METODE PENELITIAN School Refusal Pada Anak Sekolah Dasar

BAB III METODE PENELITIAN

III.A. Pendekatan Kualitatif Metode penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2000 adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini juga digunakan untuk menggambarkan dan menjawab pertanyaan seputar subjek penelitian beserta konteksnya. Peneliti mengharapkan dengan pendekatakan kualitatif peneliti akan bisa menggali lebih dalam tentang gejala dan dinamika school refusal. Penelitian kualitatif dapat menyampaikan dunia subjek secara keseluruhan dari perspektif subjek sendiri dan yang menjadi instrumen dalam mengumpulkan data adalah peneliti sendiri Banister, 1994. Menurut Padgett 1998 terdapat beberapa alasan mengapa menggunakan penelitian kualitatif. Alasan-alasan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bila ingin menggali suatu topik yang masih sedikit diketahui. 2. Jika sebuah topik memiliki kedalaman sensitivitas dan emosional. 3. Mengharapkan mendapatkan “pengalaman hidup” dari perspektif orang yang hidup di dalamnya dan menciptakan arti darinya. 4. Mengharapkan bisa memasuki “kotak hitam” dari program atau intervensi. 5. Seorang peneliti kuantitatif yang mencapai jalan buntu dalam mengumpulkan data atau dalam menjelaskan penemuan. Universitas Sumatera Utara Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam meneliti school refusal pada anak sekolah dasar adalah untuk menggali suatu topik yang masih sedikit diketahui. Peneliti juga ingin mengetahui mengapa subjek yaitu anak sekolah dasar mengalami school refusal. Hal ini sesuai dengan pendapat Poerwandari 2001 yang menyatakan bahwa salah satu tujuan penting penelitian kualitatif adalah diperolehnya pemahaman yang menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti, sebagian besar aspek psikologis manusia juga sangat sulit direduksi dalam bentuk elemen dan angka sehingga akan lebih ‘etis’ dan kontekstual bila diteliti dalam setting alamiah. Artinya tidak cukup mencari “what” dan “how much”, tetapi perlu juga memahaminya “why” dan “how” dalam konteksnya. Selain itu, penelitian kualitatif memungkinkan peneliti untuk memahami cara subjek menggambarkan dunia sekitarnya berdasarkan cara berpikir mereka Taylor dan Bogdan dalam Moleong, 2001. Peneliti berusaha masuk ke dalam dunia konseptual subjek yang ditelitinya untuk mencari jawaban atas semua pertanyaan yang muncul. Hasil dari pendekatan tersebut, diperoleh apa saja gejala-gejala dari school refusal dan bagaimana dinamikanya serta kenapa bisa terjadi pada anak sekolah dasar. III.B. Subjek, Informan dan Lokasi Penelitian III.B.1. Subjek penelitian Subjek penelitian untuk penelitian kualitatif adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan bisa memberikan sebanyak mungkin data yang dibutuhkan. Penelitian ini akan melibatkan anak sekolah dasar yang mengalami Universitas Sumatera Utara school refusal yang bersedia untuk menjadi subjek dalam penelitian ini. Dengan persetujuan yang sudah diperoleh maka peneliti bisa mengatur waktu dan tempat untuk melakukan observasi dan wawancara Gay Airasian, 2003. Sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa subjek dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar yang telah bersedia dan setuju untuk terlibat dalam penelitian ini. Peneliti juga harus meminta persetujuan dari orangtua anak tersebut karena anak tersebut masih dibawah umur. Dalam penelitian ini akan ada prosedur yang harus dilakukan peneliti dan diketahui oleh subjek. Prosedur ini adalah sebagai etika yang harus dijalankan dalam sebuah penelitian. Kerahasiaan Confidentiality, kepada subjek akan disampaikan bahwa nama subjek akan disamarkan dengan tujuan agar identitas subjek bisa terjaga, sehingga subjek tidak perlu membatasi informasi yang akan diberikan dalam penelitian ini. Selain kerahasiaan, kepada subjek juga akan diberitahukan tujuan penelitian secara umum, peran dan aktivitas yang diharapkan dari subjek serta resiko yang mungkin ada dalam penelitian ini. Pemberitahuan ini disebut dengan informed consent Gay Airasian 2003. III.B.1.a. Karakteristik subjek penelitian Subjek penelitian diambil dari populasi anak sekolah dasar di kota Medan dengan alasan memberikan kemudahan bagi peneliti dalam menemukan sampel. Terdapat dua karakteristik subjek dalam penelitian ini, kedua karakteritik ini dipilih dengan alasan bahwa kedua karakteristik ini sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu menggali lebih dalam bagaimana school refusal terjadi pada anak Universitas Sumatera Utara sekolah dasar. Adapun yang menjadi karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Anak sekolah dasar, karena menurut Wanda P.Fremont 2003 school refusal terjadi pada setiap usia, tapi lebih sering terjadi pada usia 5-6 tahun dan 10-11 tahun. 2. Mengalami School Refusal, yang diketahui dari skala yang diisi oleh subjek. Dimana skala tersebut berisikan aitem-aitem yang menggambarkan karakteristik-karakteristik dari school refusal. III.B.1.b. Jumlah subjek penelitian Penelitian kualitatif tidak mementingkan jumlah subjek penelitian, yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah subjek yang bisa memberikan sebanyak mungkin informasi yang ingin didapatkan. Waktu, biaya, kemampuan partisipan, ketertarikan partisipan dan faktor lain yang mempengaruhi banyaknya sampel menjadi hal yang harus diperhatikan dalam mengambil sampel penelitian Gay dan Airasian, 2003. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah dua orang. Kedua orang subjek ini adalah seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Dengan pertimbangan dapat melihat perbedaan yang terjadi pada anak laki-laki dan perempuan. Karena itu diambil jumlah subjek dari jenis kelamin yang berbeda. Universitas Sumatera Utara III.B.2. Informan penelitian Peneliti akan melibatkan informan dalam penelitian ini yang bisa memberikan informasi bahwa anak sekolah dasar tersebut mengalami school refusal. Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dekat dengan subjek, yaitu orangtuapengasuh subjek dan guru-gurunya. III.B.3. Lokasi penelitian Berdasarkan karakteristik subjek sebelumnya bahwa yang menjadi subjek penelitian adalah anak sekolah dasar yang mengalami school refusal. Dan penelitian ini dilakukan di Kota Medan. Hal ini dikarenakan Kota Medan adalah salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki banyak penduduk dengan beragam aktivitas dan beragam pula masalah yang dihadapi dan salah satu masalah tersebut adalah masalah anak. Dan juga dikarenakan peneliti adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara USU sehingga akan memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan di sekolah dan di rumah masing-masing subjek penelitian. III.C. Prosedur Pengambilan Sampel Teknik sampling penelitian kualitatif memfokuskan pada fleksibilitas dan kedalaman daripada probabilitas dan generalisasi matematis. Sampel penelitian berfungsi untuk memperoleh kedalaman dan kekayaan bukan pada representatifnya. Prosedur pengambilan sampel juga merupakan sebuah proses interaktif dimana sampel mungkin diperoleh berdasarkan pertanyaan yang muncul Universitas Sumatera Utara dan yang terpenting adalah memperoleh sampel yang bisa memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian kualitatif menekankan inquiry mendalam dalam penelitian yang tujuannya untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam dengan pertisipan yang relatif sedikit dalam seting tunggal Gay dan Airasian, 2003. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan teori atau berdasarkan konstruk operasional theory basedoperasional construct sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu, berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai dengan studi-studi sebelumnya, atau sesuai dengan tujuan penelitian Poerwandari, 2001. Kriteria sampel telah ditentukan sebelumnya dalam karakteristik sampel berdasarkan teori, studi-studi sebelumnya dan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu peneliti ingin menggali lebih dalam bagaimana gejala dan dinamika school refusal pada anak sekolah dasar. Peneliti akan memperoleh subjek berdasarkan teori atau berdasarkan konstruk operasional theory basedoperasional construct sampling, dengan melakukan wawancara singkat dan melakukan pengisian skala terlebih dahulu. Hasil wawancara dan pengisian skala akan menunjukkan subjek tersebut memenuhi karakteristik sampel, yaitu anak sekolah dasar yang mengalami school refusal. Setelah melalui wawancara dan pengisian skala lalu ditentukan apakah subjek tersebut yang akan menjadi subjek penelitian yang bisa memberikan sebanyak mungkin informasi yang dibutuhkan dan bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara III.D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Hal ini sesuai dengan pendapat Padgett 1998 yang mengatakan bahwa ada tiga bentuk dasar metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yaitu a observasi, b wawancara dan c analisis dokumen. Namun, analisis dokumen tidak dijadikan metode pengumpulan data dikarenakan hal yang paling memungkinkan untuk dilakukan dan dari segi efektifitas, maka observasi dan wawancara yang digunakan sebagai metode pengumpulan data. III.D.1. Observasi Observasi adalah aspek penting bagi banyak ilmu pengetahuan dan telah memainkan peran penting dalam perkembangan psikologi sebagai suatu disiplin ilmu Minauli, 2002. Observasi dipilih sebagai salat satu alat pengumpulan data dikarenakan observasi memiliki kekuatan utama, yaitu dapat diamati secara langsung dan tepat. Selain itu tidak ada penundaan waktu antara munculnya respon dengan pernyataan dan pencatatannya. Di dalam observasi subjek tidak perlu memberi respon dengan menyusun kata-kata atas stimulus yang disajikan dengan kata-kata Wilkinson, dalam Minauli, 2002. Observasi dalam penelitian ini adalah naturalistic observation atau observasi dalam latar alamiah, dalam hal ini adalah sekolah dimana subjek berada. Selain dengan latar alamiah observasi yang dilakukan adalah observasi non partisipan, dimana peneliti tidak turut ambil bagian dalam kegiatan subjek Moleong, 2000. Universitas Sumatera Utara Adapun tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripisikan setting atau lokasi penelitian, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif subjek yang terlibat di dalam kejadian yang diamati tersebut Poerwandari, 2001. Observasi yang digunakan juga harus tetap pada fokus penelitian, yaitu menggali lebih dalam tentang school refusal. Sehingga yang akan menjadi latar observasi hanya pada lingkungan sekolah tempat subjek, sedangkan di luar lingkungan sekolah tidak akan diobservasi dengan alasan keterbatasan peneliti yang memang tidak mungkin terus mengikuti subjek kemanapun mereka pergi. Menurut Patton dalam Poerwandari, 2001, data hasil observasi menjadi penting karena : 1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang konteks hal- hal yang diteliti. 2. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif. 3. Mengingat individu yang telah sepenuhnya terlibat dalam konteks hidupnya sering mengalami kesulitan merefleksikan pemikiran mereka tentang pengalamannya, observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh partisipan atau subjek penelitian sendiri kurang disadari. Universitas Sumatera Utara 4. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka pada saat diwawancarai. 5. Jawaban terhadap pertanyaan akan diwarnai oleh persepsi selektif individu yang diwawancarai. Berbeda dengan wawancara, observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan oleh subjek penelitian ataupun pihak-pihak lain. 6. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap instropeksi terhadap penelitian yang dilakukannya. Kesan dan perasaan pengamat akan menjadi bagian dari data yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti. Observasi digunakan dalam penelitian ini sebagai salah satu metode untuk mengumpulkan data untuk mengungkap gejala dan dinamika dari school refusal yang terjadi. Observasi juga dilakukan saat melakukan wawancara dengan subjek, yang akan diobservasi adalah perilaku nonverbal subjek. III.D.2. Wawancara Wawancara adalah proses komunikasi interaksional antara dua pihak, dimana paling tidak salah satu pihak memiliki tujuan tertentu dan di dalamnya terdapat pertanyaan dan menjawab pertanyaan Stewart Cash, 2000. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang berkenaan dengan topik yang Universitas Sumatera Utara diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain Banister dkk, 1994. Wawancara digunakan sebagai metode pengumpulan data karena dengan wawancara peneliti bisa menggali respon subjek untuk memperoleh pengalaman dan perasaan subjek secara lebih mendalam. Selain itu, dengan wawancara peneliti juga bisa menilai sikap, minat, perasaan, fokus, dan nilai-nilai yang dimiliki subjek daripada hanya dengan mengandalkan observasi Gay Airasian, 2003. Aspek yang ingin diungkap dari wawancara ini adalah aspek kognitif dan afektif dari subjek yang mengalami school refusal, serta mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang terdapat di dalam identifikasi permasalahan penelitian. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam in-depth interview. Banister 1994 menjelaskan bahwa wawancara mendalam adalah wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara, namun penggunaannya tidak sekedar wawancara terstruktur. Pedoman wawancara berisi “open-ended question” yang bertujuan agar arah wawancara tetap sesuai dengan tujuan penelitian Poerwandari, 2001. Pedoman wawancara dalam penelitian ini dibuat berdasarkan pada karakteristik-karakteristik dan gejala-gejala dari school refusal. Pedoman wawancara ini juga digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek check list apakah aspek-aspek yang relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman yang demikian, peneliti harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkrit dalam kalimat Universitas Sumatera Utara tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung Poerwandari, 2001. Penelitian ini mewawancarai subjek dan orang-orang yang dekat dengan subjek. Hal ini dilakukan karena subjek masih belum cukup dewasa, sehingga harus menambah data dari orang yang mengetahui keadaannya, yaitu orang-orang yang dekat dengannya baik orangtuapengasuh atau pun gurunya. III.D.3. Alat bantu pengumpulan data Menurut Gay dan Airasian 2003 bahwa yang menjadi alat terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Namun untuk memudahkan pengumpulan data, peneliti membutuhkan alat bantu, seperti alat perekam tape recorder, pedoman wawancara, lembar observasi dan skala untuk menegakkan diagnosa apakah subjek tersebut benar mengalami school refusal. III.D.3.a. Alat perekam tape recorder Poerwandari 2001 menyatakan, sedapat mungkin wawancara perlu direkam dan dibuat transkripnya secara verbatim kata demi kata, sehingga tidak bijaksana jika peneliti hanya mengandalkan ingatan. Untuk tujuan tersebut, perlu digunakan alat perekam agar peneliti mudah mengulang kembali rekaman wawancara dan dapat menghubungi subjek kembali apabila ada hal yang masih belum lengkap atau belum jelas. Dengan adanya alat perekam ini, hasil wawancara juga merupakan data yang utuh karena sesuai dengan yang disampaikan subjek dalam wawancara. Penggunaan alat perekam ini dilakukan Universitas Sumatera Utara dengan seijin subjek. Selain itu penggunaan tape recorder memungkinkan peneliti untuk lebih berkonsentrasi pada apa yang dikatakan oleh subjek, tape recorder dapat merekam nuansa suara dan bunyi serta aspek-aspek dari wawancara seperti tertawa, desahan, sarkasme secara tajam Padgett, 1998. III.D.3.b. Pedoman wawancara Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara ini juga sebagai alat bantu untuk mengkategorisasikan jawaban sehingga memudahkan pada tahap analisis data nantinya. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tapi juga berdasarkan pada berbagai teori yang berkaitan dengan masalah yang ingin dijawab Poerwandari, 2001. Pedoman umum wawancara memuat isu-isu yang berkaitan dengan tema penelitian tanpa menentukan urutan pertanyaan karena akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat wawancara berlangsung. Pedoman ini digunakan untuk mengingatkan sekaligus sebagai daftar pengecek bahwa semua aspek yang relevan telah dibahas atau ditanyakan. Pedoman wawancara dalam penelitian ini terdapat dalam lampiran. III.D.3.c. Lembar observasi Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang berupa checklist. Checklist digunakan untuk mengklasifikasikan dan mengukur frekuensi dan atau durasi dari perilaku selama periode observasi Universitas Sumatera Utara dalam Minauli, 2002. Checklist dalam penelitian ini berisikan karakteristik- karakteristik dari school refusal. Apabila subjek terdapat memiliki salah satu atau lebih karakteristik tersebut diberi tanda checklist √ dan dilihat seberapa banyak frekuensinya selama observasi dilakukan. Lembar observasi dalam penelitian ini terdapat dalam lampiran. III.D.3.d. Skala Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan Azwar, 2000. Azwar 2000 mengemukakan kebaikan-kebaikan skala dan alasan-alasan penggunaannya, yaitu: 1. Pertanyaan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan subjek sendiri yang tidak disadari. 2. Skala digunakan untuk mengungkap suatu atribut tunggal. 3. Subjek tidak menyadari arah jawaban yang sesungguhnya diungkap dari pertanyaan skala. Skala ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkah laku school refusal yang telah atau sedang dialami oleh subjek penelitian. Tingkah laku school refusal subjek diukur berdasarkan karakteristik dari school refusal dengan menggunakan 40 aitem pertanyaan langsung yang terdiri dari 4 empat pilihan jawaban, yaitu “tidak pernah TP”, “pernah P”, “jarang J”, “sering S”. Skala ini disajikan Universitas Sumatera Utara dalam bentuk pernyataan yang mendukung favorable dan tidak mendukung unfavorable. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu: S=4, J=3, P=2, TP=1, sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu: TP=4, P=3, J=2, S=1. Tabel 1 Blue-Print Skala School Refusal Karakteristik Aitem Jumlah Menolak pergi ke sekolah F = 3, 11, 23, 27, 39 10 UF= 1, 21, 28, 30, 38 Hadir di sekolah tapi kemudian meninggalkannya F = 12, 19, 25, 31, 36 10 UF= 5, 9, 14, 33, 40 Hadir di sekolah tapi menunjukkan tingkah laku yang tidak diharapkan F = 4, 13, 22, 34, 37 10 UF= 2, 10, 16, 20, 26 Mengeluh baik fisik maupun bukan fisik agar tidak sekolah F = 7, 8, 17, 18, 24, 10 UF= 6, 15, 29, 32, 35 Skala school refusal yang terdiri dari 40 aitem dengan 4 empat pilihan jawaban yang bergerak dari 1 sampai 4 diperoleh mean hipotetik sebesar 100 dengan standar deviasi sebesar 20. Berdasarkan skor hipotetik yang diperoleh dari skala school refusal, maka dibuat kategorisasi nilai berdasarkan norma Azwar, 2000 dengan rumus : Tinggi =   SD Mean X 1   Sedang =     SD Mean X SD Mean 1 1     Rendah =   SD Mean X 1   Universitas Sumatera Utara Kriteria kategori untuk school refusal dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Kategorisasi Norma Nilai School Refusal Rentang Nilai Kategorisasi   SD Mean X 1       SD Mean X SD Mean 1 1       SD Mean X 1   Tinggi Sedang Rendah Nilai yang diperoleh subjek I dari pengisian skala yang telah dilakukan pada tanggal 6 Agustus 2007 adalah 83 dan nilai yang diperoleh subjek II dari pengisian skala yang telah dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2007 adalah 84. Berdasarkan rumus kategori di atas maka kedua subjek berada pada kategori sedang. Skala kedua subjek penelitian ini terdapat dalam lampiran. III.E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan yang diungkapkan Bogdan dalam Moleong, 2000. Terdapat tiga tahapan dalam prosedur penelitian kualitatif, yaitu tahap pralapangan, pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. III.E.1 Tahap pralapangan Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian Moleong, 2000 yaitu sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Mengurus surat perijinan Peneliti terlebih dahulu meminta surat ijin dari atasan peneliti sendiri dan orang ataupun lembaga yang berwenang memberikan surat ijin bagi pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti meminta surat ijin kepada Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara USU. 2. Mengumpulkan informasi dan teori yang berhubungan dengan school refusal Peneliti mengumpulkan berbagai informasi dan teori yang berhubungan dengan school refusal dan anak sekolah dasar, kemudian menguraikan faktor- faktor yang berhubungan dengan school refusal berdasarkan teori yang relevan. 3. Menyusun pedoman wawancara Peneliti menyusun butir-butir pertanyaan berdasarkan kerangka teori untuk menjadi pedoman dalam proses wawancara. 4. Persiapan untuk pengumpulan data Peneliti mencari beberapa orang subjek sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan, meminta kesediaannya untuk menjadi subjek, mengisi skala dan mengumpulkan informasi tentang calon subjek tersebut. 5. Membangun rapport Setelah memperoleh kesediaan dari subjek penelitian, peneliti meminta kesediaan untuk bertemu dan mulai membangun rapport. Setelah itu peneliti dan subjek penelitian mengadakan kesepakatan yang meliputi waktu, wawancara dan persyaratan yang lain yang diajukan kedua belah pihak. Universitas Sumatera Utara III.E.2. Tahap pelaksanaan penelitian Setelah diadakan kesepakatan maka peneliti mulai melakukan wawancara dan observasi, namun sebelumnya peneliti membina rapport agar subjek penelitian merasa nyaman dan tidak merasa asing. Wawancara akan dilakukan di tempat yang subjek anggap nyaman. Wawancara dilakukan di sekolah dan di rumah subjek penelitian. Percakapan direkam dengan tape recorder mulai dari awal hingga akhir dengan persetujuan dari subjek. III.E.3. Tahap pencatatan data Untuk memudahkan pencacatan data, peneliti menggunakan alat perekam sebagai alat bantu agar data yang diperoleh dapat lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebelum wawancara dan observasi dimulai, peneliti meminta ijin kepada subjek untuk merekam wawancara yang akan dilakukan. Setelah wawancara dilakukan peneliti membuat verbatim dari wawancara tersebut. III.F. Prosedur Analisis Data Data kualitatif tidak berbentuk angka, tapi lebih banyak berupa narasi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis gambar, foto ataupun bentuk-bentuk non angka lainnya Poerwandari, 2001. Data dalam penelitian ini adalah rekaman hasil wawancara yang dituangkan dalam transkrip verbatim dan lembar observasi. Berdasarkan penjelasan Moleong dan Poerwandari dalam Irmawati, 2002, prosedur analisa data penelitian kualitatif adalah : Universitas Sumatera Utara 1. Mencatat data dalam bentuk teks. 2. Mengelompokkan data dalam kategori-kategori tertentu sesuai dengan pokok permasalahan yang ingin dijawab. 3. Melakukan interpretasi awal terhadap setiap kategori data. 4. Mengidentifikasi tema utama atau kategori utama dari data yang terkumpul. 5. Menulis hasil akhir. Berdasarkan tahap-tahap di atas, peneliti melakukan prosedur berikut: 1. Menuliskan hasil wawancara dalam bentuk transkrip verbatim. 2. Memilah data yang relevan dengan pokok permasalahan. 3. Melakukan koding pada data yang telah relevan dengan pokok permasalahan. 4. Interpretasi atau analisa data dari masing-masing subjek. 5. Menulis hasil akhir. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA DAN INTERPRETASI DATA