IP Address TEORI DASAR JARINGAN

30

2.5 IP Address

Alamat IP Internet Protocol Address atau sering disingkat IP adalah deretan angka biner antara 32-bit sampai 128-bit yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan internet. Panjang dari angka ini adalah 32-bit untuk IPv4 dan 128-bit untuk IPv6 yang menunjukkan alamat dari komputer tersebut pada jaringan internet berbasis TCPIP. Internet Assigned Numbers Authority IANA yang mengelola alokasi alamat IP global. Dalam pengertian lain, IP address dapat diartikan alamat numerik yang ditetapkan untuk sebuah komputer yang berpartisipasi dalam jaringan komputer yang memanfaatkan Internet Protocol untuk komunikasi antara node-nya [9]. IP address dikelompokan dalam lima kelas, yaitu kelas A, B, C, D dan E. Perbedaannya terletak pada ukuran dan jumlah. IP address kelas A dan IP address kelas B digunakan untuk jaringan berukuran besar dan sedang. IP address kelas C untuk pembagian jaringan yang banyak, namun masing- masing jaringan memiliki anggota yang sedikit. IP address kelas D dan E tidak digunakan dalam penggunaan normal, kelas D diperuntukan bagi jaringan multicast dan E untuk eksperimental [10]. Pembagian kelas-kelas IP address seprti Gambar 2.22 didasarkan pada dua hal, yaitu Network ID dan Host ID. Host ID dari masing-masing komputerrouter di suatu jaringan harus berbeda dengan komputer yang lain. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 31 Gambar 2.22 Kelas-Kelas IP Address Bit Binary Digit adalah bilangan biner yang terdiri dari dua angka 0 dan a. Kelas A 1 oktet , 1 oktet = 8 bit = nilainya antara 0 - 255 desimal. Format = 0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh n = Net ID, h = Host ID Bit Pertama Jumlah = 0 Panjang Net ID = 8 bit 1 oktet Panjang Host ID = 24 bit 3 oktet Oktet pertama = 0 – 127 Range IP address = 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx 0 dan 127 dicadangkan Jumlah Network = 126 IP address = 16.777.214 b. Kelas B Format = 10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh n = Net ID, h = Host ID 2 bit pertama = 10 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 32 Panjang Net ID = 16 bit 2 oktet Panjang Host ID = 16 bit 2 oktet Oktet pertama = 128 – 191 Range IP address = 128.0.xxx.xxx sampai 191.255.xxx.xxx Jumlah Network = 16.384 Jumlah IP address = 65.534 c. Kelas C Format = 110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh n = Net ID, h = Host ID 3 bit pertama = 110 Panjang Net ID = 24 bit 3 oktet Panjang Host ID = 8 bit 1 oktet Oktet pertama = 192 – 223 Range IP address = 192.0.0.xxx sampai 255.255.255.xxx Jumlah Jumlah Network = 2.097.152 IP address = 254 d. Kelas D Format = 1110mmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm 4 Bit pertama = 1110 Bit multicast = 28 bit Bit inisial = 224 - 247 Deskripsi = Kelas D adalah ruang alamat multicast e. Kelas E Format = 1111rrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 33 4 bit pertama = 1111 Bit cadangan = 28 bit Byte inisial = 248 - 255 Deskripsi = Kelas E adalah ruang alamat yang dicadangkan untuk keperluan eksperimental. 2.6 Subnet Mask Subnet Mask merupakan istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar [9]. Gambar 2.23 Pembagian Kelas pada Subnet Mask a. Pada Gambar 2.23 dapat dilihat pembagian kelas pada subnet mask. RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan adalah sebagai berikut : b. Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai1. Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 34 Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCPIP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Baik itu subnet mask default yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas ataupun subnet mask yang dikustomisasi yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCPIP.

2.7 Default Gateway

Dokumen yang terkait

Implementasi Grid Computing Pada LAN ( Local Area Nework ).

3 79 55

Analisis Kinerja Jaringan Local Area Network (LAN) Menggunakan Aplikasi Cisco Packet Tracer

10 67 97

Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer

0 1 16

Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer

0 0 1

Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer

0 0 5

Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer

1 1 55

Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer Chapter III V

0 0 34

Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer

0 2 4

Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer

0 0 15

Perbandingan Kinerja Protocol Routing Open Shortest Path First (OSPF) dan Routing Information Protocol (RIP) Menggunakan Simulator Cisco Packet Tracer

0 1 7