Dividen tidak relevan TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

commit to user 16 dividen atau dividend payout ratio . Brigham 1999 menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan dividen dari preferensi investor, yaitu:

b. Dividen tidak relevan

Dividend irrelevance theory Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan deviden tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani Miller 1961 yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya dividend payout ratio DPR tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak EBIT dan risiko bisnis. Dengan demikian kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan. Untuk membuktikan teorinya, Modigliani Miller 1961 mengemukakan berbagai asumsi sebagai berikut: a. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan. b. Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi. c. Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap dividen payout ratio. d. Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang kesempatan investasi di masa yang akan datang. e. Distribusi pendapatan di antara dividen dan laba ditahan tidak berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. b. Bird In The Hand Theory Teori ini sependapat dengan Gordon Lintner 1956 yang menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika dividend payout ratio DPR rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima dividen daripada capital gains. Modigliani commit to user 17 Miller 1961 berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah menerima dividen saat ini atau menerima capital gain di masa yang akan datang. Dengan kata lain, tingkat keuntungan yang disyaratkan tidak dipengaruhi oleh dividend payout ratio. Pendapat Gordon Litner 1956 oleh Modigliani Miller 1961 diberi nama bird in the hand fallacy . Gordon Litner 1956 beranggapan investor memandang bahwa satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Sementara Modigliani Miller berpendapat bahwa tidak semua investor berkepentingan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dengan memiliki risiko yang sama. Oleh sebab itu, tingkat risiko pendapatan mereka di masa yang akan datang bukan ditentukan oleh dividend payout ratio tetapi ditentukan oleh tingkat risiko investasi baru. c. Tax Preference Theory Teori ini menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham memiliki pertumbuhan yang tinggi dan menjadi lebih menarik. Tetapi sebaliknya jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi berkurang. Oleh karena itu, teori ini menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen Litzenberger Ramaswamy, 1979 dalam Saxena, 1999. Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut Laksono, 2006: commit to user 18 a. Jika manajemen percaya bahwa dividend irrelevance theory dari M-M itu benar maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya dividen yang harus dibagikan. b. Jika perusahaan menganut bird-in-the-hand theory maka perusahaan harus membagi seluruh EAT Earning After Tax dalam bentuk dividen. c. Jika manajemen cenderung mempercayai tax preference theory maka perusahaan harus menahan seluruh keuntungan atau dengan kata lain DPR=0. Teori lain yang dapat membantu untuk memahami kebijakan dividen antara lain adalah: a. Information content or signaling hypothesis Di dalam teori ini M-M berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang di atas kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit di masa mendatang. Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau mungkin disebabkan oleh efek sinyal dan preferensi terhadap dividen. b. Clientele effect Teori ini menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai suatu Dividend Payout Ratio DPR yang tinggi, sebaliknya kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan commit to user 19 uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. 2.3. Firm Size Ukuran perusahaan size dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar Al-Makawi, 2008. Semakin besar besar total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Perusahaan besar memiliki akses yang mudah menuju pasar modal. Karena kemudahan tersebut maka berarti bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana Haruman, 2008. Perusahaan yang memiliki aset besar cenderung membayar dividen besar untuk menjaga reputasi di kalangan investor aktual maupun potensial. Tindakan ini dilakukan untuk memudahkan perusahaan memasuki pasar modal apabila berencana melakukan emisi saham baru. Selain menggunakan natural logaritma of sales, proksi ukuran perusahaan dapat menggunakan natural log total asset Crutchley Hansen, 1989 atau natural log capitalization Chen Steiner, 1999. Pengelompokan perusahaan atas dasar skala operasi besar atau kecil dapat dipakai oleh investor sebagai salah satu variabel dalam menentukan keputusan investasi. Tolok ukur yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan antara lain total penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan total aktiva Ferry Jones, 1979. Perusahaan besar umumnya memiliki total aktiva yang besar pula sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar large firm , perusahaan menengah medium-size dan perusahaan kecil small firm . Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan Machfoedz, 1994. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar commit to user 20 menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil Daniati Suhairi, 2006. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian certainty yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika ia berinvestasi pada perusahaan itu Yolana Martani, 2005.

2.4. Profitabilitas