55
d. Debit Air Kotor
Air kotor dapat dihitung sebagai berikut : Qk = Pn.qA
Maka debit air kotor untuk masing masing saluran drainase dihitung sebagai berikut:
Qki = Qk x Ai
e. Debit Banjir
Debit banjir maksimum menggunakan
Metode Rasional
Q = 0,278 x C x I x A 3.6.2
Analisis kapasitas saluran
Setelah melakukan pengolahan data curah hujan, maka selanjutnya kita akan mulai masuk ke dalam proses perencanaan kapasitas saluran. Beberapa
tahapan yang harus kita lakukan antara lain :
Gambar 3.4 Penampang Saluran Terbuka Luas Penampang
A : b x h
Keliling Penampang Basah
h
b
56
b
P : b + 2h
Jari-jari Penampang Basah R
: AP Keterangan :
b : Lebar Dasar Saluran
h : Ketinggian Saluran
Gambar 3.5 Penampang Saluran Terbuka Luas Penampang
A : b + m.h. h
Keliling Penampang Basah P
: b + 2.h1 + m
2 12
Jari-jari Penampang Basah R
: AP Keterangan :
b : Lebar Dasar Saluran
h : Ketinggian Saluran
m : Kemiringan Samping Saluran
a Perencanaan debit aliran
Q = AV
h
57
b Kecepatan aliran ini dapat didekati dengan persamaan dari
Manning
yang digunakan untuk aliran tak teratur, yaitu :
V = 1n . R
23
.I
12
3.6.3 Analisis Sumur Resapan
Sumur Resapan Air Hujan Salah satu langkah struktural dalam konsep sistem drainase yang berkelanjutan adalah pembuatan Sumur Resapan Air Hujan
RSAH . Meningkatnya limpasan permukaan, disamping akan menambah beban sistem drainase di bagian hilir, juga menurunkan pengisian air tanah, sehingga
memberi kontribusi terhadap keseimbangan siklus hidrologi. Oleh karena itu, salah satu solusi adalah mengembalikan fungsi resapan secara artifisial. Hal ini
akan memberi manfaat ganda, yaitu menurunkan 31 limpasan permukaan sekaligus meningkatkan mengisian air tanah. Perhitungan SRAH menurut Sunjoto
dalam Suripin 2004 , dengan persamaan sebagai barikut : Kedalaman sumur, H :
H= Berdasarkan Metode PU 1990 , perhitungan SRAH tertuang dalam SK SNI T-
06-1990-F, tentang standar tata cara perencanaan teknis sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan, dengan persamaan :
H= D.I.A
t
–D.k.A
s
: A
s
+D.K.P