Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan di Klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESIAPAN BERHUBUNGAN SEKSUAL PASCA MELAHIRKANdi KLINIK MARELAN INDRI MEDAN

TAHUN 2013

HERIANDA ALIFA 125102107

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan di Klinik Marelan Indri Tahun 2013

ABSTRAK Heri Anda Alifa

Latar belakang: Seksualitas dapat dipandang sebagai pencetusan dari hubungan antara individu dimana daya tarik rohaniah dan badaniah menjadi dasar kehidupan bersama antara dua insan manusia. Berhubungan seksual pasca melahirkan hal yang penting bagi ibu mengenai kapan dapat memulai lagi dan bahayanya. Tiap wanita berbeda-beda kesiapannya ditinjau dari segi fisik dan psikologis. Wanita mengalami perubahan sangat drastis didalam tubuh.

Tujuan penelitian: untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan.

Metodologi penelitian: penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 49 orang. Penelitian dilakukan pada 13 Maret 2013 sampai 16 Maret 2013 di Klinik Marelan Indri Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi karakteristik ibu berdasarkan waktu, paritas, umur, pendidikan, pertanyaan dari kesiapan fisik dan kesiapan psikologis.

Hasil: hasil penelitian menunjukkan mayoritas karakteristik ibu berdasarkan waktu berhubungan seksual > 40 hari 40 orang (81,6%), paritas melahirkan 2-4 kali 26 orang (53,1%), umur 20-35 tahun 29 orang (59,2%), tingkat pendidikan SMA 28 orang (57,1%). Berdasarkan kesiapan fisik dalam kategori siap 39 orang (79,6%), kesiapan psikologis dalam kategori siap 25 orang (51,0%).

Kesimpulan: dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu berhubungan seksual pasca melahirkan dilihat berdasarkan karakteristik ibu: waktu, paritas, umur, pendidikan, kesiapan fisik dan kesiapan psikologis. Diharapkan petugas kesehatan memberikan penyuluhan seksual pasca melahirkan sehingga para ibu dapat kembali berhubungan seksual pasca melahirkan yang aman dengan siap secara fisik dan psikologis agar tidak terjadi komplikasi pasca melahirkan.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan di Klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013”.

Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan kemampuan pengetahuan penulis. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sekalian.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan moril maupun materil dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns.M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan sebagai penguji I dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

3. Dr.dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked (OG) Sp.OG.K, selaku dosen penguji II dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. dr. Isti Ilmiati Fujianti, M.Sc.CM-FM, Mpd.Ked, selaku dosen pembimbing yang selalu sabar telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini hingga dapat diselesaikan.

5. Nila Wati Am.Keb, SKM, Kepala Klinik Bersalin Marelan Indri yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah..


(5)

6. Seluruh Dosen dan staff administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta ilmu kepada penulis.

7. Kedua orang tua yang tak terhingga yang telah memberikan dorongan moril, materil, dan semangat penuh kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah memberi penulis semangat dan motivasi.

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah dari Allah SWT. Amin Ya Robbal Alamin.

Medan, Juli 2013


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan Umum ... 6

2. Tujuan Khusus ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Praktek Kebidanan ... 6

2. Penelitian Kebidanan ... 6

3. Pendidikan Kesehatan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesiapan ... 8

1. Pengertian ... 8

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan ... 8

3. Prinsip-prinsip Kesiapan ... 11

4. Aspek-aspek Kesiapan ... 12

B. periode pascapartum pada masa nifas ... 12

1. Perubahan Fisik dan Psikologis Pada Masa Nifas ... 12

C. Seks dan Seksualitas ... 16

1. Pengertian ... 16

2. Tahap-tahap Respon Seksual ... 18

D. Seksual Pasca Melahirkan ... 19


(7)

2. Tujuan Seksual Pasca Melahirkan ... 20

3. Waktu Pelaksanaan Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan 20 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi seksual pasca melahirkan 21 5. Mempermudah kembali hubungan seksual pasca melahirkan 24 6. Penyebab Apati terhadap Aktivitas Seksual Pasca Bersalin .. 25

7. Bahaya Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan ... 26

8. Cara Mengatasi Masalah Seksual Pasca Melahirkan ... 27

9. Kesehatan Seksual ... 29

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 31

B. Defenisi Operasional ... 32

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian………. 33

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

1. Populasi ... 33

2. Sampel ... 33

C. Lokasi Penelitian ... 33

D. Waktu Penelitian ... 34

E. Pertimbangan Etik Penelitian ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 35

G. Uji Validitas dan Realiabilitas ... 37

1. Uji Validitas ... 37

2. Uji Reliabilitas ... 37

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 38

I. Analisa Data ... 40

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

1. Karakteristik Responden ... 42


(8)

5. Kesiapan Psikologis berhubungan seksual pasca melahirkan 46

B. Pembahasan ... 47

1. Interprestasi dan Diskusi Hasil ... 47

2. Keterbatasan Penelitian ... 51

3. Implikasi Penelitian ... 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52


(9)

DAFTAR SKEMA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Definisi Operasional ... 21 Tabel 5. 1 Distribusi Karakteristik Responden di Klinik Marelan Medan Tahun 2013 ... 43

Tabel 5. 2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kesiapan Fisik Terhadap Hasil Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan di Klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013

... 44 Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kesiapan Fisik Responden Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Kesipoan Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan di Klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013 ... 45

Tabel 5. 4 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kesiapan Psikologis Terhadap Hasil Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan di Klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013 46

Tabel 5. 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kesiapan Psikologis Responden Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesipoan Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan di Klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013... 47


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembar Kuesioner

Lampiran 3 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian Lampiran 4 : Surat Balasan Penelitian

Lampiran 5 : Surat Pernyataan Uji Content Validity Lampiran 6 : Lembar Konsultasi


(12)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan di Klinik Marelan Indri Tahun 2013

ABSTRAK Heri Anda Alifa

Latar belakang: Seksualitas dapat dipandang sebagai pencetusan dari hubungan antara individu dimana daya tarik rohaniah dan badaniah menjadi dasar kehidupan bersama antara dua insan manusia. Berhubungan seksual pasca melahirkan hal yang penting bagi ibu mengenai kapan dapat memulai lagi dan bahayanya. Tiap wanita berbeda-beda kesiapannya ditinjau dari segi fisik dan psikologis. Wanita mengalami perubahan sangat drastis didalam tubuh.

Tujuan penelitian: untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan.

Metodologi penelitian: penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 49 orang. Penelitian dilakukan pada 13 Maret 2013 sampai 16 Maret 2013 di Klinik Marelan Indri Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi karakteristik ibu berdasarkan waktu, paritas, umur, pendidikan, pertanyaan dari kesiapan fisik dan kesiapan psikologis.

Hasil: hasil penelitian menunjukkan mayoritas karakteristik ibu berdasarkan waktu berhubungan seksual > 40 hari 40 orang (81,6%), paritas melahirkan 2-4 kali 26 orang (53,1%), umur 20-35 tahun 29 orang (59,2%), tingkat pendidikan SMA 28 orang (57,1%). Berdasarkan kesiapan fisik dalam kategori siap 39 orang (79,6%), kesiapan psikologis dalam kategori siap 25 orang (51,0%).

Kesimpulan: dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu berhubungan seksual pasca melahirkan dilihat berdasarkan karakteristik ibu: waktu, paritas, umur, pendidikan, kesiapan fisik dan kesiapan psikologis. Diharapkan petugas kesehatan memberikan penyuluhan seksual pasca melahirkan sehingga para ibu dapat kembali berhubungan seksual pasca melahirkan yang aman dengan siap secara fisik dan psikologis agar tidak terjadi komplikasi pasca melahirkan.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakekat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta membangun seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Visi Indonesia sehat 2015 akan dicapai melalui program pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Undang-Undang No 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional. Sedangkan salah satu Misi Indonesia Sehat 2015 yaitu memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau (Depkes RI, 2010, ¶ 4).

Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Hal ini merupakan suatu fenomena yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan (Saleha, 2009, hlm. 1).

Berdasarkan hasil Human Development Report (HDR) 2009 oleh UNDP, Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indonesia berada pada peringkat 111 dari 182 negara. Jika dibandingkan tahun 2008, Indonesia berada pada peringkat 109 dari 172 negara. Setiap tahun sekitar 20.000 perempuan meninggal akibat komplikasi persalinan. Sebenarnya kematian tersebut dapat dicegah, Karena itu tujuan kelima MDGs difokuskan pada kesehatan ibu, untuk mengurangi “kematian ibu”.Target Millenium Developments Goals (MDGs) yang menetapkan angka kematian ibu 102/100.000 ibu melahirkan pada tahun 2015, dinilai beberapa kalangan akan sulit dicapai. Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas, Arum Atmawikarta, pada acara


(14)

ibu (AKI) dari 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 Sedangkan, Pada Tahun 2010, AKI nasional adalah 214 per 100.000 kelahiran hidup.Sasaran global yang sudah menjadi komitmen nasional yaitu MDGs yang harus dicapai pada tahun 2015. Sementara target MDGs adalah menurunkan angka kematian Ibu hingga ¾ pada tahun 2015 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (Stalker, 2008, ¶ 5).

Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi 24 jam pertama setelah persalinan, di antaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu (Saleha, 2009, hlm. 2).

Perawatan masa nifas merupakan hal yang sangat penting dan menjadi kebutuhan yang mendasar bagi ibu nifas dalam kesehatan reproduksi. Kebutuhan dasar masa nifas mencakup perawatan kebersihan diri, gizi, ambulasi dini, eliminasi, istirahat, seksual, latihan senam nifas, laktasi dan keluarga berencana (Sulistyawati, 2009, hlm. 99).

Seksualitas dapat dipandang sebagai pencetusan dari hubungan antara individu dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara dua insan manusia (Prawirohardjo, Eds 3, 2007, hlm. 588).

Kecemasan dan kelelahan mengurus bayi baru lahir sering kali membuat gairah bercinta pasangan suami istri (pasutri) surut, terutama pada wanita. Menurunnya gairah seksual disebabkan oleh trauma psikis maupun fisik. Ditinjau dari segi fisik, wanita mengalami perubahan sangat drastis di dalam tubuh. Mengandung dan melahirkan normal maupun caesar dapat menyebabkan trauma pada wanita. Trauma fisik bisa terjadi saat


(15)

melahirkan. Rasa sakit akibat pengguntingan bagian dalam vagina (episiotomi) untuk melancarkan jalan lahir untuk menghindari terjadinya perobekan yang berat. Tentu saja, tindakan ini membutuhkan waktu untuk penyembuhan. Sedangkan trauma psikis (kejiwaan) terjadi pada wanita usai melahirkan yang belum siap dan memahami segala urusan mengurus anak. Akibatnya, ibu merasa lelah, capek, dan menyebabkan gairah menurun dan enggan untuk berhubungan seksual (Thamrin, 2010, ¶ 3).

Tiap wanita berbeda-beda kesiapannya. Namun secara medis, setelah tidak ada pendarahan lagi, bisa dipastikan ibu sudah siap berhubungan seks yakni setelah masa nifas yang biasanya berlangsung selama 40 hari. Masih dianggap wajar bila keengganan untuk berhubungan badan dengan pasangan, terjadi antara satu hingga tiga bulan setelah melahirkan. Secara alami, sesudah melewati masa nifas kondisi organ reproduksi ibu sudah kembali normal. Kalaupun masih ada keluhan rasa sakit, lebih disebabkan proses pengembalian fungsi tubuh belum berlangsung sempurna seperti fungsi pembasahan vagina yang belum kembali seperti semula. Namun, bisa juga keluhan ini disebabkan kram otot, infeksi, atau luka yang masih dalam proses penyembuhan. Gangguan seperti ini disebut dyspareunia atau rasa nyeri waktu sanggama (Admin, 2011, ¶ 1).

Pengalaman wanita mengenai masalah kesehatan seksual pasca melahirkan dari data yang di peroleh pada kelompok paritas atau cara persalinan tertentu dari 1336 wanita setelah 6-7 bulan melahirkan pada seluruh kelahiran yang terjadi selama periode 2 minggu di Australia , menemukan bahwa sebesar 26% wanita terkadang mengalami masalah seksual sejak melahirkan. di London dari 796 primipara yang telah memasuki bulan ke 6

pascapartum, sebesar 32% telah kembali melakukan hubungan seksual setelah enam minggu , 62% melakukannya setelah 8 minggu, dan 81% setelah 3 bulan (luanaigh, 2008, hlm. 280).


(16)

Sebuah daerah di Australia mendapatkan bahwa enam minggu adalah waktu rata-rata bagi para perempuan pasca persalinan untuk mulai melakukan hubungan seks. Tetapi penelitian tersebut juga menemukan bahwa sekitar setengah dari mereka yang memiliki masalah sejak awal, terus mengalaminya selama tahun pertama pasca persalinan. Penelitian lain menemukan, 20% perempuan yang baru pertama kali melahirkan membutuhkan waktu 6 bulan untuk merasa nyaman secara fisik saat bersenggama, dengan waktu rata-rata sekitar 3 bulan (Aprillia, 2011, ¶ 2).

Hal yang paling penting untuk diketahui oleh ibu mungkin adalah mengenai kapan berhubungan seksual pasca melahirkan dapat dimulai lagi, tentang bahayanya, dan sebagainya. Namun, tidak sedikit bahkan sebagian besar ibu enggan menanyakan hal ini saat akan meninggalkan tempat perawatan. Ditambah lagi beberapa dokter atau tenaga kesehatan yang lain sering tidak membahas masalah ini. Padahal masalah seperti ini penting untuk disampaikan kepada pasien oleh tenaga kesehatan. Masalah hubungan fisik dan psikologis akibat melahirkan terhadap hubungan seksual. Informasi ini akan sangat bermanfaat untuk ibu-ibu yang akan memulai aktivitas seksual pasca bersalin yang aman (Walsh, 2008, hlm. 393).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan syafitri di dapat hasil penelitian yang digunakan adalah deskriptif cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel – variabel yang termasuk faktor resiko dan efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Sedangkan analisa data yang digunakan adalah analisa korelasi dengan taraf signifikan 5% dengan menggunakan rumus Spearman Rank. Dari penelitian didapatkan responden yang berpengetahuan baik sebanyak 65,22% dan 52,17% berminat melakukan hubungan seksual pasca nifas. Dengan perhitungan Spearman Rank didapatkan hasil 0,576 dimana. ñ hitung > ñ tabel yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan dari


(17)

penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan ibu pasca nifas tentang hubungan seksual pasca nifas dengan minatnya berhubungan seksual. (Syahfitri, A. 2011, ¶ 3).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Maharani didapat hasil bahwa sebagian besar responden telah melakukan hubungan seksual (53,33%), dimana waktu memulai hubungan seksual sebagian besar pada waktu 4-8 minggu (53,33%%). Berdasarkan hasil analisis menggunakan chi-square diperoleh nilai untuk luka jahitan perineum X2 hitung : 19,1 > X2 tabel: 3,481, untuk kondisi fisik X2 hitung : 37,53 > X2 tabel: 3,481, dan untuk kondisi psikososial nilai X2 hitung : 23,005 > X2 tabel: 3,481 sehingga ada hubungan antara luka jahitan, kondisi fisik dan kondisi psikososial dengan hubungan seksual pasca nifas. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah Sebagian besar ibu pasca nifas memulai hubungan seksual pada waktu 4-8 minggu dan terdapat pengaruh yang bermakna antara luka jahitan perineum, kondisi fisik dan kondisi psikososial dengan hubungan seksual pasca nifas (Maharani, 2011, ¶ 1).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksualpasca melahirkan di Klinik Marelan Indri Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkanlatar belakang tersebut dapat ditarik permasalahan “adakah faktor -faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan di Klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013 ?”


(18)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan di Klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik ibu berdasarkan: waktu, paritas, umur, dan pendidikan.

b. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam melakukan hubungan seksual pasca melahirkan berdasarkan kesiapan secara fisik.

c. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam melakukan hubungan seksual pasca melahirkan berdasarkan kesiapan secara psikologis.

D. Manfaat Penelitian 1. Praktek Kebidanan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada rumah bersalin dalam peningkatan pengetahuan ibu dalam melakukan hubungan seksual pasca melahirkan, sehingga dapat meminimalkan penyakit infeksi atau gangguan pada masa nifas.

2. Penelitian Kebidanan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada peneliti lain sehingga dapat mengembangkan penelitian selanjutnya.


(19)

3. Pendidikan Kebidanan

Diharapkan penelitian ini sebagai proses belajar dalam penelitian ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan di Program D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesiapan 1. Pengertian

Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban terhadap cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon (Slameto, 2003, hlm, 114). Menurut Thorndike yang dikutib dalam Slameto kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya.

Menurut Hamalik (2003, hlm, 41) kesiapan adalah keadaan kapasitas yang ada pada diri siswa dalam hubungan dengan tujuan pengajaran tertentu. Sedangkan Menurut Djamarah kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan.

Menurut Darsono (2000, hlm, 27) faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis, merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Menurut Soemanto (1998) ada orang yang mengartikan readiness sebagai kesiapan atau kesedihan seseorang untuk berbuat sesuatu. Seorang ahli bernama cronbach memberikan pengertian tentang readiness

sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan

Kesiapan merupakan suatu sikap psikologis yang dimiliki seseorang sebelum melakukan sesuatu. Dimana kesiapan ini dapat dipengaruhi oleh dirinya sendiri atau oleh pihak luar. Berikut yang dapat mempengaruhinya yaitu:


(21)

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor ini terbagi menjadi dua bagian yaitu jasmaniah dan rohaniah (psikologis). Dimana keduanya mempengaruhi individu menjadi terampil yang termasuk faktor jasmani adalah bagaimana kondisi fisiknya dan panca indra. Sedangkan kondisi psikologisnya adalah minat tingkat kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Semua ini akan berpengaruh dengan kesiapan seseorang (individu).

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri seseorang (Hamalik, 2003, hlm, 42).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan. Di bawah ini di kemukakan faktor-faktor kesiapan belajar dari beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut: 1. Menurut Darsono (2000, hlm 27), faktor kesiapan meliputi:

a. Kondisi fisik yang tidak kondusif.

Misalnya: sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar.

b. Kondisi psikologis yang kurang baik.

Misalnya: gelisah, tertekan, dsb. merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar.

2. Menurut Slameto (2003, hlm 113), kondisi kesiapan mencakup 3 aspek, yaitu: a. Kondisi fisik, mental dan emosional.

b. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan.

c. Ketrampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah Dipelajari.


(22)

3. Menurut Djamarah (2002, hlm 35), faktor-faktor kesiapan meliputi: a. Kesiapan fisik

Misalnya tubuh tidak sakit (jauh dari gangguan lesu, mengantuk, dan sebagainya).

b. Kesiapan psikis

Misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi, dan ada motivasi intrinsik. c. Kesiapan Materiil

Misalnya ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan dll.

4. Menurut Soemanto (2001, hlm 91), faktor yang membentuk readiness, meliputi: a. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Keadaan fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan individu. Sebaliknya kondisi fisik yang lemah atau sakit akan tidak bisa memberikan pengaruh yang positif. Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual.

b. Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses pikir dan mempengaruhi mental seseorang.

Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai dasar indikator kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan adalah kondisi fisik, kondisi psikologis. Kondisi fisik yang dimaksud misalnya setelah masa nifas 40 hari atau lebih, tidak ada perdarahan lagi, tidak sakit dan nyeri waktu sanggama, bisa dipastikan ibu sudah siap berhubungan seksual. Kondisi psikologis (kejiwaan) terjadi pada ibu usai melahirkan yang belum siap


(23)

dan memahami segala urusan mengurus anak. Akibatnya ibu merasa lelah, capek, dan menyebabkan ibu enggan berhubungan seksual. Ibu siap berhubungan seksual apabila tidak merasa takut sakit dan tidak trauma dengan jahitan jalan lahir (episiotomi) (Thamrin, 2010, ¶ 2).

3. Prinsip-prinsip Kesiapan

a. Prinsip-prinsip kesiapan meliputi:

1) Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling mempengaruhi).

2) Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman.

3) Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan. 4) Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama

masa pembentukan dalam masa perkembangan (Slameto, 2003, hlm,115). b. Prinsip bagi perkembangan readiness meliputi:

1) Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness. 2) Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu. 3) Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi

kepribadian individu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah.

4) Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya (Soemanto, 1998, hlm, 192).


(24)

4. Aspek-aspek Kesiapan

Menurut (Slameto, 2003, hlm, 115) mengemukakan aspek-aspek kesiapan adalah: a. Kematangan (maturation)

Kematangan adalah proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan.

b. Kecerdasan.

B. Periode Pascapartum Pada Masa Nifas

Periode pascapartum adalah masa enam minggu masa nifas sejak bayi baru lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini disebut

peurperium atau trimester keempat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana proses pada kehamilan berjalan terbalik. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan ibu, bayi, dan keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan pengetahuannya tentang anatomi dan fisiologis ibu pada periode pemulihan (Bobak, 2004, hlm.492).

1. Perubahan Fisik dan Psikologis Pada Masa Nifas a. Perubahan Fisik Pada Masa Nifas

1) Anemia

Biasanya akibat perdarahan yang hebat pada pasca kelahiran menyebabkan ibu kekurangan darah (anemia). Apabila kondisi ini tidak diperhatikan bisa berdampak buruk hingga kematian.


(25)

2) Perubahan Fisik

Selama hamil telah mengalami peningkatan lemak dan cairan. Itu sebabnya mengapa ketika hamil, jari-jari tangan maupun kaki mengalami oedema dan sampai melahirkan masih belum pulih.

3) Mengerutnya Rahim

Segera setelah persalinan, jika perut diraba terasa rahim menonjol dengan puncaknya hampir setinggi pusat. Tetapi setelah 1 minggu kemudian, dengan kontraksi yang luar biasa cepatnya rahim akan mengerut kembali sehingga tidak teraba lagi dari luar.

4) Perut Menjadi Kempis

Perubahan fisik lainnya yang paling tampak ialah perut ibu menjadi kempis. Sekalipun bentuk perut belum kembali seperti sebelum hamil, terutama daerah dekat pusat terlihat menonjol agak besar.

5) Leher Rahim

Perubahan lainnya ialah leher rahim, yaitu tempat jalan lahir ketika masa persalinan melebar untuk dilalui kepala bayi, sekitar 2-3 hari kemudian seluruh jalan lahir kembali ke hampir sebesar semula. Kalaupun ukurannya bertambah sekitar 1 cm.

6) Perdarahan

Luka akibat tercabut pembuluh darah plasenta dari dinding rahim saat persalinan membutuhkan penyembuhan. Penyembuhan luka dapat terjadi secara alamiah melalui proses pengerutan rahim, yaitu kontraksi rahim selama beberapa minggu pasca persalinan. Jika rahim tidak berkontraksi dikhawatirkan terjadi perdarahan yang dapat membahayakan ibu.


(26)

7) Pengeluaran Urine

Beberapa hari pasca persalinan, biasanya banyak mengeluarkan urine, sebagai pelepasan cairan tubuh dari berbagai jaringan tubuh yang membengkak selama kehamilan.

8) Cairan lokia

Pada masa nifas, vagina akan mengeluarkan cairan lochia (lokia). Cairan lokia terdiri dari darah, sebagaian lapisan rahim, sel-sel darah putih, bakteri, serta sisa-sisa dari plasenta. Pada umumnya, cairan lokia berwarna merah. Kemudian berubah menjadi warna kuning, akhirnya bening dan berhenti keluar. Salah satu tanda pasca melahirkan ialah keluarnya cairan lokia.

9) Infeksi Nifas

Infeksi nifas biasanya terjadi jika ibu telah berhubungan seksual dengan suami. Sesungguhnya selama masa nifas kurang baik untuk melakukan hubungan seksual, karena bisa memungkinkan terjadinya infeksi. Gejala dari infeksi nifas ditandai dengan demam tinggi dan keluarnya cairan nifas dari mulut rahim yang berbau busuk (Pieter, 2011, hlm. 253).

Secara fisik perubahan yang terjadi selama enam minggu pasca melahirkan pada masa nifas yaitu :

1) Berlanjutnya keluaran dari vagina yang seperti menstruasi (lokia), bermula dari merah gelap, merah muda, beralih kecoklatan, kemudian putih kekuningan. 2) Keletihan.

3) Beberapa nyeri lanjutan, ketidaknyamanan di perineum, jika melahirkan melalui vagina (terutama jika anda mendapatkan jahitan) atau persalinan sebelum bedah


(27)

4) Berlanjutnya sembelit (meskipun seharusnya sudah mulai mereda pada minggu pertamapasca melahirkan).

5) Rontoknya rambut.

6) Ketidaknyamanan pada payudara dan nyeri puting sampai hubungan menyusui sudah terbentuk dengan baik (Murkoff, 2006, hlm. 543).

b. Perubahan Psikologis Masa Nifas

Menurut (Pieter, 2011, hlm.256), Perubahan psikologis selama masa nifas tidak terlepas dari meningkatnya kesehatan ibu. Seorang ibu yang baru melahirkan dan umumnya digambarkan tampak gembira, penuh kasih, dan sangat tenang. Adapun perubahan psikis yang umum terjadi selama masa nifas yaitu :

1) Baby Blues

Hampir 50-70% dari seluruh wanita pasca melahirkan akan mengalami baby blues

atau postnatal syndrome yang terjadi pada hari ke 4-10 pasca persalinan. Penyebabnya ialah hormon progesteron yang sejak masa kehamilan mengalami peningkatan. Tentu kondisi ini akan memengaruhi fisik dan emosi.

2) Postpartum Blues

Postpartum blues adalah perasaan sedih yang dibawa ibu sejak masa hamil yang berhubungan dengan kesulitan ibu menerima kehadiran bayinya. Perubahan ini sebenarnya merupakan respon alami dari kelelahanpasca persalinan. Ciri-ciri psikis

postpartum blues adalah menangis, perasaan cemas, merasa kesepian, khawatir akan kondisi bayi, penurunan gairah seksual, dan kurang percaya diri.

3) Depresi postpartum


(28)

4) Depresi Masa Nifas

Depresi masa nifas merupakan keadaan yang sangat serius, karena pada masa ini ibu harus memerlukan istirahat dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya.

C.Seks Dan Seksulitas 1. Pengertian

Seks merupakan pembedaan jenis kelamin secara biologis. Perbedaan ini dibawa sejak lahir dan tidak dapat diubah karena merupakan kodrat yang di berikan tuhan dan tidak dapat dipertukarkan.

Menurut (Maramis, 2006, hlm.196), seksualitas artinya lebih luas, yaitu bagaimana seorang laki-laki atau perempuan berperilaku sebagai laki-laki atau perempuan. Seksualitas juga adalah Bagaimana perempuan memandang laki-laki, memegang pundaknya dan menyandarkan kepala kepadanya, bagaimana mereka berdua saling mengungkapkan perasaan, sampai dengan hubungan seksual. Semua orang mempunyai seksualitas, baik yang sudah menikah maupun yang belum. Dalam hal ini, seksualitas dalam arti kata yang luas, bukan hubungan seks saja, tetapi bagaimana kita sebagai laki-laki atau perempuan berperilaku terhadap orang dengan jenis kelamin lain.

Banyaknya variasi seksualitas dan perilaku seksual membutuhkan perspektif yang

holistik (menyeluruh). Bagaimanapun seksualitas dan kesehatan seksual memiliki banyak dimensi antara lain: dimensi sosiokultural, agama dan etika, psikologis, serta biologis.

a. Dimensi Sosiokultural

Merupakan dimensi yang melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia, bagaimana seseorang menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dari


(29)

lingkungan sosial, serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas dalam kehidupan manusia.

b. Dimensi agama dan etika

Seksualitas berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik jika keputusan seksual yang dibuat melewati batas kode etik individu maka akan menimbulkan konflik internal, seperti perasaan bersalah, berdosa, dan lain-lain. Spektrum sikap menegenai seksualitas memiliki rentang mulai dari pandangan tradisional (hubungan seks hanya boleh dalam perkawinan) sampai dengan sikap yang memperbolehkan sesuai dengan keyakinan individu tentang perbuatannya.

c. Dimensi psikologis

Seksualitas mengandung perilaku yang dipelajari sejak dini dalam kehidupannya melalui pengamatan terhadap perilaku orang tuanya. Untuk itulah orang tua memiliki pengaruh secara signifikan seksualitas anak-anaknya.

d. Dimensi biologis

Merupakan dimensi yang berkaitan dengan anatomi dan fungsional organ reproduksi termasuk di dalamnya bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal (Kusmiran, 2011, hlm.27).

Menurut Hurlock (1992), Menyatakan bahwa manifestasi dorongan seksual dalam perilaku seksual dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: faktor internal (stimulus yang berasal dari dalam diri individu yang berupa bekerjanya hormon-hormon alat reproduksi sehingga menimbulkan dorongan seksual pada individu yang bersangkutan dan hal ini menuntut untuk segera dipuaskan). Dan faktor eksternal (stimulus yang berasal dari luar individu yang menimbulkan dorongan seksual sehingga memunculkan perilaku seksual). Stimulus eksternal dapat diperoleh melalui


(30)

pengalaman mastrubasi, jenis kelamin, pengaruh orang dewasa, serta pengaruh buku-buku bacaan dan tontonan porno (kusmiran, 2011, hlm 28).

2. Tahap-tahap respon seksual

Menurut Master (2002, dalam Maramis, 2006, hlm. 197), bila ada rangsangan seksual, maka berturut-turut terjadi tahap-tahap respon seksual sebagai berikut:

a. Tahap rangsangan: terjadi ereksi penis pada laki-laki serta lubrikasi vagina dan pembesaran klitoris pada perempuan.

b. Tahap plateu: bila rangsangan yang efektif berlangsung terus, maka kebangkitan (arousal) menjadi lebih tinggi dalam waktu singkat. Pada perempuan terjadi vasokontriksi pada sepertiga luar dari vagina bersamaan dengan pengencangan mamae, puting susu dan uterus, serta kulit menjadi lembab, otot tegang, akhirnya akhirnya klitoris tertarik ke dalam.

c. Tahap orgasme: bila rangsangan terus berlangsung, maka timbul orgasme, “mirip reflex bersin”, puncak kepuasan fisik dan emosional pada aktivitas seksual.

d. Tahap resolusi: berangsur-angsur kembali ke keadaan tubuh pra rangsangan, sering dengan banyak keringat dan rasa ngantuk, lamanya kira-kira sama dengan tahap rangsangan.

e. Tahap refrakter: terjadi hanya pada pria, yaitu tahap tidak dapat dirangsang sesudah orgasme. Lamanya bervariasi (mulai dari setengah jam sampai beberapa hari), dan makin lanjut umur makin lama.

Seksualitas sejatinya merupakan hal yang positif, selalu berhubungan dengan jati diri seseorang dan juga kejujuran seseorang terhadap dirinya. Sayangnya, masyarakat umumnya masih melihat seksualitas sebagai hal yang negatif, bahkan menjijikkan


(31)

sehingga tidak pantas dan tabu dibicarakan. Studi tentang seksualitas memperkenalkan tiga terminologi penting menyangkut seksualitas manusia, yaitu: identitas gender, orientasi seksualitas, dan perilaku seksual (Maramis, 2006, hlm.197).

D. Seksual Pasca Melahirkan

1. Pengertian Seksual Pasca Melahirkan

Seksualitas merupakan suatu komponen integral dari kehidupan seorang wanita normal, di mana hubungan seksual yang nyaman dan memuaskan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam hubungan perkawinan bagi banyak pasangan (Prawirohardjo, 2007, hlm. 237). Menurut Oruc, et.al (1999 dalam Wals, Linda V, 2008, hlm. 143) Seksualitas diartikan sebagai sebuah identitas individu yang secara sosial dibangun berdasarkan komponen biologis, kepercayaan, nilai, minat, daya tarik, harapan dan tingkah laku.

Aktivitas seksual pasca melahirkan yang aman maksudnya adalah berhubungan seks dengan menghindari penetrasi (memasukkan penis, jari, atau hal lain ke dalam vagina). Ada pula yang mengatakan bahwa aktivitas seksual pasca melahirkan yang aman adalah berhubungan kembali setelah enam minggu dihitung sejak kelahiran anak (Thamrin, 2010, ¶ 1).

Banyak pasangan yang sudah memulai hubungan seksual sebelum pemeriksaan tradisional pascapartum enam minggu setelah bayi lahir. Mereka mungkin ingin mengetahui tentang topik ini, tetapi enggan menanyakannya. Karena dokter sering kali tidak membahas masalah ini, penting bagi perawat untuk membahas masalah pengaruh fisik dan psikologis akibat melahirkan terhadap hubungan seksual (Bobak, 2004, hlm.546).


(32)

berbagai pertanyaan selama masa segera setelah kelahiran bayi. Ibu mungkin merasa letih dan hal ini bisa mengganggu seksualitas ibu pada mulanya, meskipun hal itu akan surut secara perlahan. Mungkin vagina ibu akan terasa sakit karena mengalami perobekan, atau menjalani episiotomi (Rukiyah, 2011, hlm.79).

2. Tujuan seksual pasca melahirkan Tujuan hubungan seksual yaitu: a. Sebagai pelepas ketegangan seksual.

b. Untuk memperoleh kepuasan seksual bersama.

c. Untuk menunjukkan kasih sayang bersama (Aprillia, 2011, ¶ 12).

3. Waktu Pelaksanaan Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan

Aktivitas seksual dapat dimulai kembali setelah perdarahan berhenti atau ketika lokia sudah berhenti (Thamrin, 2010, ¶ 2). Pendapat lain mengatakan bila luka jahitan telah sembuh, atau setelah empat sampai enam minggu setelah bersalin (Walsh, 2008, hal. 393).

Enam minggu adalah waktu dimana rahim telah kembali pada ukuran sebelum hamil. Pengecilan rahim adalah perubahan fisik utama pasca persalinan yang terakhir. Namun, seorang wanita sebenarnya tidak perlu menunggu hingga rahimnya kembali ke ukuran semula, sebelum ia mulai melakukan senggama. Selama enam minggu sampai enam bulan pertama, vagina tidak cukup dilumasi karena kadar steroid rendah untuk menahan respon vasokontriksi saat senggama.

Reaksi fisiologis anda terhadap rangsangan seksual selama tiga bulan pertama setelah melahirkan ditandai dengan penurunan intensitas dengan kecepatan respon. Vasokongesti pada labia mayora dan minora tertahan sampai fase stabil (plateau).


(33)

Dinding vagina tipis dan berwarna merah muda, suatu keadaan yang menyerupai vaginitis senilis. Keadaan ini disebabkan oleh jumlah hormon yang rendah pada periode involusi. Akhirnya, ukuran dan kekuatan kontraksi orgasmik menurun (Bobak, 2004, hlm.547).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan a. Perubahan Fisik

- Nyeri / sensitivitas dari episiotomi, bagian sensitif dan dari trauma lainnya dari tenaga kerja bisa berlangsung 6 minggu atau lebih.

- Penurunan lubrikasi vagina dapat berlangsung hingga 6 bulan dan saat menyusui.

- Bocor ASI mungkin terjadi selama hubungan seksual.

- Kelelahan dari tenaga kerja dan / atau merawat bayi yang baru lahir dapat terjadi.

- Reaksi Wanita terhadap rangsangan seksual mungkin tidak kuat atau cepat sampai 3 bulan setelah melahirkan.

b. Perubahan psikologis

- Takut nyeri selama hubungan seksual. - Takut kehamilan.

- Kurangnya keinginan untuk seks selama beberapa minggu setelah melahirkan sampai satu tahun.

- Stres dari perubahan dalam rutinitas sehari-hari dan responsiblities tambahan / peran.


(34)

- Peningkatan keinginan untuk seks setelah melahirkan dapat terjadi pada beberapa wanita (Canadian, 2003,¶ 4).

Kecemasan dan kelelahan mengurus bayi baru lahir sering kali membuat gairah bercinta pasangan suami istri (pasutri) surut, terutama pada wanita. Bila trauma dikelola dengan baik, kehidupan seks bisa kembali berjalan dengan baik seperti semula. Menurunnya gairah seksual disebabkan oleh trauma psikis maupun fisik. Ditinjau dari segi fisik, wanita mengalami perubahan sangat drastis di dalam tubuh. Mengandung dan melahirkan normal maupun caesar dapat menyebabkan trauma pada wanita.Trauma fisik bisa terjadi saat melahirkan. Rasa sakit akibat pengguntingan bagian dalam vagina (episiotomi) untuk melancarkan jalan lahir untuk menghindari terjadinya perobekan yang berat. Tentu saja, tindakan ini membutuhkan waktu untuk penyembuhan (Admin,2011, ¶ 1).

Sedangkan trauma psikis (kejiwaan) terjadi pada wanita usai melahirkan yang belum siap dan memahami segala urusan mengurus anak. Dari mulai merawat anak, merawat payudara yang sudah siap mengeluarkan susu, cara pemberian susu yang benar sampai urusan mengganti popok. Akibatnya, ibu merasa lelah, capek, dan menyebabkan gairah menurun dan enggan untuk berhubungan seksual. Ibu yang baru melahirkan kerap merasa cemas dengan keadaan tubuh tidak lagi menarik. Istri takut tidak bisa memproduksi ASI yang cukup banyak untuk kebutuhan bayi dan merasa cemas dengan kondisi kesehatan lainnya. Kecemasan yang dialami terkadang tidak ada penyebabnya dan inilah yang menjadi penghalang timbulnya hasrat untuk bercinta.

Ketidakseimbangan hormon juga kerap dituding sebagai penyebab menurunnya hasrat seksual. Ketidakseimbangan hormon ini dapat mengakibatkan perubahan emosi yang tidak seimbang pula. Para ibu muda lebih mudah merasa kesal, malas, ingin marah. Ketidakseimbangan hormonal hanya mempengaruhi secara tidak langsung.


(35)

Setelah masa-masa nifas, hormonal kembali bekerja secara normal.Tiap wanita berbeda-beda kesiapannya. Namun secara medis, setelah tidak ada pendarahan lagi, bisa dipastikan ibu sudah siap berhubungan seks yakni setelah masa nifas yang biasanya berlangsung selama 40 hari masa nifas. Masih dianggap wajar bila keengganan untuk berhubungan badan dengan pasangan, terjadi antara satu hingga tiga bulan setelah melahirkan (Bahiyatun, 2009, hal. 83 ).

Secara alami, sesudah melewati masa nifas kondisi organ reproduksi ibu sudah kembali normal. Oleh sebab itu, posisi hubungan seks seperti apa pun sudah bisa dilakukan. Kalaupun masih ada keluhan rasa sakit, lebih disebabkan proses pengembalian fungsi tubuh belum berlangsung sempurna seperti fungsi pembasahan vagina yang belum kembali seperti semula. Namun, bisa juga keluhan ini disebabkan kram otot, infeksi, atau luka yang masih dalam proses penyembuhan.Gangguan seperti ini disebut dyspareunia atau rasa nyeri waktu sanggama. Pada kasus semacam ini ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab, yaitu :

a. Terbentuknya jaringan baru pasca melahirkan karena proses penyembuhan luka guntingan jalan lahir masih sensitif sehingga kondisi alat reproduksi belum kembali seperti semula.

b. Adanya infeksi, bisa disebabkan karena bakteri, virus, atau jamur. c. Adanya penyakit dalam kandungan (tumor, dll).

d. Konsumsi jamu. Jamu-jamu ini mengandung zat-zat yang memiliki sifat astingents yang berakibat menghambat produksi cairan pelumas pada vagina saat seorang wanita terangsang seksual.

e. Faktor psikologis yaitu kecemasan yang berlebihan turut berperan, seperti:


(36)

2) Adanya trauma masa lalu (fisik, seks). 3) Tipe kepribadian yang kurang fleksibel.

4) Komunikasi suami istri kurang baik sehingga biasanya istri “malas” melakukan hubungan seks. Kurangnya foreplay-nya sehingga belum terjadi lubrikasi saat penetrasi penis. Jika foreplay dan lubrikasi sudah cukup namun masih nyeri juga, coba datang ke klinik yang melayani kesehatan seks wanita atau datang saja ke dokter kandungan yang wanita.

Beberapa faktor lain diantaranya:

a. Beberapa wanita merasakan perannya sebagai orang tua sehingga timbul tekanan dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan perannya.

b. Karena adanya luka bekas episiotomi. c. Karena takut merusak keindahan tubuhnya.

d. Kurangnya informasi tentang seks setelah melahirkan (Thamrin, 2010,¶6).

5. Mempermudah Kembali Hubungan Seksual a. Pelumasan

Rendahnya hormon pada periode pasca melahirkan (yang pada ibu menyusui belum akan meningkat sampai bayi sudah mulai disapih) bisa membuat vagina kering dan membuat hubungan seksual menjadi menyakitkan. Penggunaan pelumas seperti jelly K-Y sampai sekresi alami anda kembali normal akan mengurangi nyeri dan meningkatkan kenikmatan.

b. Pemanasan

Anggaplah percintaan awal sebagai makanan pembuka sebelum makanan utama. Lakukan dalam porsi yang besar, jika waktu memungkinkan.


(37)

c. Rileks

Latihan rileksasi, mandi bersama, pijat atau apapun yang bisa membantu merileksasikan anda.

d. Menciptakan suasana

Lampu redup akan lebih romantis dan ramah bagi bentuk tubuh anda yang belum kembali ke bentuk semula, sehingga anda tidak terlalu menyadari bentuk tubuh anda.

e.Berganti posisi

Posisi berdampingan atau perempuan diatas memungkinkan kendali yang lebih besar terhadap penetrasi dan tidak terlalu menekan area episiotomi atau area bekas sayatan bedah caesar. Cobalah posisi yang paling cocok untuk anda. f.Mencari pilihan kepuasan lain

Jika hubungan seksual belum bisa anda nikmati, carilah kepuasan seksual lain melalui mastrubasi mutual atau seks oral. Jika anda berdua terlalu lelah, temukan kenikmatan dari kebersamaan. Tidak ada yang salah untuk berbaring bersama, saling berpelukan dan berciuman, serta berbagi cerita (Murkoff, 2006, hlm.561).

6. Penyebab Apati Terhadap Aktivitas Seksual Pasca Bersalin

a. Stress dan traumatik, kelahiran bayi bisa menjadi pengalaman yang dapat menimbulkan traumatik terutama jika ibu belum dipersiapkan secukupnya. Banyak ibu yang mempunyai pengharapan yang tidak realistik tentang kelahiran. Misalnya: persalinan berlangsung lama atau persalinan yang memerlukan tindakan.


(38)

di saat ibu berjalan dan duduk. Hal ini bisa berlangsung berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan walaupun mungkin sayatan itu sendiri sudah sembuh. c. Keletihan bagi seorang ibu yang baru dan belum berpengalaman selain harus

mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang biasa, ia juga harus menghadapi bayinya yang tidak mau tidur, sering menangis, atau bermasalah dalam menyusui. Maka ibu akan menjadi letih dan lemah sehingga gairah seks menjadi menurun. Adanya depresi, penyebabnya adalah keadaan tidak bersemangat akibat lelah pasca melahirkan. Perasaan ini biasanya terjadi dalam beberapa minggu setelah kelahiran bayi (Llewellyn, 2005, hlm. 282).

7. Bahaya berhubungan seksualpasca melahirkan

Berhubungan seksual selama masa nifas berbahaya apabila pada saat itu mulut rahim masih terbuka maka akan berisiko. Mudah terkena infeksi kuman yang hidup di luar akibat hubungan seksual ketika mulut rahim masih terbuka, bisa tersedot masuk kedalam rongga rahim dan menyebabkan infeksi.

a. Sudden Death

Mati mendadak setelah berhubungan seksual bisa terjadi karena pergerakan teknis dalam hubungan seksual di vagina bisa menyebabkan udara masuk ke dalam rahim karena mulut rahim masih terbuka. Pada masa nifas banyak pembuluh darah dalam rahim yang masih terbuka dan terluka. Dalam kondisi ini pembuluh darah bisa menyedot udara yang masuk, dan membawanya ke jantung. Udara yang masuk ke jantung dapat menyebabkan kematian mendadak.


(39)

8. Cara Mengatasi masalah seks pasca melahirkan

Jika pasangan ingin lebih cepat melakukan hubungan dari yang disarankan yaitu enam minggu pasca melahirkan, maka dapat menyarankan pada pasangan untuk memakai pelumas atau jelly.

Bila saat berhubungan masih terasa sakit, ibu sebaiknya mengatakan dengan jujur kepada pasangan. Jangan takut untuk berterus terang kepada pasangan. Pastikan jika luka episiotomi sudah pulih atau kering. Ibu serta pasangan juga dapat melakukan konsultasi kepada dokter kandungan atau bidan jika dirasa perlu. Bila sudah siap untuk melakukan hubungan seks, bukan berarti ‘seks pertama’ ini bisa dilakukan seperti sebelum melahirkan. Lagi-lagi Anda harus memberitahukan pasangan Anda bahwa semuanya harus berjalan dengan sangat lembut dan perlahan. Penetrasi yang kasar dapat membahayakan vagina (Bahiyatun,2009,hal.84).

Aktivitas Hormon yang belum kembali normal setelah melahirkan menyebabkan turunnya pelumas alami pada vagina. Oleh karena itu, sebaiknya gunakan pelumas buatan yang bisa didapatkan di apotik terdekat sehingga mengurangi gesekan pada vagina yang berlebihan. Jangan lupa untuk melakukan foreplay sebelumnya.

Pertimbangkan bercinta di pagi hari, sementara bayi Anda tidur, atau saat bayi Anda menghabiskan beberapa jam dengan seorang teman terpercaya atau orang yang dicintai, sehingga saat melakukan aktivitas seksual tidak terganggu oleh bayi kita sendiri, karena akan berakibat hilangnya mood seksual kita dan pasangan kita. Payudara mungkin merasa sedikit lembut pada awalnya atau ada rasa yang berbeda ketika di sentuh oleh pasangan kita. Gairah seksual dapat menyebabkan keluarnya air susu, hal ini dapat mempengaruhi aktivitas seksual. sehingga disarankan sebelum


(40)

Komunikasi dengan pasangan merupakan hal yang terpenting, apabila ibu belum siap melakukan hubungan seksual dengan pasangan, sehingga dapat mencegah adanya pertentangan atau konflik dengan pasangan kita. Sampai ibu siap untuk berhubungan seksual, menjaga keintiman dengan cara lain. Menghabiskan waktu bersama tanpa bayi, bahkan jika itu hanya beberapa menit di pagi hari dan setelah bayi tidur di malam hari (Danuatmaja, 2003, hlm. 54).

Masalah seks seringkali mempengaruhi keharmonisan kehidupan rumah tangga. Dan tidak jarang, masalah ini muncul ketika memasuki pasca melahirkan. Berikut ini caramengatasi masalah seks pasca melahirkan yang perlu diketahui:

a. Waktu pemulihan

Baik itu melahirkan secara normal atau operasi caesar. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan pasca melahirkan berbeda-beda pada setiap individu. Umumnya dokter menyarankan untuk bisa kembali berhubungan seks, enam minggu pasca persalinan. Waktu tersebut cukup untuk serviks menutup kembali, berhentinya perdarahan atau pemulihan organ reproduksi lainnya. Komunikasikan dengan pasangan mengenai masa pemulihan ini agar tidak terjadi kesalah pahaman.

b. Rasa takut untuk berhubungan seks

Baik itu takut akan sakit, ataupun masalah kepercayaan diri, hadapi masalah ini dengan selalu berpikiran positif. Anda bisa menghubungi dokter ahli untuk mendapatkan saran. Hal terpenting, bangunlah komunikasi dengan pasangan dan tinggalkan sementara pikiran Anda seputar pekerjaan rumah tangga lainnya. Nikmati waktu Anda dan pasangan.


(41)

c. Terlalu lelah

Rasa lelah akibat mengurus bayi dan tugas rumah tangga lainnya bisa mempengaruhi kehidupan seks. Atasi masalah ini dengan mengkomunikasikan dengan pasangan dan carilah solusinya. Ibu juga bisa menjadwalkan satu hari khusus bersama pasangan, tanpa terganggu orang lain.

d. Proses penyesuaian

Mengasuh bayi bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan kesabaran dan tentunya penyesuaian. Bahkan terkadang ibu akan mengalami kelelahan sehingga lupa untuk mengelola pasangan. Solusi terbaik adalah dengan membuat target sampai kapan penyesuaian ini bertahan, lalu secara perlahan mengembalikan bentuk tubuh, mengonsumsi makanan sehat, dan bicarakan dengan pasangan. e. Memasang kontrasepsi

Jika belum mau menambah momongan, ada baiknya segera memasang kontrasepsi pasca melahirkan. Konsultasikan dengan dokter mengenai kontrasepsi yang aman untuk Anda. Pemasangan kontrasepsi membuat Anda lebih menikmati seks pasca persalinan. Meskipun seks cukup berpengaruh dalam keharmonisan rumah tangga, namun perlu diingat masalah ini bukanlah segalanya. Dan kunci utama mengatasi masalah sekspasca persalinan bisa diselelasikan dengan berkomunikasi dengan pasangan (Murkoff, 2006, hlm.264).

9. Kesehatan Seksual

Kesehatan seksual bermakna lebih dari sekadar kontrasepsi. WHO (World Health Organisation) Menjabarkannya sebagai :


(42)

b. Bebas dari faktor-faktor fisiologis yang menghambat respon seksual serta mengganggu hubungan seksual.

c. Bebas dari gangguan organik, penyakit dan defiensi yang mengganggu fungsi seksual dan reproduksi (Luanaigh, 2008, hlm 45).


(43)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan faktor - faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan di klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013 yang dilihat berdasarkan beberapa faktor seperti kondisi fisik dan kondisi psikologis. Untuk lebih jelasnya dibutuhkan kerangka konsep sebagai berikut:

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kesiapan Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan

Skema 1. Kerangka Konsep

Kesiapan Fisik Berhubungan Seksual PascaMelahirkan Kesiapan Psikologis


(44)

B. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1. Kesiapan

fisik

Kesiapan yang berkaitan dengan fisik

setelah melahirkan seperti: jahitan, perdarahan, rasa nyeri, lelah, perubahan pada tubuh, perbedaan sebelum hamil dan setelah melahirkan.

kuesioner yang terdiri dari 10

Angket 1. Siap: (skor 6-10) 2. Tidak siap: ( skor < 5) Nominal

2. Kesiapan psikologis

Kesiapan yang berkaitan dengan psikologis setelah melahirkan seperti rasa cemas, terpaksa, kenyamanan, keinginan, kepuasan dalam berhubungan seksual setelah melahirkan . kuesioner yang terdiri dari 10 soal

Angket 1. Siap: (skor 6-10) 2. Tidak siap: (skor < 5) Nominal

3. Waktu Waktu awal memulai berhubungan seksual pasca melahirkan

Kuesioner Wawancara 1= < 40 hari 2= > 40 hari

Nominal

4. Paritas Jumlah persalinan yang pernah di alami ibu

Kuesioner Wawancara 1= 1 kali 2=2 – 4 kali 3= > 5 kali

Ordinal

5. Umur Usia responden yang terhitung pertama kali melahirkan.

kuesioner Wawancara 1= < 20 tahun 2=20-35

tahun 3= > 35 tahun

Ordinal

6. pendidikan Jenjang pendidikan yang pernah di tempuh.

Kuesioner Wawancara 1=Dasar (SD,SMP) 2=Menengah (SMA)


(45)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalampenelitian ini, menggunakan desain penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Desain digunakan untuk mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang sudah melahirkan dengan bersalin normal, di Klinik Bersalin Marelan Indri, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, selama Januari sampai Maret 2013 yaitu sebanyak 49 ibu bersalin normal.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah di ambil secara total sampling yaitu seluruh ibu-ibu yang pernah bersalin, di Klinik Bersalin Marelan Indri, kelurahan Terjun, kecamatan Medan Marelan sebanyak 49 orang ibu.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tehnik aksidental sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan cara kebetulan bertemu. Ibu - ibu yang kebetulan ditemui di Klinik Marelan Indri akan dijadikan sampel pada penelitian ini. Dengan teknik pengambilan aksidental ini, maka setiap anggota populasi yang memenuhi syarat, mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel pada penelitian ini.


(46)

Adapun kriteria sampel yang akan dipakai adalah: 1. Ibu yang bersalin normal di Klinik Marelan Indri 2. Ibu adalah penduduk Kelurahan Terjun

3. Ibu sudah pernah melakukan hubungan seksual setelah melahirkan 4. Ibu dapat berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia

5. Ibu bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan secara lisan maupun tulisan 6. Ibu bersedia memberikan persetujuan tanpa adanya paksaan atau dengan sukarela

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Marelan Indri, Kelurahan Terjun, Medan Marelan.Peneliti memilih lokasi ini dengan pertimbangan adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan responden, lokasi dapat dijangkau, serta belum pernah dilakukan penelitian yang sama sebelumnya.

D. Waktu Penelitian

Penelitian tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual di Klinik Marelan Indri, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan dilakukan pada bulan Januari tahun 2013 sampai dengan bulan Juni tahun 2013.

E. Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidik yaitu program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatra Utara dan izin dari pimpinan Klinik Marelan Indri. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan prinsip etik penelitian, yaitu: Memberikan penjelasan kepada calon responden


(47)

tentang tujuan penelitian, menjelaskan manfaat penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian.

Apabila responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informaced consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri dari penelitian. Responden juga berhak mengundurkan diri selama pengumpulan data berlangsung. Responden berhak mendapatkan kebebasan dari tindakan yang merugikan atau beresiko, dan mendapat keadilan tanpa adanya diskriminasi. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner yang disusun berdasarkan literatur yang ada dan dikonsulkan kepada pembimbing. Kuesioner terdiri dari bagian. Bagian pertama berupa data demografi responden (Waktu, Umur, Paritas, Pendidikan). Bagian kedua berupa kuesioner tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual (Fisik, dan Psikologis) terdiri dari 20 buah pertanyaan tertutup.

Instrumen penelitian menggunakan skala guttman, apabila bentuk pertanyaan positif, maka jawaban “tidak” mendapat nilai 0 (nol), dan jawaban “ya” mendapat nilai 1 (satu). Sedangkan untuk pertanyaan negatif, jawaban “ya” mendapat nilai 0 (nol), dan untuk jawaban “tidak” mendapat nilai 1 (satu).

Kuesioner ini terbagi atas 20 pertanyaan, kesiapan fisik ada 10 pertanyaan responden menjawab “ya” dalam kategori “siap” pada pertanyaan nomor 1,2,6,8,9,10 dan responden menjawab “tidak” dalam kategori “siap” pada pertanyaan nomor 3,4,5,7. Berdasarkan dari kesiapan psikologis ada 10 pertanyaan responden menjawab “ya” dalam kategori “siap”


(48)

siap pada pertanyaan nomor 12,13,15,18,19. Responden yang “siap” mendapat nilai 1 (satu), sedangkan yang “tidak siap” mendapat nilai 0. Dapat dilihat pada tabel berikut:s Jawaban pertanyaan berdasarkan instrumen penelitian kesiapan fisik

dan psikologis dalam kategori “siap” dan “tidak siap”

No Pertanyaan

Jawaban kategori

Ya Tidak Siap Tidak Siap

1. Jahitan mongering 1 0 1 0

2. Tidak ada perdarahan 1 0 1 0

3. Nyeri 0 1 1 0

4. Ada darah 0 1 1 0

5. Rasa sakit 0 1 1 0

6. Perubahan pada kemaluan 1 0 1 0

7. Lelah 0 1 1 0

8. Waktu lebih singkat 1 0 1 0

9. Jarang dilakukan 1 0 1 0

10. Perbedaan sebelum hamil dan setelah melahirkan

1 0 1 0

11. Keinginan bersama 1 0 1 0

12. Rasa cemas 0 1 1 0

13. Rasa terpaksa 0 1 1 0

14. Rasa nyaman 1 0 1 0

15. Rasa takut 0 1 1 0

16. Pasangan menikmati 1 0 1 0

17. Ibu menikmati 1 0 1 0

18. Penurunan gairah 0 1 1 0

19. Rasa terganggu 0 1 1 0

20. Kepuasan 1 0 1 0

Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut :

1. Menentukan skor kategori kesiapan fisik dan kesiapan psikologis terbesar dan terkecil. Skor terbesar : 10 Skor terkecil : 0

2. Menentukan nilai rentang (R) Rentang = skor terbesar-skor terkecil= 10-0 3. Menentukan nilai panjang kelas (i).

4. Panjang kelas (i) = Rentang (R) = 10/2 = 5 Banyaknya kelas


(49)

5. Menentukan skor kategori :

Siap : Jika responden memiliki skor 6-10 Tidak Siap : Jika responden memiliki skor < 5

G. Uji Validitas dan Uji Reabilitas 1. Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang dilakukan untuk menunjukan tingkat kevaliditasannya dan kesahlian sebuah instrumen, yang mampu mengukur apa yang dinginkan, sehingga dapat mengukur instrumen secara benar. Uji validitas telah dilakukan dengan cara content validity sebanyak dua kali yaitu dengan cara melakukan konsultasi pada dosen pembimbing dan dokter spesialis kandungan yaitu Dr.dr. M. Fidel Ganis Siregar, MKed,OG, SpOG (K), Sehingga instrumen yang digunakan tersebut dinyatakan valid dan mampu mengukur variabel yang akan diukur. Kuesioner dinyatakan valid dengan CVI (Content Validity Indeks) sebesar 0,85.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas, dimaksudkan untuk mengukur tingkat kestabilan atau kekonsistenan jawaban yang di berikan responden atas pertanyaan dari kuesioner yang diujikan. Uji reliabilitas telah dilakukan kepada 15 responden di wilayah Marelan Kel. Tanah 600, yang mempunyai kriteria yang sama dengan responden yang diteliti. Nilai koefisien yang didapatkan dari uji reliabilitas ini adalah 0,81 yang diperoleh dari 15 pertanyaan. Nilai yang didapatkan menunjukkan instrumen ini reliabel.


(50)

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan di klinik Marelan Indri. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah : Mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara, dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian kepada Kepala bidan klinik Marelan Indri. Setelah mendapatkan izin untuk meneliti, kemudian peneliti mendatangi Klinik Marelan Indri, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan mengumpulkan data responden yang peneliti temui pada kegiatan posyandu yang dilakukan sampai sore hari di Klinik Marelan Indri yang dilakukan dua kali dalam satu bulan pada tanggal 13 dan 14 Maret 2013

Hari pertama peneliti melakukan penelitian pada di Klinik pada saat jadwal imunisasi. Peneliti mendapatkan responden ketika responden membawa anaknya untuk imunisasi. Ibu-ibu yang sedang menunggu giliran anaknya untuk diimunisasi menjadi target yang peneliti pilih untuk dijadikan responden. Setelah mendapatkan calon responden, peneliti kemudian menjelaskan kepada calon responden tersebut tentang tujuan penelitian serta prosedur penelitian ini. Peneliti juga dibantu kepala bidan Marelan Indri pada saat menjelaskan dengan responden. Selanjutnya peneliti meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent), sebelum pengisian kuesioner dilakukan.

Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti kemudian memberikan lembar kuesioner yang telah disusun untuk diisi oleh calon responden tersebut. Di sini, peneliti mendampingi responden selama proses pengisian kuesioner, untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam lembar kuesioner. Lembar kuesioner diisi oleh masing-masing responden, kemudian setelah selesai, peneliti mengumpulkan kuesioner


(51)

kembali, untuk diperiksa kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap diselesaikan pada saat itu juga. Hari pertama responden yang berhasil di peroleh sebanyak 17 responden.

Hari kedua, peneliti mendatangi klinik dan kemudian melakukan penelitian pada imunisasi yang kedua di klinik Marelan Indri. Seperti kegiatan pada hari pertama, peneliti menunggu ibu-ibu yang sedang menunggu giliran anaknya untuk diimunisasi menjadi target untuk dijadikan responden. Setelah mendapatkan calon responden, peneliti kemudian menjelaskan kepada calon responden tersebut tentang tujuan penelitian serta prosedur penelitian ini. Selanjutnya peneliti meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent), sebelum pengisian kuesioner dilakukan.

Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti kemudian memberikan lembar kuesioner yang telah disusun untuk diisi oleh calon responden tersebut. Di sini, peneliti mendampingi responden selama proses pengisian kuesioner, untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam lembar kuesioner. Lembar kuesioner diisi oleh masing-masing responden, kemudian setelah selesai, peneliti mengumpulkan kuesioner kembali, untuk diperiksa kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap diselesaikan pada saat itu juga. Hari kedua responden yang berhasil di peroleh sebanyak 14 responden.

Hari ketiga, peneliti mendatangi klinik untuk melakukan penelitian selanjutnya yang dilakukan di klinik, peneliti menunggu responden yang sesuai dengan kriteria datang ke klinik untuk berobat atau keperluan lain karena masih banyak responden yang tidak datang pada saat imunisasi di klinik. Dengan bantuan pegawai dari pimpinan klinik Marelan Indri untuk menjelaskan kepada responden. Seperti kegiatan pada hari pertama dan hari kedua, hanya saja peneliti melakukan langsung kepada responden masing-masing dan meminta kesediannya untuk menjadi responden. Setelah mendapat persetujuan,


(52)

hingga lembar kuesioner terisi, peneliti menunggu hingga selesai ibu mengisi lembar kuesioner. Responden yang berhasil didapatkan sebanyak 10 responden.

Pada hari keempat, peneliti dan pegawai klinik Marelan Indri, menjelaskan responden yang datang ke klinik di sekitar kelurahan Terjun pasar 2 barat, yang didapatkan dari data klinik dan memenuhi kriteria sebagai responden. Seperti kegiatan pada hari ketiga peneliti melakukan penelitian di klinik dengan menunggu pasien datang, peneliti juga melakukan hal yang sama, hingga mendapatkan sebanyak 8 responden. Hingga hari keempat, tidak ada responden yang mengundurkan diri. Calon responden yang tidak bersedia untuk menjadi responden mengatakan ketidaksediaannya dari awal, sehingga tidak ada responden yang dikeluarkan dari penelitian ini.

I. Analisa Data

Setelah seluruh data terkumpul, maka dilakukan analisis data kembali dengan memeriksa semua kuesioner apakah jawaban sudah lengkap atau benar yang akan dilakukan diantaranya editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan editing dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban dan pertanyaan,

coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik pada data yang terdiri atas beberapa kategori. Untuk memudahkan dalam proses pembacaan yaitu : kode 0 Jawaban tidak siap, kode 1 jawaban siap, processing Setelah data di coding maka data dari kuesioner dimasukkan kedalam program komputer spss, melakukan tehnik analisis yang digunakan adalah analisa univariat untuk mengetahui frekuensi dan persentase masing-masing variabel yang akan diteliti.Entry data dalam komputer dan dilakukan dengan menggunakan tehnik komputerisasi.Tahap terakhir yang sudah dilakukan yaitu cleaning


(53)

yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan.

Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang terdiri: dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase tiap variabel yang diteliti yang meliputi: karakteristik responden, kesiapan fisik dan kesiapan psikologis berhubungan seksual pasca melahirkan.


(54)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi berhubungan seksual pasca persalinan. Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan ibu di Klinik Marelan Indri, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Penelitian ini dilakukan mulai Maret 2013sebanyak 49 ibu yang pernah melahirkan normal, yang kemudian dinilai dengan menggunakan kuesioner.

Untuk mengetahuifaktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan, peneliti menggunakan kuesioner yang berisi 20 pernyataan.

1. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini data karakteristik responden mencakup waktu berhubungan seksual, paritas, umur dan pendidikan. Dari hasil yang di peroleh mencakup waktu berhubungan seksual sebagian besar 40 orang (81,6%) berhubungan seksual > 40 hari, berdasarkan paritas sebagian besar responden 26 orang (53,1%) melahirkan 2-4 kali, berdasarkan umur sebagian besar responden 29 orang (59,2%) berumur 20-35 tahun, berdasarkan pendidikan sebagian besar responden 28 orang (57,1%) berpendidikan SMA. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini :


(55)

Tabel 5.1

Distribusi Karakteristik Responden di Klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Waktu seksual: - > 40 hari - < 40 hari

40 9

81,6 18,4 Paritas:

- Melahirkan 1 kali - Melahirkan 2-4 kali - Melahirkan > 5 kali

18 26 5 36,7 53,1 10,2 Umur:

- < 20 tahun - 20-35 tahun - >35 tahun

8 29 12 16,3 59,2 24,5 Pendidikan:

- Dasar (SD, SMP) - Menengah (SMA)

21 28

42,9 57,1

2. Kesiapan fisik

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang kesiapan kondisi fisik dalam berhubungan seksual pasca melahirkan, sebagian besar responden siap

berhubungan seksual adalah pertanyaan nomor 2, ibu berhubungan seksual pasca melahirkan jika sudah tidak ada perdarahan yaitu 49 orang (100%), pertanyaan nomor 10 ada perbedaan berhubungan seksual setelah melahirkan dengan sebelum hamil yaitu 46 0rang (93,9%), sedangkan sebagian besar responden yang menjawab ya dalam kategori

tidak siap adalah pertanyaan nomor 3, ibu mengalami nyeri saat melakukan hubungan seksual setelah melahirkan yaitu 34 orang (69,4%). Dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini :


(56)

Tabel 5.2

Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kesiapan Fisik Terhadap Hasil Penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Berhubungan Seksual

Pasca Melahirkan di Klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013

No Pertanyaan

Jawaban

Ya Tidak

F % F %

1. Ibu melakukan hubungan suami istri setelah jahitan sudah mengering.

37 75,5 12 24,5 2. Ibu melakukan hubungan suami istri jika sudah

tidak ada pendarahan.

49 100 0 0 3. Ibu mengalami nyeri saat melakukan hubungan

suami istri setelah melahirkan

34 69,4 15 30,6 4. Ada darah yang keluar saat ibu melakukan

hubungan suami istri.

12 24,5 37 75,5 5. Ibu mengalami rasa sakit setelah melakukan

hubungan suami istri.

29 59,2 20 40,8 6. Ibu mengalami perubahan pada kemaluan saat

melakukan hubungan suami istri.

35 71,4 14 28,6 7. Ibu merasa lelah saat melakukan hubungan

suami istri.

31 63,3 18 36,7 8. Adanya luka jalan lahir, durasi untuk sekali

berhubungan suami istri lebih singkat.

39 79,6 10 20,4 9. Frekuensi hubungan suami istri makin jarang

dilakukan.

45 91,8 4 8,2 10. Perbedaan pada saat melakukan hubungan suami

istri setelah melahirkan dengan sebelum hamil.

46 93,9 3 6,1

3. Kesiapan fisik ibu berhubungan seksual pasca melahirkan.

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, kesiapan fisik berhubungan seksual pasca melahirkan sebagian besar responden dalam kategori siap sebanyak 39 orang (79,6%). Kategori tidak siap sebanyak 10 orang (20,4%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:


(57)

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi berdasarkan kesiapan fisik responden faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual di Klinik

Marelan Indri Medan Tahun 2013

Kesiapan fisik F %

Tidak siap Siap

10 39

20,4 79,6

4. Kesiapan psikologis

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang kesiapan psikologis dalam berhubungan seksual pasca melahirkan, sebagian besar responden menjawab Ya

dalam kategori siap berhubungan seksual adalah pertanyaan nomor 16, adanya luka jalan lahir pasangan dapat menikmati dalam berhubungan seksual setelah melahirkan yaitu 42 orang (85,7%), pertanyaan nomor 13, ibu siap berhubungan seksual tanpa paksaan dari suami yaitu 38 0rang (77,6%), pertanyaan nomor 1, ibu berhubungan seksual setelah melahirkan atas keinginan bersama dengan pasangan, sedangkan sebagian besar responden yang menjawab tidak dalam kategori tidak siap adalah pertanyaan nomor 20

adanya luka jalan lahiribu tidak merasakan kepuasan saat berhubungan seksual setelah melahirkan yaitu 31 orang (63,3%), pertanyaan nomor 14, adanya luka jalan lahir ibu tidak merasa nyaman saat berhubungan seksual pasca melahirkan yaitu 27 orang (55,1%), pertanyaan nomor 12, ibu merasa cemas ketika berhubungan seksual setelah melahirkan


(58)

Tabel 5.4

Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kesiapan psikologis Terhadap Hasil Penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Berhubungan Seksual

Pasca Melahirkan di Klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013

No Pertanyaan

Jawaban

Ya Tidak

F % F %

11. Ibu melakukan hubungan suami istri atas keinginan bersama dengan pasangan.

32 65,3 17 34,7 12. Ibu merasa cemas ketika melakukan hubungan

suami istri.

26 53,1 23 46,9 13. Ibu mengalami perasaan terpaksa saat

melakukan hubungan suami istri.

11 22,4 38 77,6 14. Adanya luka jalan lahir, apakah ibu merasa

nyaman saat berhubungan suami istri.

22 44,9 27 55,1 15. Luka jalan lahir membuat ibu merasa takut saat

melakukan hubungan suami istri.

25 51,0 24 49,0 16. Adanya luka jalan lahir, Apakah pasangan ibu

dapat menikmati hubungan suami istri.

42 85,7 7 14,3 17. Adanya luka jalan lahir, apakah ibu dapat

menikmati hubungan suami istri.

33 67,3 16 32,7 18. Luka jalan lahir membuat ibu mengalami

penurunan gairah melakukan hubungan suami istri.

19 38,8 30 61,2

19. Luka jalan lahir membuat ibu merasa terganggu saat melakukan hubungan suami istri.

26 53,1 23 46,9 20. Adanya luka jalan lahir, apakah ibu dapat

merasakan kepuasan berhubungan suami istri.

18 36,7 31 63,3

5. Kesiapan psikologis ibu berhubungan seksual pasca melahirkan.

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, kesiapan psikologis berhubungan seksual pasca melahirkan sebagian besar responden dalam kategori siap sebanyak 25 orang (51,0%). Kategori tidak siap sebanyak 24 orang (49,0%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:


(59)

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi berdasarkan kesiapan psikologis responden faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual di Klinik

Marelan Indri Medan Tahun 2013

Kesiapan psikologis F %

Tidak siap Siap

24 25

49,0 51,0

B. Pembahasan

Berikut ini dilakukan pembahasan karakteristik responden berdasarkan data yang telah disajikan sebelumnya:

1. Interprestasi dan diskusi hasil a. Karakteristik Demografi Responden

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 49 responden didapati hasil karakteristik waktu ibu berhubungan seksual pasca melahirkan sebagian besar > 40 hari sebanyak 40 orang (81,6%), berdasarkan karakteristik paritas ibu sebagian besar 2-4 kali melahirkan yaitu sebanyak 26 orang (53,1%), berdasarkan karakteristik umur sebagian besar ibu berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 29 orang (59,2%), dan berdasarkan karakteristik pendidikan sebagian besar ibu dengan pendidikan menengah (SMA) yaitu sebanyak 28 orang (57,1%).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Novitasari (2007, ¶ 32), Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi biasanya telah sembuh dengan baik dan 6 minggu adalah waktu dimana rahim telah kembali pada ukuran sebelum hamil. Pengecilan


(60)

kembali mengecil pelahan-lahan ke bentuknya semula,. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar 40-60 gram. Ini dianggap masa nifas telah selesai. Namun, sebetulnya rahim akan kembali ke posisi normal dengan berat 30 gram sekitar 3 bulan kemudian. Setelah masa pemulihan 3 bulan ini, bukan hanya rahim saja yang kembali normal tapi juga kondisi tubuh ibu secara keseluruhan.

b. Kesiapan fisik

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 49 responden berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, kesiapan fisik ibu berhubungan seksual pasca melahirkan dari 10 pertanyaan kuesioner di dapatkan dalam kategori siap sebanyak 39 orang (79,6%). Kategori tidak siap sebanyak 10 orang (20,4%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden siap berhubungan seksual secara fisik, apabila sudah tidak ada perdarahan lagi, jahitan sudah mengering, waktu yang sesuai berhubungan seksual pasca melahirkan, tetapi pada sebagian besar responden yang tidak siap masih banyak yang mengalami nyeri saat berhubungan seksual pasca malahirkan.

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan murkoff, H. (2007, hlm. 570), ibu yang melahirkan normal pada luka di jalan lahir, secara fisik mengalami banyak hal, diantaranya rasa tidak nyaman pada daerah perineum serta rasa nyeri di daerah jalan lahir, hal ini menunjukkan bahwa secara fisik mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual.

Penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Glazener (2002, dalam Canadian, H. 2003 ¶ 5), perubahan fisik yang terkait dengan kelahiran dan postpartum yang dapat mempengaruhi aktivitas seksual wanita. Jika tidak mengerti dalam perawatannya, maka


(61)

dapat menyebabkan rasa sakit dalam setiap aktivitas ibu, termasuk saat berhubungan seksual.

Menurut Syafitri, A (2010 ¶ 1), hal ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan umumnya aktivitas seksual memang bisa dilakukan enam minggu pasca melahirkan. Walaupun ada yang melakukannya sebelum enam minggu dan tidak mengalami dampak serius. Hal tersebut diperkuat dengan adanya penelitian yang menunjukkan leher rahim pasca melahirkan akan tertutup setelah dua minggu. Ibu diperbolehkan untuk melakukan hubungan intim asalkan dalam kondisi siap. Dalam artian pendarahan sudah berhenti dan masing-masing sudah siap untuk memulainya.

c. Kesiapan psikologis

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 49 responden berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, kesiapan psikologis ibu berhubungan seksual pasca melahirkan dari 10 pertanyaan kuesioner di dapatkan dalam kategori siap sebanyak 25 orang (51,0%). Kategori tidak siap sebanyak 24 orang (49,0%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden siap berhubungan seksual secara psikologis, atas keinginan bersama, tidak takut saat berhubungan seksual, pasangan dan ibu dapat menikmati saat berhubungan seksual pasca melahirkan, tetapi pada sebagian besar responden yang tidak siap masih banyak yang cemas ketika akan berhubungan seksual dan ibu tidak merasakan kepuasan dalam berhubungan seksual adanya luka jalan lahir.

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Stuat, Sunden (1998, dalam William, 2004, hlm. 142), psikologis yang timbul seperti rasa cemas dan takut yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan merasa terancam. Kecemasan terjadi akibat dari adanya ancaman


(62)

normal. Kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi ibu merasa cemas ketika berhubungan seksual pasca melahirkan. Jika psikologis seseorang sudah merasa siap maka ibu yang berhubungan seksual pasca melahirkan sudah tidak merasa cemas, frustasi, dan merasa kurang siap secara mental.

Penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Judibicus, Margaret, et.al (2002 dalam William. 2004, hlm. 245), sebagian besar perempuan 12 minggu pasca melahirkan, telah kembali berhubungan seksual pasca melahirkan, meskipun banyaK mengalami kesakitan dan kesulitan terkait dengan masalah fisik seperti luka jalan lahir, atau masalah psikologis seperti dispareunia.

Menurut Hyde et.al (2002), hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebanyak 84% pasangan melakukan hubungan seksual 6 minggu sampai 3 bulan lebih pasca melahirkan, 16% mengeluhkan kesakitan pada aktivitas seksual pada 6 minggu pasca melahirkan. Keinginan dan kemauan untuk melanjutkan aktivitas seksual mulai muncul, karena jahitan sudah kering dan luka perineum yang sudah pulih. Keinginan dan kemauan untuk melakukan hubungan seksual bervariasi antara masing-masing wanita baik secara fisik maupun secara psikologis.

Dari Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Frances A. Certer (2007 dalam Luanaigh

2008, hlm 345), bahwa keadaan pasca melahirkan, depresi atau gangguan kejiwaan memiliki efek yang berbeda dalam kehidupan seksual wanita. Studi dilakukan dengan pengambilan sampel 76 wanita yang dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama, terdiri dari 10 wanita yang mengalami anoreksia, kelompok kedua terdiri dari 24 wanita dengan gangguan depresi, dan kelompok terakhir adalah wanita pasca melahirkan yaitu sebesar 36 orang. Dari hasil penelitian tersebut terungkap bahwa jumlah wanita pasca melahirkan yang melakukan hubungan seksual dalam 2 minggu terakhir, 2 kali lebih banyak di bandingkan dengan wanita yang mengalami depresi atau anokresia.


(63)

Berdasarkan dari kesiapan ibu berhubungan seksual pasca melahirkan dapat dilihat dari kesiapan secara fisik dan psikologis. ibu siap berhubungan secara fisik dan psikologis, dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa sebagian besar ibu siap secara fisik dan psikologis, pada ibu yang siap secara fisik ada yang tidak siap secara psikologis. dapat disimpulkan kesiapan ibu berhubungan seksual pasca melahirkan secara fisik siap tetapi belum tentu secara psikologis siap.

2. Keterbatasan penelitian

Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih banyak keterbatasan yang dihadapi dalam melaksanakan penelitian, dari proses pengumpulan data hingga penyajian hasil. Beberapa kesulitan saat mengumpulkan data yaitu adanya responden yang tidak bersedia untuk menjawab pertanyaan yang dianggap tabu untuk di ungkapkan.

3. Implikasi penelitian

Bagi pelayanan kebidanan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dalam memberikan perhatian terhadap asuhan kebidanan kepada ibu melahirkan dan pasca melahirkan. Setelah melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan bahwa dalam berhubungan seksual pasca melahirkan ibu siap secara fisik dan psikologis, maka diharapkan pada tenaga kebidanan dalam memberikan pertolongan persalinan dapat memberikan promosi dan penyuluhan dalam berhubungan seksual pasca melahirkan, agar tidak terjadi komplikasi yang terjadi pada ibu pasca melahirkan.


(1)

LEMBAR KUESIONER

Kesiapan Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan

Berikan tanda checklist (√) pada salah satu pertanyaan (ya / tidak) sesuai pilihan anda Pertanyaan yang kurang di mengerti dapat di tanyakan kepada peneliti

No Berhubungan seksual pasca melahirkan Ya Tidak

I. Kesiapan Fisik

1. Apakah ibu melakukan hubungan suami istri setelah jahitan sudah mengering?

2. Apakah jika sudah tidak ada pendarahan setelah melahirkan ibu melakukan hubungan suami istri?

3. Apakah ibu mengalami nyeri saat melakukan hubungan suami istri setelah melahirkan?

4. Apakah ada darah yang keluar saat ibu melakukan hubungan suami istri setelah melahirkan?

5. Apakah ibu mengalami rasa sakit setelah melakukan hubungan suami istri?

6. Apakah ibu mengalami perubahan pada kemaluan saat melakukan hubungan suami istri?

7. Apakah ibu merasa lelah saat melakukan hubungan suami istri setelah melahirkan?

8. Dengan adanya luka jalan lahir, apakah durasi untuk sekali berhubungan suami istri lebih singkat?

9. Apakah frekuensi hubungan suami istri makin jarang dilakukan setelah melahirkan,?

10. Apakah ada perbedaan pada saat melakukan hubungan suami istri setelah melahirkan dengan sebelum hamil?

II. Kesiapan Psikologis

11. Apakah ibu melakukan hubungan suami istri setelah melahirkan atas keinginan bersama dengan pasangan?

12. Apakah ibu merasa cemas ketika melakukan hubungan suami istri setelah melahirkan?

13. Apakah ibu mengalami perasaan terpaksa saat melakukan hubungan suami istri setelah melahirkan?

14. Dengan adanya luka jalan lahir, apakah ibu merasa nyaman saat berhubungan suami istri setelah melahirkan?


(2)

melakukan hubungan suami istri setelah melahirkan?

16. Dengan adanya luka jalan lahir, Apakah pasangan ibu dapat menikmati hubungan suami istri setelah melahirkan?

17. Dengan adanya luka jalan lahir, apakah ibu dapat menikmati hubungan suami istri setelah melahirkan?

18. Apakah luka jalan lahir membuat ibu mengalami penurunan gairah melakukan hubungan suami istri setelah melahirkan? 19. Apakah luka jalan lahir membuat ibu merasa terganggu saat

melakukan hubungan suami istri setelah melahirkan?

20. Dengan adanya luka jalan lahir, apakah ibu dapat merasakan kepuasan dalam berhubungan suami istri setelah melahirkan?


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Heri Anda Alifa

Tempat/Tanggal Lahir : Sengon Sari, 13 Juni 1991

Anak Ke : 1 dari 2 bersaudara

Agama : Islam

Nama Ayah : Herman

Nama Ibu : Ngatini

Alamat : Aek Loba, Desa Sengon Sari Dsn V, Kec. Aek Kuasan, Kab. Asahan

Pendidikan Formal :

SD : SD Negeri 017135 Tahun 1996 - 2002

SMP : MTS Swasta An-Nuur Tahun 2002 - 2005

SMA : SMA Swasta Swadaya Pulau Rakyat Tahun 2005 - 2008

D3 : Diploma III (Tiga) Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes