2004: 14) menyatakan beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika siswa belajar dalam kelompok adalah sebagai berikut: (a) Setiap anggota dalam kelompok harus merasa bagian dari tim dalam pencapaian tugas bersama. (b) Setiap anggota dalam kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka pecahkan adalah masalah kelompok, berhasil atau gagal akan dirasakan oleh semua anggota kelompok. (c) Untuk mencapai tujuan kelompok, semua siswa harus bicara atau diskusi satu sama lain. (d) Harus jelas bahwa kerja individu dalam kelompok mempunyai efek langsung terhadap keberhasilan kelompok.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa cooperative learning merupakan pembelajaran yang terdiri dari beberapa siswa yaitu kurang lebih 4-6 siswa, menjadi kelompok-kelompok kecil, belajar bersama dan bekerja bersama dalam memecahkan sesuatu hal atau permasalahan. Pembelajaran ini sangat penting untuk kita (calon pendidik dan pendidik) ketahui, kemudian kita pahami, terapkan dan kembangkan.

2.5. Strategi Cooperative Learning tipe Student Team Achievement Division (STAD)

STAD merupakan salah satu bentuk belajar kelompok yang memiliki anggota kelompok 4-5 orang tiap-tiap kelompoknya, anggota kelompok tersebut memiliki variasi kemampuan akademik yaitu tinggi, sedang dan rendah. Isjoni (2009: 51) menyatakan bahwa tipe ini dikembangkan oleh Slavin, dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan


(16)

saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Selanjutnya, Slavin dalam Asma (2006: 51) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dengan model STAD, siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.

Slavin dalam Isjoni (2009: 51) pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan, yaitu penyajian materi, kerja kelompok, tes individu, perhitungan skor perkembangan individu, dan pemberian penghargaan kelompok. Slavin (2010: 143) menyatakan bahwa STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu persentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

Tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses pembelajaran melalui Cooperative Learning tipe STAD dari beberapa pendapat ahli di atas yaitu:

Pertama. Tahap Penyajian Materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Mengenai teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasikal ataupun audiovisual. Lamanya presentasi dan berapa kali harus dipresentasikan bergantung pada kekompleksan materi yang akan dibahas.


(17)

Kedua. Tahap Kerja Kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilisator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

Ketiga. Tahap Tes Individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi yang telah dibahas. Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

Keempat. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu, berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya, yaitu dihitung berdasarkan selisih perolehan tes awal dengan tes akhir (yang baru dilaksanakan). Penghitungan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan selisih perolehan skor pada tes awal dengan tes akhir, ditetapkan beberapa tingkatan sebagai berikut:

a. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal, skor perkembangan 5 b. 10 poin hingga 1 poin di bawah skor awal, skor perkembangan 10 c. Sampai 10 poin di atas skor awal, skor perkembangan 20


(18)

e. Nilai sempurna (tidak berdasar skor awal), skor perkembangan 30 Kelima. Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok, perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan kelompok diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik (good team), kelompok hebat (great team), dan kelompok super (super team).

Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut (1) kelompok dengan skor rata-rata 15 sebagai kelompok baik, (2) kelompok dengan skor rata-rata 20 sebagai kelompok hebat, dan (3) kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super. Penghargaan terhadap kelompok yang memperoleh poin perkembangan kelompok tertinggi ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

ada yang kelompok anggota Jumlah anggota an perkembang total Jumlah  

(Asma, 2006: 122) 2.6. Matematika

Matematika merupakan ilmu eksak yang wajib kita ketahui dan kita pelajari, karena matematika sangat penting dan sangat berhubungan dengan kehidupan kita. Kata matematika berasal dari bahasa Yunani kuno “mathema” yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi "pengkajian matematika" (wikipedia online: 2010). Berdasarkan asal katanya,


(19)

Matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir atau nalar (Suwangsih, 2006: 3). Kemudian Matematika adalah salah satu alat berfikir (Adjie, 2006: 34). Menurut Kline dalam Suwangsih (2006: 2) matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Selanjutnya, Romberg (Masthoni online: 2009) mengarahkan hasil penelaahannya tentang matematika kepada tiga sasaran utama. Pertama, para sosiolog, psikolog, pelaksana administrasi sekolah dan penyusun kurikulum, memandang bahwa matematika merupakan ilmu statis dengan disipilin yang ketat. Kedua, selama kurun waktu dua dekade terakhir ini, matematika dipandang sebagai suatu usaha atau kajian ulang terhadap matematika itu sendiri. Kajian tersebut berkaitan dengan apa matematika itu, bagaimana cara kerja para matematikawan, dan bagaimana mempopulerkan matematika. Ketiga, matematika juga dipandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual.

Dalam kurikulum SD 2004 (Adjie, 2006: 34) matematika berfungsi mengembangkan kemampuan berhitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika. Menurut Hudoyo dalam Aisyah (2007: 1) matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak (Onlione: 2011). Selanjutnya, Newman (Masthoni online: 2009) melihat tiga ciri utama matematika, yaitu; (1) matematika disajikan dalam pola yang lebih ketat, (2) matematika berkembang dan digunakan lebih luas dari pada ilmu-ilmu lain, dan (3) matematika lebih terkonsentrasi pada konsep. Selain itu juga,


(20)

matematika adalah salah satu alat berfikir, selain bahasa, logika dan statistika (Suriasumantri dalam Nahromi dan Maulana, 2006: 34).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (Alwi, 2002: 723 dalam Online: 2011). Selanjutnya, menurut pendapat Russefendi dalam Suwangsih (2006: 4) Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan.

Kemudian menurut Sumardyono (2004: 28) secara umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut: (1) Matematika sebagai struktur yang terorganisir. Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan corolly/sifat). (2) Matematika sebagai alat (tool). Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. (3) Matematika sebagai pola pikir deduktif. Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum). (4) Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking). Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena beberapa hal, seperti matematika memuat cara pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis. (5) Matematika sebagai bahasa artifisial. Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks. (6). Matematika sebagai seni yang kreatif. Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif (Online: 2011). Dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan cabang ilmu yang terstruktur, memiliki keistimewaan tersendiri, sangat berhubungan dengan


(21)

kehidupan kita, bersifat statis dan sangat penting untuk dipelajari, dipahami dan diterapkan dalam kehidupan kita.

2.7. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran matematika kelas IV SDN Labuhan Ratu IX menggunakan strategi pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik”.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari istilah Bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut (Hamdani, dkk., 2008: 42). Dalam setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan pokok yang dirangkai menjadi satu kesatuan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian ini dilakukan dan berkolaborasi dengan pendidik kelas IV SDN Labuhan Ratu IX.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil dan dilaksanakan dengan tiga siklus, tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yakni: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada akhir kegiatan diadakan tes formatif. Siklus penelitian ini dapat dilihat dalam diagram berikut:


(23)

Gambar I: Alur Pelaksanaan PTK Adaptasi dari Hamdani (2008: 52)

Pelaksanaan

Perencanaan

SIKLUS III

Pengamatan

Refleksi Refleksi Pelaksanaan

SIKLUS I

Perencanaan Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

SIKLUS II

Pengamatan Perencanaan


(24)

3.1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik dan pendidik kelas IV SDN Labuhan Ratu IX tahun pelajaran 2011/2012 terdiri dari 11 orang peserta didik laki-laki dan 9 orang peserta didik perempuan sehingga jumlah keseluruhan adalah 20 orang peserta didik.

3.2. Setting Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Labuhan Ratu IX, Lampung Timur, Provinsi Lampung.

3.1.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 dan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, dimulai dari bulan Agustus tahun 2011 dan berakhir dibulan Januari tahun 2012.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan seluruh data yang telah diperoleh melalui:

1) Teknik Tes

Pada teknik ini instrumen yang digunakan yaitu tes hasil belajar berisi soal-soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik.


(25)

2) Teknik Non Tes

Pada teknik ini instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi untuk mengamati aktivitas peserta didik dan kinerja pendidik dalam proses pembelajaran.

3.4. Sumber Data

1) Peserta didik

Diteliti dengan menggunakan instrumen lembar observasi dan tes hasil belajar. Lembar observasi berupa data kualitatif sedangkan tes hasil belajar berupa data kuantitatif yang berbentuk skor.

2) Pendidik

Diteliti dengan menggunakan lembar observasi, berupa data kualitatif.

3.5. Alat Pengumpulan Data

1) Non tes yaitu lembar observasi untuk mengamati aktivitas peserta didik dan kinerja pendidik saat pembelajaran dilaksanakan, hal ini dilaksanakan oleh pengamat (observer).

2) Tes (tugas menyelesaikan soal) digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah sesuai dengan penerapan strategi Cooperative Learning tipe STAD.

3.6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif akan digunakan untuk


(26)

menganalisis data presentase aktivitas peserta didik dan kinerja pendidik dalam proses pembelajaran. Presentase aktivitas memiliki kriteria keberhasilan pada tabel berikut ini:

Tabel 1: Kriteria Keberhasilan Aktivitas Peserta Didik dan Kinerja Pendidik dalam (%)

No Tingkat Keberhasilan Keterangan

1 > 80 % Sangat Tinggi

2 60 - 79 % Tinggi

2 40 – 59 % Sedang

4 20 – 39 % Rendah

5 < 20 % Sangat Rendah

(Sumber: Aqib dkk, 2009: 41)

Sedangkan analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan belajar peserta didik dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan peserta didik. Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik dapat dihitung dengan menggunakan rumus rata-rata hitung

N

Xi

X

Keterangan:

X = Rata-rata hitung nilai N = Banyaknya peserta didik Xi = Nilai peserta didik (Herrhyanto, dkk., 2009: 4.2)


(27)

3.7. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan aktivitas dan nilai pada mata pelajaran Matematika di setiap siklusnya. Peneliti menargetkan penelitian ini dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah peserta didik telah mencapai KKM, hal ini berdasar pada Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) dalam Arikunto (2007: 250) yang menyatakan para peserta didik diharapkan dapat menguasai bahan sekurang-kurangnya 75%, atau dengan kata lain setiap peserta didik diharapkan dapat mencapai sekurang-kurangnya 75% tujuan instruksional khusus yang ditentukan.

3.8. Urutan Penelitian Tindakan Kelas

3.8.1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan ini yaitu:

1) Peneliti bersama pendidik mengadakan diskusi untuk membuat kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran berdasarkan penerapan strategi pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD.

2) Mempersiapkan kelengkapan yang digunakan dalam proses pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Cooperative Learning tipe STAD


(28)

dan materi pokok yang telah ditetapkan, yaitu sifat-sifat operasi hitung bilangan.

3) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

4) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan dipelajari kelompok dan lembar jawaban.

5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan atau aktivitas pendidik dan peserta didik selama pembelajaran berlangsung.

6) Menyiapkan lembar evaluasi tes hasil belajar matematika untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yaitu pelaksanaan skenario pembelajaran yang termuat dalam RPP. Secara umum tahap-tahap pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD, yaitu sebagai berikut:

1) Pendidik menyiapkan materi pembelajaran dalam belajar kooperatif dengan menggunakan strategi pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD, yaitu materi sifat-sifat operasi hitung bilangan. Sebelum manyajikan materi pembelajaran, pendidik membuat LKS yang akan dipelajari oleh kelompok, serta membuat lembar jawaban. Kemudian pendidik membagi peserta didik ke dalam kelompok, yang


(29)

masing-masing kelompok terdiri atas 5 orang, dengan cara mengurutkan peserta didik dari atas kebawah berdasarkan kemampuan akademiknya dan daftar peserta didik yang telah diurutkan tersebut dibagi menjadi 4 bagian. Kemudian diambil satu peserta didik dari tiap bagian tersebut menjadi satu anggota kelompok. Selanjutnya, pendidik menentukan skor awal (dasar) dengan mengadakan tes pengetahuan awal sebelum peserta didik menerima materi pelajaran. Kemudian pendidik menyiapkan materi. Sebelum menyajikan materi pelajaran, pendidik dapat memulai dengan memancing pengetahuan peserta didik, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan memberikan motivasi untuk berkooperatif.

2) Melaksanakan kegiatan belajar kelompok. Dalam setiap kegiatan belajar kelompok, digunakan lembar tugas dan lembar kunci jawaban, yang masing-masing sebanyak dua lembar untuk setiap kelompok, dengan tujuan agar terjalin kerjasama diantara anggota kelompoknya. Lembar tugas diserahkan pada saat kegiatan belajar kelompok, sedangkan kunci jawaban diserahkan diakhir kegiatan kelompok atau setelah selesai dilaksanakan. Setelah menyerahkan lembar tugas, pendidik menjelaskan tahapan dan fungsi belajar kelompok dengan strategi pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD. Setiap peserta didik mendapat peran


(30)

memimpin anggota-anggota di dalam kelompoknya dengan harapan bahwa setiap anggota kelompok termotivasi untuk memulai pembicaraan dalam diskusi. Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok tersebut, yang dilakukan dengan mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan kelas oleh wakil dari masing-masing kelompok. Pada tahap kegiatan ini, diharapkan terjadi interaksi antar anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok yang lain untuk melengkapi jawaban kelompok tersebut.

3) Pelaksanaan tes individu. Setiap peserta didik harus mengetahui dan memperhatikan kemampuannya serta menunjukkan apa yang mereka peroleh dari kegiatan kelompok tersebut, yaitu dengan cara menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Dalam kegiatan ini peserta didik tidak diperkenankan bekerjasama dalam menjawab soal-soal yang diberikan.

4) Perhitungan skor perkembangan individu. Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh pendidik untuk mengetahui hasil tes yang telah dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan membuat daftar skor perkembangan individu. Skor ini digunakan untuk menentukan skor perkembangan kelompok, yaitu untuk menentukan predikat bagi penghargaan kelompok. Pemberian skor perkembangan


(31)

individu, sesuai dengan pedoman yang ditetapkan sebagai berikut :

a) Lebih dari 10 poin di bawah skor awal, skor perkembangan individu 5

b) 10 poin hingga 1 poin di bawah skor awal, skor perkembangan individu 10

c) Sampai 10 poin di atas skor awal, skor perkembangan individu 20

d) Lebih dari 10 poin di atas skor awal, skor perkembangan 30

e) Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal), skor perkembangan 30

5) Pemberian penghargaan kelompok, skor perkembangan kelompok merupakan sumbangan dari skor perkembangan individu yang telah didapat. Perhitungan skor perkembangan kelompok dihitung dengan cara menjumlahkan tiap perkembangan skor individu, kemudian dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Berdasarkan nilai rata-rata perkembangan tersebut, dikelompokkan menjadi tiga tingkatan penghargaan, yaitu (1) kelompok dengan skor rata-rata 15, sebagai kelompok baik (good team), (2) kelompok dengan skor rata-rata 20, sebagai kelompok hebat (grat team), dan (3) kelompok dengan skor rata-rata 25, sebagai kelompok super (super team).


(32)

Pada akhir pembelajaran, pendidik bersama peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari, kemudian diberikan Pekerjaan Rumah (PR), yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari tersebut.

c. Tahap Pengamatan (Observasi)

Observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas peserta didik dan aktivitas atau kinerja pendidik selama proses pembelajaran berlangsung. d. Tahap Analisis dan Refleksi

Tahap ini dilakukan peneliti yaitu menganalisis pembelajaran matematika dengan Cooperative Learning tipe STAD. Merefleksi aktivitas pseserta didik dan kinerja pendidik, serta hasil belajar peserta didik dengan berdasar pada KKM yang telah ditetapkan yaitu 55. Analisis dan refleksi ini dilakukan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

3.8.2. Siklus II

Siklus II pelaksanaannya dilakukan setelah melakukan refleksi siklus I. Setelah dilakukan refleksi pada siklus I, kemudian pada tahap perencanaan siklus II dilakukan perbaikan dari kekurangan yang dialami pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pembelajaran yang akan dilakukan yaitu:

a) Pendidik membagi kelas menjadi 4 kelompok dengan anggota 5 orang setiap kelompoknya.


(33)

b) Pada siklus II ini materi yang dipelajari yaitu membandingkan dan mengurutkan bilangan.

c) Setiap kelompok diberi LKS untuk dikerjakan kelompok, berisi tentang perintah membandingkan dan mengurutkan bilangan. d) Pelaksanaan dan penilaiannya berpedoman pada strategi

pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD.

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh tim peneliti, berdasarkan data hasil observasi dan evaluasi (hasil belajar), selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Jika tujuan yang ingin dicapai belum tercapai, maka dilanjutkan dengan siklus berikutnya.

3.8.3. Siklus III

Siklus III pelaksanananya dilakukan setelah melakukan refleksi siklus II. Setelah dilakukan refleksi pada siklus II, kemudian pada tahap perencanaan siklus III dilakukan perbaikan dari kekurangan yang dialami pada siklus II. Pelaksanaan tindakan pembelajaran yang akan dilakukan yaitu:

a) Pendidik membagi kelas menjadi 4 kelompok dengan anggota 5 orang setiap kelompoknya.

b) Pada siklus III ini materi yang dipelajari yaitu perkalian dan pembagian bilangan.

c) Setiap kelompok diberi LKS untuk dikerjakan kelompok, berisi tentang perintah mengenai perkalian dan pembagian bilangan.


(34)

d) Pelaksanaan dan penilaiannya berpedoman pada strategi pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD.

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh tim peneliti berdasarkan data hasil observasi dan evaluasi, selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap peserta didik kelas IV mata pelajaran Matematika SDN Labuhan Ratu IX dapat disimpulkan :

1) Penerapan Cooperative Learning tipe STAD dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas IV SDN Labuhan Ratu IX, hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada peserta didik mulai dari siklus I sampai siklus III, dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari nilai siklus I yaitu 52.70% menjadi 67.83% dan nilai rata-rata siklus III meningkat menjadi 84.43%.

2) Penerapan Cooperative Learning tipe STAD dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar kelas peserta didik kelas IV SDN Labuhan Ratu IX, hal ini sesuai dengan nilai hasil belajar yang telah peroleh peserta didik pada siklus I sampai siklus III, dimana nilai rata-rata siklus II meningkat dari nilai siklus I yaitu 50.25 menjadi 63.75 dan nilai rata-rata siklus III meningkat menjadi 66.00, sedangkan ketuntasan belajar meningkat


(36)

dari 10 peserta didik (50.00%) disiklus I menjadi 15 peserta didik (75.00%) di siklus II dan pada siklus III meningkat menjadi 17 peserta didik (85.00%) meskipun pada umumnya masih belum mendapat nilai yang sempurna.

5.2. Saran

1) Kepada pendidik, untuk senantiasa menerapkan pembelajaran kelompok (Cooperative Learning), khususnya tipe STAD dalam proses pembelajaran, karena dengan belajar kelompok peserta didik akan lebih termotivasi, dan tercipta pembelajaran yang aktif, melibatkan langsung peserta didik dalam penerapan STAD, serta peserta didik lebih antusias dan semangat karena dalam kelompok STAD anggotanya bersifat heterogen, yaiu terdiri dari peserta didik yang berkemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah.

2) Kepada sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran yang masih belum ada, agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, Nahromi dan Maulana. 2006. Pemecahan masalah Matematika. UPI Press. Bandung.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Dirjen dikti. Jakarta.

Baharudin dan Nur, Esa. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Arruz Media. Jakarta. Bahri, Syaiful dkk. 2006. Strategi Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Dzaki, Muhammad Faiq. Aktivitas Belajar Pada Model Pembelajaran Kooperatif.

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/aktivitas-belajar-pada-model.html.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Bandung.

Hamdani, Nizar Alam dkk. 2008. Classroom Action Research. Rahayasa Research and Training. Garut.

Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Statistik Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta Ibrahim, Muslim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. UNESA. Surabaya.

Info. Pengertian Cooperative Learning. http://info09oelum. blogspot. Com /2009/10/pengertian-cooperative-learning_10.html.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Juliantara, Ketut. Aktivitas Belajar. Kompasiana. April. 2010. 25 Februari 2011. http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/aktivitas-belajar/.

Junaidi, Wawan. Aktivitas Belajar Siswa. 25 Februari 2011. http:// webcache.


(38)

googleusercontent.com/search?q=cache:sFX9bQCgtjUJ:wawan-

junaidi.blogspot.com/2010/07/aktivitas-belajar-siswa.html+AKTIVITAS+BELAJAR&hl=id&client=firefox-a&gl=id&strip=1. Lampung, Universitas. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Lapono, Nabisi dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Masthoni. Melihat Kembali Definisi dan Deskripsi Matematika. http:// masthoni. wordpress.com/2009/07/12/melihat-kembali-definisi-dan-deskripsi-matematika/. Munawar, Indra. Hasil Belajar Pengertian dan Definisi. http://indramunawar.

blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html.

Pengertian definisi hasil belajar dari beberapa ahli pendidikan http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2046047-pengertian-definisi-hasil-belajar-dari/.

Rachmadi, Widiarto. 2004. Model-model Pembelajaran Matematika SMP. PPG Matematika. Yogyakarta.

Rangkuman Pelajaran. Matematika Bangun Ruang. 25 Februari 2011. http://rangkuman-pelajaran.blogspot.com/2008/12/matematika-bangun-ruang.html.

Sadiman, Arief S dkk. 2006. Media Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Slavin, Robert. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media.

Bandung.

Suharjana, Agus. 2008. Mengenal Bangun Ruang dan Sifat-sifatnya di Sekolah Dasar. Pusat pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Yogyakarta.

Suwangsih, Erna. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI Press. Bandung.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya Pena Gemilang. Malang.

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Titin. Cooperative Learning. http://titin.student.fkip.uns.ac.id/cooperative-learning/. Wardhani, IGAK, dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta Wikipedia. Matematika. http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika.


(39)

ii ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE

STAD PADA MATEMATIKA KELAS IV SDN LABUHAN RATU IX TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh RISTIANA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika peserta didik kelas IV SDN Labuhan Ratu IX. Hasil belajar dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 55. Sehingga penulis menggunakan strategi belajar kelompok (Cooperative Learning), karena diyakini mampu meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran di kelas serta meningkatkan hasil belajar peserta didik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang difokuskan pada situasi kelas. Penelitian ini berlangsung dengan tiga siklus yaitu siklus I, siklus II dan siklus III.

Penulis menggunakan strategi Cooperative Learning tipe STAD yaitu pembelajaran yang menempatkan peserta didik dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat peserta didik yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah, serta variasi jenis kelamin dan suku.

Teknik pengumpulan data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Alat pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar. Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, melalui strategi Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika peserta didik kelas IV SDN Labuhan Ratu IX. Aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran terlihat semakin meningkat, pada siklus I adalah 52.70%, siklus II 67.83%, dan pada siklus III 84.43%. Begitu pula dengan hasil belajar matematika meningkat pada tiap siklusnya, rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 50.25, siklus II sebesar 63.75 sedangkan pada siklus III sebesar 66.00. Penggunaan strategi Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.


(40)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

PESERTA DIDIK MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE

STAD PADA MATEMATIKAKELAS IV SDN LABUHAN

RATU IXTAHUN PELAJARAN 2011/2012

Skripsi

Oleh RISTIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(41)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE

STAD PADA MATEMATIKAKELAS IV SDN LABUHAN RATU IXTAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh RISTIANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(42)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Siklus Penelitian oleh Ebbut, Mc Kernan, Kemmis dan Taggart ... 23 2. Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Peserta Didik Per-Siklus .. 92 3. Grafik Rekapitulasi Persentase Kinerja Pendidik Per-Siklus ... 95 4. Grafik Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

Peserta Didik ... 99 5. Grafik Rekapitulasi Persentase Nilai Rata-Rata Hasil Belajar


(43)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Belajar ... 8

2.2 Aktivitas Belajar ... 10

2.3 Hasil Belajar ... 11

2.4 Strategi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 12

2.5 Strategi Cooperative Learning tipe Student Team Achievement Division (STAD) ... 15

2.6 Matematika ... 18

2.7 Hipotesis Tindakan ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Subjek Penelitian ... 24

3.2 Setting Penelitian ... 24

3.2.1 Tempat Penelitian... 24

3.2.2 Waktu Penelitian ... 24

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.4 Sumber Data ... 25

3.5 Alat Pengumpulan Data ... 25

3.6 Teknik Analisis Data ... 25

3.7 Indikator Keberhasilan ... 26

3.8 Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 27


(44)

xv

3.8.3 Siklus III ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Prosedur Penelitian ... 35

4.1.1 Deskripsi Awal ... 35

4.1.2 Refleksi Awal ... 36

4.1.3 Persiapan Pembelajaran ... 36

4.2 Hasil Penelitian ... 37

4.2.1 Siklus I ... 37

4.2.2 Siklus II ... 55

4.2.3 Siklus III ... 73

4.3 Pembahasan ... 90

4.3.1 Aktivitas Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran ... 90

4.3.2 Kinerja Pendidik dalam Proses Pembelajaran ... 93

4.3.3 Hasil Belajar Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

5.1 Kesimpulan ... 103

5.2 Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(45)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria Keberhasilan Aktivitas Peserta Didik dan Pendidik

dalam (%) ... 26

2. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik dalam Kelompok (Siklus I Pertemuan I) ... 41

3. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik dalam Kelompok (Siklus I Pertemuan II) ... 43

4. Persentase Aktivitas Peserta Didik Siklus I ... 44

5. Hasil Observasi Kinerja Pendidik pada Siklus I Pertemuan I ... 45

6. Hasil Observasi Kinerja Pendidik pada Siklus I Pertemuan II ... 47

7. Persentase Kinerja Pendidik Siklus I ... . 49

8. Data Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I ... 50

9. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I ... 51

10.Data Nilai Perkembangan Skor Kelompok Siklus I ... . 52

11.Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik dalam Kelompok (Siklus II Pertemuan I) ... 59

12.Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik dalam Kelompok (Siklus II Pertemuan II) ... 61

13.Persentase Aktivitas Peserta Didik Siklus II ... 62

14.Hasil Observasi Kinerja Pendidik pada Siklus II Pertemuan I ... 63

15.Hasil Observasi Kinerja Pendidik pada Siklus II Pertemuan II ... 65

16.Persentase Kinerja Pendidik Siklus II ... . 67

17.Data Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II ... 68

18.Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II... 69

19.Data Nilai Perkembangan Skor Kelompok Siklus II ... . 70

20.Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik dalam Kelompok (Siklus III Pertemuan I) ... 78

21.Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik dalam Kelompok (Siklus III Pertemuan II) ... 79

22.Persentase Aktivitas Peserta Didik Siklus III ... 81

23.Hasil Observasi Kinerja Pendidik pada Siklus III Pertemuan I ... 82

24.Hasil Observasi Kinerja Pendidik pada Siklus III Pertemuan II ... 83

25.Persentase Kinerja Pendidik Siklus III ... . 85

26.Data Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus III ... 86

27.Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik Siklus III ... 87

28.Data Nilai Perkembangan Skor Kelompok Siklus III ... . 88

29.Rekapitulasi Persentase Aktivitas Peserta Didik Per-Siklus ... 90


(46)

xvii

Per-Siklus ... 97 32.Rekapitulasi Persentase Hasil Belajar Peserta Didik Per-Siklus ... 100


(47)

(48)

(49)

viii MOTTO

“Hidup adalah hari ini, bukan besok atau kemarin, jadi lakukan yang terbaik untuk hari ini juga”

(Ghandi)

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain)”

(Q.S. Al Insyirah: 7)

“Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (Q.S. Al Insyirah: 8)


(50)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan kerendahan hati skripsi ini ku persembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Suyadi dan Ibu Nasriyah yang senantiasa selalu mendoakanku menuju kesuksesan, memberikan motivasi dan nasihat yang sangat berarti dalam hidupku, selalu menyertaiku dalam segala hal, memberikan segala yang terbaik untukku, semua hal yang mendukung kesuksesanku, semoga Allah Swt memberikan yang terbaik untuk keduanya, mencintai dan menyayanginya, serta mengampuni segala dosa-dosa keduanya. Amin. Dari lubuk hati yang paling dalam ku ucapkan terimakasih kepada kedua orang tuaku.

2. Adikku tersayang Imada Ayu Damayanti (si cubby, anchy) yang senantiasa mendoakanku menuju kesuksesan, terimakasih atas dukungannya, semoga Allah Swt selalu menyayanginya dan memberikan yang terbaik untuk kesuksesannya kelak dan menjadikan dia anak yang selalu berbakti kepada kedua orang tua. Amin.

3. Bapak dan Ibu dosen beserta staf, yang telah mendidik dan membekali Ilmu Pengetahuan yang sangat bermanfaat dalam kehidupanku. Terimaksih atas segala bimbingan dan bantuannya selama ini, semoga apa yang telah diberikan dapat bermanfaat bagi kita semua dan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah Swt. Amin.


(51)

x

mengarahkanku pada hal-hal yang positif. Terimakasih atas dukungan yang sangat berharga untukku, semoga Allah Swt membalas amal ibadahmu dan dikabulkan semua doamu. Amin.

5. Sahabat-sahabatku senasib seperjuangan yang tak dapat ku sebutkan satu persatu. Semoga ilmu yang telah kita dapatkan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.


(52)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Labuhan Ratu VI, Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung, pada tanggal 30 Desember 1989. Merupakan anak sulung dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Suyadi dan Ibu Nasriyah.

Penulis mengenal pendidikan pertama di Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Labuhan Ratu VI Kecamatan Way Jepara yang diselesaikan pada tahun 1995. Dilanjutkan dengan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri Labuhan Ratu VI diselesaikan pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Way Jepara yang diselesaikan pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Way Jepara diselesaikan pada tahun 2007.

Setelah pendidikannya di SMA, penulis melanjutkan pendidikannya, yaitu pada tahun 2007 penulis mengikuti tes SPMB Universitas Lampung dan terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung Program Studi S-1 PGSD.


(53)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ” Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik melalui Cooperative Learning Tipe STAD pada Matematika Kelas IV SDN Labuhan Ratu IX Tahun Pelajaran 2011/2012” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik isi maupun penulisan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis butuhkan dari semua pihak.

Penyusunan skripsi ini dapat tercipta berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.; selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis dalam menempuh pendidikan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd.; selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta staf.

3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd.; selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung.


(54)

xii

memberikan kami motivasi dan saran-saran yang sangat bermanfaat.

5. Ibu Dra. Nelly Astuti, M.Pd.; selaku Dosen Pembimbing I, yang telah membimbing dan memberikan arahan dengan sangat bijaksana.

6. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd.; selaku Dosen Pembimbing II, yang telah membimbing dan memberikan motivasi yang sangat bermanfaat.

7. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd.; selaku Dosen Pembahas dalam penyusunan skripsi ini, yang telah memberikan motivasi dan saran-saran yang sangat bermanfaat bagi penulis.

8. Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd.; selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah memberikan saran-saran yang bermanfaat.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

10.Bapak Plt. Kepala SDN Labuhan Ratu IX, serta Dewan Guru dan Staf Administrasi yang telah membantu penulis selama penelitian guna penyusunan skripsi ini.

11.Ibu Mujiyati, selaku teman sejawat yang banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

12.Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan sangat berarti, baik moral maupun material demi kesuksesan studi penulis.

13.Rekan-rekan penulis yang telah berjuang bersama-sama demi pencapaian kesuksesan masa depan.


(55)

xiii

Allah Swt. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pengetahuan dalam dunia pendidikan yang senantiasa terdapat tantangan yang harus dihadapi seiring dengan kemajuan zaman, khususnya para pendidik sebagai acuan dalam pengembangan pembelajaran di kelas dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.

Metro, Januari 2012 Penulis

Ristiana


(1)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan kerendahan hati skripsi ini ku persembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Suyadi dan Ibu Nasriyah yang senantiasa selalu mendoakanku menuju kesuksesan, memberikan motivasi dan nasihat yang sangat berarti dalam hidupku, selalu menyertaiku dalam segala hal, memberikan segala yang terbaik untukku, semua hal yang mendukung kesuksesanku, semoga Allah Swt memberikan yang terbaik untuk keduanya, mencintai dan menyayanginya, serta mengampuni segala dosa-dosa keduanya. Amin. Dari lubuk hati yang paling dalam ku ucapkan terimakasih kepada kedua orang tuaku.

2. Adikku tersayang Imada Ayu Damayanti (si cubby, anchy) yang senantiasa mendoakanku menuju kesuksesan, terimakasih atas dukungannya, semoga Allah Swt selalu menyayanginya dan memberikan yang terbaik untuk kesuksesannya kelak dan menjadikan dia anak yang selalu berbakti kepada kedua orang tua. Amin.

3. Bapak dan Ibu dosen beserta staf, yang telah mendidik dan membekali Ilmu Pengetahuan yang sangat bermanfaat dalam kehidupanku. Terimaksih atas segala bimbingan dan bantuannya selama ini, semoga apa yang telah diberikan dapat bermanfaat bagi kita semua dan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah Swt. Amin.


(2)

x

4. Seseorang yang ada dihatiku, yang telah memberikanku motivasi dan mengarahkanku pada hal-hal yang positif. Terimakasih atas dukungan yang sangat berharga untukku, semoga Allah Swt membalas amal ibadahmu dan dikabulkan semua doamu. Amin.

5. Sahabat-sahabatku senasib seperjuangan yang tak dapat ku sebutkan satu persatu. Semoga ilmu yang telah kita dapatkan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.


(3)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Labuhan Ratu VI, Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung, pada tanggal 30 Desember 1989. Merupakan anak sulung dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Suyadi dan Ibu Nasriyah.

Penulis mengenal pendidikan pertama di Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Labuhan Ratu VI Kecamatan Way Jepara yang diselesaikan pada tahun 1995. Dilanjutkan dengan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri Labuhan Ratu VI diselesaikan pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Way Jepara yang diselesaikan pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Way Jepara diselesaikan pada tahun 2007.

Setelah pendidikannya di SMA, penulis melanjutkan pendidikannya, yaitu pada tahun 2007 penulis mengikuti tes SPMB Universitas Lampung dan terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung Program Studi S-1 PGSD.


(4)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ” Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik melalui Cooperative Learning Tipe STAD pada Matematika Kelas IV SDN Labuhan Ratu IX Tahun Pelajaran 2011/2012” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik isi maupun penulisan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis butuhkan dari semua pihak.

Penyusunan skripsi ini dapat tercipta berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.; selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis dalam menempuh pendidikan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd.; selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta staf.

3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd.; selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung.


(5)

xii

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd.; selaku Ketua UPP Metro S1 PGSD yang telah memberikan kami motivasi dan saran-saran yang sangat bermanfaat.

5. Ibu Dra. Nelly Astuti, M.Pd.; selaku Dosen Pembimbing I, yang telah membimbing dan memberikan arahan dengan sangat bijaksana.

6. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd.; selaku Dosen Pembimbing II, yang telah membimbing dan memberikan motivasi yang sangat bermanfaat.

7. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd.; selaku Dosen Pembahas dalam penyusunan skripsi ini, yang telah memberikan motivasi dan saran-saran yang sangat bermanfaat bagi penulis.

8. Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd.; selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah memberikan saran-saran yang bermanfaat.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

10.Bapak Plt. Kepala SDN Labuhan Ratu IX, serta Dewan Guru dan Staf Administrasi yang telah membantu penulis selama penelitian guna penyusunan skripsi ini.

11.Ibu Mujiyati, selaku teman sejawat yang banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

12.Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan sangat berarti, baik moral maupun material demi kesuksesan studi penulis.

13.Rekan-rekan penulis yang telah berjuang bersama-sama demi pencapaian kesuksesan masa depan.


(6)

xiii

Semoga amal baik Bapak, Ibu dan Saudara-saudara mendapat balasan dari Allah Swt. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pengetahuan dalam dunia pendidikan yang senantiasa terdapat tantangan yang harus dihadapi seiring dengan kemajuan zaman, khususnya para pendidik sebagai acuan dalam pengembangan pembelajaran di kelas dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.

Metro, Januari 2012 Penulis

Ristiana


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD PADA MATEMATIKA KELAS IV SDN LABUHAN RATU IX TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VA SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 57

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LEMATANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 36

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 3 KEBAGUSAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 55

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SINAR SEMENDO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 48

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT KELAS IV SD NEGEI 08 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2009/201

0 9 10

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 1 PRINGSEWU UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 27 82

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN COOPERATIVE LEARNING TIPE COOPERATIVE SCRIPT PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DIKELAS IV SDN 1 TALANG JAWA KECAMATAN MERBAU MATARAM KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 28

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SDN 2 NEGARA RATU LAMPUNG SELATAN TAHUN 2015/2016

0 2 68

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING DI KELAS IV SDN 29 SUNGAI LIMAU

0 1 10