Fiscal space pemerintah masih ketat dan kemampuan membayar hutang melemah

Indonesian Economic Review and Outlook

3. Fiscal space pemerintah masih ketat dan kemampuan membayar hutang melemah

Realisasi pendapatan dan hibah negara mencapai 5,5 dari target dalam APBN 2014 sebesar IDR 1.667,1 triliun dan realisasi belanja negara per Januari 2014 sebesar 5,3. Target pendapatan dan hibah tersebut terdiri atas penerimaan dalam negeri sebesar IDR 1.665,78 triliun dan hibah IDR 1,36 triliun. Sejauh ini penerimaan perpajakan sudah mencapai 6,5 dari target IDR 1.280,4 triliun dan penerimaan bukan pajak baru 2 dari IDR 385,4 triliun. Total belanja negara dalam APBN 2014 sejumlah IDR 1.842,5 triliun dengan rincian IDR 1.249,9 triliun untuk belanja pemerintah pusat dan IDR 592,6 triliun untuk transfer ke daerah. Belanja pemerintah pusat yang sudah terealisasi per Januari 2014 sebesar 3,2, sedangkan transfer daerah sudah mencapai 9,6. Pembayaran utang dan bantuan sosial sejauh ini merupakan komponen belanja yang tertinggi realisasinya, masing-masing sebesar 10,8 dan 10,1. Termasuk dalam belanja negara adalah transfer ke daerah yang salah satunya berupa pemberian dana otonomi khusus dan penyesuaian yang 5,5 94,5 Realisasi Total 5,3 94,7 Realisasi Total a Penerimaan dan Hibah b Belanja Gambar 7: Realisasi Penerimaan, Hibah, dan Belanja Negara per Januari 2014 Realisasi penerimaan dan hibah sebesar 5,5, realisasi belanja negara sebesar 5,3 Sumber: Kementerian Keuangan 2014 10 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada dalam APBN 2014 meningkat 24,8 dari tahun sebelumnya. Porsinya terhadap total transfer ke daerah pun meningkat menjadi 17,66. Salah satu yang baru adalah dana keistimewaan yang resmi dianggarkan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta DIY sejumlah IDR 520 miliar. Namun, jika dibandingkan dengan daerah-daerah penerima dana otonomi khusus, jumlah tersebut masih jauh lebih kecil. Penerimaan dari pajak masih menjadi andalan pemerintah dalam membiayai belanja negara. Selama tiga tahun terakhir ini, pajak selalu menyumbang lebih dari 75 penerimaan negara. Meski peranannya dalam penerimaan APBN mulai menurun, realisasi penerimaan pajak ini sangat penting untuk menjaga keberlanjutan fiskal. Dalam rangka mengamankan target penerimaan pajak di tahun ini, Direktorat Jenderal Pajak menyusun langkah optimalisasi. Langkah tersebut diterjemahkan dalam enam program strategis: i penyempurnaan sistem administrasi perpajakan; ii ekstensifikasi wajib pajak pribadi; iii perluasan basis pajak, termasuk usaha kecil menengah UKM; iv optimalisasi pemanfaatan data dan informasi dari institusi lain; v penguatan penegakan hukum bagi penghindar pajak; dan vi penyempurnaan peraturan perpajakan Dana otonomi khusus dan penyesuaian tumbuh 24,8 di 2014 y-o-y; DIY menerima IDR 520 miliar dana keistimewaan Sumber: Direktorat Jenderal Anggaran dan CEIC 2014, diolah 11 14,97 15,86 17,66 20,06 19,04 24,80 5 10 15 20 25 30 50 100 150 2012 2013 2014 Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Jumlah LHS Persentase dari Total Transfer Daerah RHS Pertumbuhan RHS 6,78 2,55 6,82 0,52 - 1 2 3 4 5 6 7 8 Dana Otsus dan Keistimewaan DIY Indonesian Economic Review and Outlook Selain itu, intensifikasi pajak finansial dan penetapan tarif pajak final juga diwacanakan sebagai solusi menggenjot penerimaan pajak. Ide Intensifikasi pajak finansial adalah mengenakan pajak pada berbagai transaksi moneter seperti saham, obligasi dan future. Alasannya adalah sektor finansial menghasilkan keuntungan yang besar dan juga bisa menikmati dana pemerintah saat terjadi krisis melalui mekanisme bail-out. Sedangkan penetapan tarif pajak final adalah salah satu solusi untuk mengefektifkan sistem self-assessment tanpa melakukan penambahan pegawai pajak. Demi mencukupi kebutuhan pembiayaan dalam negeri, Kementerian Keuangan RI menerbitkan Global Bond sebesar IDR 50,5 triliun pada Januari 2014. Peningkatan tersebut sempat meningkatkan total surat berharga negara outstanding Januari 2014. Namun pada Februari 2014, Total SBN turun sebesar IDR 3,45 triliun dari Januari 2014 menjadi IDR 1.459,29 triliun dan meningkat sebesar IDR 339,22 triliun dari Februari 2013 lihat Gambar 13. Obligasi bunga tetap naik sebesar IDR 22,25 triliun menjadi IDR 793,07 triliun dan naik sebesar IDR 153,47 triliun dari Februari 2013. Surat Berharga Syariah Negara turun sebesar IDR 5,98 triliun menjadi IDR 77,15 triliun dari Januari Gambar 9: Target Penerimaan Perpajakan dan Persentase Pajak dalam APBN 2012-2014 Meski tetap sebagai sumber utama penerimaan negara, peran pajak dalam APBN mulai sedikit menurun. Sumber: Direktorat Jenderal Anggaran dan CEIC 2014, diolah 1.033 1.193 1.280 78,74 77,99 76,80 69 71 73 75 77 79 81 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 2012 2013 2014 Target Pajak LHS, IDR triliun Persentase Penerimaan Pajak dari Total Penerimaan dan Hibah RHS 12 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 2014 dan naik sebesar IDR 4,63 triliun dari Februari 2013. Obligasi denominasi Valuta Asing Februari 2014 juga mengalami penurunan sebesar IDR 21,72 triliun menjadi IDR 428,26 triliun dari Januari 2014, meningkat sebesar IDR 164,57 triliun dari Februari 2013. Peningkatan terjadi pada surat perbendaharaan negara sebesar IDR 2 triliun dari Januari 2014 menjadi IDR 38,5 triliun dan meningkat sebesar IDR 16,53 triliun dari Februari 2013. Total utang luar negeri Indonesia secara umum meningkat dan peningkatan tertinggi dari utang luar negeri swasta. Rasio utang luar negeri swasta terhadap total utang luar negeri mencapai 53,21, sedangkan proporsi utang luar negeri pemerintah dan bank sentral sebesar 46,79. Total utang luar negeri Indonesia Desember 2013 meningkat sebesar USD 2,6 miliar menjadi USD 264,06 miliar dari November 2013 naik 1. Meningkat sebesar USD 12,6 miliar 5 dari Januari 2013 dan USD 11,17 miliar 4,6 dari Desember 2012. Utang luar negeri swasta Desember 2013 meningkat sebesar USD 2,3 miliar menjadi USD 140,5 miliar dari November 2013 atau sebesar 2. Utang luar negeri pemerintah Desember 2013 meningkat sebesar USD 212 juta menjadi USD 114,29 miliar dari November 2013 atau sebesar 0,2. Turun sebesar USD 914 juta -1 dari Januari 2013 dan USD 1,8 miliar - 1,6 dari bulan Desember 2012. Utang luar negeri jangka pendek swasta by September 2011 – Desember 2013 USD miliar Utang luar negeri swasta meningkat Sumber: Direktorat Jenderal Anggaran dan CEIC 2014, diolah 13 Indonesian Economic Review and Outlook original maturity Desember 2013 meningkat sebesar USD 1,9 miliar menjadi USD 40,67 miliar dari November 2013 atau sebesar 4,9. Meningkat sebesar USD 4,84 miliar 14 dari Januari 2013 dan sebesar USD 3,8 miliar 1,04 dari Desember 2012. Utang luar negeri jangka pendek swasta by remaining maturity Desember 2013 turun sebesar USD 338 juta menjadi USD 41,159 miliar dari November 2013 atau sebesar -0,8. Meningkat sebesar USD 2,3 miliar 6 dari Januari 2013 dan sebesar USD 1,09 miliar 2,7 dari Desember 2012. Debt Service Ratio yang menunjukkan tren yang meningkat telah mengalami peningkatan tajam pada kuartal IV-2013. Pada kuartal terakhir 2013 ini DSR Indonesia mencapai 52,7. Angka yang tinggi ini menunjukkan kemampuan membayar utang Indonesia melemah dari kuartal ke kuartal yang menyebabkan peningkatan risiko pada perekonomian Indonesia. Kepemilikan asing atas surat berharga meningkat. Kepemilikan asing atas obligasi pemerintah pada Januari 2014 meningkat sebesar IDR 4,8 triliun menjadi IDR 328,65 triliun dari Desember 2013 dan naik sebesar IDR 55,45 triliun dari Januari 2013. Hal ini seiring dengan penerbitan Global Bond Januari lalu. Sementara itu, kepemilikan asing atas ekuitas pada Desember 2013 sebesar IDR 1.475,45 triliun naik menjadi IDR 1,7 triliun dari November 2013. Sumber: Bank Indonesia dan CEIC 2014 2013 Debt Service Ratio meningkat tajam 14 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Gambar 12: Kepemilikan Asing atas Surat Berharga, Oktober 2011 – Februari 2014 IDR triliun Kepemilikan asing atas surat berharga Indonesia meningkat Sumber: Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan CEIC 2014 Gambar 13: Komposisi Surat Berharga Negara, November 2011 – Februari 2014 IDR triliun Surat berharga negara outstanding sedikit mengalami penurunan Sumber: DJPU Kementerian Keuangan dan CEIC 2014 5 10 15 20 25 30 35 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.000 Kepemilikan Asing atas Ekuitas LHS Kepemilikan Asing atas Obligasi Pemerintah LHS Kepemilikan Asing atas SBI RHS 15 Indonesian Economic Review and Outlook 4. Tingkat kemiskinan dan pengangguran memburuk Meskipun secara keseluruhan perekonomian pada kuartal-IV 2013 mengalami sedikit peningkatan, namun justru terjadi peningkatan angka pengangguran pada Agustus 2013. Tingkat pengangguran terbuka naik menjadi 6,3 pada Agustus 2013 dari 6,1 pada periode yang sama tahun sebelumnya. Di samping itu, menurut publikasi BPS, jumlah angkatan kerja di Indonesia naik 150.000 orang dari 118,05 juta orang menjadi 118,19 juta orang. Dari sisi gender, tingkat partisipasi laki-laki maupun perempuan dalam lapangan kerja menurun, dimana pada Agustus 2012 tingkat partisipasi laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 84,42 dan 51,39 yang berubah menjadi 83,58 dan 50,28 pada Agustus 2013. Sementara itu, jika dibandingkan dengan laki-laki, tingkat partisipasi perempuan masih lebih rendah. Sementara itu, dilihat dari struktur lapangan pekerjaan hingga Agustus 2013, kontribusi penduduk yang bekerja di sektor pertanian terus mengalami penurunan. Pada Agustus 2012 sektor Pertanian berkontribusi sebesar 35,09 turun pada Agustus 2013 menjadi 34,36. Penurunan dan Pengangguran Terbuka di Indonesia, Februari 2011 – Agustus 2013 dalam Tingkat pengangguran terbuka meningkat Sumber: BPS dan CEIC 2014 84,86 84,30 85,67 84,42 85,12 83,58 55,13 52,44 53,71 51,39 53,36 50,28 6,8 6,6 6,3 6,1 5,9 6,3 2 4 6 8 20 40 60 80 100 Feb-11 Agust-11 Feb-12 Agust-12 Feb-13 Agust-13 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Laki-Laki LHS Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan LHS Tingkat Pengangguran Terbuka RHS 16 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada tenaga kerja di sektor pertanian tersebut juga tak lepas dari faktor tingkat upah yang lebih tinggi di sektor-sektor lain seperti industri atau perdagangan. Meski mengalami penurunan, porsi tenaga kerja sektor Pertanian masih mendominasi sebagai penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Selain dari sektor Pertanian, sektor yang juga ikut berkontribusi tinggi dalam penyerapan tenaga kerja secara berurutan adalah sektor Perdagangan, Jasa Kemasyarakatan dan Industri. Serupa dengan kondisi pada sektor Pertanian yang mengalami penurunan, jumlah angkatan kerja pada sektor Konstruksi dan Industri juga menurun masing-masing menjadi 5,67 dan 13,43 dari 6,13 dan 13,87 pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan meningkatnya tingkat pengangguran terbuka, tingkat kemiskinan juga bertambah. Penduduk miskin pada September 2013 berjumlah 28,55 11,47 dari jumlah penduduk meningkat dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2013 yaitu 28,07 juta orang 11,37 dari jumlah penduduk. Lonjakan angka kemiskinan tersebut salah satunya disebabkan laju inflasi pasca kenaikan harga BBM pada bulan Juni Pekerjaan Utama, Tahun 2011-2013 dalam Kontribusi penduduk yang bekerja di sektor pertanian terus mengalami penurunan sementara pada sektor Industri meningkat. Sumber: BPS dan CEIC 2014 Feb Agst Feb Agst Feb Agst Pertanian 38,17 35,86 36,52 35,09 35,05 34,36 Industri 12,31 13,26 12,6 13,87 12,96 13,43 Konstruksi 5,02 5,78 5,41 6,13 6,04 5,67 Perdagangan 20,88 21,34 21,29 20,9 21,76 21,43 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 5,01 4,63 4,61 4,51 4,59 4,55 Keuangan 1,85 2,4 2,46 2,4 2,64 2,63 Jasa Kemasyarakatan 15,29 15,18 15,4 15,43 15,37 16,44 Lainnya 1,45 1,55 1,7 1,67 1,59 1,51 TOTAL 100 100 100 100 100 100 Lapangan Pekerjaan Utama 2011 2012 2013 17 Indonesian Economic Review and Outlook Gini Ratio, yaitu 0,413 dari 0,410 pada tahun 2012. Hal ini mencerminkan pemerataan ekonomi di Indonesia bermasalah. Ketidakmerataan pendapatan masyarakat terus meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu pemerintah harus lebih memfokuskan kepada pemerataan pembangunan dan bukan hanya sekedar pertumbuhan ekonomi. Tabel 2: Perkembangan Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia, 2011- 2013 Angka kemiskinan dan ketimpangan pendapatan di Indonesia meningkat. Sumber: BPS dan CEIC 2014 juta orang 11-Mar 30,02 12,49 11-Sep 29,89 12,36 12-Mar 29,13 11,96 12-Sep 28,59 11,66 13-Mar 28,07 11,37 13-Sep 28,55 11,47 Tahun Jumlah penduduk miskin Indeks Gini 0,41 0,41 0,413 18 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada B. SITUASI MONETER DAN PASAR KEUANGAN

1. Nilai rupiah menurun