MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS MELALUI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN REALISTIK PADA SISWA MTS DAAR AL-ULUUM ASAHAN KISARAN.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI
MATEMATIS MELALUI PENGEMBANGAN PERANGKAT
PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN
REALISTIK PADA SISWA MTs DAAR
AL–ULUUM ASAHAN KISARAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program StudiPendidikanMatematika

Oleh:
NURFI SYAHRINA
NIM. 8146171063

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRAK

NURFI SYAHRINA. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi
Matematis Melalui Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis
Pendekatan Realistik pada Siswa MTs Daar Al-Uluum Asahan Kisaran.
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis kualitas perangkat pembelajaran
berbasis realistik yang dikembangkan, (2) meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa melalui perangkat pembelajaran berbasis realistik, (3)
meningkatkan disposisi matematis siswa melalui perangkat pembelajaran berbasis
realistik, (4) menganalisis respon siswa terhadap perangkat pembelajaran berbasis
realistik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan
menggunakan modifikasi Model Thiagarajan, Semmel & Semmel. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan adalah Buku Siswa, LKS, RPP, dan Tes
Kemampuan Komunikasi Matematis (TKKM). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah valid, dengan nilai
rata-rata Buku Siswa 4,22, LKS 4,13, RPP 4,25 dan TKKM menunjukkan kriteria
valid untuk keempat butir soal. Disamping itu perangkat pembelajaran yang
dikembangkan juga efektif. Hal inidapat dilihat dari hasil uji coba dilapangan
yaitu rata-rata tingkat ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 90,47%, rata-rata
ketercapaian tujuan pembelajaran sebesar 85,21%, serta pelaksanaan
pembelajaran memenuhi kriteria ketercapaian alokasi waktu sesuai RPP; (2) ratarata pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa pada uji coba I sebesar

82,26 meningkat menjadi 85,22 pada uji coba II; (3) rata-rata disposisi matematis
siswa pada uji coba I sebesar 119,93 meningkat menjadi 121,10 pada uji coba II;
(4) respon siswa terhadap perangkat pembelajaran dalam kategori positif atau
baik, dengan nilai rata-rata sebesar 97,22%.
Kata Kunci: Perangkat, Pendekatan Realistik, Komunikasi Matematis, Disposisi
Matematis.

ABSTRACT

NURFI SYAHRINA. Improve of Communication Ability and Mathematical
Disposition Through The Development of Learning Tools Based on Realistic
Approach on Students of MTs Daar Al-Uluum Asahan Kisaran. Postgraduate
School of The State University of Medan 2016.
This study aims to: (1) analyze the quality of learning tools that developed based
on realistic approach, (2) improve students` mathematical communication ability
taught through learning tools based on realistic approach, (3) improve students`
mathematical disposition ability taught through learning tools based on realistic
approach, (4) analyze the students` response to the learning tools based on a
realistic approach. The type of this study is development research using modified
Thiagarajan, Semmel & Semmel model. The learning tools that developed are

student books, lesson plan, worksheet and the mathematical communication
ability test. The results suggests that : (1) learning tools developed are valid,
student books with a mean value 4,22, worksheet with a mean value 4,13, lesson
plan with a mean value 4,25 and the mathematical communication ability test
demonstrate the criteria valid for all four items. Besides, learning tools developed
also effective. It can be seen from the test result with a mean value of student
classical completeness is 90,47%, achievement of learning goals is 85,21%, as
well as the implementation of learning achievement meet the criteria appropriate
time allocation RPP, (2) the average achievement of students` mathematical
communication ability in trial I at 82,26 increased to 85,22 in trial II, (3) the
average achievement of students` mathematical disposition ability in trial I at
119,93 increased to 121,10 in trial II, (4) the students` response to learning tools
in a positive or good category, with a mean value 97,22%.
Keywords: Learning Tools , Realistic Approach, Mathematics Communication,
Mathematics Disposition.

iii

KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,
sehingga

dapat

menyelesaikan

tesis

ini

dengan

judul

“Meningkatkan

Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Melalui Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik pada Siswa MTs

Daar Al – Uluum Asahan Kisaran”. Salawat dan salam penulis sanjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah ummat.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu
penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan
tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya penulis sampaikan kepada :
1) Ibunda tercinta Suparti, S.Pd dan ayahanda Raja M. Murani, Nurhidayah, Am.
Kep (kakak), Ainul Mubin, S.E (Adik), Nur Ainun Aslam (Adik) serta semua
sanak keluarga yang selalu memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan
dukungan penuh dalam setiap langkah dalam menyelesaikan perkuliahan dan
menyelesaikan penulisan tesis ini.
2) Bapak Prof. Dr. Martua Manullang, M.Pd, selaku Pembimbing I dan Bapak
Dr. Zul Amry, M.Si,P.hd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan
banyak ilmu, bimbingan, arahan, serta motivasi yang sangat bermanfaat dan
berharga bagi penulis dalam penyusunan tesis ini sampai dengan selesai.

iii

iv


3) Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S, dan Dr.
Edy Surya, M. Si selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan
kritik yang membangun dalam penyempurnaan dan menjadi motivator dalam
penyelesaian proposal tesis ini.
4) Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi
Pendidikan Matematika.
5) Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur dan Asisten Direktur I
Program Pascasarjana UNIMED.
6) Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna
kepada penulis selama menjalani pendidikan.
7) Kepada Bapak H. Ramlan Siregar, S. Ag selaku kepala sekolah dan seluruh
rekan Guru MTs Daar Al-Uluum Asahan Kisaran yang telah memberikan
dukungan, kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8) Seluruh teman-teman Mahasiswa Pascasarjana Prodi Pendidikan Matematika
Kelas A-1 angkatan 2014 khususnya Nurhafifah Imran, Siti Saroh, Ainsyah,
Asmah Arimbi, Ami Nazmi Faridah yang telah memberi motivasi dan
dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

9) Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan tesis ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

v

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan dan penyempurnaan penulisan tesis ini. Akhir kata
semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya khasanah ilmu
dalam bidang pendidikan dan menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut.

Medan, September 2016
Penulis,

Nurfi Syahrina
Nim: 8146171063

vi

DAFTAR ISI


ABSTRAK ..........................................................................................
ABSTRACT .......................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................
DAFTAR TABEL ..............................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................

i
ii
iii
v
vii
ix
x

BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................
1.2 Identifikasi Masalah..........................................................

1.3 Batasan Masalah .............................................................
1.4 Rumusan Masalah ...........................................................
1.5 Tujuan Penelitian...............................................................
1.6 Manfaat Penelitian ..........................................................

1
22
23
23
24
24

BAB. II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perangkat Pembelajaran ...................................................
2.2 Kualitas Perangkat Pembelajaran ...................................
2.2.1 Validitas ................................................................
2.2.2 Kepraktisan ...........................................................
2.2.3 Keefektifan ............................................................
2.3 Model Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional ..
2.4 Hakikat Pembelajaran Matematika ...............................

2.5 Kemampuan Komunikasi Matematis ............................
2.6 Disposisi Matematis ......................................................
2.7 Pendekatan Pembelajaran Matematika .........................
2.7.1 Pendekatan Realistik .............................................
2.7.2 Karakteristik Realistic Mathematics Education ...
2.7.3 Implementasi Realistic Mathematics Education
dalam Kegiatan Belajar Mengajar ........................
2.7.4 Kelebihan dan Kekurangan Realistic Mathematics
Education...............................................................
2.8 Teori Belajar Pendukung Realistic Mathematics
Education .....................................................................
2.9 Respon Siswa ...............................................................
2.10 Penelitian Relevan .........................................................
2.11 Kerangka Konseptual ....................................................
2.12 Pertanyaan Penelitian ....................................................

vi

26
34

35
36
37
40
46
49
53
55
57
59
66
69
71
76
77
79
82

vii

BAB. III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ................................................................
3.2 Tempat dan Waktu .........................................................
3.3 Subjek dan Objek ...........................................................
3.4 Defenisi Operasional .......................................................
3.5 Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran .........
3.5.1 Tahap Pendefinisian (define) ................................
3.5.2 Tahap Perancangan (design) .................................
3.5.3 Tahap Pengembangan (develop) ...........................
3.5.4 Tahap Penyebaran (desiminate) ............................
3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ......................
3.6.1 Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ............
3.6.2 Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
3.6.3 Angket Disposisi Matematis .................................
3.6.4 Angket Respon Siswa ...........................................
3.7 Teknik Analisis Data .......................................................
3.7.1 Analisis Data untuk Menghitung Validitas
Dan Reliabilitas ....................................................
3.7.2 Analisis Data Efektifitas Perangkat Pembelajaran..
3.7.3 Analisis Data Disposisi Matematis Siswa .............
3.7.4 Analisis Data Respon Siswa .................................
3.7.5 Analisis Data Peningkatan Kemampuan
Komunikasi Matematis ..........................................
3.8 Indikator Keberhasilan Perangkat Pembelajaran Berbasis
Pendekatan Realistik yang Dikembangkan ....................
BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................
4.1.1 Deskripsi Tahap Pengembangan Perangkat
Pembelajaran ...........................................................
4.1.2 Analisis Efektivitas Perangkat Pembelajaran
Berbasis Pendekatan Realistik .............................
4.1.3 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa melalui Perangkat Pembelajaran
Berbasis Pendekatan Realistik .............................
4.1.4 Deskripsi Peningkatan Disposisi Matematis
Siswa melalui Perangkat Pembelajaran Berbasis
Pendekatan Realistik .............................................
4.1.5 Deskripsi Respon Siswa Terhadap Perangkat
Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik ........
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ........................................
4.2.1 Efektifitas Perangkat Pembelajaran Berbasis
Pendekatan Realistik ............................................
4.2.2 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa.......................................................................
4.2.3 Peningkatan Disposisi Matematis ...........................

84
84
84
85
87
89
93
95
97
99
99
100
101
102
103
103
106
108
109
109
109

111
111
141

156

159
161
168
168
172
173

viii

4.2.4 Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran
Berbasis Pendekatan Realistik .............................
4.3 Keterbatasan Penelitian ...................................................

174
175

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.......................................................................
5.2 Saran ................................................................................

177
177

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................
LAMPIRAN .......................................................................................

179
185

vi

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Realistic Mathematics Education ..
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Skala Disposisi Matematis ...............
Tabel 3.2 Skor Alternatif Jawaban Disposisi Matematis .................
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kevalidan ..............................................
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Validitas dan Reabilitas Butir Soal
Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara Disposisi Matematis Siswa
Tabel 4.2 Analisis Tugas Materi Segiempat pada LKS ....................
Tabel 4.3 Analisis Tugas Materi Segiempat pada RPP dan Buku
Siswa ................................................................................
Tabel 4.4 Topik dan Tujuan Pembelajaran Setiap Pertemuan ...........
Tabel 4.5 Media dan Alat Bantu Pembelajaran ................................
Tabel 4.6 Hasil Validasi RPP ............................................................
Tabel 4.7 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa...................................
Tabel 4.8 Hasil Validasi Buku Siswa ................................................
Tabel 4.9 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ..
Tabel 4.10 Hasil Validasi Angket Disposisi Matematis.......................
Tabel 4.11 Validitas Butir Soal TKKM ..............................................
Tabel 4.12 Validitas Angket Disposisi Matematis ...............................
Tabel 4.13 Deskripsi Hasil TKKM pada Uji Coba I ...........................
Tabel 4.14 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi Matematis
Hasil Posttest Uji Coba I .................................................
Tabel 4.15 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi
Matematis Hasil Posttest Uji Coba I ................................
Tabel 4.16 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran terhadap Kemampuan
Komunikasi Matematis Hasil Posttest Uji Coba I............
Tabel 4.17 Keterangan Revisi pada Buku Siswa ..............................
Tabel 4.18 Keterangan Revisi pada LKS ..........................................
Tabel 4.19 Deskripsi Hasil TKKM Uji Coba II ................................
Tabel 4.20 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi
Matematis Hasil Posttest Uji Coba II ...............................
Tabel 4.21 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi
Matematis Hasil Posttest Uji Coba II ...............................
Tabel 4.22 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran terhadap Kemampuan
Komunikasi Matematis Hasil Posttest Uji Coba II ..........
Tabel 4.23 Deskripsi Hasil Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Matematis ........................................................................
Tabel 4.24 Rata-rata Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
untuk setiap Indikator ......................................................
Tabel 4.25 Deskripsi Hasil Angket Disposisi Matematis ..................
Tabel 4.26 Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa Uji Coba I ....
Tabel 4. 27 Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa .....................
Tabel 4.28 Hasil Validasi Perangkat yang dikembangkan ................
Tabel 4.29 Hasil Efektifitas perangkat yang dikembangkan ...............
ix

67
101
101
104
106
115
117
118
121
122
128
131
133
135
135
136
137
142
143
144
145
149
150
151
151
152
154
157
157
159
162
165
167
167

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A
1. Buku Siswa .......................................................................................
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) ............................................................
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ....................................

182
217
249

Lampiran B
1. Angket Respon Siswa ......................................................................
2. Angket Disposisi Matematis ...........................................................
3. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis .....................................

287
288
290

Lampiran C
1. Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematis .........
2. Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
3. Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ........................

292
295
296

Lampiran D
1. Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji
Coba I dan II ....................................................................................
2. AnalisisHasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan
PencapaianIndikator pada Uji Coba I ..............................................
3. Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan
PencapaianIndikator pada Uji Coba II.............................................
4. Analisis Disposisi Matematis Siswa pada Uji Coba I .....................
5. Analisis Disposisi Matematis Siswa pada Uji Coba II ....................
6. Dokumentasi Kegiatan Belajar Mengajar ........................................

xi

297
298
299
300
302
304

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan. Kualitas
suatu

bangsa

mempengaruhi kemajuan

bangsa tersebut.

Pendidikan dapat

menumbuhkembangkan sumber daya manusia yang handal dan mempunyai
keahlian serta keterampilan sehingga dapat mempercepat pembangunan bangsa
Indonesia. Tanpa pendidikan, suatu bangsa tidak dapat mengalami perubahan dan
kemajuan.

Oleh karena itu,

pendidikan harus dipersiapkan sebagai bekal

kehidupan di masa yang akan datang.
Pendidikan adalah investasi masa depan. Kemakmuran dan kejayaan
Indonesia sangat bergantung dari pelaksanaan pendidikaan saat ini. Pendidikan
akan menyiapkan siswa untuk menghadapi masalah dengan situasi serta kondisi
yang berbeda, terlebih di era globalisasi. Pendidikan memberikan kesempatan
siswa tidak

sekedar bertahan hidup

membangun

kemampuan

bekerjasama,

ditengah kemajuan zaman melainkan
berkomunikasi,

saling

menghormati,

toleransi, religius, berakhlak mulia dalam upaya menyelesaiakan masalah dan
menciptakan kreatifitas.
Sebagai investasi utama maka pendidikan perlu mengasah rasa ingin
tahu. Rasa ingin tahu pada setiap orang amatlah penting. Semua pemikir besar
adalah orang-orang dengan karakter penuh rasa ingin tahu. Sebut saja Newton,
Thomas Alva Edison, Albert Einstein, Leonardo Da Vinci, adalah orang-orang

1

2

besar yang hidup dengan rasa ingin tahu. Tentunya dalam pelaksanaan pendidikan
saat ini menginginkan siswa-siswanya sebagai pemikir-pemikir besar di masa
depan. Rasa ingin tahu sangat penting dalam pembelajaran, karena dengan rasa
ingin tahu membuat pikiran siswa menjadi aktif, membuat siswa menjadi para
pengamat yang aktif dan akan membuka dunia-dunia baru yang menantang dan
menarik siswa untuk mempelajarinya meniadakan rasa bosan untuk belajar.
Oleh sebab itu, pendidikan tidak hanya mementingkan hasil tetapi juga
proses dalam pendidikan. Hal ini sejalan dengan lampiran Permendikbud No. 65
tahun 2013 tentang Standar Proses, yaitu proses pembelajaran pada satuan
pendidikan

diselenggarakan

secara

interaktif,

inspiratif,

menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting
dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan
adalah Matematika. Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari
sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Karena
pentingnya

peranan

matematika

dalam kehidupan,

maka

dalam kurikulum

pendidikan di Indonesia, matematika harus diajarkan disemua jenjang pendidikan
dari Sekolah Dasar (SD) hingga sampai Perguruan Tinggi (PT). Hal ini dapat
dilihat bahwa pelajaran matematika menempati urutan pertama dalam jumlah jam
pelajaran disekolah pada jenjang pendidikan dasar sampai jenjang menengah atas,

3

hal ini menunjukkan pentingnya pelajaran matematika bagi para siswa di berbagai
jenjang pendidikan.
Mengingat peranan matematika sangat penting dalam kehidupan maka
Badan Standar Nasional Pendidikan memuat tujuan pembelajaran matematika
(Isa, 2011:3), mata pelajaran matematika untuk Sekolah Menengah Pertama
(SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan berikut:
(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat; melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (5)
Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (6) Memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian tujuan pembelajaran matematika diatas dapat dilihat
bahwa dari butir 1 sampai dengan 4 menggambarkan kompetensi

atau

kemampuan berpikir matematik, sedangkan untuk butir ke 5 melukiskan ranah
afektif yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika. Dengan adanya ranah
kognitif dan afektif pembelajaran matematika lebih bermakna sehingga belajar
matematika menjadi fokus perhatian dalam memampukan siswa mengaplikasikan
berbagai konsep sehingga anak didik diharapkan mampu memecahkan masalah
yang dihadapi dan mengkomunikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

4

Pembelajaran matematika selalu mendapat perhatian lebih dari pemerintah
dunia, akan tetapi kualitas pembelajaran matematika di Indonesia belum mencapai
hasil yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011
serta Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2009.
Keduanya merupakan studi terpisah dengan metodologi yang berbeda atas sampel
yang berbeda terhadap pelajar di Indonesia. Tujuannya untuk perbandingan atau
bench marking literasi matematika di berbagai negara di dunia. Dari hasil yang
ditunjukkan oleh TIMMS dan PISA Indonesia masih berada pada tingkat rendah,
hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 saja atau
level menengah, sementara negara lain banyak yang sampai level 4, 5, bahkan 6.
Aspek yang dinilai dalam PISA adalah kemampuan pemecahan masalah (problem
solving),

kemampuan

penalaran

(reasoning)

dan

kemampuan

komunikasi

(communication). Penelitian oleh TIMSS 2007, TIMSS 2011 dan PISA 2009
memaparkan bahwa siswa Indonesia memiliki kemampuan menjawab pertanyaan
matematika dalam standar internasional yang rendah (Murni, dkk, 2013:195).
Rendahnya kualitas pendidikan Indonesia seperti yang telah disebutkan di
atas harus diperbaiki, karena matematika adalah ilmu dasar yang berguna dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, suatu bangsa yang ingin dapat menguasai
IPTEK

dengan

baik

perlu

mempersiapkan

tenaga-tenaga

yang

memiliki

pengetahuan matematika yang cukup (Suherman et al, 2001:55). Selanjutnya
Sutarto Hadi (Hendriana & Soemarmo, 2014: 8) juga menambahkan
perubahan

paradigma

tentang

pendidikan

matematika

agar

perlunya

pembelajaran

5

matematika akan lebih bermakna bagi siswa dan dapat memberikan bekal
kompetensi yang memadai, baik untuk studi lanjut maupun untuk memasuki dunia
kerja. Oleh karena itu maka matematika di sekolah harus mampu mengupayakan
agar siswa dapat mengembangkan

berpikir matematis sehingga siswa mampu

bersaing dalam dunia pendidikan dan kerja.
NCTM (National Council of Teacher of Mathematics, 2000) telah
menetapkan beberapa standar proses yang harus dikuasai peserta didik dalam
pembelajaran

matematika,

meliputi:

(1)

belajar

untuk

berkomunikasi

(mathematical communication); (2) belajar untuk bernalar (mathematical
reasoning); (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem
solving); (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection); (5)
representasi matematis (mathematical representation). Terlihat jelas bahwa salah
satu standar proses yang harus dikuasai peserta didik adalah kemampuan
komunikasi matematis. Kemampuan komunikasi matematis perlu menjadi fokus
perhatian dalam pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi, siswa dapat
mengorganisasi dan mengonsolidasi berpikir matematikanya dan siswa dapat
mengeksplorasi ide-ide matematika.
Berdasarkan
mengatakan bahwa

karakteristiknya,

Wahyudin

(Yonandi,

2011:

133)

matematika merupakan ilmu yang bernilai guna, yang

tercermin dalam peran matematika sebagai bahasa simbolik serta alat komunikasi
yang tangguh, singkat, padat, cermat, tepat, dan tidak memiliki makna ganda.
Kemampuan komunikasi matematik merupakan kemampuan dan sikap esensial
yang harus dimiliki siswa sekolah menengah. Menurut Hendriana dan Sumarmo

6

(2014: 29) komunikasi matematik merupakan keterampilan menyampaikan ide
dan atau pesan matematik dalam bahasa sehari-hari atau dalam bahasa simbol
matematik. Menurut Janvier (Bistari, 2010: 15), salah satu bentuk aktivitas untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis yaitu memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengintegrasikan
keterampilan

berkomunikasi

deskripsi verbal,
disamping

grafik

memberi

melalui

(visual),

peran

berbagai

repesentasi eksternal,

tabel ataupun formula.

matematika

sebagai

seperti

Aktivitas tersebut

bahasa,

serta

sekaligus

menekankan matematika sebagai aktivitas (doing mathematics) dimana dalam
bermatematika tidak hanya fokus pada solusi akhir tetapi pada prosesnya
mencakup

proses

translasi

seperti

interpretasi,

pengukuran,

pensketsaan,

pemodelan dan lain-lain.
National
mengemukakan

Council

of

matematika

communication)

Teachers
sebagai

merupakan

of
alat

pengembangan

Mathematics
komunikasi
bahasa

(Ansari,

2009:9)

(mathematics
dan

simbol

as
untuk

mengkomunikasikan ide matematika, sehingga siswa dapat: (1) mengungkapkan
dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan hubungannya, (2)
merumuskan definisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh melalui
investigasi, (3) mengungkapkan ide matematika secara lisan dan tulisan, (4)
membaca

wacana

matematika

dengan

pemahaman,

mengajukan serta memperluas pertanyaan terhadap

(5)

menjelaskan

dan

matematika yang telah

dipelajarinya, dan (6) menghargai keindahan dan kekuatan notasi matematik, serta
perannnya dalam mengembangkan ide/gagasan matematik.

7

Dari

penjelasan

di

atas

dapat

disimpulkan

bahwa

kemampuan

komunikasi matematik siswa memegang peran penting serta perlu ditingkatkan di
dalam

pembelajaran

(mathematics

matematika.

communication)

dalam

Kemampuan

komunikasi

pembelajaran

sangat

matematik

penting

untuk

diperhatikan karena melalui komunikasi matematis baik lisan maupun tulisan
dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika.
Cocroft (Shadiq, 2004: 19) menyatakan bahwa: “We believe that all these
perceptions of the usefulness of mathematics arise from the fact that mathematics
provides a means of communication which is powerful, concise, and
unambiguous.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa perlunya siswa belajar
matematika dengan alasan bahwa matematika merupakan alat komunikasi yang
sangat kuat, teliti dan tidak membingungkan.
Menurut NCTM (Saputra, 2013: 3) dikarenakan melalui komunikasi,
guru dapat menginventarisasi dan konsolidasi pemikiran matematik siswa; siswa
dapat mengkomunikasikan pemikiran matematik secara terurut dan jelas pada
teman, guru dan lainnya; guru dapat menganalisis dan menilai pemikiran siswa
serta model yang digunakan; siswa dapat menggunakan bahasa matematik untuk
mengungkapkan ide matematik dengan tepat.
Hal ini senada dengan pendapat Asikin (Darkasyi, 2014: 25-26) yang
mendeskripsikan

tentang

peran

penting

komunikasi

dalam

pembelajaran

matematika yaitu : (1) Komunikasi dimana ide matematika dieksploitasi dalam
berbagai

perspektif,

membantu

mempertajam

cara

berpikir

siswa

dan

mempertajam kemampuan siswa dalam melihat berbagai keterkaitan materi

8

matematika, (2) Komunikasi merupakan alat untuk “mengukur” pertumbuhan
pemahaman; dan merefleksikan pemahaman matematika para siswa, (3) Melalui
komunikasi, siswa dapat mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran
matematika mereka.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Baroody (Umar, 2012: 2), bahwa
pembelajaran harus dapat membantu siswa mengkomunikasikan ide matematika
melalui lima aspek komunikasi yaitu representing, listening, reading, discussing
dan writing. Selanjutnya disebutkan sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa
komunikasi dalam pembelajaran

matematika

perlu

ditumbuhkembangkan

di

kalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak
hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan
pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga
"an invaluable tool for communicating a variety of ideas clearly, precisely, and
succinctly. Kedua, mathematics learning as social activity: artinya, sebagai
aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, sebagai wahana interaksi antar
siswa, serta sebagai alat komunikasi antara guru dan siswa.
Dengan demikian, kemampuan komunikasi matematik sebagai salah satu
aktivitas sosial (talking) maupun sebagai alat bantu berpikir (writing) yang
direkomendasi para pakar agar terus ditumbuhkembangkan di kalangan siswa.
Dan ada dua alasan penting mengapa pembelajaran matematika terfokus pada
pengkomunikasian. Pertama, matematika pada dasarnya adalah suatu bahasa.
Kedua, matematika dan belajar matematik dalam bathinnya merupakan aktivitas
sosial.

9

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi
matematika siswa memegang peran penting dan perlu ditingkatkan di dalam
pembelajaran.

Namun

fakta

dilapangan

menunjukkan

bahwa

kemampuan

komunikasi matematik siswa jarang mendapat perhatian. Guru lebih berusaha agar
siswa mampu menjawab soal dengan benar tanpa meminta alasan atas jawaban
siswa, ataupun meminta siswa untuk mengkomunikasikan pemikiran, ide dan
gagasannya. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa dapat terlihat
pada salah satu soal yang diberikan oleh guru di Mts Daar Al-Uluum Asahan
Kisaran kepada 32 siswa kelas VII. Ketika guru memberikan soal sebagai berikut :

Gambar 1.1 Soal latihan siswa
Dari soal yang diajukan tersebut, hanya 15 siswa (47%) yang dapat
menjawab soal tersebut dengan baik dan benar, sedangkan 17 siswa (53%) masih
terdapat banyak kekeliruan dalam menyelesaikannya, bahkan terlihat tidak dapat
memahami soal yang diberikan guru. Adapun beberapa proses jawaban siswa
yang tidak dapat menjawab soal adalah sebagai berikut :

10

Siswa tidak mampu
menyatakan
situasi
atau
ide-ide
matematika
melalui
tulisan atau dengan
kata-kata sendiri

Siswa salah dalam
menafsirkan soal
sehingga jawaban yang
diberikan tidak sesuai
yang ditanyakan
Siswa
tidak
mampu
menerapkan
berbagai
konsep dan prinsip luas
persegipanjang
dalam
pemecahan masalah

Gambar 1.2 Cara siswa menjawab
Berdasarkan

jawaban

siswa

untuk

soal

tersebut

terlihat

tidak

terpenuhinya salah satu indikator komunikasi matematis yaitu siswa tidak dapat
menyatakan suatu situasi ke dalam bahasa, simbol, ide atau model matematik
secara tertulis serta menjelaskan ide matematika kedalam kata-kata sendiri, siswa
mengalami

kesulitan

merubah

soal

tersebut

kedalam

model

matematika,

ditemukan kesalahan siswa dalam menafsirkan soal sehingga jawaban yang
diberikan tidak sesuai dengan yang ditanyakan, dari jawaban tersebut terlihat
kemampuan komunikasi matematik siswa masih sangat rendah.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa juga terungkap
dalam penelitian Ansari (2009: 62) menunjukkan hasil observasi dilapangan yang

11

dilakukan terhadap

siswa kelas X dibeberapa SMA Negeri NAD juga

menunjukkan bahwa rata-rata siswa terlihat kurang terampil berkomunikasi untuk
menyampaikan informasi seperti menyatakan ide, mengajukan pertanyaan dan
menaggapi pendapat orang lain. Mereka cenderung bersifat pasif atau pendiam
ketika guru mengajukan pertanyaan untuk mengecek pemahaman siswa dan siswa
juga masih terlihat malu-malu atau segan untuk bertanya ketika guru menyediakan
waktu untuk bertanya. Diperkuat oleh hasil penelitian Purwandari (2014: 5-9)
hasil observasi beberapa sekolah ditingkat SMP di kelas VII menunjukkan bahwa
siswa mengalami kesulitan dalam mengemukakan ide matematikanya secara
tertulis serta menjelaskan ide matematika ke dalam kata-kata sendiri, siswa
mengalami kesulitan merubah soal tersebut ke dalam model matematika,
ditemukannya kesalahan siswa dalam menafsirkan soal sehingga jawaban yang
diberikan tidak sesuai yang ditanyakan.
Selain kemampuan komunikasi matematis pada ranah kognitif diperlukan
juga aspek afektif sebagai soft skill

dalam matematika. Afrilianto & Rosyana

(2014: 47) menyebutkan “soft skill matematik sebagai komponen proses berpikir
matematik dalam ranah afektif ditandai dengan perilaku afektif yang ditampilkan
seseorang ketika melaksanakan hard skill matematik. Prilaku afektif tersebut
berkaitan dengan istilah disposisi”. Disposisi matematis dapat dimaknai sebagai
kesukaan dan apresiasi terhadap matematika, kecendrungan untuk berpikir dan
bertindak dengan positif, termasuk kepercayaan terhadap diri sendiri, ketekunan
serta antusias dalam belajar, gigih dalam menghadapi permasalahan, fleksibel,
mau berbagi dengan orang lain, serta reflekstif dalam kegiatan matematik.

12

Disposisi

sangat

penting

perannya

dalam

membuat

pembelajaran

matematika berjalan dengan baik. Bahkan lebih dari itu, disposisi matematis
berperan dalam membuat siswa menikmati pembelajaran matematika dan pada
gilirannya membuat siswa dapat merasakan manfaat dan menerapkan matematika
dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kata Nurjaman (2014: 377) bahwa “disposisi
matematik akan memberi banyak manfaat diantaranya, transfer of knowledge
terhadap siswa akan berjalan sesuai yang diharapkan, suasana pembelajaran
menjadi menyenangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan hasil yang
maksimal serta guru akan lebih semangat dalam menjalankan tugasnya di kelas”.
Disposisi matematis memiliki peran yang esensial dalam pembelajaran
matematika disekolah. Seperti pendapat Husen (2014: 482) bahwa “esensialitas
disposisi matematis siswa akan terwujud jika disposisi dipandang sebagai salah
satu faktor yang turut menentukan keberhasilan belajar siswa. Sejalan dengan hal
tersebut, dalam proses belajar siswa cenderung membutuhkan rasa percaya diri
dan

kegigihan

pernyataan
keingintahuan

dalam

menghadapi

setiap

masalah

yang

ini disimpulkan bahwa kepercayaan diri,
dan

sikap

reflektif

sangat

diperlukan

diberikan”.

ketekunan,
dalam

Dari

kegigihan,

pembelajaran

matematika.
Dari penjelasan di atas, tampak pentingnya disposisi matematis siswa
dalam belajar matematika. Namun kondisi di lapangan belum sesuai harapan. Dari
hasil wawancara peneliti dengan guru matematika MTs Daar Al-Uluum Asahan
Kisaran yaitu Nuraisyah Manurung, S.Pd pada tanggal 10 April 2016 di lokasi
sekolah, terungkap fakta bahwa ada beberapa permasalahan yang dijumpai dalam

13

pembelajaran matematika, diantaranya guru masih mendominasi pembelajaran
sehingga siswa cenderung pasif dan menerima saja, siswa kurang merespon
pertanyaan guru saat pembelajaran berlangsung, siswa kurang percaya diri ketika
mengerjakan permasalahan matematik yang diberikan guru, bahkan mereka tidak
tertarik untuk menyelesaikan soal-soal matematika dan hanya memilih menyontek
pekerjaan temannya. Dari wawancara ini dapat disimpulkan bahwa disposisi
matematis siswa masih rendah.
Permasalahan

di

atas

akhirnya

mengerucut

pada

penilaian

bahwa

matematika adalah pelajaran yang sulit dan tidak menarik untuk dikuasai,
sehingga

siswa kurang berminat belajar matematika. Apabila dihadapkan dengan

soal-soal matematika, siswa cenderung menghindarinya. Siswa cenderung takut
jika memulai belajar matematika dan siswa menjauhi guru-guru matematika.
Fakta rendahnya ketertarikan siswa terhadap matematika didukung oleh penelitian
Kusumawati (Nuraina, 2012) yang menunjukkan persentase skor rerata disposisi
matematis pada siswa SMP sebanyak 297 orang di kota Palembang dengan
peringkat tinggi, sedang, dan rendah baru mencapai 58% dan diklasifikasikan
pada kategori rendah.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, dikhawatirkan siswa semakin tidak
mengerti matematika. Mengingat matematika adalah ilmu yang berjenjang, jika
pada materi pertama siswa tidak tuntas, maka pada materi selanjutnya siswa akan
semakin kesulitan. Keadaan ini akan seperti gelindingan bola salju yang semakin
lama semakin besar hingga terbentuk opini di benak siswa bahwa mata pelajaran
matematika itu susah, tidak menarik, dan menyulitkan.

14

Menurut Liberna (2012: 191) “alasan mendasar mengapa matematika
dianggap pelajaran yang menyulitkan adalah karena faktor dalam diri peserta
didik itu sendiri. Faktor ini sebagian besar berasal dari pemikiran mereka”.
Mereka telah tersugesti dengan pikirannya sendiri atau bahkan mereka mensugesti
pikirannya

sendiri kalau

matematika itu menyulitkan.

Akhirnya tidak

ada

sedikitpun usaha untuk mengerjakan soal sendiri dan lebih memilih menyontek
temannya.
Menyadari akan

pentingnya

kemampuan

komunikasi matematis dan

disposisi matematis dan pada waktu yang sama kedua variabel ini rendah, maka
dapat ditemukan adanya masalah pada kedua variabel ini. Oleh sebab itu guru
harus melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut. Upaya yang
dapat

dilakukan

diantaranya

merubah

paradigma

pembelajaran

kearah

konstruktivis, membahas masalah secara komprehensif pada forum MGMP, serta
memperbaiki kualitas pendidikan melalui proses pembelajaran.
Menurut Wahyudi (2010 : 107) “kualitas pendidikan ditentukan oleh
berbagai faktor dominan antara lain; guru, kepemimpinan kepala sekolah, sarana
dan prasarana sekolah termasuk kelengkapan buku, media/alat pembelajaran,
perpustakaan sekolah, tanpa terkecuali kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik”. Dari pendapat Wahyudi salah satu komponen yang sangat penting
dalam kualitas pendidikan adalah perangkat pembelajaran. Kualitas perangkat
pembelajaran yang digunakan juga menentukan kualitas pembelajaran.
Perangkat

yang

berkualitas

adalah

perangkat

pembelajaran

yang

memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Dari pernyataan Akker (Rochmad,

15

2012: 68) disimpulkan bahwa kriteria kualitas suatu perangkat yaitu kevalidan
(validity), kepraktisan (practically), dan keefektifan (effectiveness). Sehingga
dapat dinyatakan bahwa perangkat yang berkualitas adalah yang memenuhi ketiga
aspek tersebut. Selanjutnya dari pernyataan Tati, dkk (2009 : 78) disimpulkan
bahwa validitas diperoleh dari validasi perangkat oleh pakar (expert) dan teman
sejawat berisikan validasi isi (content), konstruk dan bahasa. Selanjutnya
kepraktisan berarti bahwa perangkat pembelajaran dapat diterapkan oleh guru
sesuai dengan yang direncanakan dan mudah dipahami oleh siswa, sedangkan
keefektifan dipilih dari hasil penilaian autentik yang meliputi penilaian terhadap
proses pembelajaran dan hasil belajar.
Selanjutnya mengenai perangkat pembelajaran, menurut Trianto (2011
:201) “perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar
mengajar dapat berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar Kerja Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes Hail Belajar (THB),
media pembelajaran serta buku ajar siswa”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perangkat pembelajaran meliputi sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan
pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Beberapa perangkat
pembelajaran yang lazim didengar adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar dan alat
evaluasi.
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti terhadap perangkat yang
digunakan di MTs Daar Al-Uluum Asahan Kisaran, terdapat beberapa kelemahan
pada perangkat pembelajaran. Mulai dari RPP yang disusun oleh guru tidak
mencantumkan model pembelajaran yang digunakan dan juga tidak memuat

16

alokasi waktu yang jelas pada setiap prosesnya. Kemudian tidak adanya rubrik
penskoran pada penilaian hasil belajar. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.3.

Gambar 1.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Guru

17

Kelemahan selanjutnya terkait dengan buku siswa. Dari analisis yang
dilakukan

peneliti

pada

materi

segiempat,

buku

yang

digunakan

siswa

memaparkan materi secara langsung dan tidak mengarahkan siswa membangun
pengetahuannya

sendiri,

buku

tersebut

langsung

memberikan

rumus

yang

selanjutnya digunakan dalam penyelesaian masalah. Terlihat pada gambar 1.4.

Gambar 1.4 Buku Siswa

18

Kelemahan selanjutnya adalah peran lembar kerja siswa (LKS) yang
mendukung bahan ajar siswa belum dimanfaatkan dalam pembelajaran di MTs
Daar Al-Uluum Asahan Kisaran. Hasil wawancara peneliti pada ibu Nuraisyah
Manurung, S.Pd selaku guru Matematika Mts Daar Al-Uluum Asahan Kisaran
bahwa LKS tidak disusun oleh guru melainkan oleh pihak lain, hal ini
menyebabkan tidak sinkron dengan kegiatan pembelajaran yang direncanakan
RPP, oleh sebab itu ibu Nuraisyah Manurung, S.Pd lebih memilih tidak
memanfaatkan LKS yang ada. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis peneliti
terhadap LKS di MTs Daar Al-Uluum Asahan Kisaran ditemukan bahwa : LKS
tidak mencantumkan tujuan pembelajaran, berisi soal-soal rutin yang merupakan
penerapan rumus-rumus, secara fisik dan visual ilustrasinya LKS tanpa warna dan
tidak menarik. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.5. Jadi, LKS tersebut tidak
mendukung siswa mengkonstruksikan pengetahuannya dan tidak mendukung
dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Oleh sebab itu,
perlu dikembangkan LKS yang dapat memperbaiki kondisi tersebut.
Kelemahan-kelemahan

ini menunjukkan perangkat pembelajaran yang

digunakan guru dalam proses pembelajaran belum memenuhi kriteria valid,
praktis dan efektif. Oleh sebab itu wajarlah jika kemampuan komunikasi dan
disposisi matematis siswa masih rendah. Dengan mengembangkan perangkat
pembelajaran

dapat

menjadi solusi untuk

meningkatkan suatu kemampuan

tertentu. Penelitian Darmawati (2015) telah berhasil mengembangkan perangkat
pembelajaran berbasis realistic mathematics education untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa. Selanjutnya Sudirman (2015: 40)

19

menunjukkan bahwa penggunaan perangkat pembelajaran tipe GQGA berbasis
kontekstual dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis sebesar 0,43
dan aktivitas siswa sebesar 0,156. Penelitian terdahulu ini menambah keyakinan
bahwa dengan mengembangkan perangkat pembelajaran dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa.

Gambar 1.5 Lembar Kerja Siswa
Menurut Romadhoni (2011: 1) “salah satu cara meningkatkan kemampuan
siswa adalah dengan memilih dan menetapkan model pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi pembelajaran dan tujuan yang ingin dicapai serta karakteristik dari

20

siswa”. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis
maka dipilih pendekatan yang dapat membantu siswa untuk menciptakan iklim
berpikir dan membuat siswa tertarik dengan matematika. Oleh sebab iu,
pendekatan

yang

dipilih

dalam

mengembangkan

perangkat

pembelajaran

matematika hendaknya disesuaikan dengan metode, media dan sumber belajar
lainnya yang relevan dalam menyampaikan informasi dan membimbing siswa
agar terlibat secara optimal, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman
belajar dalam rangka menumbuhkembangkan kemampuan kognitif dan afektifnya.
Dan hendaknya perangkat pembelajaran yang dikembangkan menjadi satu
kesatuan yang saling melengkapi dan terfokus pada tujuan yang ingin dicapai.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pembelajaran
pada siswa adalah pendekatan realistik. Pendekatan realistik di Indonesia dikenal
dengan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) yang sejalan dengan
teori belajar RME (Realistic Mathematics Education) Pertama kali dikembangkan
di Belanda oleh Hans Freudenthal. RME menggabungkan pandangan tentang apa
itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika dan bagaimana matematika
harus diajarkan. Siswa tidak boleh dipandang sebagai obyek belajar, melainkan
sebagai subyek belajar. RME menggunakan fenomena dan aplikasi yang real
terhadap

siswa

kontekstual,

dalam

memulai

pembelajaran.

Dengan

sekumpulan

soal

siswa dibimbing oleh guru secara konstruktif sampai mereka

mengerti konsep matematika yang dipelajari. Sehingga dari penguasaan konsep
ini, siswa diharapkan memperoleh prestasi belajar yang baik pula.

21

Dalam

kerangka

Realistic

Mathematics

Education,

Freudenthal

menyatakan bahwa “mathematic is human activity”, karenanya pembelajaran
matematika

disarankan

berangkat

dari

aktivitas

manusia.

Pada

dasarnya

pendekatan realistik bukanlah dipandang sebagai pengetahuan yang “siap pakai”,
tetapi “metematika adalah aktivitas manusia”. Pembelajaran tidak lagi hanya
pemberian informasi dalam pembelajaran matematika, tetapi berubah menjadi
aktivitas

manusia

untuk

memperoleh

pengetahuan

manusia.

Kebermaknaan

konsep merupakan konsep utama dari Pendidikan Matematika Realistik. Suatu
pengetahuan akan menjadi bermakna bagi siswa jika proses pembelajaran
dilaksanakan dalam suatu konteks atau pembelajaran menggunakan permasalahan
realistik. Suatu masalah realistik tidak harus selalu berupa masalah yang ada di
dunia nyata (realworld problem) dan bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
siswa. Suatu masalah disebut “realistik” jika masalah tersebut dapat dibayangkan
(imagineable) atau nyata (real) dalam pikiran siswa. Namun , kebanyakan para
pendidik hanya memberikan pembelajaran berdasarkan buku pegangan yang tidak
interaktif dan tidak menunjang peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi
matematis siswa.
Maka dari itu, dengan mengembangkan perangkat berbasis pendekatan
realistik diharapkan dapat menciptakan kegiatan interaktif, menarik perhatian
siswa, melatih

keterampilan siswa dan bermakna sehingga dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam
menyelesaikan permasalahan dalam matematika.

22

1.2

Identifikasi Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

yang

telah

dikemukakan,

diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut :
1. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.
2. Disposisi matematis siswa masih rendah.
3. Pembelajaran yang terlaksana adalah pembelajaran yang berpusat pada guru,
guru mendominasi pembelajaran sehingga keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran masih sangat kurang.
4. Dalam proses pembelajaran, siswa belum membangun sendiri pengetahuan
dalam dirinya.
5. Perangkat pembelajaran tidak sesuai dengan kebutuhan siswa.
6. Perangkat pembelajaran tidak dibuat sendiri oleh guru.
7. Buku

pegangan

siswa

belum efektif dalam mendukung pengembangan

kemampuan komunikasi matematis siswa.
8. RPP yang digunakan guru tidak memuat alokasi waktu yang jelas, tidak
memuat rubrik penskoran pada penilaian hasil belajar dan mencantumkan
model pembelajaran.
9. LKS belum mendukung siswa untuk mengkontruksikan pengetahuannya.
10. Siswa tidak memiliki keinginan yang kuat untuk memahami matematika dan
cenderung menghindari matematika.
11. Siswa kurang tertarik menyelesaikan soal-soal matematika sehingga siswa
cenderung menyontek hasil pekerjaan temannya.

23

1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan diatas
maka yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini adalah pengembangan
perangkat pembelajaran berbasis pendekatan realistik dibatasi pada Buku Siswa
(BS), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ,
Tes Kemampuan Komunikasi Matematis (TKKM) pada materi segiempat untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa kelas VII
MTs Daar Al-Uluum Asahan Kisaran.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah,

identifikasi

masal

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP SWASTA MAJU BESITANG.

0 7 23

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MTSN TANJUNG PURA.

0 6 36

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMPN 19 MEDAN.

1 8 38

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 15 MEDAN.

0 2 44

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL THIAGARAJAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI MTS PESANTREN DAAR AL ULUUM KISARAN.

0 2 33

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA.

0 3 42

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK.

0 2 39

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi, dan Disposisi Matematis Siswa melalui Pendekatan Kontekstual.

2 11 68

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS, BERPIKIR ALJABAR, DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK.

1 3 97

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA.

18 50 44