PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VA SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 Sistem Pendidikan Nasional tertera bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB II pasal 3 Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas dalam Suwarjo 2008:127).

Dalam mewujudkan fungsi dan tujuan dari undang-undang No. 20 tahun 2003 serta pelaksanaan pendidikan di Sekolah Dasar, khususnya pada pembelajaran matematika yang merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Adapun tujuan dari mata pelajaran matematika, khususnya di sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI) agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,


(2)

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Aisyah, dkk., 2007: 1-4).

Dalam mewujudkan fungsi dan tujuan dari pelajaran matematika yang merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Oleh sebab itu untuk dapat mewujudkan tujuan dari pelajaran matematika khusus di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) siswa perlu untuk belajar matematika. Belajar matematika adalah belajar mengenal konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu (Bruner dalam Aisyah, dkk., 2007: 1-5).

Sehubungan dengan hal itu untuk dapat belajar mengenal konsep-konsep dan struktur-struktur matematika perlu adanya pembelajaran yang kondusif, efektif, dan menyenangkan yang diciptakan oleh guru agar siswa nyaman dan mudah menerima materi yang mereka pelajari. Pembelajaran yang kondusif, efektif dan menyenangkan dapat diciptakan oleh guru dengan menggunakan berbagai model, metode, dan media pembelajaran yang tepat.

Berdasarkan prasurvei yang dilakukan peneliti dan diskusi dengan guru kelas VA SDN 08 Metro Timur pada tanggal 18, 21, dan 23 November 2011 saat pembelajaran banyak siswa yang kurang aktif dan dalam proses pembelajaran sering terlihat guru yang aktif dan siswa yang pasif, hal ini terlihat dari kurangnya partisipasi siswa untuk bertanya dan membaca meskipun mereka telah memiliki buku sebagai sumber pembelajaran. Selain itu pada kegiatan diskusi dalam pembelajaran hanya siswa berkemampuan tinggi yang aktif sedangkan siswa yang memiliki kemampuan rendah cenderung pasif . Tidak hanya itu siswa yang aktif juga kurang peduli pada yang lain terbukti pada saat siswa


(3)

yang aktif selesai mengerjakan soal latihan yang diberikan guru mereka tidak mau mengajari temannya yang tidak dapat mengerjakan soal tersebut.

Hasil prasurvei dan diskusi dengan guru kelas VA SDN 08 Metro Timur yang dilakukan oleh peneliti, ada keterkaitan antara aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa kelas VA SDN 08 Metro Timur yang nilai rata-rata Ujian Mid Semesternya masih rendah yaitu sebesar 45,41. Sementara itu jumlah siswa yang belum mencapai KKM 15 siswa (55,56%) dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 50. Siswa yang tuntas adalah siswa yang memiliki aktivitas yang tinggi dalam proses pembelajaran sedangkan yang belum tuntas adalah siswa yang aktivitasnya dalam pembelajaran rendah.

Hal ini bukan hanya disebabkan oleh siswa yang kurang aktif tetapi juga disebabkan oleh guru yang belum menggunakan model-model pembelajaran secara bervariasi dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran terasa membosankan dan kurang menarik. Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mendorong siswa menjadi lebih aktif dan dituntut untuk bekerjasama dalam kelompoknya serta mengajari sesama temanya guna memecahkan berbagai masalah-masalah matematika.

Model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah model pembelajaran cooperative learning. Hal ini sejalan dengan Isjoni (2007: 16) yang mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

Menurut Rusman (2011: 213) ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran cooperative learning, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran


(4)

cooperative learning ini tidak berubah, jenis-jenis model tersebut adalah Student Teams Achievement Division (STAD), jigsaw, Investigasi Kelompok (Group Investigation), Make a Match (membuat pasangan), TGT (Teams Games Tournaments) dan model struktural.

Salah satu bentuk pembelajaran untuk kondisi di atas adalah model cooperative learning tipe jigsaw. Hal ini karena aktivitas-aktivitas yang ada pada model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw sangat mendukung. Aktivitas-aktivitas jigsaw adalah sebuah contoh saling ketergantungan sumber secara positif, karena dalam masing-masing home team tidak seorang pun dapat memperoleh semua informasi secara lengkap, masing-masing akan memperoleh potongan-potongan informasi dengan persepsi berbeda (Asma, 2006: 17).

Lie (dalam Rusman, 2011: 218) mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri”. Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran yang membentuk siswa ke dalam kelompok kecil yang mendorong siswa menjadi lebih aktif serta menitikberatkan pada kerja kelompok.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka peneliti melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul penelitian “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Cooperative Learning tipe Jigsaw Pada Pembelajaran Matematika Kelas VA SDN 08 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:


(5)

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas VA SDN 08 Metro Timur.

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas VA SDN 08 Metro Timur, yaitu 15 siswa (55,56%) yang belum mencapai KKM yang ditentukan yaitu 50.

3. Guru belum menggunakan model-model pembelajaran secara bervariasi, khususnya model cooperative learning tipe jigsaw.

4. Siswa yang pandai tidak mau mengajari temannya yang tidak dapat mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru.

5. Hanya siswa-siswa tertentu yang aktif dalam kegiatan diskusi kelompok.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pembelajaran matematika kelas VA SDN 08 Metro Timur dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?

2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pembelajaran matematika kelas VA SDN 08 Metro Timur dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:


(6)

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas VA SDN 08 Metro Timur dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas VA SDN 08 Metro Timur dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat: 1. Bagi Siswa

Melalui penerapan model cooperative learning tipe jigsaw diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dapat meningkat. Siswa juga dapat terbiasa dalam bekerjasama pada sebuah kelompok belajar serta memliki rasa tanggung jawab.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di kelasnya, serta menambah wawasan guru dalam menerapkan model cooperative learning tipe jigsaw.

3. Bagi SDN 08 Metro Timur

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui penerapan model cooperative learning tipe jigsaw sebagai salah satu inovasi model pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran matematika. 4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan serta wawasan peneliti dalam menerapkan model cooperative learning tipe jigsaw pada pembelajaran matematika.


(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw 1. Model Pembelajaran

Saat proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dari awal hingga akhir di kelasnya, pada dasarnya guru tersebut sedang menerapkan model pembelajaran. Model pembelajaran menurut Joice dan Weil (dalam Isjoni, 2007: 50) adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Sejalan dengan Jeyce dan Weil (dalam Rusman, 2011: 133) yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2011: 57). Menurut Suprijono (dalam Anonim, 2011) model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Mills (dalam Anonim, 2011) “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa model pembelajaran adalah cara atau bentuk pola yang akan digunakan dalam


(8)

proses pembelajaran yang mendorong seseorang atau kelompok untuk bertindak sesuai model yang digunakan oleh guru.

2. Model Cooperative Learning

Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya dalam Rusman, 2011: 203). Pembelajaran cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2011: 202).

Menurut Isjoni (2007: 16) Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

Pembelajaran cooperative learning merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas dalam Komalasari, 2011: 62). Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bennet dalam Suwangsih & Tiurlina (2006: 160) pembelajaran kooperatif menyangkut teknik pengelompokkan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari empat atau lima orang. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2011: 54)

Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning


(9)

ahap 1

Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar

ahap 2

Menyajikan Informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan

ahap 3

Mengorganisasikan Siswa ke dalam Kelompok-kelompok Belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien

ahap 4

Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

ahap 5

valuasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

ahap 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil individu dan kelompok

(sumber Rusman: 2011: 211)

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning sebagaimana dikemukakan Slavin (dalam Isjoni, 2007: 21) yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan cooperative learning merupakan strategi yang digunakan dalam pembelajaran dengan mengorganisir siswa ke dalam kelompok kecil yang setiap kelompoknya mempunyai kemampuan secara heterogen serta mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok.

3. Pengertian Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Arti jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja


(10)

sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama (Rusman 2011: 217). Sejalan dengan Isjoni (2007: 54) pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Slavin (2010: 246) mengemukakan bahwa jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel. Dan menurut Trianto (2009: 74) dalam belajar kooperatif tipe jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan.

Menurut Suwangsih & Tiurlina (2006: 164) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, setiap anggota kelompok ditugaskan mempelajari satu topik tertentu, kemudian akan bertemu dengan kelompok lain yang mempelajari topik yang sama. Setelah berdiskusi dan bertukar pikiran, para siswa kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan atau mendiskusikan apa yang telah dipelajarinya kepada teman-teman kelompoknya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa cooperative learning tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang mendorong siswa lebih aktif, dimana siswa, bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran, siswa dituntut bekerja sama positif dimana setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi atau mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Selain itu model cooperative learning tipe jigsaw memiliki kelompok awal dan kelompok ahli.

4. Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Dalam pembelajaran cooperative learning terdapat beberapa langkah-langkah pada implementasinya dalam proses pembelajaran. Begitu pula dalam model pembelajaran Cooperative learning tipe jigsaw.


(11)

Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw menurut Komalasari (2011: 65-66) yang juga sejalan sama dengan pendapat Stephen, Sikes, and Snapp (dalam Rusman, 2011: 220) yaitu sebagai berikut:

1. Siswa dikelompokkan ke dalam ± 4 orang anggota tim. 2. Tiap orang dalam tim diberi bagian yang berbeda

3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka.

5. Setelah selesai diskusi sebagian tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 7. Guru memberi evaluasi

8. Penutup

Menurut Miftahul Huda (2011: 118) mengemukakan bahwa teknis pelaksanaan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw yang pertama, setiap kelompok disajikan informasi yang sama. Kemudian, setiap anggota kelompok yang mendapatkan bagian persoalan yang sama berkumpul menjadi “kelompok ahli” untuk bersama-sama mempelajari dan memecahkan persoalan tersebut. Setelah itu, mereka kembali kekelompoknya masing-masing untuk mengajarkan topik yang lebih spesifik dari informasi tersebut kepada teman-teman satu kelompoknya. Pengajaran ini dibutuhkan agar dirinya dan teman-teman satu kelompoknya bisa siap mengahadapi ujian individu berikutnya. Setelah itu, setiap anggota diuji secara individual melalui kuis. Skor yang diperoleh setiap anggota dari hasil kuis ini akan menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka.

Sejalan dengan Slavin (2010: 241) yang juga mengemukakan bahwa kegiatan-kegiatan pengajaran dalam pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Membaca. Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi.

2. Diskusi kelompok-ahli. Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli.

3. Laporan tim. Para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya.

4. Tes. Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik.


(12)

5. Rekognisi tim. Skor tim dihitung seperti dalam STAD.

Kelompok asal

Kelompok Ahli Gambar 1 Posisi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Jigsaw

(sumber: Muncarno, 2009: 27)

Dengan demikian model cooperative learning tipe jigsaw merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa lebih aktif, dimana siswa, bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran, siswa dituntut bekerja sama positif dimana setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi atau mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Pelaksanaaannya terdiri dari 6 langkah seperti yang telah peneliti simpulkan dari berbagai pendapat para ahli, yaitu

1) siswa dibentuk kelompok yang heterogen beranggotakan 4-6 orang;

2) membaca dan mempelajari materi yang diminta untuk menemukan informasi; 3) siswa dengan materi yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam

kelompok ahli;

4) Setelah selesai para siswa dalam kelompok ahli kembali ke kelompok semula untuk mengajari atau menjelaskan materi mereka kepada teman satu timnya; 5) Siswa mengerjakan tes atau post test yang dikerjakan secara individual yang

mencakup semua materi yang telah dipelajari;

6) Menghitung perubahan nilai pre test siswa dengan nilai hasil post test. Kemudian nilai semua anggota kelompok dijumlah dan dirata-rata, sebagai nilai penghargaan kelompok.

A1 A2 A3 A4

B1 B2 B3 B4

C1 C2 C3 C4

D1 D2 D3 D4

A1 B1 C1 D1

A2 B2 C2 D2

A3 B3 C3 D3

A4 B4 C4 D4


(13)

Adapun indikator ketercapaian dalam penelitian ini yaitu siswa diharapkan untuk saling bekerja sama dalam diskusi atau belajar kelompok, membaca, memecahkan masalah, serta bertanggung jawab atas materi yang mereka pelajari dan juga bertanggung jawab untuk menyampaikan atau mengajari teman sekelompoknya.

B. Pengertian Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Belajar

Belajar adalah proses perubahan prilaku, dimana perubahan prilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan prilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor (Hernawan, dkk., 2007: 2). Selain itu, menurut Gagne dalam Purwanto (2010: 84) menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Morgan dalam Purwanto, 2010: 84).

Menurut pendangan kontruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari (Budiningsih, 2005: 58). Gagne dalam Dimyati & Mudjiono (2006: 10) mengatakan belajar adalah seperangkat proses kognitif, yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi, menjadi kapabiliti baru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun


(14)

psikomotor sebagai hasil belajarnya, sehingga terdapat perubahan sikap, tingkah laku dan cara berpikir seseorang tersebut.

2. Aktivitas Belajar

1) Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan faktor yang menentukan keberhasilan seorang siswa, karena pada dasarnya belajar adalah berbuat. Menurut Poerwadarminto (dalam Sigiharto, 2011) aktivitas adalah kegiatan atau kesibukan. Nasution (dalam Sugiharto, 2011) mengemukakan aktivitas adalah keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-duanya harus dihubungkan.

Sardiman (2008: 100) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Sejalan dengan apa yang dikemukakan di atas Rohani (2004: 6) juga mengemukakan bahwa belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.

Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain, atau bekerja, ia tidak hanya duduk, dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Dan aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu yang merupakan kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman lain (Dimyati & Mudjiono, 2006: 236-238).

2) Jenis-Jenis Aktivitas

Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi, antara lain Paul D. Dierich dalam Hamalik (2011: 90-91) membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut:

a) Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.

b) Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi. c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.


(15)

d) Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.

e) Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.

f) Kegiatan-kegiatan matrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.

g) Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.

h) Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas, dan bersifat tumpang tindih (Bruton dalam Hamalik, 2011: 91).

Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan atau proses keaktifan yang bersifat fisik yaitu giat-aktif dan tidak hanya pasif yang terjadi dalam proses kegiatan pembelajaran, dengan indikator membaca, memecahkan masalah, membantu teman, mengerjakan tes, kerja sama, tanggung jawab, keterampilan serta kreativitas.

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana mereka menguasai, memahami, serta mengerti materi yang mereka pelajari. Penilaian hasil merupakan bagian dari proses pembelajaran dimana guru dapat mengetahui keberhasilan siswa dan siswa dapat mengukur kemampuan yang ia peroleh. Menurut Dimyati & Mudjiono (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Bloom, dkk., dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 26-30) mengkategorikan jenis prilaku dan kemampuan internal akibat belajar ke dalam tiga ranah, diantaranya:


(16)

a. Ranah Kognitif, terdiri atas enam prilaku diantaranya: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah afektif, terdiri dari lima prilaku diantaranya: penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, serta pembentukan pola hidup. c. Ranah psikomotor terdiri dari tujuh prilaku diantaranya: persepsi, kesiapan,

gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa (berketerampilan), gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Menurut Suprijono (2010: 5) mengungkapkan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Anni (dalam Hananto, 2011) hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar. Sejalan dengan Sudjana (dalam Hananto, 2011) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil dari proses interaksi dalam pembelajaran yang terlihat dari perubahan prilaku serta nilai-nilai, apresiasi dan keterampilan setelah mengalami aktivitas belajar, dengan indikator ketercapaian dalam penelitian ini pada domain kognitif, afektif dan psikomotor.

C. Pengertian Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses yang terjadi pada saat kegiatan belajar mengajar. Menurut Komalasari (2011: 3) pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik, proses transaksional juga terjadi


(17)

antara siswa dengan siswa. Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima, dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran (Hernawan dkk., 2007: 3).

Surya (dalam Hernawan dkk., 2007: 3) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Sejalan dengan pendapat diatas Hamalik (Hernawan dkk., 2007: 3) juga menjelaskan bahwa pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang direncanakan oleh pengajar menggunakan prosedur dan metode agar dalam kegiatan belajar terjadi proses perubahan prilaku secara komprehensif serta memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2. Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi tolak ukur bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Sajaka, dkk., 2006: 2).

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar) (Suwangsih & Tiurlina, 2006: 3).

Suriasumantri (dalam Adjie & Maulana, 2006: 34) matematika adalah salah satu alat berpikir, selain bahasa, logika, dan statistika. Sejalan dengan Reys, dkk., dalam


(18)

Suwangsih & Tiurlina (2006: 4) matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.

James dan James (Suwangsih & Tiurlina, 2006: 4) mengemukakan matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.

Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika yang menuntut seseorang untuk berpikir nalar tentang konsep-konsep matematika yang saling berhubungan.

3. Pengertian Pembelajaran Matematika

Wardhani dkk. (2010: 1) menyebutkan bahwa, berdasarkan Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SD, kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah mempelajari mata pelajaran matematika antara lain penalaran (reasoning), pemecahan masalah (problem solving) dan komunikasi (communication).

Pembelajaran matematika di SD, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral, artinya pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu diajarkan dengan mengaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya.

2. Pembelajaran matematika bertahap, yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana menuju konsep-konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran matematika dimulai dari yang konkret, ke semi konkret dan akhirnya kepada konsep abstrak.

3. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif, sebagai contoh pengenalan bangun-bangun ruang tidak dimulai dari definisi, tetapi dimulai dengan memperhatikan contoh-contoh dari bangun tersebut dan mengenal namanya. Menentukan sifat-sifat yang terdapat pada bangun ruang tersebut sehingga didapat pemahaman konsep bangun-bangun ruang itu.

4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi, artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya.

5. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran yang mengutamakan pengertian daripada hafalan (Suwangsih & Tiurlina. 2006: 25-26).


(19)

Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran matematika di SD merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terprogram oleh guru sehingga terjadi proses perubahan prilaku yang komprehensif serta kemampuan berpikir dan penguasaan materi pelajaran pada siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: ”apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw dengan memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VA SDN 08 Metro Timur”.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu Action Research yang dilakukan dalam kelas (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Penlitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di kelas VA SDN 08 Metro Timur dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning tipe jigsaw. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai Guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. PTK ini juga dapat dilakukan dengan cara kaloboratif dan partisipatif (Prayitno, 2010: 40).

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah suatu proses pengkajian berbentuk siklus, siklus ini berlangsung beberapa kali hingga tercapai tujuan pembelajaran di kelas, bukan hanya satu kali berlansung. Daur penelitian tindakan kelas ini diawali dengan perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), mengobservasi (observing), dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya hingga perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (Hopkins dalam Arikunto, 2006: 105)

SIKLUS I

SIKLUS II Perencanaan

Pelaksanaa

Pengamata

Refleksi Pelaksanaa

Perencanaa Refleksi


(21)

Gambar 2 Diagram Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Modifikasi dari Arikunto (2006: 16)

B. Setting Penelitian

a) Tempat: SDN 08 Metro Timur, jalan Stadion 24A Tejosari, Metro Timur. Peneliti memilih SDN 08 Metro Timur karena SD ini merupakan Sekolah Standar Nasional dan guru SDN 08 Metro Timur hampir seluruhnya PNS yang sudah berpengalaman. Dari 23 orang guru hanya 5 orang saja yang merupakan guru tidak tetap (honorer). b) Waktu: penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012

selama 5 bulan, dimulai dari bulan Desember hingga April.

C. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dangan guru kelas VA SDN 08 Metro Timur. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN 08 Metro Timur pada semester genap. Jumlah siswa 27 siswa, terdiri atas 12 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.

D. Teknik Pengumpulan Data

SIKLUS III Pengamata

Refleksi Pelaksanaa

Perencanaa


(22)

Untuk mendapatkan data lengkap dan akurat dalam penelitian ini digunakan teknik tes dan non tes.

1) Teknik tes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data tentang hasil belajar siswa

2) Teknik non tes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data untuk mengumpulkan data aktivitas siswa dan guru.

E. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1) Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang sebagai alat kolaborasi peneliti dengan guru. Lembar ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.

2) Tes hasil belajar adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa khususnya terhadap materi yang telah diajarkan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus dianalisis untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran: 1) Analisis kualitatif, digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas:


(23)

� = �

Data aktivitas siswa diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran, data tersebut dicatat dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa. Data kualitatif pada lembar observasi kegiatan siswa dianalisis menggunakan teknik persentase:

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh oleh siswa

SM = Skor Maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap

(Sumber Purwanto, 2008: 102)

Setelah diperoleh persentase hasil kegiatan siswa, kemudian dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi seperti pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Kualifikasi Hasil Observasi Nilai Aktivitas (NA) Yang

Diperoleh Kualifikasi

80% ≤ NA ≤ 100% Sangat Aktif 60% ≤ NA < 80% Aktif 40% ≤ NA < 60% Cukup Aktif 20% ≤ NA < 40% Kurang Aktif

0% ≤ NA < 20% Sangat Kurang Aktif

(sumber Prayitno, 2010: 49)

b. Data kinerja guru dalam pembelajaran

Data kinerja guru diperoleh dari pengamatan langsung kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran di kelas. Analisis kualitatif pada lembar penilaian kinerja guru, menggunakan teknik persentase:


(24)

� = � Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor Maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap

(sumber Purwanto, 2009: 41)

Setelah diperoleh persentase mengenai kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran, kemudian dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi seperti pada tabel 3.

Tabel 3. Kualifikasi Hasil Observasi Nilai Kinerja (NK) Yang

Diperoleh Kualifikasi

80% ≤ NK ≤ 100% Sangat Baik

60% ≤ NK < 80% Baik

40% ≤ NK < 60% Cukup 20% ≤ NK < 40% Kurang

0% ≤ NK < 20% Sangat Kurang

(sumber Prayitno, 2010: 49)

2) Analisis Kuantitatif

a. Data yang didapat berupa data kuantitatif seperti tes hasil belajar siswa secara individual dengan menggunakan rumus:

Keterangan: = �


(25)

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

100 = Konstanta

(Sumber: Adaptasi Purwanto, 2008: 112)

b. Nilai rata-rata seluruh siswa didapat dengan menggunakan rumus: Rumus : �̅ = ∑

Keterangan:

�̅ = rata-rata hitung nilai n = banyaknya siswa Xi = nilai siswa

(Herrhyanto, dkk., 2009: 4.2)

c. Dan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal Ketuntasan klasikal = � ℎ � �

ℎ � ℎ � %

(Sumber: Purwanto, 2008: 102)

G. Prosedur Penelitian 1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti dan guru secara kolaboratif partisipatif melakukan kegiatan antara lain:

1) Membuat pemetaan, silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dengan materi mengubah pecahan ke bentuk pecahan lain.


(26)

2) Membuat perangkat pembelajaran berupa lembar topik, lembar kerja siswa (LKS), dan media pembelajaran.

3) Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran

4) Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran dan pedoman penskoran, berupa tes esai untuk setiap siklus

b. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw. Penerapan pembelajarannya mengacu pada RPP yang telah dibuat secara kolaboratif antara peneliti dengan guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw terdiri atas beberapa tahap, yaitu:

a) Kegiatan Awal

1) Menertibkan siswa.

2) Menentukan jumlah kelompok dan guru menginformasikan bahwa anggota kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen dari tinggi, sedang dan rendah serta pebedaan gender.

3) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan hasl belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.

4) Melakukan apersepsi serta memberikan motivasi

5) Memberikan pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa serta untuk mendapatkan skor awal siswa.


(27)

b) Kegiatan Inti Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, Guru:

1) Memfasilitasi siswa dengan menampilkan sebuah gambar yang berkaitan dengan pecahan.

2) Melibatkan siswa dalam mencari informasi mengenai bentuk desimal dan persen.

3) Meminta beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, Guru:

1) Meminta siswa berkumpul bersama kelompok yang telah di tentukan pada kegiatan awal.

2) Memfasilitasi setiap kelompok siswa dengan pemberian lembar topik. 3) Meminta siswa membaca dan mempelajari lembar topik yang telah

diberikan.

4) Meminta siswa membentuk kelompok ahli yang terdiri dari siswa siswi yang mendapatkan materi sama.

5) Memfasilitasi setiap kelompok ahli dengan pemberian lembar kerja siswa (LKS) dan menunjuk salah satu siswa sebagai pemimpin kelompok. 6) Memberikan kesempatan untuk siswa berpikir, menganalisis dan

menyelesaikan LKS yang diberikan.

7) Meminta semua siswa dari kelompok ahli untuk kembali kekelompok awal dan mengajari teman-teman satu kelompoknya tentang materi yang telah didiskusikan bersama kelompok ahli.


(28)

8) Memfasilitasi siswa melalui pemberian lembar soal post test serta lembar jawaban. (kegiatan ini dilakukan pada pertemuan III)

9) Memberikan kesempatan siswa untuk berpikir, menganalisis dan menyelesaikan post test yang diberikan (kegiatan ini dilakukan pada pertemuan III)

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Guru:

1) Melakukan tanya jawab pada siswa tentang materi yang belum dipahami siswa.

2) Bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman tentang materi yang telah dipelajari.

c) Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

1) Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dipelajari

2) Mengecek pemahaman siswa sebagai refleksi, secara acak menanyakan kepada beberapa siswa mengenai materi yang telah dipelajari.

c. Observasi

Pada tahap ini peneliti mengamati dan mencatat kegiatan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru pada kegiatan pembelajaran. Data yang diperoleh akan diolah, digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat, sehingga dapat direfleksikan untuk siklus selanjutnya yaitu siklus II.


(29)

d. Refleksi

Pada akhir siklus, dilaksanakan refleksi oleh peneliti untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil analisis yang dilaksanakan pada tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. Kemudian berdasarkan analisis hasil aktivitas siswa, kinerja guru dan hasil belajar dari siklus I, guru bersama peneliti merumuskan keunggulan dan kelemahan yang ada pada siklus I sebagai renungan yang dijadikan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada siklus II peneliti membuat rencana pembelajaran secara kolaboratif bersama guru seperti siklus sebelumnya berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran siklus I. Pada siklus ini yang membedakan adalah kompetensi dasarnya, siklus ini kompetensi dasar yang akan diajarkan adalah menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan.

b. Pelaksanaan

Pada siklus II ini kegiatan pembelajaran yang berlangsung hampir sama dengan siklus I, namun pada siklus II ini perbedaannya pada kompetensi dasar dan materi yang akan diajarkan. Adapun pelaksanaan pembelajarannya sebagai berikut: a) Kegiatan Awal


(30)

1) Menertibkan siswa.

2) Memberikan penghargaan kelompok pada kelompok super, sangat baik dan baik yang ditentukan dari hasil belajar siswa pada siklus I.

3) Menentukan jumlah kelompok dan guru menginformasikan bahwa anggota kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen dari tinggi, sedang dan rendah serta pebedaan gender.

4) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan hasl belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.

5) Melakukan apersepsi serta memberikan motivasi

6) Memberikan pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa serta untuk mendapatkan skor awal siswa.

b) Kegiatan Inti Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, Guru:

1) Memfasilitasi siswa dengan menampilkan sebuah gambar yang berkaitan dengan pecahan.

2) Melibatkan siswa dalam mencari informasi mengenai bentuk penjumlahan dan pengurangan pecahan.

3) Meminta beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, Guru:

1) Meminta siswa berkumpul bersama kelompok yang telah di tentukan pada kegiatan awal.


(31)

3) Meminta siswa membaca, mempelajari dan mencatat lembar topik yang telah diberikan.

4) Meminta siswa membentuk kelompok ahli yang terdiri dari siswa siswi yang mendapatkan materi sama

5) Memfasilitasi setiap kelompok ahli dengan pemberian lembar kerja siswa (LKS) dan menunjuk salah satu siswa sebagai pemimpin kelompok.

6) Memberikan kesempatan untuk siswa berpikir, menganalisis dan menyelesaikan LKS yang diberikan.

7) Meminta semua siswa dari kelompok ahli untuk kembali kekelompok awal dan mengajari teman-teman satu kelompoknya tentang materi yang telah didiskusikan bersama kelompok ahli.

8) Memfasilitasi siswa melalui pemberian lembar soal post test serta lembar jawaban. (kegiatan ini dilakukan pada pertemuan III)

9) Memberikan kesempatan siswa untuk berpikir, menganalisis dan menyelesaikan post test yang diberikan (kegiatan ini dilakukan pada pertemuan III)

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Guru:

1) Melakukan tanya jawab pada siswa tentang materi yang belum dipahami siswa.

2) Bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman tentang materi yang telah dipelajari.

c) Kegiatan Penutup


(32)

1) Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dipelajari

2) Mengecek pemahaman siswa sebagai refleksi, secara acak menanyakan kepada beberapa siswa mengenai materi yang telah dipelajari.

c. Observasi

Pada tahap ini peneliti mengamati dan mencatat kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru pada kegiatan pembelajaran. Data yang diperoleh akan diolah, digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat, sehingga dapat direfleksikan untuk siklus selanjutnya yaitu siklus III.

d. Refleksi

Pada akhir siklus, dilaksanakan refleksi oleh peneliti untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil analisis yang dilaksanakan pada tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. Kemudian berdasarkan analisis hasil aktivitas siswa, kinerja guru dan hasil belajar dari siklus II, guru bersama peneliti merumuskan keunggulan dan kelemahan yang ada pada siklus II sebagai renungan yang dijadikan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan siklus III.

3. Siklus III


(33)

Pada siklus III ini mulai dari tahap perencanaan hampir sama dengan siklus I dan II hanya kompetensi dasarnya adalah ”mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan dan materi yang diajarkan ”perkalian dan pembagian pecahan”. b. Pelaksanaan

Pada siklus III ini kegiatan pembelajaran yang berlangsung hampir sama dengan siklus II, namun pada siklus III ini perbedaannya pada kompetensi dasar dan materi yang akan diajarkan. Adapun pelaksanaan pembelajarannya sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

1) Menertibkan siswa.

2) Menentukan jumlah kelompok dan guru menginformasikan bahwa anggota kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen dari tinggi, sedang dan rendah serta pebedaan gender.

3) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan hasl belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.

4) Melakukan apersepsi serta memberikan motivasi

5) Memberikan pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa serta untuk mendapatkan skor awal siswa.

b) Kegiatan Inti Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, Guru:

1) Memfasilitasi siswa dengan menampilkan sebuah gambar yang berkaitan dengan pecahan.


(34)

2) Melibatkan siswa dalam mencari informasi mengenai bentuk penjumlahan dan pengurangan pecahan.

3) Meminta beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, Guru:

1) Meminta siswa berkumpul bersama kelompok yang telah di tentukan pada kegiatan awal.

2) Memfasilitasi setiap kelompok siswa dengan pemberian lembar topik. 3) Meminta siswa membaca, mempelajari dan mencatat lembar topik yang

telah diberikan.

4) Meminta siswa membentuk kelompok ahli yang terdiri dari siswa siswi yang mendapatkan materi sama

5) Memfasilitasi setiap kelompok ahli dengan pemberian lembar kerja siswa (LKS) dan menunjuk salah satu siswa sebagai pemimpin kelompok.

6) Memberikan kesempatan untuk siswa berpikir, menganalisis dan menyelesaikan LKS yang diberikan.

7) Meminta semua siswa dari kelompok ahli untuk kembali kekelompok awal dan mengajari teman-teman satu kelompoknya tentang materi yang telah didiskusikan bersama kelompok ahli.

8) Memfasilitasi siswa melalui pemberian lembar soal post test serta lembar jawaban. (kegiatan ini dilakukan pada pertemuan III)

9) Memberikan kesempatan siswa untuk berpikir, menganalisis dan menyelesaikan post test yang diberikan (kegiatan ini dilakukan pada pertemuan III)


(35)

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Guru:

3) Melakukan tanya jawab pada siswa tentang materi yang belum dipahami siswa.

4) Bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman tentang materi yang telah dipelajari.

c) Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

3) Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dipelajari

4) Mengecek pemahaman siswa sebagai refleksi, secara acak menanyakan kepada beberapa siswa mengenai materi yang telah dipelajari

c. Observasi

Pada tahap ini peneliti mengamati seluruh kegiatan dari awal hingga akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar aktivitas dan lembar kinerja guru. Hasil observasi ini kemudian akan diolah dan digeneralisasikan sehingga mendapatkan kesimpulan.

d. Refleksi

Peneliti melaksanakan refleksi terhadap siklus III dan menganalisisnya untuk menentukan kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(36)

H. Indikator Keberhasilan Penelitian

Penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dalam pembelajaran matematika dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila:

1) Persentase aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya, dan mencapai ≥ 75% yang aktif.

2) Adanya peningkatan rata-rata nilai setiap siklusnya,

3) Tingkat keberhasilan belajar siswa secara klasikal mencapai ≥75%, dengan kriteria ketuntasan minimun yang telah ditentukan sekolah yaitu sebesar 50.

(diadaptasi dari Depdiknas 2008: 5)


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas VA SDN 08 Metro Timur pada pembelajran matematika dengan penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat disimpulkan:

a) Penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SDN 08 Metro Timur. Secara berurutan persentase rata-rata setiap siklusnya mencapai 59,78% pada siklus I dengan kualifikasi ”Cukup Aktif”. Pada siklus II mencapai 72,05% dengan kualifikasi aktivitas ”Aktif”. Sedangkan pada siklus III aktivitas siswa lebih meningkat lagi yaitu sebesar 81,37% dengan kualifikasi aktivitas ”Sangat Aktif". b) Penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dalam pembelajaran matematika

dapat meningktakan hasil belajar siswa kelas VA SDN 08 Metro Timur. Hal ini sesuai dengan nilai hasil belajar yang telah dilakukan siswa pada siklus I sampai siklus III. Dimana nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I 56,11 pada siklus II terjadi peningkatan yaitu 66,11 dan pada siklus III nilai rata-rata mengalami peningkatan mencapai 74,67. Sedangkan ketuntasan belajar meningkat dari 17 siswa (62,96%) pada siklus I menjadi 20 siswa (74,07%) pada siklus II dan pada siklus III meningkat menjadi 24 siswa (88,89%).

B. Saran

a) Kepada siswa, untuk selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan selalu bekerjasama serta bertanggung jawab dalam mempelajari dan mengajarkan materi


(38)

kepada siswa lain serta dapat mempertahankan dan meningkatkan hasil belajar yang diperoleh.

b) Kepada Guru, disarankan untuk menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw yang disesuaikan dengan materi dalam setiap pembelajaran. Guru juga disarankan untuk dapat menanamkan prilaku bekerjasama dan tanggung jawab dalam diri siswa.

c) Kepada sekolah, disarankan untuk menerapkan model pembelajaran yang inovasi khususnya cooperative learning tipe jigsaw, agar dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain oleh guru-guru sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

d) Kepada peneliti, disarankan untuk dapat menerapkan model cooperative learning tipe jigsaw pada pembelajaran matematika kelak saat menjadi seorang guru, namun dengan memperhatikan materi yang sesuai dengan model cooperative learning tipe jigsaw.


(39)

1

DAFTAR PUSTAKA

Adjie & Maulana. 2006. Pemecahan Masalah Matematika. UPI PRESS. Bandung Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.

Depdiknas. Jakarta

Anonim. 2011. Pengertian Model Pembelajaran. Di akses 7 Desember 2011 dari:

(http://contohmodelterbaru.blogspot.com/2011/06/pengertian-model-pembelajaran.html. Tanggal akses 7 Desember 2011, @ 22.00 WIB).

Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Asma, Nur. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan

Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Depdiknas. 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelaajran. Dikti. Jakarta.

Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Hananto, Senno. 2011. Pengertian Hasil Belajar. dari:

(http://www.scribd.com/doc/51282702/Pengertian-Hasil-Belajar-Menurut-Para-Ahli. Tanggal akses7 Desember 2011, @ 20.00).

Hernawan, Herry dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI PRESS. Bandung.

Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Struktur Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta. Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika. PT. Remaja Rosdakarya. Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan Model

Penerapan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


(40)

2

Karya Tulis Ilmiah. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi. PT. Grafindo Persada. Jakarta.

Muncarno. 2009. Laporan Penelitian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Prayitno, dkk. 2010 Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas dalam Pembelajaran

Matematika di SD (Versi Ebook).

http://p4tkmatematika.org/2009/05/penelitian-tindakan-kelas-di-sd/. Tanggal akses 3 Desember 2011, @ 14.00 WIB).

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengejaran. PT. Rosdakarya. Bandung.

. 2010. Psikologi Pendidikan. PT. Rosdakarya. Bandung. Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Sajaka, Agus K, dkk. 2010. Matematika SMA Kelas XII. Yudhistira. Bogor.

Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slavin. Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media. Bandung.

Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sudarsono, 2011. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Jigsaw. dari (http://allforedu.blogspot.com/2011/07/pengertian-dan-karakteristik.html tanggal akses 24 Desember 2011, @ 13.13)

Sugiharto, 2011. Pengertian Aktivitas Belajar.

(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2162643-pengertian-aktivitas-belajar/#ixzz1flcgLpv3. Tanggal akses 6 Desember 2011, @ 22.47 WIB).


(41)

3

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suwangsih & Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI PRESS. Bandung.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa. Surya Gemilang. Malang.

Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Surabaya.

Wardhani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta. Wardhani, Sri dkk. 2010. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam

Pembelajaran Matematika di SD (versi ebook)

(http://ebook.p4tkmatematika.org/2010/06/pembelajaran-kemampuan-pemecahan-masalah-matematika-di-sd/. Tanggal akses 13 Desember 2011, @ 20.00 WIB).

Yasa, Doantara. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. dari:


(42)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VA SDN 08 METRO TIMUR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Skripsi

Oleh

FITKA AFRILLITA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(43)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VA SDN 08 METRO TIMUR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

FITKA AFRILLITA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(44)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Posisi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Jigsaw ... 13 2. Diagram Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas. ... 24 3. Diagram Kenaikan Rata-rata Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw ... 91 4. Diagram Kenaikan Rata-rata Kinerja Guru dalam Pembelajaran

Cooperative Learning Tipe Jigsaw ... 93 5. Diagram Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa. ... 95 6. Diagram Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa. .... 97


(45)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian . ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw ... 8

B. Pengertian Aktivitas dan Hasil Belajar ... 15

C. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 19

D. Hipotesis Tindakan. ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian. ... 23

B. Setting Penelitian ... 24

C. Subjek Penelitian. ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Alat Pengumpulan Data ... 25

F. Teknik Analisis Data ... 26

G. Prosedur Penelitian ... 29

H. Indikator Keberhasilan. ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil SDN 08 Metro Timur ... 42

B. Prosedur Penelitian ... 43

C. Hasil Penelitian. ... 45

1. Siklus I. ... 45

2. Siklus II. ... 61

3. Siklus III. ... 77


(46)

v Halaman BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan. ... 99 B. Saran ... 100 DAFTAR PUSTAKA


(47)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan ... 104

2. Surat Penelitian Pendahuluan ... 105

3. Surat Izin Penelitian. ... 106

4. Surat Pernyataan ... 107

5. Surat Keterangan Penelitian.. ... 108

6. Pemetaan/Analisis SK-KD ... 109

7. Silabus Pembelajaran ... 113

8. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I... 127

9. Lembar Topik Siklus I. ... 137

10. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 140

11. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II ... 156

12. Lembar Topik Siklus II. ... 166

13. Lembar Kerja Siswa Siklus II. ... 171

14. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus III.. ... 187

15. Lembar Topik Siklus III. ... 197

16. Lembar Kerja Siswa Siklus III. ... 202

17. Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I. ... 218

18. Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II. ... 219

19. Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I. ... 220

20. Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II. ... 221

21. Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan I. ... 222

22. Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan II. ... 223

23. Aspek-aspek Aktivitas Siswa. ... 224

24. Analisis Data Kinerja Guru siklus I, II, III. ... 225

25. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, III. ... 230

26. Rangkuman Penghargaan Tim Siklus I. ... 231

27. Rangkuman Penghargaan Tim Siklus II. ... 232

28. Rangkuman Penghargaan Tim Siklus III. ... 233


(48)

vi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Langkah-langlah Model Pembelajaran Cooperative Learning. ... 10

2. Kualifikasi Hasil Observasi Siswa ... 27

3. Kualifikasi Hasil Observasi Kinerja Guru ... 28

4. Aktivitas Siswa Siklus I ... 55

5. Kinerja Guru Siklus I ... 56

6. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 57

7. Aktivitas Siswa Siklus II ... 71

8. Kinerja Guru Siklus II ... 72

9. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 73

10.Aktivitas Siswa Siklus III. ... 85

11.Kinerja Guru Siklus III ... 86

12.Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 87

13.Rekapitulasi Aktivitas Siswa ... 90

14.Rekapitulasi Data Persentase Kinerja Guru ... 93

15.Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa. ... 94


(49)

MOTTO

دأاو مْلعلا مْيتي مْيتيلا لب هدلاو ت م ْدق يذَلا مْيتيلا سْيل

Bukanlah anak yatim itu yang telah meninggal orang tuanya, tapi

(sebenarnya) yatim itu adalah yatim ilmu dan budi pekerti. (pepatah Arab)

Education's purpose is to replace an empty mind with an open one.

(Malcolm S. Forbes)

Tidak ada yang tidak mungkin jika kita berniat, berusaha dan berdoa

(Fitka Afrillita)


(50)

HALAMAM PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: nama mahasiswa : Fitka Afrillita

NPM : 0813053030

jurusan : Ilmu Pendidikan program studi : S1 PGSD

fakultas : Keguruan dan Ilmu Penidikan

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Cooperative Learning tipe Jigsaw Pada Pembelajaran Matematika Kelas VA SDN 08 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah asli hasil penelitian saya kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Metro, 28 Mei 2012

Yang membuat pernyataan,

Fitka Afrillita NPM 0813053030


(51)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Muncarno, M.Pd.

Sekretaris : Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Alben Ambarita, M.Pd.

2. Dekan FKIP

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP 19600315 198503 1 003


(52)

Judul Skripsi : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Pada Pembelajaran Matematika Kelas VA SDN 08 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama : Fitka Afrillita

NPM : 0813053030

Program Studi : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Menyetujui : 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Muncarno, M.Pd Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd. NIP 19581213 198503 1 003 NIP 13176021 600000 0 000

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. NIP. 19510507 198103 1 002


(53)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VA SDN 08 METRO TIMUR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh

FITKA AFRILLITA

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VA SDN 08 Metro Timur. Siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum sebesar 55,56%, sementara itu nilai rata-rata kelas hanya sebesar 45,41. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe Jigsaw.

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas, yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus dengan 3 kali pertemuan. Alat pengumpulan data penelitian ini berupa lembar observasi dan tes hasil belajar. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran. Sedangkan tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learning tipe jigsaw pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus I aktivitas siswa berada pada kualifikasi cukup aktif dengan rata persentase 59,78%, siklus II kualifikasi aktif dengan rata-rata persentase 72,05% dan pada siklus III menjadi sangat aktif dengan rata-rata-rata-rata persentase 81,37%. Hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan pada siklus I yaitu sebesar 62,96% dengan rata-rata nilai 56,11, siklus II menjadi 74,07% dengan nilai rata-rata 66,11 dan pada siklus III meningkat menjadi 88,89% dengan rata-rata nilai menjadi 74,67. Peningkatan nilai rata-rata yang terjadi antara siklus I ke siklus II sebesar 10 dan siklus II ke siklus III sebesar 8,56. Kata kunci: model cooperative learning tipe jigsaw, aktivitas dan hasil belajar


(54)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Bandar Lampung pada 13 April 1990. Anak ketiga dari lima bersaudara pasangan dari Mulkan S. Pd (Alm.) dan Hariyati. Peneliti pertama kali mengenal pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Bustanul Atfal (Aisyiyah) lulus pada tahun 1996. Selanjutnya peneliti Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Gunung Sulah, namun pada tahun 2001 peneliti pindah sekolah yaitu SD Negeri 1 Sepang Jaya, yang tamat pada tahun 2002.

Peneliti melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 25 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005, selanjutnya peneliti melanjutkan pendidikannya di Madrasah Aliyah (MA) yaitu MA Negeri 1 Bandar Lampung yang lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, peneliti diterima sebagai mahasiswa Program Studi S-1 PGSD Universitas Lampung melalui tes SNMPTN Universitas Lampung.


(55)

i

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan

Model Cooperative Learning tipe Jigsaw Pada Pembelajaran Matematika Kelas

VA SDN 08 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD


(56)

ii

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP Metro S-1 PGSD

6. Bapak Drs. Muncarno, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

bersedia memberikan bimbingan, saran, kritik dan arahan dalam proses penyusunan skripsi ini. Sekaligus sebagai Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kearifan.

7. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia untuk membimbing, memberikan saran, kritik serta tak bosan-bosannya memberikan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah

banyak memberikan kritik, saran, masukan serta arahan dalam proses penyempurnaan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf S-1 PGSD UPP Metro yang turut andil dalam

kelancaran penyusunan skripsi ini.

10.Ibu Dwi Hastuti, A.Ma.Pd., selaku Kepala SDN 08 Metro Timur, serta Dewan

Guru dan Staf Administrasi yang telah banyak membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

11.Ibu Hartati, A.Ma.Pd, selaku teman sejawat yang banyak membantu peneliti

dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

12.Kedua Orang tua tercinta, yang telah menjaga, mendidik serta memberikan

kasih sayang dan kepercayaannya. Terima kasih pula untuk untaian doa yang tak henti-hentinya serta memberikan motivasi untuk keberhasilanku.

13.Kakakku: Medi dan Mulni, serta adikku: Novi dan Dhoni. Semoga kita bisa

menjadi anak yang sholeh sholehah serta patut dibanggakan dan kelak dapat membahagiakan kedua orang tua kita.


(57)

iii

14.Sahabat-sahabat peneliti yang selalu memberikan dukungan, keceriaan serta

kebersamaan dalam suka maupun duka selama ini. Semoga kebersamaan kita tidak akan terkalahkan oleh waktu.

15.Teman-teman kostan villa hawa Manda, Tetin, Beka, Rina, Ida dan Mbk Devi

dan Mbk. Eva yang selalu memberi dukungan, motivasi dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini.

16.Rekan-rekan S-1 PGSD angkatan 2008 yang tidak bisa peneliti sebutkan satu

persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungan serta doa yang telah diberikan.

17.Almamater tercinta dan seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan namanya

satu persatu, yang ikut memberikan bantuan, motivasi, serta dukungan kepada peneliti.

Peneliti berharap semoga Allah memuliakan kalian semua serta membalas semua kebaikkan kalian. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Metro, 28 Mei 2012 Peneliti


(1)

Judul Skripsi

: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui

Penerapan Model

Cooperative Learning

Tipe

Jigsaw

Pada

Pembelajaran Matematika Kelas VA SDN 08 Metro Timur

Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama

: Fitka Afrillita

NPM

: 0813053030

Program Studi

: S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan

: Ilmu Pendidikan

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Menyetujui :

1.

Komisi Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Muncarno, M.Pd

Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd.

NIP 19581213 198503 1 003

NIP 13176021 600000 0 000

2.

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd.

NIP. 19510507 198103 1 002


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

KELAS VA SDN 08 METRO TIMUR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

FITKA AFRILLITA

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar

siswa kelas VA SDN 08 Metro Timur. Siswa yang belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimum sebesar 55,56%, sementara itu nilai rata-rata kelas hanya

sebesar 45,41. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa melalui penerapan model

cooperative learning

tipe

Jigsaw

.

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas, yang terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan

dalam 3 siklus dengan 3 kali pertemuan. Alat pengumpulan data penelitian ini

berupa lembar observasi dan tes hasil belajar. Lembar observasi digunakan untuk

mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran. Sedangkan tes

hasil belajar digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa. Teknik

analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model

cooperative learning

tipe

jigsaw

pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase aktivitas dan

hasil belajar siswa. Pada siklus I aktivitas siswa berada pada kualifikasi cukup

aktif dengan rata persentase 59,78%, siklus II kualifikasi aktif dengan

rata-rata persentase 72,05% dan pada siklus III menjadi sangat aktif dengan rata-rata-rata-rata

persentase 81,37%. Hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan pada siklus I

yaitu sebesar 62,96% dengan rata-rata nilai 56,11, siklus II menjadi 74,07%

dengan nilai rata-rata 66,11 dan pada siklus III meningkat menjadi 88,89%

dengan rata-rata nilai menjadi 74,67. Peningkatan nilai rata-rata yang terjadi

antara siklus I ke siklus II sebesar 10 dan siklus II ke siklus III sebesar 8,56.

Kata kunci: model

cooperative learning

tipe

jigsaw

, aktivitas dan hasil belajar


(3)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Bandar Lampung pada 13

April 1990. Anak ketiga dari lima bersaudara pasangan

dari Mulkan S. Pd (Alm.) dan Hariyati. Peneliti pertama

kali mengenal pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK)

Bustanul Atfal (Aisyiyah) lulus pada tahun 1996. Selanjutnya peneliti Sekolah

Dasar (SD) di SD Negeri 1 Gunung Sulah, namun pada tahun 2001 peneliti

pindah sekolah yaitu SD Negeri 1 Sepang Jaya, yang tamat pada tahun 2002.

Peneliti melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

di SMP Negeri 25 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005,

selanjutnya peneliti melanjutkan pendidikannya di Madrasah Aliyah (MA) yaitu

MA Negeri 1 Bandar Lampung yang lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008,

peneliti diterima sebagai mahasiswa Program Studi S-1 PGSD Universitas

Lampung melalui tes SNMPTN Universitas Lampung.


(4)

i SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Cooperative Learning tipe Jigsaw Pada Pembelajaran Matematika Kelas VA SDN 08 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD Universitas Lampung


(5)

ii 5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP Metro S-1 PGSD

6. Bapak Drs. Muncarno, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran, kritik dan arahan dalam proses penyusunan skripsi ini. Sekaligus sebagai Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kearifan.

7. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia untuk membimbing, memberikan saran, kritik serta tak bosan-bosannya memberikan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah banyak memberikan kritik, saran, masukan serta arahan dalam proses penyempurnaan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf S-1 PGSD UPP Metro yang turut andil dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

10.Ibu Dwi Hastuti, A.Ma.Pd., selaku Kepala SDN 08 Metro Timur, serta Dewan Guru dan Staf Administrasi yang telah banyak membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

11.Ibu Hartati, A.Ma.Pd, selaku teman sejawat yang banyak membantu peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

12.Kedua Orang tua tercinta, yang telah menjaga, mendidik serta memberikan kasih sayang dan kepercayaannya. Terima kasih pula untuk untaian doa yang tak henti-hentinya serta memberikan motivasi untuk keberhasilanku.

13.Kakakku: Medi dan Mulni, serta adikku: Novi dan Dhoni. Semoga kita bisa menjadi anak yang sholeh sholehah serta patut dibanggakan dan kelak dapat membahagiakan kedua orang tua kita.


(6)

iii 14.Sahabat-sahabat peneliti yang selalu memberikan dukungan, keceriaan serta kebersamaan dalam suka maupun duka selama ini. Semoga kebersamaan kita tidak akan terkalahkan oleh waktu.

15.Teman-teman kostan villa hawa Manda, Tetin, Beka, Rina, Ida dan Mbk Devi dan Mbk. Eva yang selalu memberi dukungan, motivasi dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini.

16.Rekan-rekan S-1 PGSD angkatan 2008 yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungan serta doa yang telah diberikan.

17.Almamater tercinta dan seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu, yang ikut memberikan bantuan, motivasi, serta dukungan kepada peneliti.

Peneliti berharap semoga Allah memuliakan kalian semua serta membalas semua kebaikkan kalian. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Metro, 28 Mei 2012 Peneliti


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IVB SD NEGERI 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

0 8 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VA SDN 02 METRO SELATAN TAHUN AJARAN 2011/2012

1 19 59

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 60

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 272

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VA SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 57

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SDN 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 21 57

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SDN 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 14 55

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 15 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SDN 2 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 38

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP RESUME PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SDN 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

24 216 38