Asri Novianti, 2015 PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM
MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan selalu dituntut untuk menghasilkan SDM Sumber Daya Manusia yang berkualitas dengan kemampuan yang unggul dan
memiliki kreativitas yang tinggi sehingga dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik serta mampu memajukan bangsa dalam persaingan global. Dengan
semakin berkembangnya persaingan global, maka masyarakat dituntut untuk memiliki kesadaran agar berperilaku kreatif guna mengembangkan potensi yang
dimiliki dan membantu memecahkan masalah yang mereka hadapi. Menurut Munandar 2012, hlm. 27 mengungkapkan bahwa kreativits merupakan proses
merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan masalah, menilai, menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan
mengujinya lagi dan akhirnya menyampaikan hasilnya. Dengan kita memiliki perilaku yang kreatif maka akan terjadi aktivitas yang menciptakan interaksi antar
individu yang heterogen. Interaksi yang terjadi dapat menciptakan ide-ide baru yang tentunya dapat memicu timbulnya kreativitas. Maka untuk memenuhi hal
tersebut usaha untuk meningkatkan kreativitas masyarakat yaitu melalui dunia pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang N0. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Adanya kegiatan pembelajaran dalam pendidikan tersebut akan membawa masyarakat pada perkembangan potensi diri yaitu dengan memiliki akhlak yang
mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi masyarakat yang demokratis. Pendidikan nasional ini memiliki 3 subsistem yaitu pendidikan formal, pendidikan
non formal dan pendidikan informal, masing-masing subsistem tersebut memiliki tugas dan tujuan yang berpatok pada keberhasilan peningkatan kualitas hidup
masyarakat. Usaha pemerintah dalam rangka meningkatkan kreativitas masyarakat dengan melalui pendidikan nonformal yang bergerak dibidang
Asri Novianti, 2015 PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM
MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
pengembangan potensi masyarakat sepanjang hayat, karena pada umumnya semua lapisan masyarakat harus memiliki kreativitas guna mengembangkan dirinya.
Seperti Menurut Comb, 1973 dalam Sudjana, 2010, hlm.21 mengemukakan bahwa: Pendidikan Non Formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis,
di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan
untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Adapun satuan pendidikan non formal itu terdiri dari kelompok belajar,
lembaga kursus dan pelatihan, majelis ta’lim, pusat kegiatan belajar masyarakat PKBM, dan lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pendidikan sejenis.
Salah satu satuan dari PNF yang mendukung kegiatan peningkatan kreativitas masyarakat ini adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM dengan
memiliki berbagai program atau kegiatan yang dapat menunjang masyarakat untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya di PKBM. Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat PKBM ini merupakan salah satu wadah yang dibuat untuk proses pembelajaran masyarakat yang didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat
itu sendiri dan berbasis pada masyarakat. PKBM merupakan ide atau inisiatif dari masyarakat itu sendiri yang dirancang untuk melakukan pemberdayaan bagi
masyarakat oleh pemerintah atau pihak lain diluar masyarakat itu. Inisiatif itu datang dari kesadaran akan kepentingan untuk peningkatan mutu melalui proses
pembelajaran yang dibuat dalam suatu wadah yaitu melalui PKBM. Pada PKBM ini dituntut memiliki berbagai pendekatan, dan metode yang menarik guna
meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mengikuti berbagai program yang diberikan pada masyarakat.
Upaya dalam mengembangkan kreativitas masyarakat tersebut sudah dilakukan salah satunya oleh Lembaga PKBM Taboo di daerah Dago Pojok
Coblong-Bandung yang memiliki berbagai program atau kajian PLS, dan yang lebih menonjol yaitu dalam bidang pemberdayaan masyarakat serta kecakapan
hidup dengan pengembangan penyadaran kreativitas masyarakat. Tujuan dari PKBM Taboo ini adalah untuk memberikan pendidikan dan mengubah persepsi
masyarakat terhadap pengertian pendidikan yang lebih bersifat pragmatis atau hanya sekedar perolehan ijazah, gelar, dan pekerjaan. Pengertian dari pendidikan
Asri Novianti, 2015 PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM
MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
itu sendiri sebenarnya menciptakan masyarakat yang kreatif, guna mampu menciptakan hal baru, menerima masukan dari pihak lain dan mampu
mengembangkan potensi dirinya. Maka pada PKBM Taboo ini lebih menekankan pada pengembangan potensi masyarakat. Sejalan dengan hal itu, Hidayanto
dalam Anwar, 2012, hlm.5 Menjabarkan bahwa; Empat pilar menjadi : pengetahuan, keterampilan, kemandirian dan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerjasama. Keempat pilar tersebut, merupakan pilar-pilar belajar yang harus menjadi basis dari
setiap lembaga pendidian, baik pendidian formal maupun pendidian non formal dan pendidian informal dalam penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran yang bertujuan pada hasil aktual yang diperlukan manusia.
Dengan adanya tujuan tersebut, harus dibuat strategi yang tepat oleh pengelola PKBM guna menarik partisipasi masyarakat setempat secara menyeluruh yaitu
melalui program Art Education. Program Art Education ini merupakan program pendidikan kecakapan hidup yang bergerak dibidang seni dan keterampilan
sehingga diberi nama Art Education. Program ini sudah berlangsung sejak tahun 2013 yang melibatkan masyarakat Dago Pojok Coblong-Bandung, baik anak-anak
yang putus sekolah, ibu-ibu, dan remaja. Dasar pemikiran dari program Art Education ini adalah bagaimana
manusia itu mengenal potensi pada dirinya, karena jika manusia itu kenal pada dirinya sendiri maka dia akan menjadi kreatif. Selain itu yang menjadi dasar Art
Education ini, karena dalam kreativitas tidak ada kata mengeluh dan pasrah terhadap sesuatu hal yang dihadapi, tetapi mencari dan mengeksplor potensi yang
kita miliki dan dikembangkan. Kreativitas pada umumnya dibangun oleh dua model yaitu kreativitas karena ekonomi dan kreativitas karena pergaulan.
Kreativitas yang dibangun melalui pergaulan muncul melalui komunikasi atau bersosialisasi dengan masyarakat lain sehingga saling bertukar pikiran, peka atau
paham terhadap kebutuhan lingkungannya dan mampu menciptakan hal baru yang menarik. Sedangkan kreativitas yang dibangun melalui ekonomi yaitu
karena adanya desakan pemenuhan kebutuhan ekonomi yang mampu menyadarkan masyarakat untuk lebih kreatif dalam menciptakan hal baru yang
memiliki nilai jual. Dalam upaya penyadaran kreativitas pada masyarakat ini memperoleh hambatan atau permasalahan karena banyaknya adat istiadat atau
berbagai perbedaan budaya dilingkungan masyarakat. Dengan adanya hambatan
Asri Novianti, 2015 PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM
MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
atau permasalahan tersebut maka pengelola menggali atau mencari cara melalui temuan baru yaitu seni lintasan, dimana seni lintasan tersebut merupakan
perpaduan antara seni tradisional dengan modern yang menciptakan sebuah fenomena dan fenomena tersebut yang diolah untuk menjadi sumber Art
Education. Melalui hal tersebut, maka masyarakat atau peserta menjadi memiliki ide yang tidak terbatas untuk mengembangkan kreativitasnya yang disebabkan
oleh perbedaan budaya dari masing-masing masyarakat atau peserta tersebut. Pada program Art Education ini masyarakat diberikan keterampilan melalui berbagai
kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat itu sendiri guna menunjang kebutuhan secara materi dan pengembangan kreativitasnya sehingga membantu dalam
meningkatkan ekonomi, pengetahuan, keterampilan dan peningkatan kesejahteran hidup bagi masyarakat.
Program Art Education ini terdiri dari beberapa bidang, yaitu bidang industri batik fraktal, seni rupa bermain taman bermain educative anak, pencak
silat, seni tari, pembuatan patung, wayang, dan eksperimen kreatif mural. Peneliti membatasi penelitian pada salah satu dari bidang program Art Education
yaitu industri batik fraktal. Industri batik fraktal ini awalnya hanya kegiatan pemberian keterampilan pada masyarakat, tetapi karena munculnya kreativitas
dari mayarakatpengrajin batik dan melihat adanya kesempatan pengembangan untuk menjadikan kegiatan ini sebagai industri, maka berkembang menjadi
industri batik fraktal di Dago Pojok Bandung. Kegiatan ini untuk membantu masyarakat pengrajin batik memperoleh pengetahuan dan keterampilan dibidang
pembuatan produk batik fraktal sehingga mampu membantu dalam meningkatkan kreativitasnya melalui kegiatan produksi dan menghasilkan produk yang memiliki
ciri khas dan teknik pembuatan batik yang lebih cepat, praktis serta memiliki nilai jual. Prospek produk dari hasil industri batik fraktal ini sangat potensial pada
perekonomian dalam Negeri. Hal tersebut diperkuat dari data yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Tercatat bahwa industri
fashion dan kerajinan menyumbang masing-masing 43 dan 25 dari total industri kreatif guna Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB di Indonesia.
Surabaya Post Online, 08032012
Asri Novianti, 2015 PENYELENGGARAAN PROGRAM ART EDUCATION BIDANG INDUSTRI BATIK FRAKTAL DALAM
MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Mencermati data diatas, produk yang dihasilkan dari kegiatan industri batik fraktal ini memiliki peluang pasar yang besar dalam perdagangan domestik
maupun global. Kegiatan Art Education bidang industri batik fraktal ini dilaksanakan sesuai dengan waktu luang masyarakat pengrajin batik setempat,
yang dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan di PKBM Taboo dengan alat dan bahan yang disediakan oleh pengelola sesuai kebutuhannya. Pemasaran
atau penjualan produk tersebut yaitu melalui kegiatan rutin pameran dan festival baik di lingkungan kampung kreatif yang mengundang banyak masyarakat
setempat maupun diluar kampung kreatif, serta melalui sosial media sehingga banyak para pengunjung dan turis asing yang tertarik pada produknya serta
mengajak bekerja sama. Dalam pelaksanaan suatu program maka diperlukan pengelolaan yang baik, sehingga pada saat penyelenggaraan program tersebut
berjalan dengan baik. Kemudian perencanaan dan pelaksanaannya dievaluasi sehingga dapat diketahui keberhasilan program dan dapat dijadikan umpan balik
untuk perbaikan serta pengembangan berikutnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian pada Lembaga PKBM Taboo Dago Pojok Bandung mengenai
“Penyelenggaraan Program Art Education Bidang Industri Batik Fraktal
Dalam Mengembangkan Kreativitas Masyarakat Pengrajin Batik ”.
B. Rumusan masalah