Rumusan Masalah Kerangka Konsep Defenisi Operasional Desain Penelitian

penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan ibu pasca nifas tentang hubungan seksual pasca nifas dengan minatnya berhubungan seksual. Syahfitri, A. 2011, ¶ 3. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Maharani didapat hasil bahwa sebagian besar responden telah melakukan hubungan seksual 53,33, dimana waktu memulai hubungan seksual sebagian besar pada waktu 4-8 minggu 53,33. Berdasarkan hasil analisis menggunakan chi-square diperoleh nilai untuk luka jahitan perineum X2 hitung : 19,1 X2 tabel: 3,481, untuk kondisi fisik X2 hitung : 37,53 X2 tabel: 3,481, dan untuk kondisi psikososial nilai X2 hitung : 23,005 X2 tabel: 3,481 sehingga ada hubungan antara luka jahitan, kondisi fisik dan kondisi psikososial dengan hubungan seksual pasca nifas. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah Sebagian besar ibu pasca nifas memulai hubungan seksual pada waktu 4-8 minggu dan terdapat pengaruh yang bermakna antara luka jahitan perineum, kondisi fisik dan kondisi psikososial dengan hubungan seksual pasca nifas Maharani, 2011, ¶ 1. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksualpasca melahirkan di Klinik Marelan Indri Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkanlatar belakang tersebut dapat ditarik permasalahan “adakah faktor -faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan di Klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013 ?” Universitas Sumatera Utara

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan di Klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik ibu berdasarkan: waktu, paritas, umur, dan pendidikan. b. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam melakukan hubungan seksual pasca melahirkan berdasarkan kesiapan secara fisik. c. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam melakukan hubungan seksual pasca melahirkan berdasarkan kesiapan secara psikologis.

D. Manfaat Penelitian 1. Praktek Kebidanan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada rumah bersalin dalam peningkatan pengetahuan ibu dalam melakukan hubungan seksual pasca melahirkan, sehingga dapat meminimalkan penyakit infeksi atau gangguan pada masa nifas.

2. Penelitian Kebidanan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada peneliti lain sehingga dapat mengembangkan penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara

3. Pendidikan Kebidanan

Diharapkan penelitian ini sebagai proses belajar dalam penelitian ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan di Program D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesiapan 1. Pengertian

Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban terhadap cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon Slameto, 2003, hlm, 114. Menurut Thorndike yang dikutib dalam Slameto kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya. Menurut Hamalik 2003, hlm, 41 kesiapan adalah keadaan kapasitas yang ada pada diri siswa dalam hubungan dengan tujuan pengajaran tertentu. Sedangkan Menurut Djamarah kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan. Menurut Darsono 2000, hlm, 27 faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis, merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Menurut Soemanto 1998 ada orang yang mengartikan readiness sebagai kesiapan atau kesedihan seseorang untuk berbuat sesuatu. Seorang ahli bernama cronbach memberikan pengertian tentang readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan

Kesiapan merupakan suatu sikap psikologis yang dimiliki seseorang sebelum melakukan sesuatu. Dimana kesiapan ini dapat dipengaruhi oleh dirinya sendiri atau oleh pihak luar. Berikut yang dapat mempengaruhinya yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor ini terbagi menjadi dua bagian yaitu jasmaniah dan rohaniah psikologis. Dimana keduanya mempengaruhi individu menjadi terampil yang termasuk faktor jasmani adalah bagaimana kondisi fisiknya dan panca indra. Sedangkan kondisi psikologisnya adalah minat tingkat kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Semua ini akan berpengaruh dengan kesiapan seseorang individu. b. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri seseorang Hamalik, 2003, hlm, 42. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan. Di bawah ini di kemukakan faktor-faktor kesiapan belajar dari beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut: 1. Menurut Darsono 2000, hlm 27, faktor kesiapan meliputi: a. Kondisi fisik yang tidak kondusif. Misalnya: sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar. b. Kondisi psikologis yang kurang baik. Misalnya: gelisah, tertekan, dsb. merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar. 2. Menurut Slameto 2003, hlm 113, kondisi kesiapan mencakup 3 aspek, yaitu: a. Kondisi fisik, mental dan emosional. b. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan. c. Ketrampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah Dipelajari. Universitas Sumatera Utara 3. Menurut Djamarah 2002, hlm 35, faktor-faktor kesiapan meliputi: a. Kesiapan fisik Misalnya tubuh tidak sakit jauh dari gangguan lesu, mengantuk, dan sebagainya. b. Kesiapan psikis Misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi, dan ada motivasi intrinsik. c. Kesiapan Materiil Misalnya ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan dll. 4. Menurut Soemanto 2001, hlm 91, faktor yang membentuk readiness, meliputi: a. Faktor fisiologis Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Keadaan fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan individu. Sebaliknya kondisi fisik yang lemah atau sakit akan tidak bisa memberikan pengaruh yang positif. Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual. b. Faktor psikologis Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses pikir dan mempengaruhi mental seseorang. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai dasar indikator kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan adalah kondisi fisik, kondisi psikologis. Kondisi fisik yang dimaksud misalnya setelah masa nifas 40 hari atau lebih, tidak ada perdarahan lagi, tidak sakit dan nyeri waktu sanggama, bisa dipastikan ibu sudah siap berhubungan seksual. Kondisi psikologis kejiwaan terjadi pada ibu usai melahirkan yang belum siap Universitas Sumatera Utara dan memahami segala urusan mengurus anak. Akibatnya ibu merasa lelah, capek, dan menyebabkan ibu enggan berhubungan seksual. Ibu siap berhubungan seksual apabila tidak merasa takut sakit dan tidak trauma dengan jahitan jalan lahir episiotomi Thamrin, 2010, ¶ 2.

3. Prinsip-prinsip Kesiapan

a. Prinsip-prinsip kesiapan meliputi: 1 Semua aspek perkembangan berinteraksi saling mempengaruhi. 2 Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman. 3 Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan. 4 Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan Slameto, 2003, hlm,115. b. Prinsip bagi perkembangan readiness meliputi: 1 Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness. 2 Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu. 3 Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian individu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah. 4 Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya Soemanto, 1998, hlm, 192. Universitas Sumatera Utara

4. Aspek-aspek Kesiapan

Menurut Slameto, 2003, hlm, 115 mengemukakan aspek-aspek kesiapan adalah: a. Kematangan maturation Kematangan adalah proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan. b. Kecerdasan.

B. Periode Pascapartum Pada Masa Nifas

Periode pascapartum adalah masa enam minggu masa nifas sejak bayi baru lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini disebut peurperium atau trimester keempat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana proses pada kehamilan berjalan terbalik. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan ibu, bayi, dan keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan pengetahuannya tentang anatomi dan fisiologis ibu pada periode pemulihan Bobak, 2004, hlm.492.

1. Perubahan Fisik dan Psikologis Pada Masa Nifas a. Perubahan Fisik Pada Masa Nifas

1 Anemia Biasanya akibat perdarahan yang hebat pada pasca kelahiran menyebabkan ibu kekurangan darah anemia. Apabila kondisi ini tidak diperhatikan bisa berdampak buruk hingga kematian. Universitas Sumatera Utara 2 Perubahan Fisik Selama hamil telah mengalami peningkatan lemak dan cairan. Itu sebabnya mengapa ketika hamil, jari-jari tangan maupun kaki mengalami oedema dan sampai melahirkan masih belum pulih. 3 Mengerutnya Rahim Segera setelah persalinan, jika perut diraba terasa rahim menonjol dengan puncaknya hampir setinggi pusat. Tetapi setelah 1 minggu kemudian, dengan kontraksi yang luar biasa cepatnya rahim akan mengerut kembali sehingga tidak teraba lagi dari luar. 4 Perut Menjadi Kempis Perubahan fisik lainnya yang paling tampak ialah perut ibu menjadi kempis. Sekalipun bentuk perut belum kembali seperti sebelum hamil, terutama daerah dekat pusat terlihat menonjol agak besar. 5 Leher Rahim Perubahan lainnya ialah leher rahim, yaitu tempat jalan lahir ketika masa persalinan melebar untuk dilalui kepala bayi, sekitar 2-3 hari kemudian seluruh jalan lahir kembali ke hampir sebesar semula. Kalaupun ukurannya bertambah sekitar 1 cm. 6 Perdarahan Luka akibat tercabut pembuluh darah plasenta dari dinding rahim saat persalinan membutuhkan penyembuhan. Penyembuhan luka dapat terjadi secara alamiah melalui proses pengerutan rahim, yaitu kontraksi rahim selama beberapa minggu pasca persalinan. Jika rahim tidak berkontraksi dikhawatirkan terjadi perdarahan yang dapat membahayakan ibu. Universitas Sumatera Utara 7 Pengeluaran Urine Beberapa hari pasca persalinan, biasanya banyak mengeluarkan urine, sebagai pelepasan cairan tubuh dari berbagai jaringan tubuh yang membengkak selama kehamilan. 8 Cairan lokia Pada masa nifas, vagina akan mengeluarkan cairan lochia lokia. Cairan lokia terdiri dari darah, sebagaian lapisan rahim, sel-sel darah putih, bakteri, serta sisa- sisa dari plasenta. Pada umumnya, cairan lokia berwarna merah. Kemudian berubah menjadi warna kuning, akhirnya bening dan berhenti keluar. Salah satu tanda pasca melahirkan ialah keluarnya cairan lokia. 9 Infeksi Nifas Infeksi nifas biasanya terjadi jika ibu telah berhubungan seksual dengan suami. Sesungguhnya selama masa nifas kurang baik untuk melakukan hubungan seksual, karena bisa memungkinkan terjadinya infeksi. Gejala dari infeksi nifas ditandai dengan demam tinggi dan keluarnya cairan nifas dari mulut rahim yang berbau busuk Pieter, 2011, hlm. 253. Secara fisik perubahan yang terjadi selama enam minggu pasca melahirkan pada masa nifas yaitu : 1 Berlanjutnya keluaran dari vagina yang seperti menstruasi lokia, bermula dari merah gelap, merah muda, beralih kecoklatan, kemudian putih kekuningan. 2 Keletihan. 3 Beberapa nyeri lanjutan, ketidaknyamanan di perineum, jika melahirkan melalui vagina terutama jika anda mendapatkan jahitan atau persalinan sebelum bedah caesar. Universitas Sumatera Utara 4 Berlanjutnya sembelit meskipun seharusnya sudah mulai mereda pada minggu pertamapasca melahirkan. 5 Rontoknya rambut. 6 Ketidaknyamanan pada payudara dan nyeri puting sampai hubungan menyusui sudah terbentuk dengan baik Murkoff, 2006, hlm. 543.

b. Perubahan Psikologis Masa Nifas

Menurut Pieter, 2011, hlm.256, Perubahan psikologis selama masa nifas tidak terlepas dari meningkatnya kesehatan ibu. Seorang ibu yang baru melahirkan dan umumnya digambarkan tampak gembira, penuh kasih, dan sangat tenang. Adapun perubahan psikis yang umum terjadi selama masa nifas yaitu : 1 Baby Blues Hampir 50-70 dari seluruh wanita pasca melahirkan akan mengalami baby blues atau postnatal syndrome yang terjadi pada hari ke 4-10 pasca persalinan. Penyebabnya ialah hormon progesteron yang sejak masa kehamilan mengalami peningkatan. Tentu kondisi ini akan memengaruhi fisik dan emosi. 2 Postpartum Blues Postpartum blues adalah perasaan sedih yang dibawa ibu sejak masa hamil yang berhubungan dengan kesulitan ibu menerima kehadiran bayinya. Perubahan ini sebenarnya merupakan respon alami dari kelelahanpasca persalinan. Ciri-ciri psikis postpartum blues adalah menangis, perasaan cemas, merasa kesepian, khawatir akan kondisi bayi, penurunan gairah seksual, dan kurang percaya diri. 3 Depresi postpartum Adalah perasaan sedih akibat berkurangnya kebebasan bagi ibu, penurunan estetika dan perubahan tubuh, berkurangnya interaksi sosial dan kemandirian. Universitas Sumatera Utara 4 Depresi Masa Nifas Depresi masa nifas merupakan keadaan yang sangat serius, karena pada masa ini ibu harus memerlukan istirahat dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya.

C. Seks Dan Seksulitas 1. Pengertian

Seks merupakan pembedaan jenis kelamin secara biologis. Perbedaan ini dibawa sejak lahir dan tidak dapat diubah karena merupakan kodrat yang di berikan tuhan dan tidak dapat dipertukarkan. Menurut Maramis, 2006, hlm.196, seksualitas artinya lebih luas, yaitu bagaimana seorang laki-laki atau perempuan berperilaku sebagai laki-laki atau perempuan. Seksualitas juga adalah Bagaimana perempuan memandang laki-laki, memegang pundaknya dan menyandarkan kepala kepadanya, bagaimana mereka berdua saling mengungkapkan perasaan, sampai dengan hubungan seksual. Semua orang mempunyai seksualitas, baik yang sudah menikah maupun yang belum. Dalam hal ini, seksualitas dalam arti kata yang luas, bukan hubungan seks saja, tetapi bagaimana kita sebagai laki- laki atau perempuan berperilaku terhadap orang dengan jenis kelamin lain. Banyaknya variasi seksualitas dan perilaku seksual membutuhkan perspektif yang holistik menyeluruh. Bagaimanapun seksualitas dan kesehatan seksual memiliki banyak dimensi antara lain: dimensi sosiokultural, agama dan etika, psikologis, serta biologis. a. Dimensi Sosiokultural Merupakan dimensi yang melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia, bagaimana seseorang menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dari Universitas Sumatera Utara lingkungan sosial, serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas dalam kehidupan manusia. b. Dimensi agama dan etika Seksualitas berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik jika keputusan seksual yang dibuat melewati batas kode etik individu maka akan menimbulkan konflik internal, seperti perasaan bersalah, berdosa, dan lain-lain. Spektrum sikap menegenai seksualitas memiliki rentang mulai dari pandangan tradisional hubungan seks hanya boleh dalam perkawinan sampai dengan sikap yang memperbolehkan sesuai dengan keyakinan individu tentang perbuatannya. c. Dimensi psikologis Seksualitas mengandung perilaku yang dipelajari sejak dini dalam kehidupannya melalui pengamatan terhadap perilaku orang tuanya. Untuk itulah orang tua memiliki pengaruh secara signifikan seksualitas anak-anaknya. d. Dimensi biologis Merupakan dimensi yang berkaitan dengan anatomi dan fungsional organ reproduksi termasuk di dalamnya bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal Kusmiran, 2011, hlm.27. Menurut Hurlock 1992, Menyatakan bahwa manifestasi dorongan seksual dalam perilaku seksual dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: faktor internal stimulus yang berasal dari dalam diri individu yang berupa bekerjanya hormon-hormon alat reproduksi sehingga menimbulkan dorongan seksual pada individu yang bersangkutan dan hal ini menuntut untuk segera dipuaskan. Dan faktor eksternal stimulus yang berasal dari luar individu yang menimbulkan dorongan seksual sehingga memunculkan perilaku seksual. Stimulus eksternal dapat diperoleh melalui pengalaman kencan, informasi mengenai seksualitas, diskusi dengan teman, Universitas Sumatera Utara pengalaman mastrubasi, jenis kelamin, pengaruh orang dewasa, serta pengaruh buku- buku bacaan dan tontonan porno kusmiran, 2011, hlm 28.

2. Tahap-tahap respon seksual

Menurut Master 2002, dalam Maramis, 2006, hlm. 197, bila ada rangsangan seksual, maka berturut-turut terjadi tahap-tahap respon seksual sebagai berikut: a. Tahap rangsangan: terjadi ereksi penis pada laki-laki serta lubrikasi vagina dan pembesaran klitoris pada perempuan. b. Tahap plateu: bila rangsangan yang efektif berlangsung terus, maka kebangkitan arousal menjadi lebih tinggi dalam waktu singkat. Pada perempuan terjadi vasokontriksi pada sepertiga luar dari vagina bersamaan dengan pengencangan mamae, puting susu dan uterus, serta kulit menjadi lembab, otot tegang, akhirnya akhirnya klitoris tertarik ke dalam. c. Tahap orgasme: bila rangsangan terus berlangsung, maka timbul orgasme, “mirip reflex bersin”, puncak kepuasan fisik dan emosional pada aktivitas seksual. d. Tahap resolusi: berangsur-angsur kembali ke keadaan tubuh pra rangsangan, sering dengan banyak keringat dan rasa ngantuk, lamanya kira-kira sama dengan tahap rangsangan. e. Tahap refrakter: terjadi hanya pada pria, yaitu tahap tidak dapat dirangsang sesudah orgasme. Lamanya bervariasi mulai dari setengah jam sampai beberapa hari, dan makin lanjut umur makin lama. Seksualitas sejatinya merupakan hal yang positif, selalu berhubungan dengan jati diri seseorang dan juga kejujuran seseorang terhadap dirinya. Sayangnya, masyarakat umumnya masih melihat seksualitas sebagai hal yang negatif, bahkan menjijikkan Universitas Sumatera Utara sehingga tidak pantas dan tabu dibicarakan. Studi tentang seksualitas memperkenalkan tiga terminologi penting menyangkut seksualitas manusia, yaitu: identitas gender, orientasi seksualitas, dan perilaku seksual Maramis, 2006, hlm.197.

D. Seksual Pasca Melahirkan 1. Pengertian Seksual Pasca Melahirkan

Seksualitas merupakan suatu komponen integral dari kehidupan seorang wanita normal, di mana hubungan seksual yang nyaman dan memuaskan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam hubungan perkawinan bagi banyak pasangan Prawirohardjo, 2007, hlm. 237. Menurut Oruc, et.al 1999 dalam Wals, Linda V, 2008, hlm. 143 Seksualitas diartikan sebagai sebuah identitas individu yang secara sosial dibangun berdasarkan komponen biologis, kepercayaan, nilai, minat, daya tarik, harapan dan tingkah laku. Aktivitas seksual pasca melahirkan yang aman maksudnya adalah berhubungan seks dengan menghindari penetrasi memasukkan penis, jari, atau hal lain ke dalam vagina. Ada pula yang mengatakan bahwa aktivitas seksual pasca melahirkan yang aman adalah berhubungan kembali setelah enam minggu dihitung sejak kelahiran anak Thamrin, 2010, ¶ 1. Banyak pasangan yang sudah memulai hubungan seksual sebelum pemeriksaan tradisional pascapartum enam minggu setelah bayi lahir. Mereka mungkin ingin mengetahui tentang topik ini, tetapi enggan menanyakannya. Karena dokter sering kali tidak membahas masalah ini, penting bagi perawat untuk membahas masalah pengaruh fisik dan psikologis akibat melahirkan terhadap hubungan seksual Bobak, 2004, hlm.546. Seksualitas merupakan satu aspek yang penting dari hubungan ibu sebagai pasangan dan mungkin merupakan pokok pembahasan yang bisa menimbulkan Universitas Sumatera Utara berbagai pertanyaan selama masa segera setelah kelahiran bayi. Ibu mungkin merasa letih dan hal ini bisa mengganggu seksualitas ibu pada mulanya, meskipun hal itu akan surut secara perlahan. Mungkin vagina ibu akan terasa sakit karena mengalami perobekan, atau menjalani episiotomi Rukiyah, 2011, hlm.79.

2. Tujuan seksual pasca melahirkan Tujuan hubungan seksual yaitu:

a. Sebagai pelepas ketegangan seksual. b. Untuk memperoleh kepuasan seksual bersama. c. Untuk menunjukkan kasih sayang bersama Aprillia, 2011, ¶ 12.

3. Waktu Pelaksanaan Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan

Aktivitas seksual dapat dimulai kembali setelah perdarahan berhenti atau ketika lokia sudah berhenti Thamrin, 2010, ¶ 2. Pendapat lain mengatakan bila luka jahitan telah sembuh, atau setelah empat sampai enam minggu setelah bersalin Walsh, 2008, hal. 393. Enam minggu adalah waktu dimana rahim telah kembali pada ukuran sebelum hamil. Pengecilan rahim adalah perubahan fisik utama pasca persalinan yang terakhir. Namun, seorang wanita sebenarnya tidak perlu menunggu hingga rahimnya kembali ke ukuran semula, sebelum ia mulai melakukan senggama. Selama enam minggu sampai enam bulan pertama, vagina tidak cukup dilumasi karena kadar steroid rendah untuk menahan respon vasokontriksi saat senggama. Reaksi fisiologis anda terhadap rangsangan seksual selama tiga bulan pertama setelah melahirkan ditandai dengan penurunan intensitas dengan kecepatan respon. Vasokongesti pada labia mayora dan minora tertahan sampai fase stabil plateau. Universitas Sumatera Utara Dinding vagina tipis dan berwarna merah muda, suatu keadaan yang menyerupai vaginitis senilis. Keadaan ini disebabkan oleh jumlah hormon yang rendah pada periode involusi. Akhirnya, ukuran dan kekuatan kontraksi orgasmik menurun Bobak, 2004, hlm.547.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan

a. Perubahan Fisik - Nyeri sensitivitas dari episiotomi, bagian sensitif dan dari trauma lainnya dari tenaga kerja bisa berlangsung 6 minggu atau lebih. - Penurunan lubrikasi vagina dapat berlangsung hingga 6 bulan dan saat menyusui. - Bocor ASI mungkin terjadi selama hubungan seksual. - Kelelahan dari tenaga kerja dan atau merawat bayi yang baru lahir dapat terjadi. - Reaksi Wanita terhadap rangsangan seksual mungkin tidak kuat atau cepat sampai 3 bulan setelah melahirkan. b. Perubahan psikologis - Takut nyeri selama hubungan seksual. - Takut kehamilan. - Kurangnya keinginan untuk seks selama beberapa minggu setelah melahirkan sampai satu tahun. - Stres dari perubahan dalam rutinitas sehari-hari dan responsiblities tambahan peran. - Wanita mungkin tidak merasa menarik. Universitas Sumatera Utara - Peningkatan keinginan untuk seks setelah melahirkan dapat terjadi pada beberapa wanita Canadian, 2003,¶ 4. Kecemasan dan kelelahan mengurus bayi baru lahir sering kali membuat gairah bercinta pasangan suami istri pasutri surut, terutama pada wanita. Bila trauma dikelola dengan baik, kehidupan seks bisa kembali berjalan dengan baik seperti semula. Menurunnya gairah seksual disebabkan oleh trauma psikis maupun fisik. Ditinjau dari segi fisik, wanita mengalami perubahan sangat drastis di dalam tubuh. Mengandung dan melahirkan normal maupun caesar dapat menyebabkan trauma pada wanita.Trauma fisik bisa terjadi saat melahirkan. Rasa sakit akibat pengguntingan bagian dalam vagina episiotomi untuk melancarkan jalan lahir untuk menghindari terjadinya perobekan yang berat. Tentu saja, tindakan ini membutuhkan waktu untuk penyembuhan Admin,2011, ¶ 1. Sedangkan trauma psikis kejiwaan terjadi pada wanita usai melahirkan yang belum siap dan memahami segala urusan mengurus anak. Dari mulai merawat anak, merawat payudara yang sudah siap mengeluarkan susu, cara pemberian susu yang benar sampai urusan mengganti popok. Akibatnya, ibu merasa lelah, capek, dan menyebabkan gairah menurun dan enggan untuk berhubungan seksual. Ibu yang baru melahirkan kerap merasa cemas dengan keadaan tubuh tidak lagi menarik. Istri takut tidak bisa memproduksi ASI yang cukup banyak untuk kebutuhan bayi dan merasa cemas dengan kondisi kesehatan lainnya. Kecemasan yang dialami terkadang tidak ada penyebabnya dan inilah yang menjadi penghalang timbulnya hasrat untuk bercinta. Ketidakseimbangan hormon juga kerap dituding sebagai penyebab menurunnya hasrat seksual. Ketidakseimbangan hormon ini dapat mengakibatkan perubahan emosi yang tidak seimbang pula. Para ibu muda lebih mudah merasa kesal, malas, ingin marah. Ketidakseimbangan hormonal hanya mempengaruhi secara tidak langsung. Universitas Sumatera Utara Setelah masa-masa nifas, hormonal kembali bekerja secara normal.Tiap wanita berbeda-beda kesiapannya. Namun secara medis, setelah tidak ada pendarahan lagi, bisa dipastikan ibu sudah siap berhubungan seks yakni setelah masa nifas yang biasanya berlangsung selama 40 hari masa nifas. Masih dianggap wajar bila keengganan untuk berhubungan badan dengan pasangan, terjadi antara satu hingga tiga bulan setelah melahirkan Bahiyatun, 2009, hal. 83 . Secara alami, sesudah melewati masa nifas kondisi organ reproduksi ibu sudah kembali normal. Oleh sebab itu, posisi hubungan seks seperti apa pun sudah bisa dilakukan. Kalaupun masih ada keluhan rasa sakit, lebih disebabkan proses pengembalian fungsi tubuh belum berlangsung sempurna seperti fungsi pembasahan vagina yang belum kembali seperti semula. Namun, bisa juga keluhan ini disebabkan kram otot, infeksi, atau luka yang masih dalam proses penyembuhan.Gangguan seperti ini disebut dyspareunia atau rasa nyeri waktu sanggama. Pada kasus semacam ini ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab, yaitu : a. Terbentuknya jaringan baru pasca melahirkan karena proses penyembuhan luka guntingan jalan lahir masih sensitif sehingga kondisi alat reproduksi belum kembali seperti semula. b. Adanya infeksi, bisa disebabkan karena bakteri, virus, atau jamur. c. Adanya penyakit dalam kandungan tumor, dll. d. Konsumsi jamu. Jamu-jamu ini mengandung zat-zat yang memiliki sifat astingents yang berakibat menghambat produksi cairan pelumas pada vagina saat seorang wanita terangsang seksual. e. Faktor psikologis yaitu kecemasan yang berlebihan turut berperan, seperti: 1 Kurang siap secara mental untuk berhubungan seks persepsi salah tentang seks, dll. Universitas Sumatera Utara 2 Adanya trauma masa lalu fisik, seks. 3 Tipe kepribadian yang kurang fleksibel. 4 Komunikasi suami istri kurang baik sehingga biasanya istri “malas” melakukan hubungan seks. Kurangnya foreplay-nya sehingga belum terjadi lubrikasi saat penetrasi penis. Jika foreplay dan lubrikasi sudah cukup namun masih nyeri juga, coba datang ke klinik yang melayani kesehatan seks wanita atau datang saja ke dokter kandungan yang wanita. Beberapa faktor lain diantaranya: a. Beberapa wanita merasakan perannya sebagai orang tua sehingga timbul tekanan dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan perannya. b. Karena adanya luka bekas episiotomi. c. Karena takut merusak keindahan tubuhnya. d. Kurangnya informasi tentang seks setelah melahirkan Thamrin, 2010,¶6.

5. Mempermudah Kembali Hubungan Seksual

a. Pelumasan Rendahnya hormon pada periode pasca melahirkan yang pada ibu menyusui belum akan meningkat sampai bayi sudah mulai disapih bisa membuat vagina kering dan membuat hubungan seksual menjadi menyakitkan. Penggunaan pelumas seperti jelly K-Y sampai sekresi alami anda kembali normal akan mengurangi nyeri dan meningkatkan kenikmatan. b. Pemanasan Anggaplah percintaan awal sebagai makanan pembuka sebelum makanan utama. Lakukan dalam porsi yang besar, jika waktu memungkinkan. Universitas Sumatera Utara c. Rileks Latihan rileksasi, mandi bersama, pijat atau apapun yang bisa membantu merileksasikan anda. d. Menciptakan suasana Lampu redup akan lebih romantis dan ramah bagi bentuk tubuh anda yang belum kembali ke bentuk semula, sehingga anda tidak terlalu menyadari bentuk tubuh anda. e. Berganti posisi Posisi berdampingan atau perempuan diatas memungkinkan kendali yang lebih besar terhadap penetrasi dan tidak terlalu menekan area episiotomi atau area bekas sayatan bedah caesar. Cobalah posisi yang paling cocok untuk anda. f. Mencari pilihan kepuasan lain Jika hubungan seksual belum bisa anda nikmati, carilah kepuasan seksual lain melalui mastrubasi mutual atau seks oral. Jika anda berdua terlalu lelah, temukan kenikmatan dari kebersamaan. Tidak ada yang salah untuk berbaring bersama, saling berpelukan dan berciuman, serta berbagi cerita Murkoff, 2006, hlm.561.

6. Penyebab Apati Terhadap Aktivitas Seksual Pasca Bersalin

a. Stress dan traumatik, kelahiran bayi bisa menjadi pengalaman yang dapat menimbulkan traumatik terutama jika ibu belum dipersiapkan secukupnya. Banyak ibu yang mempunyai pengharapan yang tidak realistik tentang kelahiran. Misalnya: persalinan berlangsung lama atau persalinan yang memerlukan tindakan. b. Adanya luka episiotomi, hal ini bila penjahitan luka episiotomi dilakukan dengan tidak benar maka akan mengakibatkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman Universitas Sumatera Utara di saat ibu berjalan dan duduk. Hal ini bisa berlangsung berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan walaupun mungkin sayatan itu sendiri sudah sembuh. c. Keletihan bagi seorang ibu yang baru dan belum berpengalaman selain harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang biasa, ia juga harus menghadapi bayinya yang tidak mau tidur, sering menangis, atau bermasalah dalam menyusui. Maka ibu akan menjadi letih dan lemah sehingga gairah seks menjadi menurun. Adanya depresi, penyebabnya adalah keadaan tidak bersemangat akibat lelah pasca melahirkan. Perasaan ini biasanya terjadi dalam beberapa minggu setelah kelahiran bayi Llewellyn, 2005, hlm. 282.

7. Bahaya berhubungan seksualpasca melahirkan

Berhubungan seksual selama masa nifas berbahaya apabila pada saat itu mulut rahim masih terbuka maka akan berisiko. Mudah terkena infeksi kuman yang hidup di luar akibat hubungan seksual ketika mulut rahim masih terbuka, bisa tersedot masuk kedalam rongga rahim dan menyebabkan infeksi. a. Sudden Death Mati mendadak setelah berhubungan seksual bisa terjadi karena pergerakan teknis dalam hubungan seksual di vagina bisa menyebabkan udara masuk ke dalam rahim karena mulut rahim masih terbuka. Pada masa nifas banyak pembuluh darah dalam rahim yang masih terbuka dan terluka. Dalam kondisi ini pembuluh darah bisa menyedot udara yang masuk, dan membawanya ke jantung. Udara yang masuk ke jantung dapat menyebabkan kematian mendadak. Universitas Sumatera Utara

8. Cara Mengatasi masalah seks pasca melahirkan

Jika pasangan ingin lebih cepat melakukan hubungan dari yang disarankan yaitu enam minggu pasca melahirkan, maka dapat menyarankan pada pasangan untuk memakai pelumas atau jelly. Bila saat berhubungan masih terasa sakit, ibu sebaiknya mengatakan dengan jujur kepada pasangan. Jangan takut untuk berterus terang kepada pasangan. Pastikan jika luka episiotomi sudah pulih atau kering. Ibu serta pasangan juga dapat melakukan konsultasi kepada dokter kandungan atau bidan jika dirasa perlu. Bila sudah siap untuk melakukan hubungan seks, bukan berarti ‘seks pertama’ ini bisa dilakukan seperti sebelum melahirkan. Lagi-lagi Anda harus memberitahukan pasangan Anda bahwa semuanya harus berjalan dengan sangat lembut dan perlahan. Penetrasi yang kasar dapat membahayakan vagina Bahiyatun,2009,hal.84. Aktivitas Hormon yang belum kembali normal setelah melahirkan menyebabkan turunnya pelumas alami pada vagina. Oleh karena itu, sebaiknya gunakan pelumas buatan yang bisa didapatkan di apotik terdekat sehingga mengurangi gesekan pada vagina yang berlebihan. Jangan lupa untuk melakukan foreplay sebelumnya. Pertimbangkan bercinta di pagi hari, sementara bayi Anda tidur, atau saat bayi Anda menghabiskan beberapa jam dengan seorang teman terpercaya atau orang yang dicintai, sehingga saat melakukan aktivitas seksual tidak terganggu oleh bayi kita sendiri, karena akan berakibat hilangnya mood seksual kita dan pasangan kita. Payudara mungkin merasa sedikit lembut pada awalnya atau ada rasa yang berbeda ketika di sentuh oleh pasangan kita. Gairah seksual dapat menyebabkan keluarnya air susu, hal ini dapat mempengaruhi aktivitas seksual. sehingga disarankan sebelum melakukan aktivitas seksual, si ibu sebaiknya menyusui dahulu bayinya untuk membantu mengurangi kebocoran air susu pada payudara. Universitas Sumatera Utara Komunikasi dengan pasangan merupakan hal yang terpenting, apabila ibu belum siap melakukan hubungan seksual dengan pasangan, sehingga dapat mencegah adanya pertentangan atau konflik dengan pasangan kita. Sampai ibu siap untuk berhubungan seksual, menjaga keintiman dengan cara lain. Menghabiskan waktu bersama tanpa bayi, bahkan jika itu hanya beberapa menit di pagi hari dan setelah bayi tidur di malam hari Danuatmaja, 2003, hlm. 54. Masalah seks seringkali mempengaruhi keharmonisan kehidupan rumah tangga. Dan tidak jarang, masalah ini muncul ketika memasuki pasca melahirkan. Berikut ini caramengatasi masalah seks pasc a melahirkan yang perlu diketahui: a. Waktu pemulihan Baik itu melahirkan secara normal atau operasi caesar. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan pasca melahirkan berbeda-beda pada setiap individu. Umumnya dokter menyarankan untuk bisa kembali berhubungan seks, enam minggu pasca persalinan. Waktu tersebut cukup untuk serviks menutup kembali, berhentinya perdarahan atau pemulihan organ reproduksi lainnya. Komunikasikan dengan pasangan mengenai masa pemulihan ini agar tidak terjadi kesalah pahaman. b. Rasa takut untuk berhubungan seks Baik itu takut akan sakit, ataupun masalah kepercayaan diri, hadapi masalah ini dengan selalu berpikiran positif. Anda bisa menghubungi dokter ahli untuk mendapatkan saran. Hal terpenting, bangunlah komunikasi dengan pasangan dan tinggalkan sementara pikiran Anda seputar pekerjaan rumah tangga lainnya. Nikmati waktu Anda dan pasangan. Universitas Sumatera Utara c. Terlalu lelah Rasa lelah akibat mengurus bayi dan tugas rumah tangga lainnya bisa mempengaruhi kehidupan seks. Atasi masalah ini dengan mengkomunikasikan dengan pasangan dan carilah solusinya. Ibu juga bisa menjadwalkan satu hari khusus bersama pasangan, tanpa terganggu orang lain. d. Proses penyesuaian Mengasuh bayi bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan kesabaran dan tentunya penyesuaian. Bahkan terkadang ibu akan mengalami kelelahan sehingga lupa untuk mengelola pasangan. Solusi terbaik adalah dengan membuat target sampai kapan penyesuaian ini bertahan, lalu secara perlahan mengembalikan bentuk tubuh, mengonsumsi makanan sehat, dan bicarakan dengan pasangan. e. Memasang kontrasepsi Jika belum mau menambah momongan, ada baiknya segera memasang kontrasepsi pasca melahirkan. Konsultasikan dengan dokter mengenai kontrasepsi yang aman untuk Anda. Pemasangan kontrasepsi membuat Anda lebih menikmati seks pasca persalinan. Meskipun seks cukup berpengaruh dalam keharmonisan rumah tangga, namun perlu diingat masalah ini bukanlah segalanya. Dan kunci utama mengatasi masalah sekspasca persalinan bisa diselelasikan dengan berkomunikasi dengan pasangan Murkoff, 2006, hlm.264.

9. Kesehatan Seksual

Kesehatan seksual bermakna lebih dari sekadar kontrasepsi. WHO World Health Organisation Menjabarkannya sebagai : a. Kemampuan menikmati dan mengendalikan perilaku seksual dan perilaku reproduksi sesuai etika sosial dan etika pribadi. Universitas Sumatera Utara b. Bebas dari faktor-faktor fisiologis yang menghambat respon seksual serta mengganggu hubungan seksual. c. Bebas dari gangguan organik, penyakit dan defiensi yang mengganggu fungsi seksual dan reproduksi Luanaigh, 2008, hlm 45. Universitas Sumatera Utara BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan faktor - faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan di klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013 yang dilihat berdasarkan beberapa faktor seperti kondisi fisik dan kondisi psikologis. Untuk lebih jelasnya dibutuhkan kerangka konsep sebagai berikut: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Berhubungan Seksual Pasca Melahirkan Skema 1. Kerangka Konsep Kesiapan Fisik Berhubungan Seksual PascaMelahirkan Kesiapan Psikologis Universitas Sumatera Utara

B. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1. Kesiapan fisik Kesiapan yang berkaitan dengan fisik setelah melahirkan seperti: jahitan, perdarahan, rasa nyeri, lelah, perubahan pada tubuh, perbedaan sebelum hamil dan setelah melahirkan. kuesioner yang terdiri dari 10 Angket 1. Siap: skor 6-10 2. Tidak siap: skor 5 Nominal 2. Kesiapan psikologis Kesiapan yang berkaitan dengan psikologis setelah melahirkan seperti rasa cemas, terpaksa, kenyamanan, keinginan, kepuasan dalam berhubungan seksual setelah melahirkan . kuesioner yang terdiri dari 10 soal Angket 1. Siap: skor 6-10 2. Tidak siap: skor 5 Nominal 3. Waktu Waktu awal memulai berhubungan seksual pasca melahirkan Kuesioner Wawancara 1= 40 hari 2= 40 hari Nominal 4. Paritas Jumlah persalinan yang pernah di alami ibu Kuesioner Wawancara 1= 1 kali 2=2 – 4 kali 3= 5 kali Ordinal 5. Umur Usia responden yang terhitung pertama kali melahirkan. kuesioner Wawancara 1= 20 tahun 2=20-35 tahun 3= 35 tahun Ordinal 6. pendidikan Jenjang pendidikan yang pernah di tempuh. Kuesioner Wawancara 1=Dasar SD,SMP 2=Menengah SMA Ordinal Universitas Sumatera Utara BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalampenelitian ini, menggunakan desain penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Desain digunakan untuk mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi